Apsarihadii, 78-87 Marsena
Apsarihadii, 78-87 Marsena
Kata Kunci: Penyidik, Peran Kepolisian, dan Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah tangga
Abstract
This study is aimed at investigating and analyzing the roles of police as investigators in resolving
criminal acts of households’ violence in Karangasem, the obstacles encountered by the police in
resolving criminal acts of households’ violence in Karangasem regency, as well as the efforts made by
the police in dealing with the obstacles encountered. The type of research used is empirical law research.
This research is descriptive by using data in form of primary data and secondary data. The techniques of
data collection are conducted by doing observation, interviews, document studies, that will be analyzed
qualitatively. The results of the study show that the role of police in resolving criminal acts of households’
violence has gone well but has not been optimal, due to the increasing number of criminal acts of
households’ violence in Karangasem regency in the past 3 years. The role of police as an investigator in
resolving criminal acts of households’ violence in Karangasem regency is to receive reports, provide
temporary protection, conduct investigations and the PPA unit police in Karangasem Regional Police also
plays an important role as mediators when resolving criminal acts of households’ violence, carried out
through reasoning mediation. The obstacles encountered by the PPA unit police in resolving criminal acts
of households’ violence are coming from the victims themselves, obstacles from family, both the families
78
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
of the victims and the offenders, and obstacles that come from communities. Regarding to the
explanation stated earlier, there is an effort from the police in addressing this matter, namely by
conducting socialization and collaborating with relevant agencies.
PENDAHULUAN
Perkawinan dianggap sebagai salah satu undangan yang membahas secara spesifik
kebutuhan yang penting bagi setiap orang. tentang kekerasan dalam rumah tangga
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1974 tentang Perkawinan, yang dimaksud 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
dengan perkawinan adalah ikatan lahir Dalam Rumah Tangga. Pasal 1 ayat (1)
batin antara seorang pria dan seorang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
wanita sebagai suami istri dengan tujuan tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
membentuk keluarga (rumah tangga) yang Rumah Tangga, yang dimaksud dengan
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan kekerasan dalam rumah tangga adalah:
Yang Maha Esa. Untuk dapat membentuk “Setiap perbuatan terhadap seseorang
keluarga yang bahagia suami istri harus terutama perempuan, yang berakibat
mampu membina keluarga secara baik dan timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
benar. Akan tetapi, di dalam sebuah secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
keluarga tak jarang menemui penelantaran rumah tangga termasuk
permasalahan-permasalahan kehidupan ancaman untuk melakukan perbuatan,
yang mengakibatkan terganggunya pemaksaan, atau perampasaan
kebahagian serta keharmonisan yang telah kemerdekaan secara melawan hukum
dibina. Ketidakmampuan menyatukan dalam ringkup rumah tangga”.
perbedaan, masalah ekonomi, serta faktor- Disebutkan dalam Pasal 4 UU No. 23
faktor lain yang datang dari luar rumah Tahun 2004 bahwa tujuan dihapuskannya
tangga juga seringkali menimbulkan konflik KDRT, yaitu, mencegah segala bentuk
di dalam rumah tangga. Sehingga hal-hal kekerasan dalam rumah tangga, melindungi
tersebut tak jarang berpotensi sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga,
pusat terjadinya tindakan kekerasan dalam menindak pelaku kekerasan dalam rumah
rumah tangga (Alimuddin, 2014:38). tangga, dan, memelihara keutuhan rumah
Seringkali tindak kekerasan yang tangga yang harmonis dan sejahtera
menimpa kaum perempuan (istri) disebut (Syamsuddin, 2016:102).
hidden crime (kejahatan yang tersembunyi). Peran serta aparat penegak hukum
Disebut demikian, baik pelaku maupun sangat dibutuhkan dalam menegakkan
korban berusaha untuk merahasiakan hukum. Kepolisian sebagai salah satu
tindak kekerasan yang terjadi, baik itu dari aparat penegak hukum yang bertanggung
keluarga besar maupun dari lingkungan jawab atas tegaknya hukum memiliki tugas
masyarakat, sebab permasalahan yang untuk melakukan penegakan hukum salah
terjadi diantara suami istri dalam rumah satunya terhadap tindak kekerasan dalam
tangga merupakan aib yang tidak perlu rumah tangga, dengan melakukan
diketahui masyarakat luas terlebih lagi nanti penyidikan dan memberikan perlindungan
akan menjadi sebuah permasalaha baru bagi korban kekerasan dalam rumah
nantinya. Terkadang juga disebut domestic tangga. Kepolisian menjadi garda terdepan
violence (kekerasan domestik) karena untuk menangani kasus KDRT, yakni
terjadinya kekerasan di ranah melaksanakan penegakan hukum
domestik/rumah tangga (Soeroso, 2011: 1). sebagaimana diatur dalam Pasal 13 UU
Oleh karena terjadinya kekerasan di Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
ranah domestik yang memiliki kekhasan Negara Republik Indonesia. Optimalisasi
tersendiri dalam permasalahannya, peran penyidik kepolisian menjadi kunci
Pemerintah Republik Indonesia penanggulangan tindakan kekerasan dalam
mengeluarkan peraturan perundang-
79
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
rumah tangga dan mewujudkan keamanan faktor idiologi, faktor orang ketiga yang
dan ketertiban di masyarakat. datang dari luar rumah tangga
Meskipun telah didukung oleh aturan (perselingkuhan) dan sampai pada
hukum serta aparat penegak hukumnya, kesadaran masyarakat yang masih rendah
tetapi fakta menunjukkan bahwa tindak terhadap permasalahan kekerasan dalam
pidana kekerasan dalam rumah tangga baik rumah tangga, bahkan kekerasan dalam
itu tindak kekerasan secara fisik, psikis, rumah tangga masih dianggap sebagai
seksual dan penelantaran rumah tangga permasalahan biasa dalam rumah tangga.
masih marak terjadi di seluruh tanah air, Berdasarkan hasil wawancara bersama ibu
begitupula di wilayah Kabupaten Anesty Saras selaku penyidik Unit PPA
Karangasem lokasi dimana peneliti Polres Karangasem mengatakan bahwa
melakukan penelitian. dari faktor-faktor tersebut, faktor orang
Alasan peneliti melakukan penelitian di ketiga (perselingkuhan) menjadi pemicu
Kabupaten Karangasem adalah yang paling signifikan terhadap kasus-
dikarenanakan Karangasem merupakan kasus kekerasan dalam rumah tangga di
daerah yang memiliki persentase Kabupaten Karangasem.
kemiskinan cukup tinggi hal ini disebabkan Tindak pidana kekerasan dalam rumah
karena kurang tesedianya lapangan tangga yang terus terjadi setiap tahunnya di
pekerjaan sehingga banyak masyarakat Kabupaten Karangasem tentunya
yang yang tidak memiliki pekerjaan dan memerlukan Kepolisian Resor Karangasem
penghasilan tetap. Hal tersebut tentu akan yang memiliki visi dan peran dalam
berdampak terhadap kesulitan ekonomi melaksanakan tugas menanggulangi
yang berkepanjangan di dalam rumah maupun dalam hal penyelesaian tindak
tangga dan menyebabkan pertikaian pidana kekerasan dalam rumah tangga.
anatara suami dan istri yang berujung pada Dengan didukung oleh adanya Undang-
kekerasan. Alasan yang kedua yaitu Undang No. 23 tahun 2004 tentang
dikarenakan tingkat kekerasan dalam Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
rumah tangga di Kabupaten Karangasem Tangga dan upaya-upaya lain seharusnya
sering mengalami peningkatan setiap kepolisian dapat mengurangi tingginya
tahunnya. kasus kekerasan dalam rumah tangga di
Berdasarkan observasi awal peneliti Kabupaten Karangasem setiap tahunnya,
dilapangan, data menunjukkan bahwa namun faktanya dalam kurun waktu tiga
jumlah kekerasan dalam rumah tangga di tahun belakangan ini kasus kekerasan
Kabupaten Karangasem mengalami dalam rumah tangga mengalami
peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun peningkatan.
belakangan ini. Bripda Anesty Saras selaku Kenyataan ini sudah barang tentu
penyidik unit PPA Polres Karangasem sangat mengkhawatirkan dan
menjelaskan bahwa pada tahun 2016 ada memunculkan banyak pertanyaan
sebanyak 2 kasus yang terjadi. Dari 2 bagaimana peran serta kepolisian dalam
kasus yang terjadi, 1 kasus berakhir penyelesaian tindak pidanan kekerasan
dengan SP3 sedangkan 1 kasusnya lagi dalam rumah tangga agar mampu
berakhir dengan Henti Lidik. Pada tahun menanggulangi peningkatan jumlah tindak
2017 ada tiga kasus yang terjadi, dari 3 pidana kekerasan dalam rumah tangga
kasus yang terjadi 2 berakhir dengan SP3 setiap tahunnya serta apa saja hambatan-
dan 1 kasus masih dalam penyidikan. Pada hambatan yang ditemui oleh kepolisian
tahun 2018 kasus kekerasan dalam rumah dalam penyelesaian tindak pidana kekerasn
tangga mengalami peningkatan yang cukup dalam rumah tangga. Hal ini menarik untuk
signifikan yaitu 7 kasus, dari 7 kausu yang dikaji maka perlunya dilakukan penelitian
terjadi 2 kasus berakhir dengan SP3 dan 2 terhadap permasalahan ini. Dari latar
kasus berakhir dengan henti lidik. belakang inilah penulis sangat tertarik untuk
Peningkatan kasus kekerasan dalam mengambil judul “Peran Kepolisisan
rumah tangga di Kabupaten Karangasem sebagai Penyidik dalam Penyelesaian
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah
antara lain faktor ekonomi, faktor budaya, Tangga di Kabupaten Karangasem”.
80
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
Penelitian ini bertujan untuk mengetahui tangga dapat dijangkau oleh pihak-pihak
realisasi peran kepolisian dalam berwenang. Hal ini dikarenakan banyak
penyelesaian tindak pidana kekerasan masyarakat yang menganggap masalah
dalam rumah tangga di kabupaten tindakan kekerasan dalam rumah tangga
Karangasem dan hambatan-hambatan merupakan urusan pribadi yang malu
yang dihadapi oleh kepolisian dalam dalam apabila sampai terdengar keluar. Sehingga
penyelesaian tindak pidana kekerasan banyak korban tindak kekerasan dalam
dalam rumah tangga di Kabupaten rumah tangga yang enggan melaporkan
karangasem serta bagaimanan upaya penderitaannya kepada aparat penegak
menanggulangi hal tersebut. hukum.
Dilihat dari data yang telah peneliti
RUMUSAN MASALAH dapatkan saat melakukan observasi di Unit
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, PPA Polres Karangasem menunjukkan
maka dapat diketahui adanya beberapa bahwa dari tahun ke tahun dalam kurun
permasalahan yaitu : waktu tiga tahun belakangan ini kasus
1. Bagaimana peran kepolisian dalam kekerasan dalam rumah tangga di
penyelesaian tindak pidana kekerasan Kabupaten Karangasem mengalami
dalam rumah tangga di kabupaten peningkatan. Berikut adalah data kasus
Karangasem? kekerasan dalam rumah tangga yang
2. Bagaimana hambatan-hambatan yang masuk ke Unit PPA Polres Karangasem
dihadapi oleh kepolisian dalam Tabel 1.
penyelesaian tindak pidana kekerasan Data Kekerasan Dalam Rumah
dalam rumah tangga di Kabupaten
Jumlah Penanganan
Karangasem serta upaya N Tahu
Kekerasa Lidi Sidi P2 SP Henti
menanggulangi hambatan tersebut ? o. n
n k k 1 3 Lidik
1. 2016 2 - - - 1 1
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam 2. 2017 3 - 1 - 2 -
penelitian ini adalah penelitian hukum
3. 2018 7 - - - 2 5
empiris. Sifat penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dan menggunakan data Tangga di Kabupaten Buleleng
dan sumber yaitu data primer dan data Sumber Data : Unit PPA Polres
sekunder yaitu bahan hukum primer, bahan Karangasem
hukum sekunder dan bahan hukum tersier Banyak faktor yang menyebabkan
yaitu kamus hukum. Dalam rangka terjadinya kasus kekerasan dalam rumah
pengumpulan data primer maupun data tangga di Kabupaten Karangasem. Tetapi,
sekunder, maka penulis menggunakan tiga menurut wawancara dengan ibu Bripda
jenis pengumpulan data, yaitu teknik studi Anesty Saras faktor yang paling signifikan
dokumen, teknik wawancara, dan teknik menjadi pemicu maraknya kekerasan
observasi atau pengamatan. Teknik dalam rumah tangga di Kabupaten
penentuan sampel penelitiannya Karangasem yaitu faktor yang terjadi dari
menggunakan teknik non probability luar rumah tangga yaitu faktor orang ketiga
sampling dan bentuknya adalah Purposive atau faktor perselingkuhan.
Sampling. Merujuk pada konsideran huruf b
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Hasil dan Pembahasan tentang Kepolisian Negara Republik
Peran Kepolisian Sebagai Penyidik Indonesia yang menyatakan bahwa tugas
Dalam Penyelesaian Tindak Pidana pokok Kepolisian Negara Republik
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Indonesia, antara lain:
Kabupaten Karangasem 1. Memberikan keamanan dan ketertiban
Kekerasan dalam rumah tangga masyarakat;
merupakan kekerasan yang masih marak 2. Menegakkan hukum;
terjadi di dalam rumah tangga, akan tetapi
tidak semua kekerasan dalam rumah
81
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
penyelidikan, penyidikan sampai pada Tidak adanya proses atau tata cara
proses penyelesaiaannya berjalan dengan penyelesaian tindak pidana kekerasan
baik sesuai tugas-tugas dari kepolisian dalam rumah tangga melalui mediasi
yang telah tercantum di dalam Undang- penal yang diatur secara langsung
Undang. Dalam proses penyelesaiannya dalam Undang-Undang Nomor 23
yang dilakukan melalui jalur hukum polisi Tahun 2004 Tentang Penghapusan
sudah mengimplementasikan perannya Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dengan baik sebagaimana yang tercantum sehingga penyelesaiaannya hanya
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun dialaksanakan melalui kewenangan
2002 tentang Kepolisian Republik diskresi kepolisian.
Indonesia, KUHAP, serta Undang-Undang 2. Hambatan Dalam Proses Hukum
Nomor 23 tentang Penghapusan Kekerasan Hambatan dalam penyelesaian tindak
Dalam Rumah Tangga. Sedangkan jika pidana kekerasan dalam rumah tangga
dilihat pada proses penyelesaian melalui melalui jalur hukum yaitu pengumpulan
mediasi penal juga sudah berjalan dengan bukti permulaan serta sikap korban itu
baik, dimana polisi menerapkan mediasi sendiri. pengumpulan bukti permulaan
penal melalui pelaksanaan kewenangan yang sulit seringkali dikarenakan oleh
diskresi kepolisian dengan berdasar pada sikap korban itu sendiri yang terkadang
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. sulit diwawancarai. Dimana, korban
Sedangkan apabila dlihat dari faktor ingin melanjutkan perkara tapi disisilain
masyarakatnya jika dikaitkan pada korban justru sulit untuk dimintai
pengamatan peneliti di lapangan, masih keterangan. Ini tentu akan menghambat
kurangnya kesadaran hukum dari penyidikan untuk bisa ke tahap
masyarakat itu sendiri, dimana masih selanjutnya.
adanya masyarakat yang belum paham Serta adapun hambatan-hambatan lainnya
bahkan mungkin tidak tahu dengan yang sering muncul yaitu,
keberadaan Undang-Undang Penghapusan 1. Setelah korban membuat laporan,
Kekerasaan Dalam Rumah Tangga ini. korban justru tidak koperatif.
Sehingga menyebabkan masih adanya 2. Beberapa korban kekerasan dalam
masyarakat yang menganggap bahwa rumah tangga masih enggan
kekerasan dalam rumah tangga merupakan melaporkan kekerasan yang dialami
hal yang biasa. Faktor masyarakat inilah kepada pihak berwenang. Hal ini
yang bisa menyebabkan meningkatnya menyebabkan polisi tidak dapat berbuat
tindak pidana kekerasan dalam rumah banyak. Polisi tentu tidak dapat
tangga di kabupaten Karangasem. melakukan penyidikan lebih lanjut
dikarenakan kekerasan dalam rumah
Hambatan-Hambatan Yang ditemui tangga merupakan delik aduan.
Dalam Penyelesaian Tindak Pidana 3. Hambatan yang datang dari masyarakat
Kekerasan Dalam Rumah Tangga serta ataupun keluarga biasanya terjadi
Upaya Mengatasi Hambatan Tersebut dikarenakan masyarakat maupun
Penyelesaian tindak pidana keluarga mempunyai pemahaman yang
kekerasan dalam rumah tangga yang salah terkait kekerasan dalam rumah
dilakukan oleh kepolisian unit PPA Polres tangga.
Karangasem masih sering menemui Hambatan-hambatan tersebut tentu
hambatan-hambatan dalam proses akan berpengaruh dalam penyelesaian
penyelesaiannya. Berdasarkan penelitian tindak pidana kekerasan dalam rumah
saya dilapangan, secara umum terdapat 2 tangga. Hambatan-hambatan inilah yang
pokok hambatan yang sering terjadi dan terkadang mempersulit penyidik dalam
menyebabkan proses dalam penyelesaian penyelesaian tindak kekerasan dalam
tindak pidana kekerasan dalam rumah rumah tangga. Hal ini membuat polisi unit
tangga menjadi terhambat. Hambatan- PPA Polres Karangasem gencar untuk
hambatan tersebut antara lain: melakukan upaya-upaya guna
1. Hambatan Dalam Mediasi Penal meminimalisir hambatan tersebut. Adapun
85
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2 Tahun 2019)
Jurnal/Skripsi:
Adrizal, Ahmad. 2017. Penerapan Mediasi
Penal Oleh Penyidik Terhadap
Tindak Pidana Kekerasan Dalam
Rumah Tangga Di Kepolisian Resort
Kota Pekanbaru. JOM Fakultas
Hukum. Vol. IV, No. 2
Amradani, Pandu Prayoga. 2016. Peran
Kepolisian Dalam Menanggulangi
Tindak Pidana Pencurian
Kendaraan Bermotor Dengan
Kekerasan Yang Menyebabkan
Korban Meninggal Dunia (Studi
Polda Lampung). Skripsi. Fakultas
Hukum Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Peraturan Perundang-Undangan:
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga. Lembaran
Negara Nomor 4419 Tahun 2004
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik
Indonesia. Lembaran Negara Nomor
2 Tahun 2002, Tambahan
Lembaran Negara No. 4168.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. Lembaran
Negara Nomor 76 Tahun 1981,
87