Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

PERAN KEPOLISIAN SEBAGAI PENYIDIK DALAM PENYELESAIAN


TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI
KABUPATEN KARANGASEM
Ni Komang Marsena Yanis Cristiana1, Ni Putu Rai Yuliartini2, Dewa Gede Sudika
Mangku3

Prodi Ilmu Hukum


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

Email: {marsenayanisc@gmail.com, raiyuliartini@gmail.com,


dewamangku.undiksha@gmail.com}
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peran kepolisian sebagai penyidik dalam
penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di Kabupaten Karangasem dan hambatan -
hambatan yang ditemui oleh kepolisian dalam penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah
tangga di kabupaten Karangasem serta upaya-upaya yang dilakukan kepolisian dalam mengatasi
hambtana tersebut. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian hukum empiris. Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan mempergunakan data berupa data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi dokumen yang nantinya data
tersebut akan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa peran kepolisian dalam
penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga sudah berjalan baik namun belum optimal,
hal ini dikarenakan meningkatnya angka tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di kabupaten
Karangasem dalam kurun waktu 3 tahun belakangan ini. Peran kepolisian sebagai penyidik dalam
penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di Kabupaten Karangasem yaitu apabila
penyelesaian tindak pidana dilakukan melalui mediasi maka kepolisian memiliki peran sebagai mediator
(penengah) sedangkan apabila diselesaikan melalui jalur hukum maka peran kepolisian hanya sebatas
sebagai penyidik dan penyelidik saja, Adapun hambatan-hambatan yang ditemui oleh kepolisian Unit
PPA dalam penyelesaian tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yaitu hambatan yang berasal
dari korban itu sendiri, hambatan yang berasal dari keluarga baik itu keluarga korban maupun pelaku
serta hambatan yang datang dari masyarakat. berdasarkan hal tersebut ada upaya dari kepolisian dalam
mengatsi hal tersebut yakni dengan cara melakukan sosialisasi serta bekerjasama dengan instansi-
instansi terkait.

Kata Kunci: Penyidik, Peran Kepolisian, dan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah tangga

Abstract

This study is aimed at investigating and analyzing the roles of police as investigators in resolving
criminal acts of households’ violence in Karangasem, the obstacles encountered by the police in
resolving criminal acts of households’ violence in Karangasem regency, as well as the efforts made by
the police in dealing with the obstacles encountered. The type of research used is empirical law research.
This research is descriptive by using data in form of primary data and secondary data. The techniques of
data collection are conducted by doing observation, interviews, document studies, that will be analyzed
qualitatively. The results of the study show that the role of police in resolving criminal acts of households’
violence has gone well but has not been optimal, due to the increasing number of criminal acts of
households’ violence in Karangasem regency in the past 3 years. The role of police as an investigator in
resolving criminal acts of households’ violence in Karangasem regency is to receive reports, provide
temporary protection, conduct investigations and the PPA unit police in Karangasem Regional Police also
plays an important role as mediators when resolving criminal acts of households’ violence, carried out
through reasoning mediation. The obstacles encountered by the PPA unit police in resolving criminal acts
of households’ violence are coming from the victims themselves, obstacles from family, both the families

78
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

of the victims and the offenders, and obstacles that come from communities. Regarding to the
explanation stated earlier, there is an effort from the police in addressing this matter, namely by
conducting socialization and collaborating with relevant agencies.

Keywords: Roles of police, investigators, and criminal act of households’ violence

PENDAHULUAN

Perkawinan dianggap sebagai salah satu undangan yang membahas secara spesifik
kebutuhan yang penting bagi setiap orang. tentang kekerasan dalam rumah tangga
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dengan perkawinan adalah ikatan lahir Dalam Rumah Tangga. Pasal 1 ayat (1)
batin antara seorang pria dan seorang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
wanita sebagai suami istri dengan tujuan tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
membentuk keluarga (rumah tangga) yang Rumah Tangga, yang dimaksud dengan
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan kekerasan dalam rumah tangga adalah:
Yang Maha Esa. Untuk dapat membentuk “Setiap perbuatan terhadap seseorang
keluarga yang bahagia suami istri harus terutama perempuan, yang berakibat
mampu membina keluarga secara baik dan timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
benar. Akan tetapi, di dalam sebuah secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
keluarga tak jarang menemui penelantaran rumah tangga termasuk
permasalahan-permasalahan kehidupan ancaman untuk melakukan perbuatan,
yang mengakibatkan terganggunya pemaksaan, atau perampasaan
kebahagian serta keharmonisan yang telah kemerdekaan secara melawan hukum
dibina. Ketidakmampuan menyatukan dalam ringkup rumah tangga”.
perbedaan, masalah ekonomi, serta faktor- Disebutkan dalam Pasal 4 UU No. 23
faktor lain yang datang dari luar rumah Tahun 2004 bahwa tujuan dihapuskannya
tangga juga seringkali menimbulkan konflik KDRT, yaitu, mencegah segala bentuk
di dalam rumah tangga. Sehingga hal-hal kekerasan dalam rumah tangga, melindungi
tersebut tak jarang berpotensi sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga,
pusat terjadinya tindakan kekerasan dalam menindak pelaku kekerasan dalam rumah
rumah tangga (Alimuddin, 2014:38). tangga, dan, memelihara keutuhan rumah
Seringkali tindak kekerasan yang tangga yang harmonis dan sejahtera
menimpa kaum perempuan (istri) disebut (Syamsuddin, 2016:102).
hidden crime (kejahatan yang tersembunyi). Peran serta aparat penegak hukum
Disebut demikian, baik pelaku maupun sangat dibutuhkan dalam menegakkan
korban berusaha untuk merahasiakan hukum. Kepolisian sebagai salah satu
tindak kekerasan yang terjadi, baik itu dari aparat penegak hukum yang bertanggung
keluarga besar maupun dari lingkungan jawab atas tegaknya hukum memiliki tugas
masyarakat, sebab permasalahan yang untuk melakukan penegakan hukum salah
terjadi diantara suami istri dalam rumah satunya terhadap tindak kekerasan dalam
tangga merupakan aib yang tidak perlu rumah tangga, dengan melakukan
diketahui masyarakat luas terlebih lagi nanti penyidikan dan memberikan perlindungan
akan menjadi sebuah permasalaha baru bagi korban kekerasan dalam rumah
nantinya. Terkadang juga disebut domestic tangga. Kepolisian menjadi garda terdepan
violence (kekerasan domestik) karena untuk menangani kasus KDRT, yakni
terjadinya kekerasan di ranah melaksanakan penegakan hukum
domestik/rumah tangga (Soeroso, 2011: 1). sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UU
Oleh karena terjadinya kekerasan di Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
ranah domestik yang memiliki kekhasan Negara Republik Indonesia. Optimalisasi
tersendiri dalam permasalahannya, peran penyidik kepolisian menjadi kunci
Pemerintah Republik Indonesia penanggulangan tindakan kekerasan dalam
mengeluarkan peraturan perundang-

79
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

rumah tangga dan mewujudkan keamanan faktor idiologi, faktor orang ketiga yang
dan ketertiban di masyarakat. datang dari luar rumah tangga
Meskipun telah didukung oleh aturan (perselingkuhan) dan sampai pada
hukum serta aparat penegak hukumnya, kesadaran masyarakat yang masih rendah
tetapi fakta menunjukkan bahwa tindak terhadap permasalahan kekerasan dalam
pidana kekerasan dalam rumah tangga baik rumah tangga, bahkan kekerasan dalam
itu tindak kekerasan secara fisik, psikis, rumah tangga masih dianggap sebagai
seksual dan penelantaran rumah tangga permasalahan biasa dalam rumah tangga.
masih marak terjadi di seluruh tanah air, Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu
begitupula di wilayah Kabupaten Anesty Saras selaku penyidik Unit PPA
Karangasem lokasi dimana peneliti Polres Karangasem mengatakan bahwa
melakukan penelitian. dari faktor-faktor tersebut, faktor orang
Alasan peneliti melakukan penelitian di ketiga (perselingkuhan) menjadi pemicu
Kabupaten Karangasem adalah yang paling signifikan terhadap kasus-
dikarenanakan Karangasem merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga di
daerah yang memiliki persentase Kabupaten Karangasem.
kemiskinan cukup tinggi hal ini disebabkan Tindak pidana kekerasan dalam rumah
karena kurang tesedianya lapangan tangga yang terus terjadi setiap tahunnya di
pekerjaan sehingga banyak masyarakat Kabupaten Karangasem tentunya
yang yang tidak memiliki pekerjaan dan memerlukan Kepolisian Resor Karangasem
penghasilan tetap. Hal tersebut tentu akan yang memiliki visi dan peran dalam
berdampak terhadap kesulitan ekonomi melaksanakan tugas menanggulangi
yang berkepanjangan di dalam rumah maupun dalam hal penyelesaian tindak
tangga dan menyebabkan pertikaian pidana kekerasan dalam rumah tangga.
anatara suami dan istri yang berujung pada Dengan didukung oleh adanya Undang-
kekerasan. Alasan yang kedua yaitu Undang No. 23 tahun 2004 tentang
dikarenakan tingkat kekerasan dalam Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
rumah tangga di Kabupaten Karangasem Tangga dan upaya-upaya lain seharusnya
sering mengalami peningkatan setiap kepolisian dapat mengurangi tingginya
tahunnya. kasus kekerasan dalam rumah tangga di
Berdasarkan observasi awal peneliti Kabupaten Karangasem setiap tahunnya,
dilapangan, data menunjukkan bahwa namun faktanya dalam kurun waktu tiga
jumlah kekerasan dalam rumah tangga di tahun belakangan ini kasus kekerasan
Kabupaten Karangasem mengalami dalam rumah tangga mengalami
peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun peningkatan.
belakangan ini. Bripda Anesty Saras selaku Kenyataan ini sudah barang tentu
penyidik unit PPA Polres Karangasem sangat mengkhawatirkan dan
menjelaskan bahwa pada tahun 2016 ada memunculkan banyak pertanyaan
sebanyak 2 kasus yang terjadi. Dari 2 bagaimana peran serta kepolisian dalam
kasus yang terjadi, 1 kasus berakhir penyelesaian tindak pidanan kekerasan
dengan SP3 sedangkan 1 kasusnya lagi dalam rumah tangga agar mampu
berakhir dengan Henti Lidik. Pada tahun menanggulangi peningkatan jumlah tindak
2017 ada tiga kasus yang terjadi, dari 3 pidana kekerasan dalam rumah tangga
kasus yang terjadi 2 berakhir dengan SP3 setiap tahunnya serta apa saja hambatan-
dan 1 kasus masih dalam penyidikan. Pada hambatan yang ditemui oleh kepolisian
tahun 2018 kasus kekerasan dalam rumah dalam penyelesaian tindak pidana kekerasn
tangga mengalami peningkatan yang cukup dalam rumah tangga. Hal ini menarik untuk
signifikan yaitu 7 kasus, dari 7 kausu yang dikaji maka perlunya dilakukan penelitian
terjadi 2 kasus berakhir dengan SP3 dan 2 terhadap permasalahan ini. Dari latar
kasus berakhir dengan henti lidik. belakang inilah penulis sangat tertarik untuk
Peningkatan kasus kekerasan dalam mengambil judul “Peran Kepolisisan
rumah tangga di Kabupaten Karangasem sebagai Penyidik dalam Penyelesaian
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah
antara lain faktor ekonomi, faktor budaya, Tangga di Kabupaten Karangasem”.
80
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui tangga dapat dijangkau oleh pihak-pihak
realisasi peran kepolisian dalam berwenang. Hal ini dikarenakan banyak
penyelesaian tindak pidana kekerasan masyarakat yang menganggap masalah
dalam rumah tangga di kabupaten tindakan kekerasan dalam rumah tangga
Karangasem dan hambatan-hambatan merupakan urusan pribadi yang malu
yang dihadapi oleh kepolisian dalam dalam apabila sampai terdengar keluar. Sehingga
penyelesaian tindak pidana kekerasan banyak korban tindak kekerasan dalam
dalam rumah tangga di Kabupaten rumah tangga yang enggan melaporkan
karangasem serta bagaimanan upaya penderitaannya kepada aparat penegak
menanggulangi hal tersebut. hukum.
Dilihat dari data yang telah peneliti
RUMUSAN MASALAH dapatkan saat melakukan observasi di Unit
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, PPA Polres Karangasem menunjukkan
maka dapat diketahui adanya beberapa bahwa dari tahun ke tahun dalam kurun
permasalahan yaitu : waktu tiga tahun belakangan ini kasus
1. Bagaimana peran kepolisian dalam kekerasan dalam rumah tangga di
penyelesaian tindak pidana kekerasan Kabupaten Karangasem mengalami
dalam rumah tangga di kabupaten peningkatan. Berikut adalah data kasus
Karangasem? kekerasan dalam rumah tangga yang
2. Bagaimana hambatan-hambatan yang masuk ke Unit PPA Polres Karangasem
dihadapi oleh kepolisian dalam Tabel 1.
penyelesaian tindak pidana kekerasan Data Kekerasan Dalam Rumah
dalam rumah tangga di Kabupaten
Jumlah Penanganan
Karangasem serta upaya N Tahu
Kekerasa Lidi Sidi P2 SP Henti
menanggulangi hambatan tersebut ? o. n
n k k 1 3 Lidik
1. 2016 2 - - - 1 1
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam 2. 2017 3 - 1 - 2 -
penelitian ini adalah penelitian hukum
3. 2018 7 - - - 2 5
empiris. Sifat penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dan menggunakan data Tangga di Kabupaten Buleleng
dan sumber yaitu data primer dan data Sumber Data : Unit PPA Polres
sekunder yaitu bahan hukum primer, bahan Karangasem
hukum sekunder dan bahan hukum tersier Banyak faktor yang menyebabkan
yaitu kamus hukum. Dalam rangka terjadinya kasus kekerasan dalam rumah
pengumpulan data primer maupun data tangga di Kabupaten Karangasem. Tetapi,
sekunder, maka penulis menggunakan tiga menurut wawancara dengan ibu Bripda
jenis pengumpulan data, yaitu teknik studi Anesty Saras faktor yang paling signifikan
dokumen, teknik wawancara, dan teknik menjadi pemicu maraknya kekerasan
observasi atau pengamatan. Teknik dalam rumah tangga di Kabupaten
penentuan sampel penelitiannya Karangasem yaitu faktor yang terjadi dari
menggunakan teknik non probability luar rumah tangga yaitu faktor orang ketiga
sampling dan bentuknya adalah Purposive atau faktor perselingkuhan.
Sampling. Merujuk pada konsideran huruf b
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Hasil dan Pembahasan tentang Kepolisian Negara Republik
Peran Kepolisian Sebagai Penyidik Indonesia yang menyatakan bahwa tugas
Dalam Penyelesaian Tindak Pidana pokok Kepolisian Negara Republik
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Indonesia, antara lain:
Kabupaten Karangasem 1. Memberikan keamanan dan ketertiban
Kekerasan dalam rumah tangga masyarakat;
merupakan kekerasan yang masih marak 2. Menegakkan hukum;
terjadi di dalam rumah tangga, akan tetapi
tidak semua kekerasan dalam rumah
81
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

3. Memberikan perlindungan, diselesaikan secara mediasi.


pengayoman, dan pelayanan kepada Sedangkan terhadap pelaku yang
masyarakat (Ruslan,2016:207) mempunyai kebiasaan untuk menyakiti
Berdasarkan pemaparan mengenai secara sadis yang menyebabkan luka
tugas dan kewenangan kepolisian diatas, parah dan dilakukan berulang kali
terlihat jelas bahwa kepolisian menjadi kiranya tidaklah tepat diselesaikan
garda terdepan dalam menegakkan hukum. dengan cara mediasi. Mediasi juga
Salah satunya mengakkan hukum dalam dilakukan apabila korbannya bersedia,
proses penyelesaian tindak pidana karena keputusan tetap ada pada
kekerasan dalam rumah tangga. korban, polisi hanya dapat
Penyelesaian tindak pidana kekerasan mengupayakannya saja. Dari
dalam rumah tangga dapat diseslesaikan permintaan tersebutlah kepolisian
melalui 2 cara yaitu melalui mediasi penal sebagai penyidik bisa menggunakan
dan jalur hukum. Adapun peran penting diskresianya untuk dilakukannya upaya
yang dilakukan oleh kepolisian dalam mediasi penal yang bertindak sebagai
penyelesaian tindak pidana kekerasan mediator dari kedua belah pihak. Ketika
dalam rumah tangga yaitu : korban dan pelaku bersedia untuk
1. Mediasi Penal melakukan mediasi, maka peran polisi
Mediasi penal adalah salah satu disini memposisikan diri sebagai
instrumen dari konsep keadilan penengah (mediator).
restoratif. Para pihaklah yang Berdasarkan wawancara dengan
menentukan nilai keadilan yang mereka Bapak Bripka Sudyatmika peran konkrit
inginkan, bukan lembaga peradilan. yang dilakukan oleh polisi unit PPA
Keterlibatan aparat penegak hukum sebagai penengah (mediator) dalam
hanyalah sebagai mediator. Sebelum penyelesaian tindak pidana kekerasan
masalah dilanjutkan ketahap dalam rumah tangga yaitu dengan
pengadilan, maka kedua pihak memanggil kedua belah pihak yaitu
diberikan pilihan untuk melakukan korban dan pelaku. Kemudian
mediasi secara kekeluargaan. (Adrizal, dipertemukan secara langsung untuk
2017: 8) berembug guna mencari jalan terbaik
Tujuan utama dari mediasi penal adalah untuk kedepannya. Polisi sebagai
a. Melindungi dan memberdayakan mediator juga bertugas membantu
korban agar dapat menyampaikan merumuskan tujuan dari para pihak
keinginannya dan mendapatkan berperkara sehingga tercapai
rasa keadilan yang diinginkan; kesepakatan. Selain menghadirkan
b. Memulihkan kehidupan rumah pelaku dan korban, kepolisian unit PPA
tangga yang saling menghormati juga menghadirkan lembaga sosial
hak dan kewajiban masing-masing P2TP2 untuk ikut serta berembug guna
pasangan; mencari jalan terbaik untuk kedepannya
c. Menekan tingginya angka bagi korban dan pelaku. Jadi, ketika
perceraian di Indonesia (Fatahillah mereka mau berdamai, maka pelaku
A Syukur, 2011:3) akan diminta membuat surat pernyataan
Berdasarkan hasil penelitian sebagai bukti bahwa pelaku tidak akan
lapangan tidak semua kasus kekerasan melakukan kekerasan terhadap korban.
dalam rumah tangga dapat diselesaikan 2. Jalur hukum
dengan mediasi melainkan harus ada Jalur hukum merupakan proses
seleksi terhadap kasus yang ditangani. yang harus dilalui oleh para tersangka
Dalam hal ini tentu saja penyidik polres yang melakukan tindak pidana maupun
karangasem melihat dulu sejauh mana perdata. Khusus untuk kasus kekerasan
dampak kekerasan yang telah terjadi dalam rumah tangga (KDRT) yang
kepada korban. Jika kasusunya ringan merupakan tindak pidana yang harus
dan memungkinkan untuk dilakukan mendapat sanksi bagi pelaku yang telah
mediasi maka pihak kepolisian akan diatur di dalam Undang-undang Nomor
mengupayakan untuk dapat 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
82
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

Kekerasan dalam Rumah Tangga. h. Mendatangkan orang ahli yang


Dalam rangka menyelenggarakan tugas diperlukan dalam hubungannya
sebagai penegak hukum khususnya dengan pemeriksaan perkara,
dalam proses pidana, kepolisian i. Mengadakan penghentian
memiliki kewenangan sebagai penyidik penyidikan,
dan penyelidik. j. Mengadakan tindakan lain menurut
Berdasarkan hasil wawancara hukum yang bertanggung jawab
dengan bapak Bripka Sudyatmika, jika (Hartono, 2012:52).
penyelesaian tindak pidana kekerasan Peran kepolisian dalam proses
dalam rumah tangga diselesaikan penyelesaiaannya hampir sama
melalui jalur hukum, maka tentu saja dengan proses beracara tindak pidana
akan diproses sesuai dengan hukum yang lainnya. Dimana diawali dengan
yang berlaku. Peran kepolisian dalam proses penyelidikan untuk mencari dan
penyelesaian tindak pidana kekerasan menemukan suatu peristiwa yang
dalam rumah tangga jika diselesaikan diduga sebagai tindak pidana. Jika
melalui jalur hukum maka polisi memiliki peristiwa yang diduga sebagai tindak
peran hanya sebatas melakukan pidana itu benar merupakan suatu
penyelidikan dan penyidikan saja. tindak pidana maka akan dilanjutkan
Adapun kewenangan penyelidik antara pada tahap penyidikan. Dalam proses
lain karena kewajibannya: penyidikan pihak kepolisian perlu
1) Menerima laporan atau pengaduan melakukan olah TKP untuk memberi
dari seseorang tentang adanya bayangan bagi penyidik bagaimana
tindak pidana kronologi kejadiannya serta
2) Mencari keterangan dan barang mengumpulkan bukti-bukti. Setelah
bukti semuanya terkumpul, kemudian
3) Menyuruh berhenti seseorang yang penyidik melakukan pemberkasan.
dicuridai dan menanyakan serta Setelah berkas lengkap kemudian akan
memeriksa tanda pengenal diri dilimpahkan ke kejaksaan beserta
4) Mengadakan tindakan lain menurut tersangka dan barang bukti untuk
hukum yang bertanggung jawab dilakukan proses penuntutan.
Sedangkan jika dilihat pada Pasal 7 Berbicara mengenai peran
ayat (1) KUHAP, bahwa penyidik karena kepolisian dalam penyelesaian tindak
kewajibannya mempunyai wewenang, pidana kekerasan dalam rumah tangga
yaitu : berarti berkaitan pula dengan
a. Menerima laporan atau pengaduan bagaimana penegakan hukum itu
dari seseorang tentang adanya dilakukan. Menurut Soerjono Soekanto
tindak pidana, faktor-faktor yang mempengaruhi
b. Melakukan tindakan pertama pada penegakan hukum yaitu
saat di tempat kejadian, (Soekanto,2004:42) :
c. Menyuruh berhenti seseorang 1. Faktor Hukum.
tersangka dan memeriksa tanda Praktik penyelenggaraan hukum di
pengenal diri tersangka, lapangan ada kalanya terjadi
d. Melakukan penangkapan, pertentangan antara kepastian
penahanan, penggeledahan dan hukum dan keadilan, hal ini
penyitaan, disebabkan oleh konsepsi
e. Melakukan pemeriksaan dan keadilanmerupakan suatu rumusan
penyitaan surat, yang bersifat abstrak, sedangkan
f. Mengambil sidik jari dan memotret kepastian hukum merupakan suatu
seorang, prosedur yang telah ditentukan
g. Memanggil orang untuk didengar secara normative. Justru itu, suatu
dan diperiksa sebagai tersangka kebijakan atau tindakan yang tidak
atau saksi, sepenuhnya berdasar hukum
merupakan sesuatu yang dapat
dibenarkan sepanjang kebijakan
83
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

atau tindakan itu tidak bertentangan sedang, atau kurang. Adanya


dengan hukum. Maka pada derajat kepatuhan hukum
hakikatnya penyelenggaraan hukum masyarakat terhadap hukum,
bukan hanya mencakup law merupakan salah satu indikator
enforcement, namun juga peace berfungsinya hukum yang
maintenance,karena bersangkutan.
penyelenggaraan hukum 5. Faktor Kebudayaan.
sesungguhnya merupakan proses Berdasarkan konsep kebudayaan
penyerasian antara nilai kaedah dan sehari-hari, orang begitu sering
pola perilaku nyata yang bertujuan membicarakan soal kebudayaan.
untuk mencapai kedamaian. Kebudayaan menurut Soerjono
2. Faktor Penegakan Hukum. Soekanto, mempunyai fungsi yang
Fungsi hukum, mentalitas atau sangat besar bagi manusia dan
kepribadian petugas penegak masyarakat, yaitu mengatur agar
hukum memainkan peranan penting, manusia dapat mengerti bagaimana
kalau peraturan sudah baik, tetapi seharusnya bertindak, berbuat, dan
kualitas petugas kurang baik, ada menentukan sikapnya kalau mereka
masalah. Oleh karena itu, salah satu berhubungan dengan orang lain.
kunci keberhasilan dalam Dengan demikian, kebudayaan
penegakan hukum adalah adalah suatu garis pokok tentang
mentalitas atau kepribadian perikelakuan yang menetapkan
penegak hukum. peraturan mengenai apa yang harus
3. Faktor Sarana atau Fasilitas dilakukan, dan apa yang dilarang.
Pendukung. Faktor di atas saling berkaitan
Faktor sarana atau fasilitas dengan eratnya, karena menjadi hal pokok
pendukung mencakup perangkat dalam penegakan hukum, serta sebagai
lunak dan perangkat keras, salah tolok ukur dari efektivftas penegakan
satu contoh perangkat lunak adalah hukum. Dari lima faktor penegakan hukum
pendidikan. Pendidikan yang tersebut faktor penegakan hukumnya
diterima oleh polisi dewasa ini sendiri merupakan titik sentralnya. Hal ini
cenderung pada hal-hal yang praktis disebabkan oleh baik undang-undangnya
konvensional, sehingga dalam disusun oleh penegak hukum,
banyak hal polisi mengalami penerapannya pun dilaksanakan oleh
hambatan di dalam tujuannya, penegak hukum dan penegakan hukumnya
diantaranya adalah pengetahuan sendiri juga merupakan panutan oleh
tentang kejahatan computer, dalam masyarakat luas (Amradani, 2016 : 33)
tindak pidana khusus yang selama Hal ini tentu berkaitan dengan
ini masih diberikan wewenang penelitian yang telah peneliti lakukan.
kepada jaksa, hal tersebut karena Berdasarkan dari hasil penelitian lapangan
secara teknis yuridis polisi dianggap mengenai peran kepolisiaan dalam
belum mampu dan belum siap. penyelesaian tindak pidana kekerasan
Walaupun disadari pula bahwa dalam rumah tangga di Kabupaten
tugas yang harus diemban oleh Karangasem jika dikaitkan dengan salah
polisi begitu luas dan banyak. satu faktor-faktor yang mempengaruhi
4. Faktor Masyarakat. penegakan hukum dari Soejano Soekanto
Penegak hukum berasal dari diatas dilihat dari segi faktor penegakan
masyarakat dan bertujuan untuk hukumnya maka para aparat penegak
mencapai kedamaian di dalam hukum yang mencakup instansi Kepolisian
masyarakat. Setiap warga sebagai penyidik sudah menjalankan
masyarakat atau kelompok sedikit perannya dengan baik, dimana peran
banyaknya mempunyai kesadaran kepolisian dalam penyelesaian tindak
hukum, persoalan yang timbul pidana kekerasan dalam rumah tangga
adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu yang berawal dari memberikan
kepatuhan hukum yang tinggi, perlindungan terhadap korban, melakukan
84
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

penyelidikan, penyidikan sampai pada Tidak adanya proses atau tata cara
proses penyelesaiaannya berjalan dengan penyelesaian tindak pidana kekerasan
baik sesuai tugas-tugas dari kepolisian dalam rumah tangga melalui mediasi
yang telah tercantum di dalam Undang- penal yang diatur secara langsung
Undang. Dalam proses penyelesaiannya dalam Undang-Undang Nomor 23
yang dilakukan melalui jalur hukum polisi Tahun 2004 Tentang Penghapusan
sudah mengimplementasikan perannya Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dengan baik sebagaimana yang tercantum sehingga penyelesaiaannya hanya
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun dialaksanakan melalui kewenangan
2002 tentang Kepolisian Republik diskresi kepolisian.
Indonesia, KUHAP, serta Undang-Undang 2. Hambatan Dalam Proses Hukum
Nomor 23 tentang Penghapusan Kekerasan Hambatan dalam penyelesaian tindak
Dalam Rumah Tangga. Sedangkan jika pidana kekerasan dalam rumah tangga
dilihat pada proses penyelesaian melalui melalui jalur hukum yaitu pengumpulan
mediasi penal juga sudah berjalan dengan bukti permulaan serta sikap korban itu
baik, dimana polisi menerapkan mediasi sendiri. pengumpulan bukti permulaan
penal melalui pelaksanaan kewenangan yang sulit seringkali dikarenakan oleh
diskresi kepolisian dengan berdasar pada sikap korban itu sendiri yang terkadang
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. sulit diwawancarai. Dimana, korban
Sedangkan apabila dlihat dari faktor ingin melanjutkan perkara tapi disisilain
masyarakatnya jika dikaitkan pada korban justru sulit untuk dimintai
pengamatan peneliti di lapangan, masih keterangan. Ini tentu akan menghambat
kurangnya kesadaran hukum dari penyidikan untuk bisa ke tahap
masyarakat itu sendiri, dimana masih selanjutnya.
adanya masyarakat yang belum paham Serta adapun hambatan-hambatan lainnya
bahkan mungkin tidak tahu dengan yang sering muncul yaitu,
keberadaan Undang-Undang Penghapusan 1. Setelah korban membuat laporan,
Kekerasaan Dalam Rumah Tangga ini. korban justru tidak koperatif.
Sehingga menyebabkan masih adanya 2. Beberapa korban kekerasan dalam
masyarakat yang menganggap bahwa rumah tangga masih enggan
kekerasan dalam rumah tangga merupakan melaporkan kekerasan yang dialami
hal yang biasa. Faktor masyarakat inilah kepada pihak berwenang. Hal ini
yang bisa menyebabkan meningkatnya menyebabkan polisi tidak dapat berbuat
tindak pidana kekerasan dalam rumah banyak. Polisi tentu tidak dapat
tangga di kabupaten Karangasem. melakukan penyidikan lebih lanjut
dikarenakan kekerasan dalam rumah
Hambatan-Hambatan Yang ditemui tangga merupakan delik aduan.
Dalam Penyelesaian Tindak Pidana 3. Hambatan yang datang dari masyarakat
Kekerasan Dalam Rumah Tangga serta ataupun keluarga biasanya terjadi
Upaya Mengatasi Hambatan Tersebut dikarenakan masyarakat maupun
Penyelesaian tindak pidana keluarga mempunyai pemahaman yang
kekerasan dalam rumah tangga yang salah terkait kekerasan dalam rumah
dilakukan oleh kepolisian unit PPA Polres tangga.
Karangasem masih sering menemui Hambatan-hambatan tersebut tentu
hambatan-hambatan dalam proses akan berpengaruh dalam penyelesaian
penyelesaiannya. Berdasarkan penelitian tindak pidana kekerasan dalam rumah
saya dilapangan, secara umum terdapat 2 tangga. Hambatan-hambatan inilah yang
pokok hambatan yang sering terjadi dan terkadang mempersulit penyidik dalam
menyebabkan proses dalam penyelesaian penyelesaian tindak kekerasan dalam
tindak pidana kekerasan dalam rumah rumah tangga. Hal ini membuat polisi unit
tangga menjadi terhambat. Hambatan- PPA Polres Karangasem gencar untuk
hambatan tersebut antara lain: melakukan upaya-upaya guna
1. Hambatan Dalam Mediasi Penal meminimalisir hambatan tersebut. Adapun

85
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

upaya-upaya yang telah dilakukan oleh penyidikannya saja sebagaimana yang


Polisi di Unit PPA Polres Karangasem telah tercantum di dalam Kitab Undang-
untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu Undang Hukum Acara Pidana hingga
dengan cara memberikan sosialisasi atau pemberkasan dan pelimpahan berkas ke
penyuluhan-penyuluhan kepada tahap kejaksaan.
masyarakat tentang ketentuan/peraturan Dalam penyelesaian tindak pidana
yang terkait dengan masalah-masalah kekerasan dalam rumah tangga hambatan-
kekerasan dalam rumah tangga dan hambatan yang ditemui oleh polisi Unit PPA
perlindungan hukum korban kekerasan Polres Karangasem yaitu hambatan dalam
dalam rumah tangga, serta bagaimana mediasi penal biasanya Tidak adanya
upaya pencegahan dan menangani proses atau tata cara penyelesaian tindak
pelanggarnya. Upaya sosialisasi ini pidana kekerasan dalam rumah tangga
bertujuan agar mampu mengubah melalui mediasi penal yang diatur secara
pandangan-pandangan masyarakat yang langsung dalam Undang-Undang Nomor 23
masih sering menganggap kekerasan Tahun 2004 Tentang Penghapusan
dalam rumah tangga sebagai masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
pribadi. Selain itu kepolisian unit PPA Sedangkan hambatan dalam proses hukum
Polres Karangasem melakukan kerjasama yaitu sulitnya mengumpulkan bukti
antara lembaga-lembaga lainnya seperti permulaan yang cukup. Selain itu adapula
P2TP2A, Dinas Sosial dan lembaga- hambatan-hambatan lainya yaitu hambatan
lembaga lainnya. yang biasanya datang dari korban, dari
pihak keluarga ataupun masyarakat. Hal ini
Simpulan dan Saran menyebabkan masyarakat ataupun
Adapun simpulan yang diperoleh keluarga tidak mau memberikan keterangan
dalam penelitian ini antara lain, peran Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu,
kepolisian Unit PPA Polres Karangsem kepada pemerintah diharapkan dapat
dalam penyelesaian tindak pidana merevisi kembali Undang-Undang Nomor
kekerasan dalam rumah tangga di 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kabupaten Karangasem yaitu dapat Kekerasan Dalam Rumah Tangga dengan
dilakukan melalui dua cara. Pertama yaitu memasukan proses penyelesain perkara
melalui mediasi penal, peran konkrit yang kekerasan dalam rumah tangga melalui
dilakukan oleh polisi unit PPA sebagai mediasi penal ke dalam undang-undang
penengah (mediator) dalam penyelesaian tersebut hal ini dikarenakan belum adanya
tindak pidana kekerasan dalam rumah pengaturan mengenai proses penyelesaian
tangga yaitu dengan memanggil kedua tindak pidana kekerasan melalui mediasi
belah pihak yaitu korban dan pelaku. penal dalam undang-undang tersebut.
Kemudian dipertemukan secara langsung Kepada segenap aparat penegak
untuk berembug guna mencari jalan terbaik hukum diharapkan lebih gencar
untuk kedepannya. Polisi sebagai mediator mensosialisasikan tentang keberadaan
juga bertugas membantu merumuskan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tujuan dari para pihak berperkara tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
sehingga tercapai kesepakatan. Selain Rumah Tangga agar masyarakat lebih
menghadirkan pelaku dan korban, paham dan mengerti tentang Undang-
kepolisian unit PPA juga menghadirkan Undang Penghapusan Kekerasn Dalam
lembaga sosial P2TP2 Jadi, ketika mereka Rumah hal ini dikarenakan masih banyak
mau berdamai, maka pelaku akan diminta masyarakat yang belum tahu dan juga
membuat surat pernyataan sebagai bukti mengerti tentang keberadaan Undang-
bahwa pelaku tidak akan melakukan Undang ini.
kekerasan terhadap korban. Sedangkan
yang kedua yaitu melalui jalur hukum.
Peran Kepolisian dalam penyelesaian
tindak pidana kekerasan dalam rumah Daftar Pustaka
tangga melalui jalur hukum yaitu hanya Buku :
sebatas pada proses penyelidikan dan
86
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)

Fatahillah A. Syukur. 2011. Mediasi Perkara Tambahan Lembaran Negara


KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Nomor 3209 (KUHAP)
Tangga) Teori dan praktek Di Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pengadilan Indonesia. Bandung: (Wetboek Van Strafrecht).
Mandar Maju Staatsblad 1915 No. 732.
Renggong, Ruslan. 2016. “HUKUM ACARA
PIDANA (Memahami Perlindungan
HAM dalam Proses Penahanan di
Indonesia)”. Prenadamedia
Group:Jakarta.
Renggong, Ruslan. 2016. Hukum Pidana
Khusus. Prenadamadia Group:
Jakarta.
Soekanto, Soerjano dan Sri Mamudji. 2001.
Penelitian Hukum Empiris. PT Raja
Grafindo: Jakarta.
Soeroso. 2011. KEKERASAN DALAM
RUMAH TANGGA: Dalam
Perspektif Yuridis Viktimologi. Sinar
Grafika:Jakarta
Syamsuddin, Aziz. 2016. Tindak Pidana
Khusus. Sinar Grafika: Jakarta.

Jurnal/Skripsi:
Adrizal, Ahmad. 2017. Penerapan Mediasi
Penal Oleh Penyidik Terhadap
Tindak Pidana Kekerasan Dalam
Rumah Tangga Di Kepolisian Resort
Kota Pekanbaru. JOM Fakultas
Hukum. Vol. IV, No. 2
Amradani, Pandu Prayoga. 2016. Peran
Kepolisian Dalam Menanggulangi
Tindak Pidana Pencurian
Kendaraan Bermotor Dengan
Kekerasan Yang Menyebabkan
Korban Meninggal Dunia (Studi
Polda Lampung). Skripsi. Fakultas
Hukum Universitas Lampung,
Bandar Lampung.

Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga. Lembaran
Negara Nomor 4419 Tahun 2004
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Lembaran Negara Nomor
2 Tahun 2002, Tambahan
Lembaran Negara No. 4168.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. Lembaran
Negara Nomor 76 Tahun 1981,

87

Anda mungkin juga menyukai