Bab2
Bab2
LANDASAN TEORI
A. Waris
albaijuri bahwa:
Diantaranya:
11
12
Seperti Hadist:
Ahli waris ialah sekumpulan orang atau kerabat yang ada hubungan
kekeluargaan dengan orang yang meninggal dunia dan berhak mewarisi atau
Golongan ahli waris secara luas yang disepakati hak warisnya terdiri
1. Anak laki-laki
1
Ibrahim albajuri, Hasyiyah Al-alamah Al- syekh ibrahim albaijuri (Bairut: daru ibni ashoshoh
2005), II: 97
2
Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional
(Jakarta: Pt Logos Wacana Ilmu, 1999), 195.
3
H. M. Idris Ramulyo, Perbandingan Hukum Kewarisan Islam dengan Kewarisan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata(Jakarta: Sinar Gravita, 2004), 83-84.
13
14. Suami
1. Anak perempuan
3. Ibu
9. Isteri
14
3. Rukun-Rukun Waris
sebagai berikut :
dunia.
pewaris.
c. Harus ada ahli waris (warits), yaitu orang yang akan menerima
b. Nikah
memerdekakan budak.6
a. Pembunuhan
b. Budak
c. Berlainan agama.7
4
Usman bin Muhammad Syatta, hasyiyah i’anat al-tholibin (Bairut: Dar Al-kutub Al-ilmiyah,
2009), III: 384-385.
5
Albajuri, Hasyiyah, II: 98.
6
Ibid, II: 98.
7
Syatta, hasyiyah, III:383.
15
6. Syarat-Syarat Waris
contrario.9
8
Albajuri, Hasyiyah, II: 98-99.
9
H. Habiburrahman, Rekontruksi Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia (Jakata: Prenada Media
2011), 61.
16
serta diikuti oleh hakim-hakim pada Peradilan Agama seluruh Indonesia. Jika
di takar dengan teori kredo dan kedaulatan Tuhan, ketentuan wasiat wajibah
dan Hadist.11
ibu bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya, dan (jika
10
Ibid. 62.
11
Ibid, 137.
17
Haizirin membagi ahli waris menurut Al-quran dalam tiga jenis, yaitu:
ulama fikih, menurut ulama fikih ahli waris terbagi menjadi: dzu al-faraid
dan bukan dzu al-faraid- bukan dzu al-faraid terdiri dari: ashabah dan dzu al-
KHI di susun atas prakarsa penguasa Negara, dalam hal ini ketua
dan mendapat pengakuan ulama dari berbagai unsur. Secara resmi KHI
Pertama tahapan pengumpulan bahan baku, yang di gali dari berbagai sumber
12
Ibid, 143.
18
hukum islam (al-Quran dan Sunnah Rasul), khususnya ayat dan teks yang
melalui beberapa jalur. Jalur pertama penelaahan 38 kitab fiqh dari berbagai
madzhab, mencakup 160 masalah hukum keluarga. Penelaahan kitab fiqh itu
dilakukan para pakar di tujuh IAIN. Jalur kedua, wawancara dengan 181
buah buku. Ia terdiri dari atas empat jenis, yakni himpunan putusan PTA,
law report tahun 1977 sampai tahun 1984. Jalur keempat, kajian
kepada sumber hukum islam, yakni al-Quran dan Sunnah Rasul, dan secara
global serta memerhatikan tatana hukum barat tertulis (terutama hukum eropa
kontinental) dan tatanan hukum adat, yang memiliki titik temu dengan tatanan
13
Bisri, Kompilasi Hukum, 8.
14
Bisri, Kompilasi Hukum, 8.
19
hukum islam. Berkenaan dengan hal itu, dalam beberapa hal, maka terjadi
adaptasi dan modifikasi tatanan hukum lainnya itu kedalam KHI. Dengan
antaranya ketentuan pasal 185 tentang ahli waris pengganti atau “penggantian
(1) Ahli waris yang meninggal lebih dahulu daripada si pewaris maka
(2) Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagin ahli
15
Ibid, 9.
16
Ibid, 12
17
Ibid, 12-13
20
bidang fiqh yang secara sosiologis memiliki daya pesan dan daya ikat di
D. Pondok Pesantren
berdinding bilik dan beratap rumbia dan madrasah dan asrama (tempat
mengaji atau belajar agama Islam). “Pondok” yang biasa di pakai dalam
tempat belajar agama Islam, sebenarnya tidak sama sekali asli nusantara,
orang yang bepergian. Hal yang terahir ini beralasan karena tempat
18
Ibid, 15.
21
belajar para siswa dalam trdisi Hindu-Budha hanya dikenal dengan istilah
an yang berarti tempat santri; asrama tempat santri belajar agama; atau
Dhofier, berasal dari ikatan kata “san” (manusia baik) dan kata “tri”
yang berarti “guru mengaji”. Berbeda dengan Dhofier dan John, Clifford
19
Mughits, Kritik Nalar, 119.
20
Ibid, 120.
22
kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama besar sejak abad
21
Ibid, 123.
23
dan kyai. Jika suatu lembaga telah memiliki unsur-unsur tersebut, maka
Ali, unsur-unsu pokok itu hanya empat, yaitu kiai, santri, masjid dan
a. Kiai
dalam agama Islam.23 Dalam pengertian yang lebih luas lagi kiai
dikenal sebagai kiai (imam) langgar atau kiai (imam) masjid, yang
22
Ibid, 143-144.
23
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 435.
24
Mughits, Kritik Nalar, 145.
25
Ibid, 146.
24
pesantren.
b. Masjid
26
Ibid, 148.
25
c. Santri
menengah.
27
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai
Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), 86.
26
sendiri.28
yaitu makna yang sempit dan makna yang luas. Makna sempit
yang terdiri dari berjilid-jilid tebal mengenai hadith, tafsir, fiqh, usul
28
Ibid, 89.
29
Mughits, Kritik Nalar, 149.
30
Dhofier, Tradisi Pesantren, 86.
27
dua sisi yang tidak bisa di pisahkan dan tidak bisa saling
arab yang di tulis di atas kertas berwarna kuning. Istilah ini adalah asli
31
Ibid. 87.
32
Mughits, Kritik Nalar, 150.
28
e. Pondok (Asrama)
dengan istilah sebutan “kyai”. Asrama untuk para santri berada dalam
sangat sederhana, namun para santri yang baru datang dari tempat
33
Ibid. 153
34
Dhofier, Tradisi Pesantren, 85.
29
(anggota) pesantren, seperti pola hubungan antara santri dan kiai yang
warisan tradisi lokal pra-islam, hal itu bukan berarti sama sekali tidak
35
Mughits, Kritik Nalar, 155.
30
pengembangan masyarakat.36
37
Ibid, 27-28.
32
Selanjutnya agar partisipasi guru dan pihak lain dapat efektif, perlu
38
Ibid, 54.