Anda di halaman 1dari 73

SKRIPSI

RESPONSIVITAS KEPOLISIAN TERHADAP GANGGUAN KEAMANAN


LINGKUNGAN DI POLSEK RAPPOCINI MAKASSAR

PURNAMA SARI

Nomor Stambuk : 10561 03953 11

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015
RESPONSIVITAS KEPOLISIAN TERHADAP GANGGUAN KEAMANAN
LINGKUNGAN DI POLSEK RAPPOCINI MAKASSAR

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh


PURNAMA SARI
Nomor Stambuk : 10561 03953 11

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTARSI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015

i
PERSETUJUAN

Judul Proposal : Responsivitas Kepolisian Terhadap Gangguan


Keamanan Lingkungan Di Polsek Rappocini Makassar

Nama : Purnama Sari


Nomor Stambuk : 10561 03953 11
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar

Menyetujui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Abdul Kadir Adys, SH. MM Dr. Andi Rosdianti Razak, M. Si

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan


Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Administrasi Negara

Dr. H. Muhlis Madani, M.si Dr. Burhanuddin, S.sos. ,M.si

ii
PENERIMAAN TIM

Telah diterimah oleh TIM Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat keputusan/undangan

menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,

Nomor: 1207/FSP/A.I-VIII/VIII/36/2015 sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjan (S.1) dalam program studi Ilmu Administrasi Negara Di

Makassar pada hari Jumat tanggal 28 bulan Agustus tahun 2015.

TIM PENILAI

Ketua, Sekretaris,

Dr. H. Muhlis Madani, M.si Drs. H. Muhammad Idris, M.si

Penguji:

1. Abd. Kadir Adys, SH, MM (...........................................)

2. Dr. Andi Rosdianti Razak, M.Si (...........................................)

3. Hj. Andi Nuraeni Aksa, SH, MH (...........................................)

4. Drs. Muhammad Tahir, M.Si (...........................................)


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

NamaMahasiswa : Purnama Sari

NomorStambuk : 10561 03953 11

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa

bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/ dipublikasikan orang lain atau

melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di

kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, Juni 2015

Yang Menyatakan,

Purnama Sari

iii
ABSTRAK
PURNAMA SARI. 2015. Responsivitas Kepolisian terhadap Gangguan
Keamanan Lingkungan di Polsek Rappocini Makassar (dibimbing oleh Abdul
Kadir Adys dan Andi Rosdianti Razak).
Responsivitas merupakan salah satu indikator pelayanan berkaitan dengan
daya tanggap aparat terhadap harapan, keinginan, aspirasi ataupun tuntutan
pengguna layanan. Sehingga aparat kepolisian di Polsek Rappocini Makassar
sebagai penyedian layanan untuk memenuhi harapan ataupun tututan pengguna
layanan terkait gangguan keamanan lingkungan seperti pencurian, perampokan,
geng motor, pemerkosaan dan perkelahian. Karena itu aparat kepolisian di Polsek
Rappocini Makassar sebagai peyedia layanan harusnya lebih meningkatkan
responnya melalui beberapa indikator seperti kecepatan bertindak, ketepatan
bertindak, kesopanan dan komunikasi.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan informan sebanyak 8


orang. Subyek penelitian yang diambil dari kantor Polsek Rappocini: Kapolsek
Rappocini dan 2 anggota kepolisian. Sedangkan dari masyarakat setempat ada 5
orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa observasi,
dokumentasi serta dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responsivitas kepolisian terhadap


gangguan keamanan lingkungan di Polsek Rappocini Makassar masih kurang
tanggap terlihat dari banyaknya masyarakat setempat yang masih tidak puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh aparat kepolisian Rappocini. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi responsivitas kepolisian terhadap gangguan
keamanan lingkungan antara lain sarana dan prasarana, tidak adanya barang bukti,
dan saksi kejadian (saksi mata) yang tidak jelas.

Keyword :Responsivitas, Kepolisian, dan Keamanan Lingkungan

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Responsivitas Kepolisian Terhadap Gangguan Keamanan

Lingkungan Di Polsek Rappocini Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarja Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang

terhormat:

1. Bapak Abdul Kadir Adys, SH. MM selaku pembimbing I dan Ibu Dra. Andi

Rosdianti Razak, M.si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

2. Bapak Dr. Muhlis Madani, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.sos. , M.si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Muhammadiyah Makassar.

v
4. Teristimewa orang tua saya Ayahanda Acang, Ibunda Nureda dan segenap

keluarga yang telah mendidik, mendoakan, senantiasa memberikan nasehat,

semangat dan bantuan baik moril maupun material.

5. Kapolsek Rappocini beserta anggota kepolisian terimah kasih atas

kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian di Polsek Rappocini

Makassar.

6. Kepada teman-teman Ilmu Administrasi Negara khususnya kelas A dan

teman-teman kos yang terus memberikan motivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, Juni 2015

Purnama Sari

vi
DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................. i

Halaman Persetujuan ............................................................................................ ii

Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ....................................................................... iii

Abstrak ................................................................................................................. iv

Kata Pengantar ...................................................................................................... v

Daftar Isi ............................................................................................................. vii

Daftar Tabel ......................................................................................................... x

Daftar Gambar ...................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ............................................................................................ 7


a. Konsep responsifitas .......................................................................... 7
b.Konsep kepolisian .............................................................................. 17
B. Kerangka Pikir ....................................................................................... 23
C. Fokus Penelitian ...................................................................................... 25
D. Deskriptif Fokus Penelitian..................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian .................................................................................... 26


B. Jenis dan tipe penelitian ......................................................................... 26
C. Sumbet Data ............................................................................................ 27
D. Informan Penelitian ................................................................................ 27
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 28
F. Teknik Analisis Data............................................................................... 29
G. Keabsahan Data ...................................................................................... 29

vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 32


B. Responsivitas Kepolisian Terhadap Gangguan Keamanan Lingkungan Di
Polsek Rappocini Makassar .................................................................... 45
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Responsivitas Kepolisian terhadap
Gangguan Keamanan Lingkungan di Polsek Rappocini Makassar ........ 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 57
B. Saran-Saran ............................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Informan ................................................................................................ 28

Tabel 2 Susunan Personil ................................................................................... 38

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir ............................................................................. 24

Gambar 2 Struktur Organisasi ...................................................................... 36

x
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polisi sebagai aparat negara yang bertugas memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, penegak hukum, pengayom serta pelayan masyarakat.

Implementasi ini bertujuan untuk mencapai sasaran revitalisasi polisi yaitu

mewujudkan pelayanan prima. Kepolisian telah mengeluarkan sejumlah kebijakan

untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan publik.

Keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya

masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan

fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat.

Hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang

dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Kebijakan ini ternyata tidak serta merta menyelesaikan permasalahan

pelayanan publik oleh polisi yang selama ini masih belum maksimal. Sebagai

sasaran dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat, polisi harus

mampu beradaptasi dengan segala perubahan dan perkembangan yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat yang begitu pesat, sehingga menjadi tantangan yang

semakin berat dan kompleks.

1
2

Pemantapan kedudukan serta pelaksanaan tugas polri sebagai bagian dari

integral dan reformasi, polisi telah memiliki ”Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Negara Indonesia yang memuat fungsi,

tujuan, peran, susunan, kedudukan, keanggotaan, dan pembinaan profesi”.

Sesuai dengan Undang-Undang sangat disayangkan kalau kepolisian

masih belum bisa menjalankan fungsi dan perannya secara baik dan benar dalam

menanggani masalah kemanan di Polsek Rappocini Kota Makassar.

Kepolisian Sektor yang selanjutnya disingkat Polsek adalah unsur

pelaksana tugas pokok fungsi kepolisian di wilayah kecamatan yang berada di

bawah Kapolres. Polsek bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pemberian

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta tugas-tugas

Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Dalam melaksanakan tugas, Polsek menyelenggarakan fungsi:

1. Pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk

penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan

pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi

pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan

atas tindakan anggota Polri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2. Penyelenggaraan fungsi intelijen di bidang keamanan meliputi pengumpulan

bahan keterangan/informasi untuk keperluan deteksi dini (early detection)

dan peringatan dini (early warning), dalam rangka pencegahan terjadinya


3

gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta pelayanan surat

keterangan catatan kepolisian (SKCK).

3. Penyelenggaraan Turjawali, pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi

pemerintah dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,

dan penanganan Tipiring serta pengamanan markas.

4. Penyelenggaraan Turjawali dan penanganan kecelakaan lalu lintas guna

mewujudkan Kamseltibcarlantas.

5. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

6. Pemberian bantuan hukum bagi personel Polsek beserta keluarganya serta

penyuluhan hukum pada masyarakat;

7. Pemberdayaan peran serta masyarakat melalui Polmas dalam rangka

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, guna terwujudnya

kemitraan serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap Polri.

8. Penyelenggaraan fungsi kepolisian perairan.

9. Penyelenggaraan administrasi umum dan ketatausahaan dan

10. Pengumpulan dan pengolahan data, serta menyajikan informasi dan

dokumentasi kegiatan di lingkungan Polsek.

Laporan merupakan suatu bentuk pemberitahuan kepada pejabat yang

berwenang bahwa telah ada atau sedang atau diduga akan terjadinya sebuah

peristiwa pidana/kejahatan. Artinya, peristiwa yang dilaporkan belum tentu

perbuatan pidana, sehingga dibutuhkan sebuah tindakan penyelidikan oleh pejabat

yang berwenang terlebih dahulu untuk menentukan perbuatan tersebut merupakan


4

tindak pidana atau bukan. Kita sebagai orang yang melihat suatu tidak kejahatan

memiliki kewajiban untuk melaporkan tindakan tersebut.

Setiap orang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban

peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk mengajukan laporan atau

pengaduan kepada penyidik (kepolisian).

Polsek Rappocini memiliki area kekuasan yang sangat luas. Karena

kepolisian Rappocini bertanggung jawab ke sepuluh kecamatan di kota Makassar.

Kecamatan Rappocini ini yang di bawah naungan Polsek Rappocini memeiliki

catatan kriminal yang besar seperti perampokkan, pencurian, perkelahian. Di

polsek ini ada beberapa cara untuk melaporkan kejadian yang ingin kita laporkan

yaitu melalui call senter, sms, dan melaporkan langsung ke kantor.

Masyarakat yang datang ataupun hanya melalui layanan via telpon yang

ingin melaporkan kejahatan atau gangguan keamanan yang terjadi disekitar

lingkungan tempat tinggalnya atau dia langsung yang mengalami kejadian itu,

terkadang pihak kepolisian lambat dalam menanggapi laporan masyarakat

tersebut.

Banyak masyarakat yang telah melaporkan gangguan keamanannya

merasa kecewa karena merasa kurang direspon pada saat mengadu. Kita hanya

disuruh untu menunggu dan tidak ditindak lanjuti lagi. Kepolisian hanya

merampung kejadian-kejadian yang di laporkan oleh masyarakat.

Harusnya sebagai pelayan masyarakat ketika ada masyarakat yang

mengaduh aparat kepolisian harus bertindak secara langsung dan tidak mengulur-

ngulur waktu. Agar masyarakat merasa puas dan tidak merasa terabaikan.
5

Berdasarkan hasil observasi awal terlihat berbagai kasus yang berkaitan

dengan gangguan keamanan yang terjadi di lingkungan Rappocini Makassar

antara lain: Pelanggaran aturan lalu lintas, Perampokan, Pemerkosaan,

Perkelahian. Sehingga berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis

tertarik melaksanakan penelitian dengan judul penelitian “Responsivitas

Kepolisian Terhadap Gangguan Keamanan Lingkungan Dipolsek Rappocini

Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana responsivitas polisi terhadap gangguan keamanan lingkungan di

Polsek Rappocini Makassar?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi responsivitas kepolisian terhadap

gangguan keamanan lingkungan di Polsek Rappocini Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui responsivitas kepolisian terhadap ganggguan keamanan

lingkungan di Polsek Rappocini Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi responsivitas kepolisian

terhadap gangguan keamanan lingkungan di Polsek Rappocini Makassar.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Akademi:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti-peneliti yang

lain dan sebagai bahan bacaan, referensi, dan perbandingan dalam

menambah ilmu pengetahuan.


6

2. Kegunaan Praktis:

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan kepolisian

yang berhubungan dengan respon dan pelayanan masyarakat.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Responsivitas

Birokrasi publik, pada dasarnya dihadirkan untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Meskipun birokrasi publik memiliki ciri-ciri yang berbeda

dengan organisasi bisnis, tetapi dalam menjalankan misi, tujuan dan programnya

menganut prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan menempatkan masyarakat

sebagai stakeholder yang harus dilayani secara optimal.

Layanan publik, merupakan hak masyarakatyang pada dasarnya

mengandung prinsip: kesederhanan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi,

keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana, dan prasarana, kemudahan akses,

kedisiplinan, kesopanan keramahan, dan kenyamanan.

Tangkilisan, (2005 : 224) menyebutkan bahwa birokrasi publik tidak

berorientasi langsung pada tujuan akumulasi keuntungan, namun memberikan

layanan publik dan menjadi katalisator dalam penyelenggaraan pembangunan

maupun penyelenggaran tugas negara. Orientasi pada pelayanan menunjuk pada

seberapa banyak energi birokrasi dimanfaatkan untuk penyelenggaraan pelayanan

publik.

Siagian, (2007:163) dalam pembahasannya mengenai teori pengembangan

organisasi mengindikasikan bahwa responsivitas menyangkut kemampuan

aparatur dalam menghadapi dan mengantisipasi aspirasi baru, dan pengentahuan

baru. Birokrasi harus merespon secara cepat agar tidak tertinggal dalam

7
8

menjalankan tugas dan fungsinya. Sedangkan Irawan (2006:65) dalam bukunya

mengenai 10 prinsip kepuasaan pelanggan mengemukakan bahwa responsivitas

merupakan dimensi kualitas pelayanan yang dinamis, harapan pelanggan terhadap

kecepatan pelayanan hampir dapat dipastikan akan berubah dengan

kecenderungan naik dari waktu kewaktu. Pelayanan yang responsif juga sangat

dipengaruhi oleh sikap front-line staf salah satunya adalah kesigapan dan

ketulusan dalam menjawab pertanyaan/permintaan pelanggan.

Responsivitas sebagai salah satu indikator pelayanan berkaitan dengan

daya tanggap aparatur terhadap kebutuhan masyarakat yang membutuhkan

pelayanan sebagaimana diatur di dalam aturan perundangan. Menurut Lenvine

(1990:188) dalam Dwiyanto (2008:143) Responsiveness atau responsivitas adalah

daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi ataupun

tuntutan pengguna layanan.

Zeithaml, Parasuraman & Berry (lovelock 1992:224) dalam Santoso

(2008:62) juga mengemukakan bahwa Responsiveness atau responsivitas adalah

kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat,

serta tanggap terhadap keinginan konsumen, sedangkan menurut Fandi Tjiptono

(2005:14) menyebutkan responsivitas (daya tanggap) merupakan keinginan para

staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

Pada kenyataanyaa, keinginan mewujudkan layanan publik secara optimal,

tidak dapat dijadikan dengan baik karena birokrasi tidak cukup responsif terhadap

dinamika semakin menguatnya kemampuan masyarakat, baik melalui mekanisme

pasar maupun mekanisme organisasi sosial kemasyarakatan memungkinkan


9

birokrasi meredefisikan kembali misinya. Pengalaman membuktikan bahwa

birokrasi yang dikendalikan dari jauh hanya menghasilkan penyerangaman yang

seringkali tidak cocok dengan situasi dan kondisi pada variabilitas antar daerah.

Banyak program pemerintah gagal memperoleh dukungan penuh dan

partisipasi masyarakat karena tidak sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi daerah.

Perbedaan kultural, geografis, dan ekonomis melahirkan kebutuhan yang berbeda

dan menuntut program-program pembangunan yang berbeda pula.

Pandangan yang sejalan, dikemukakan oleh Susanto (2005), dalam

tulisannya tentang Manajemen Layanan Publik, bahwa layanan publik yang

biasanya menempel di tubuh lembaga pemerintahan dinilai kurang dapat

memenuhi tugasnya sesuai dengan harapan khalayak, sebagai ‘konsumen’

mereka. Salah satu yang dianggap sebagai biang keladinya adalah bentuk

organisasi birokrasi, sehingga birokrasi selalu mendapat pengertian yang negatif.

Selain itu, penyediaan layanan masih belum patuh kepada ketentuan baku yang

dibuatnya sendiri dalam menjalankan tugasnya.

Penyimpangan dari ketentuan yang telah ditetapkan acap kali tanpa adanya

konsekuensi pengenaan sanksi. Terjadinya berbagai penyimpangan dalam

pemberian layanan publik dapat disebabkan oleh : pertama, para birokrat yang

bertanggung jawab pada penyelenggaraan layanan publik masih terpaku pada

paradigma lama dengan semangat pangerah praja yang masih melekat; kedua,

peraturan atau ketentuan yang berlaku mengandung banyak lubang (loopholes)

atau kelemahan yang mendorong terjadinya penyimpangan; ketiga, pengguna jasa

layanan publik juga sering memanfaatkan kelemahan peraturan dan ingin


10

menempuh jalan pintas; keempat, pengguna jasa masih berada pada posisi yang

lemah.

Kumorotomo (2005 : 7) ada beberapa hal yang dikemukakan untuk

menjelaskan mengapa selama ini banyank kebijakan, program, dan pelayanan

publik kurang responsif terhadap aspirasi masyarakat , pertama, para birokrat

kebanyakan masih berorientasi kepada kekuasaan dan bukannya kepada

kepentingan publik. Birokrat menempatkan dirinya sebagai penguasa. Budaya

paternalistik sering kali juga mengakibatkan turunnya kualitas pelayanan publik.

Kedua, terdapat kesenjangan yang lebar antara apa yang diputuskan oleh pembuat

kebijakan dengan yang dikehendaki oleh rakyat.

Dilulio, 1994 dalam Dwiyanto (2002:60), menekankan bahwa

responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut

merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-

program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Selanjutnya, dalam studinya tentang reformasi birokrasi.

Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena

responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik

dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidak selarasan

antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan

kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.


11

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki

kinerja yang jelek pula.

Dwiyanto (2002:60-61), mengembangkan beberapa indikator

responsivitas pelayanan publik, yaitu : keluhan pengguna jasa, sikap aparat

birokrasi dalam merespon keluhan pengguna jasa, pengguna keluhan pengguna

jasa sebagai referensi perbaikan layanan publik, berbagai tindakan aparat birokrasi

dalam memberikan pelayanan dan penempatan pengguna jasa oleh aparat

birokrasi dalam sistem pelayanan yang berlaku.

Sementara itu menurut Zeithalm dkk,1990 (dalam Hardiansyah 2011:46)

menjelaskan beberapa indikator responsivitas pelayanan publik yaitu merespon

setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapat pelayanan, petugas/aparat

melakukan pelayanan dengan cepat, petugas/aparat melakukan pelayanan tepat,

petugas/aparat melakukan pelayanan dengan cermat, petugas/aparat melakukan

pelayanan waktu yang tepat, pengurusan nota pembayaran dilakukan dengan tepat

dan cermat, semua keluhan-keluhan pelanggan direspon oleh petugas. Sedangkan

responsivitas menurut (Tangkilisan S. 2005:177) dapat diukur melalui indikator

akses, kesopanan dan komunikasi.

Dwiyanto (2006:62) respnsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk

mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta

mengembnagkan program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan

aspirasi masyarakat. Secara singkat dapat dikatakan bahwa responsivitas ini

mengukur daya tanggap birokrasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi, serta

tuntutan pengguna jasa.


12

Osborne & Plastrik,1997 dalam Dwiyanto, organisasi yang memiliki

responsivitas yang rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek juga.

Responsifitas birokrasi yang rendah juga banyak disebabkan belum adanya

pengembangan komunikasi eksternalsecara nyata oleh jajaran birokrasi pelayanan.

Dwiyanto (2006:63) Dalam operasionalisasinya, responsivitas pelayanan publik

dijabarkan menjadi beberapa indikatornya, seperti meliputi sebagai berikut :

a) Terdapat tindakanya keluhan dari pengguna jasa selama satu tahun terakhir;

b) Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan dari pengguna jasa;

c) Pengguna keluhan dari pengguna jasa sebagai referensi bagi perbaikan

penyelenggara pelayanan pada masa mendatang;

d) Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan

kepada pengguna jasa; serta

e) Penempatan pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam sistem pelayanan

yang berlaku.

Menurut Hassel Nogi S. Tangkilisan (2005:177) responsivitas menunjukkan

pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dan kebutuhan

masyarakat. Responsivitas dimaksudkan dalam salah satu indikator kinerja,

karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi

publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutamah untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukan dengan ketidak

selarasan antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat.

Tujuan utama pelayanan publik adalah memenuhi kebutuhan warga

pengguna agar dapat memperoleh pelayanan yang diinginkan dan memuaskan,


13

karena itu penyediaan harus mampu mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan

dan kebutuhan wagra pengguna, kemudian memberikan pelayanan sesuai

keinginan dan kebutuhan warga tersebut. Beberapa pakar manajemen, seperti

Peter dan Weber serta Deming, menempatkan pentingnya mendengarkan aspirasi

pelanggan atau pengguna. Mereka memberikan nasehat kepada para manajer

untuk mempertemukan karyawan mereka secara langsung dengan pelanggan.

Hewlet-Packard meminta para pelanggan untuk membuat prestasi yang

menggambarkan kebutuhan mereka (Osborne dan Gaebler, 1996 : 194) dalam

Dwiyanto (2008:152).

Mengingat responsivitas merupakan hal yang sangat penting didalam

pelayanan publik maka untuk meningkatkan responsivitas organisasi terhadap

kebutuhan pelanggan, terdapat dua strategis yang dapat digunakan, yaitu

menerapkan KYC dan menerapkan model Citizen’z chater.

a. Mendekatkan diri dengan pelanggan melalui startegi know your custumer

(KYC)

Prinsip know your custumer (KYC) dapat digunakan oleh birokrasi publik

untuk mengenali kebutuhan dan kepentingan pelanggan sebelum memutuskan

jenis pelayanan yang akan diberikan untuk mengetahui keinginan, kebutuhan dan

kepentingan pengguna atau pelanggan, birokrasi pelayanan publik harus

mendekatkan diri dengan pelanggan.

Tidak ada alasan bagi birokrasi untuk tidak berbuat seperti itu (Osborne

dan Gaebler, 1996) dalam Dwiyanto (2008:152). Beberapa metode yang dapat

digunakan untuk keinginan dan kebutuhan para pelanggan.


14

Adalah survei, wawancara dan observasi apabila menggunakan survei

maka seperangkat daftar pertanyaan harus disiapkan untuk mengidentifikasikan

keinginan, kebutuhan, dan aspirasi para pelanggan dan sekaligus melakukan

observasi untuk mengetahui keinginan mereka.

Birokrasi pemerintah sering tidak mengetahui siapa yang menjadi

pelanggan mereka. Mereka menganggap bahwa eksekutif atasan dan anggota

parlemen adalah pelanggan yang mereka harus layani karena merekalah dana

diperoleh. Hal ini menyebabkan pelayanan eksekutif yang berorientasi pada

kepentingan eksekutif dan anggota parlemen, bukan kepentingan dan kebutuhan

para pelanggan atau pengguna jasa mereka. Karena itu suatu unit birikrasi

pemerintah perlu mendefinisikan kembali siapa yang menjadi pelanggan atau

pengguna jasa mereka sehingga untuk selanjutnya penyelenggaraan pelayanan

lebih berorinetasi pada kebutuhan dan pelanggan tersebut.

Maka dari itu perlu ada identifikasi terhadap pelanggan sehingga bisa

diketahui siapa sebenarnya pelanggan, menurut Viencent Gaspers (2004:27)

dalam Pasolong (2011:131), identifikasi pelanggan yaitu berkaitan dengan mereka

yang secara langsung maupun tidak langsung menggunakan jenis-jenis pelayanan

publik atau mereka yang secara langsung atau tidak langsung terkena dampak dari

kebijakan-kebijakan organisasi publik.


15

Organisasi memiliki pelanggan yang dapat dikategorikan sebagai

pelanggan internal dan pelanggan eksternal

a) Pelanggan internal, mencakup unit-unit atau pegawai dalam suatu organisasi

publik yang bekerja tergantung pada unit atau pegawai yang lain falam

organisasi yang sama.

b) Pelanggan eksternal mencakup pengguna produk (barang atau jasa) dari

organisasi publik.

Pemerintah yang demokratis lahir untuk melayani warganya, karena itu

tugas pemerintah adalah mencari cara agar warganya merasa senang dan puas

menerimah pelayanan yang mereka selenggarakan, seperti halnya yang berlaku

didunia bisnis, jika bisnis kita menjamin kepuasan pelanggan maka jumlah

penjualan akan meningkat, sebaliknya apabila pihak pesaing yang dapat

memberikan kepuasan atau menyenangkan pelanggan maka penjualan kita dapat

menurun karena para pelanggan meninggalkan kita dan beralih menggunakan

produk atau jasa pesaing kita.

b. Model Citize’z Charterf

Agar birokrasi lebih responsif terhadap pelanggan atau pengguna layanan,

Osborne dan Palastrik (1997) mengenalkan ide Citiez’z Charterf (kontrak

pelayanan), yaitu standar pelayanan yang ditetapkan berdasarkan aspirasi dari

pelanggan, dan birokrasi berjanji untuk memenuhinya. Citiez’z Charterf adalah

suatu pendekatan dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang menempatkan

pengguna layanan atau pelanggan sebagai pusat perhatian. Dalam hal ini,
16

kebutuhan dan pengguna layanan harus menjadi pertimbangan utama dalam

proses pelayanan.

Citizen’z charter pada dasarnya merupakan kontrak sosial antara birokrasi

dan pelanggan untuk menjamin kualitas pelayanan publik. Melalui kontrak

pelayanan hak dan kewajiban pengguna penyedian layanan di sepakati,

didefinisikan, dan diatur secara jelas. Prosedur, biaya dan waktu pelayanan juga

harus didefinisikan dan disepati bersama, tentunya dengan mengkaji peraturan

yang ada secara kritis. Dengan mengadopsi kontrak pelayanan, birokrasi juga

harus menetapkan sistem kinerjanya secara terus menerus.

Pada berbagai kasus pelayanan publik di Indonesia kurang memenuhi

harapan publik karena hanya di desain oleh penyedian layanan tanpa pernah

menanyakan keinginan, kebutuhan, maupun keluhan para pengguna layanan.

Kondisi ini seringkali melahirkan pelayan publik yang kurang sesuai dengan

harapan warga pengguna.

Maka dari itu perlu dilakukan perbaikan pada aspek responsivitas, strategi

yang dapat diterapkan untuk meningkatkan responsivitas pelayana publik adalah

melalui pelembagaan citizen’z charter atau kontrak pelayanan, Citizen’z charter

suatu pendekatan dalam penyelenggaraan pelayan publik dengan menempatkan

pengguna layanan sebagai pusat perhatian. Dalam hal ini, kebutuhan dan

kepentingan pengguna layanan harys menjadi pertimbangan utama dalam

keseluruhan proses penyelenggaraan pelayanan.

Citizen’z charter mendorog penyedian dan pengguna secara bersama

menyepakati jenis, prosedur, waktu, serta biaya pelayanan. Kesepakatan harus


17

keseimbangan hak dan kewajiban antara penyedia dan pengguna layanan. Karena

perumusan kesepakatan dilakukan melibatkan warga pengguna, maka citizen’z

charter ini dapat memudahkan penyedian layanan untuk memahami kebutuhan

dan aspirasi warga mengenai penyelenggaraan pelayanan.

Selain itu dalam citizen’z charter juga mengatur mekanisme pengaduan

keluhan dari pengguna sehingga memberikan peluang kepada penyedian layanan

untuk dapat selalu mengetahui keluhan ataupun warga pengguna.

Benang merah uraian diatas adalah bahwa yang dimaksud dengan

responsivitas merupakan kemampuan aparatur dalam mencermati perubahan

lingkungan (perubahan kebutuhan dan tuntutan publik serta kemajuan teknologi)

dan merefleksikannya salam bentuk program dan pelayanan yang berorientasi

kepada masyarakat.

2. Konsep Kepolisian

Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Udi

Rahardi (2007:56) kepolisian adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai

suatu lembaga yang diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan

peraturan perundang-undangan. Jadi, apabila kita membicarakan persoalan

kepolisian berarti berbicara tentang fungsi dan lembaga kepolisian. Menurut

Sadjijono, istilah polisi dan kepolisian mengandung pengertian yang berbeda.

Istilah polisi adalah sebagian organ atau lembaga pemerintahan yang ada

dalam negara, sedangkan kepolisian adalah sebagai organ dan sebagai fungsi.

Sebagai organ, yaitu suatu lembaga pemerintahan yang terorganisasi dan


18

terstruktur dalam organisasi negara. Sedangkan sebagai fungsi, yaitu tugas dan

wewenang serta tanggung jawab lembga atas kuasa undang-undang untuk

menyelenggarakan fungsinya, antara lain pemeliharaan keamanan danketertiban

masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.

Sebagai alat negara kepolisian secara umum memiliki fungsi dan tugas pokok

kepolisian.

Kepolisian di Indonesia selama orde baru masa pemerintahan Presiden

Soeharto menjadi bagian dari militer (ABRI), dan yang selama masa tersebut,

polri cenderung bertindak seperti militer. Namun diera reformasi, kedudukan

organisasi polri diharapkan lebih profesional dalam pelaksanaan tugasnya

sehingga lebih dapat memberikan perlindungan, pengayom dan melakukan

penegakan hukum kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai hak

asasi manusia (HAM).

Adanya penegakan hukum yang sangat baik akan tercipta kepastian hukum

dan akan menambah rasa keadilan yang dirasakan masyarakat banyak, hal ini

akan meningkatkan peran masyarakat dalam tujuan nasional membangun negara.

Penegak hukum sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia ini dalam proses

pembangunan nasional, dan penegak hukum dalam masyarakat ini dibebankan

kepada kepolisian negara. Bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat

utama dalam mendukung terwujudnya masyarakat madani yang adil dan makmur

dan beradab.

Pemeliharan keamanan dalam negeri tersebut dapat dilaksankan melalui

upaya penyelenggaran fungsi kepolisian negara yang meliputi keamanan dan


19

ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayom dan pelayanan

kepada masyarakat.

Dewasa ini telah terjadi perubahan paradigma dalam sistim ketatanegaraan

yang jelas dan menegaskan adanya pemisahan kelembagaan Tentara Nasional

Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan fungsi

dan peran masing-masing. Keamanan dan ketertiban masyarakat penuh

dibebankan kepada tugas fungsi kepolisian negara. Untuk itu peran dari kepolisian

negara telah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dalam pasal 2 dari Undang-undang ini disebutkan bahwa fungsi

kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah negara dibidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman dan pelayanan masyarakat.

Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki tugas yang cukup berat

dalam upaya pencegahan terjadinya pelanggaran dan kejahatan, disamping tugas

administratif dalam tubuh lembaga kepolisian negara sendiri dan membantu

keamanan negara bersama Tentara Nasional Indonesia dalam ikut serta melakukan

pertahanan dan keamanan negara dalam arti luas.

Kepolisian adalah salah satu bagian dari pranata penegak hukum yang ada

dinegeri ini. Peraturan dan hukum memiliki bentuk-bentuk tertulis saja.

Kepolisian memiliki peranan yang penting karena kehadirannya membuat hukum

dan aturan yang tertulis itu menjadi nyata. Tanpa polisi segala hukum dan aturan

yang dibuat tidak dapat maksimal dilaksanakan.


20

Tugas pokok Kepolisin Negara Republik Indonesia adalah:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

2. Menegakan hukum, dan

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Polri melakukan:

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

2. Menyelenggaran segala kegiatan dalam menjamin keamanan ketertiban dan

kelancaran lalu lintas di jalan;

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan parsipasi masyarakat, kesadaran

hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan

peraturan perundang-undangan;

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentukbentuk

pengamanan swakarsa;

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

8. Menyelenggarakan indentifiksi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingn tugas

kepolisian;
21

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan

hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan

bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani

oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam

lingkungan tugas kepolisian.

Agar dalam pelaksanaan tugas-tugas kepolisian sebagaimana tersebut di

atas dapat berjalan dengan baik, pelaksanaan tugasnya itu dapat dipatuhi, ditaati,

dan dihormati oleh masyarakat dipatuhi dalam rangka penegakan hukum, maka

oleh Undang-undang Polri diberi kewenangan secara umum yang cukup besar

antara lain;

1. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

menggangu ketertiban umum;

3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyekit msyarakat;

4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa;

5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif

kepolisian;

6. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian

dalam rangka pencegahan

7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;


22

8. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;

9. Mencari keterangan dan barang bukti;

10. Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional;

11. Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam

rangka pelayanan masyarakat;

12. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan

pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan msyarakat;

13. Menerima dan menyimpa barang temuan untuk sementara waktu.

Pada pasal 14 di jelaskan bahwa, Institusi kepolisian Makassar yang

merupakan bagian dari Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuia kebutuhan.

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,

dan kelancaran lalu lintas di jalan.

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran

hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan

peraturan perundang-undangan.

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5. Memelihara ketertiban dan menjamin kemanan umum.

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, pembinaan teknis terhadap kepolisian

khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa.
23

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikkan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

yang dalam pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Polisi memberi ketentraman didalam masyarakat. Dengan kehadiran polisi,

kehajahatan yang terjadi dimasyarakat bisa diminimalisir. Saat terjadi tindakan

kejahatan, polisi berperan dalam penyelidikan setiap kejahatan yang terjadi. Polisi

juga bisa menjadi penengahan saat terjadinya konflik antara dua orang maupun

dua kelompok didalam masyarakat.

Pelaksanaan kegiatan operasional dan pembinaan kemampuan kepolisian

dilaksanakan oleh seluruh fungsi kepolisian secara berjenjeng mulai dari tingkat

pusat sampai tingkat daerah yang terendah yaitu Pos Polisi, dan tanggungjawab

atas pelaksanaan tugas dan wewenang kepolisian secara hierarkhi dari tingkat

paling bawah ketingkat pusat yaitu Kapolri, selanjutnya Kapolri

mempertanggungjawabkannya kepada Presiden Republik Indonesia. Hal ini

mengingat karena Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

persetujuan DPR-RI

B. Kerangka Pikir

Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi responsivitas kepolisian

terhadap gangguan keamanan lingkungan di Polsek Rappocini, maka akan

dilakukan analisis terhadap responsivitas yang diberikan, dengan menggunakan

beberapa indikator meliputi kecepatan bertindak, ketepatan bertindak, kesopanan,


24

dan komunikasi, sehingga kepuasaan masyarakat yang diukur dengan kebutuhan

dan harapan masyrakat dapat terpenuhi.

Analisis deskriptif dengan tabel atau tanpa tabel digunakan untuk

mengetahui gambaran kondisi yang ada sehingga dapat diperoleh suatu

kesimpulan terhadap pelayanan yang diberikan. Dari penjelasan diatas dapat

digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut :

RESPONSIVITAS KEPOLISIAN DALAM


KEAMANAN LINGKUNGAN DIPOLSEK
RAPPOCINI MAKASSAR

Indikator Responsivitas :

1. Kecepatan bertindak Terciptanya


2. Ketepatan bertindak Keamanan
3. Kesopanan Lingkungana
4. komunikasi

Faktor yang mempengaruhi:

1. Sarana dan prasarana


2. Keberadaan barang
bukti
3. Saksi mata tidak jelas

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir


25

C. Fokus Penelitian

Pembatasan fokus penelitian sangat penting dan berkaitan erat dengan

masalah maupun data yang dikumpulkan, dinama fokus merupakan pecahan dari

masalah. Agar peneliti ini lebih terarah dan mudah dalam pencarian data, maka

lebih dahulu ditetapkan fokus penelitian ini adalah:

1. Responsifitas kepolisian terhadap keamanan lingkungan dipolsek

Rappocini Makassar diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kecepatan bertindak

b. Ketepatan bertindak

c. Kesopanan

d. Komunikasi

2. Faktor-faktor yang mempenagruhi responsifitas kepolisian terhadap

gangguan keamanan lingkungan dipolsek Rappocini Makassar.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

a. Kecepatan bertindak adalah berkaitan dengan waktu yang digunakan

dalam melayani konsumen atau pelanggan minimal sama dengan batas

waktu standar pelayanan yang ditentukan oleh kepolisian.

b. Ketepatan bertindak adalah proses menangani keluhan masyarakat secara

teliti dan seksama sesuai dengan komplain yang diajukan masyarakat.

c. Kesopanan adalah keramahan aparatur didalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat.

d. Komunikasi adalah berkaitan dengan kelancaran hubungan verbal maupun

fisik antara aparat dan masyarakat dalam proses pemberian pelayanan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Polsek Rappocini Makassar. Alasan

penulisan mengambil tempat penelitian di Polsek Rappocini karena

berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa di Polsek

Rappocini masih terlihat beberapa kekurangan-kekurangan dalam

pengaplikasian pelayanan dan selain itu peneliti juga ingin mengetahui

responsivitas kepolisian terhadap gangguan keamanan lingkungan dipolsek

Rappocini Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam kurung waktu kurang lebih 2 bulan,

dari bulan April hingga bulan Juni.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Untuk mengumpulkan

data dan informasi sehingga mencapai titik jenuh dari proses pengumpulan data

kemudian melakukan penarikan kesimpulan mengenai apa yang hendak diperoleh

dalam penelitian ini. Peneliti akan mendeskripsikan dan menjelaskan secara jelas

tentang Responsivitas kepolisian terhadap keamanan lingkungan di polsek

Rappocini Makassar.

26
2. Tipe Penelitian

Tipe yang penelitian yang digunakan penulis adalah tipe penelitian

dekriptif yaitu sesuai dengan data dilokasi atau penggambaran responsivitas

kepolisian terhadap keamanan lingkungan.

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang peneliti dapat secara langsung dari

sumbernya yaitu para informan yang menjadi objek penelitian peneliti.

Peneliti melakukan wawancara langsung untuk mendapatkan hasil atau data

yang valid dari informan secara langsung agar dalam menggambarakan

hasil penelitian lebih mudah.

2. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan, referensi-referensi, peraturan perundang-undangan, dokumen,

observasi, yang diperoleh dari lokasi penelitian.

D. Informan Penelitian

Adapun para informan dalam penelitian ini yang terkait dengan

responsivitas kepolisian terhadap keamanan lingkungan di polsek Rappocini

Makassar adalah:
NO NAMA INISIAL JABATAN KET

1 Muari, S.IK, M.M MA Kapolsek 1


2 Tjutju TJ Anggota kepolisian 1
3 Nurijahyana. SH NY Anggota kepolisian 1
4 Acang AC Pegawai 1
5 Ayu syifah AS Mahasiswa 1
6 Nelly NL Ibu Rumah Tangga 1
7 Sadaria SR Pegawai 1
8 Darmawati DW Pegawai Swasta 1
Jumlah Informan 8 Orang

E. Tekni Pengumpulan Data

Teknik

1. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dikumpulkan secara

langsung dengan cara melakukan pengamatan ditempat penelitian. Hal ini

diharapkan agar mendapat gambaran nyata tentang Responsivitas

kepolisian terhadap keamanan lingkungan di polsek Rappocini Makassar.

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara secara laangsung kepada kepolisian

dan masyarakat sebagai korban yang tidak puas akan responsivitas

kepolisian. Wawancara antara peneliti dan informan secara langsung

kemudian mengajukan beberapa pertanyaan yang menjadi inti dari masalah

penelitian kepada informan selanjutnya para informan ini memberikan


jawaban. Hasil tanya jawab ini di rekam dan di catat untuk mempermudah

penulis dalam tabulasi data.

3. Dokumentasi

Kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang

diperlukan dengan menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen, buku-

buku dan hasil laporan lain yang ada kaitannya dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah didapat tersebut diolah dan dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis data kualitatif yakni dengan cara merangkum dan

menyimpulkan informasi dari informan sebagai hasil wawancara dengan

mengkombinasikannya dengan sumber data tertulis berupa dokumen yang

dijadikan sebagai sumber referensi dapat berupa artikel serta hasil pengamatan

yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap objek penelitian, sehingga

dapat menjadi seperangkat informasi yang bisa diolah untuk memperoleh

kesimpulan hasil penelitian secara jelas tentang “Responsivitas kepolisian

terhadap keamanan lingkungan di Polsek Rappocini Makassar”.

G. Keabsahan Data

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik seperti ini juga

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan

data dari sumber yang sama. Teknik triangulasi data memiliki tiga macam jenis,

yaitu :
1. Triangulasi sumber, yaitu teknik untuk menguji keabsahan data yang

diperoleh dari berbagai sumber. Untuk menguji kredibilitas data tentang

responsivitas kepolisian dalam keamanan lingkungan, maka pengumpulan

dan pengujian data yang diperoleh dari kapolsek, tempat pengaduan,

anggota kepolisian dan masyarakat. Data dari berbagai sumber tersebut

dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, berbeda,

dan mana yang spesifik. Data yang dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan dimintakan kesepakatan melalui sumber-

sumber tersebut diatas.

2. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data, yaitu teknik untuk menguji

keabsahan data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda. Untuk menguji kredibilitas data tentang

responsivitas kepolisian terhadap keamanan lingkungan, maka data yang

diperoleh melalui wawancara lalu diuji dan dicek dengan observasi, dan

dokumentasi. Bila dengan berbagai teknik pengujian tersebut menghasilkan

data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut

kepada sumber datayang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan

data mana yang dianggap benar.

3. Triangulasi Waktu, yaitu teknik pengujian keabsahan data dilakukan

dengan cara suasana dan waktu berlainan. Untuk menguji kredibilitas data

tentang responsivitas kepolisian terhadap keamanan lingkungan, maka data

yang diperoleh melalui wawancara, observasi atau teknik lain pada pagi

hari kemudian diuji dan dicek pada siang hari. Selain itu hal ini dapat
dilakukan dengan cara suasana yang berbeda seperti setelah dilakukan

pengambilan data dikantor pada pagi hari kemudian dicek dengan cara

datang langsung pada siang hari pada alamat informan senbagai sumber

data.
32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Letak dan Luas Desa

Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut Polri,

adalah Kepolisian Nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan

peran memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum,

serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat

dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Dalam rangka melaksanakan ketentuan dimaksud, dan optimalisasi

pencapaian sasaran fungsi dan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia, serta

kepentingan pelaksanan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka

disusun Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Daerah Hukum Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

Pembagian daerah hukum kepolisian tersebut diusahakan harmonis, sesuai

dan serasi dengan pembagian wilayah administrasi Pemerintahan Daerah dan

perangkat sistem peradilan pidana terpadu, namun demikian untuk daerah tertentu

berdasarkan pertimbangan kepentingan pelaksanaan fungsi dan peran kepolisian,

kemampuan Kepolisian Negara Republik Indonesia, luas wilayah serta keadaan

penduduk, daerah hukum kepolisian berbeda dari wilayah administrasi

Pemerintahan Daerah.

Polsek Rappocini Makassar yang berada diwilayah Polres Kota Makassar

bertugas menyelenggarakan tugas pokok polri dalam pemeliharaan keamanan dan

32
33

ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan perlindungan, pengayoman dan

pelayanan kepada masyarakat serta tugas-tugas Polri lain dalam wilayah

hukumnya, sesuai ketentuan hukum dan peraturan/kebijakan yang berlaku dalam

organisasi Polri.

Letak wilayah Kecamatan Rappocini terletak disebelah Selatan kota

Makassar dengan luas wilayah ± 9,23 Km² . Ada pun batas-batas wilayah

Rappocini, sebagai berikut:

a. Utara : Kecamatan Makassar

b. Timur : Kecamatan Panakukang dan Kabupaten Gowa

c. Barat : Kecamatan Mamajang

d. Selatan : Kecamatan Tamalate

Wilayah Kecamatan Rappocini termasuk daerah beriklim tropis dengan

suhu maksimal 33 °C dan suhu minimal 27 °C. Kelembapan udara rata-rata 72 °C

sampai dengan 86 °C. Musim kemarau antara bulan April sampai dengan

September, sedangkan musim hujannya terjadi antara bulan Oktober sampai

dengan Maret. Angin Timur dari bulan Juni sampai dengan Maret, angin Barat

dari bulan November sampai dengan Mei.

Adapun Wilayah hukum Polsek Rappocini Makassar yaitu satu kecamatan

Rappocini Makassar yaitu Selatan kota Makassar yang didalamnya memiliki 10

(sepuluh) Kelurahan yang sebagai berikut :

1. Kelurahan Rappocini

2. Kelurahan Gunung Sari

3. Kelurahan Karunrung
34

4. Kelurahan Bonto Makkio

5. Kelurahan Mappala

6. Kelurahan Tidung

7. Kelurahan Banta Bantaeng

8. Kelurahan Ballaparang

9. Kelurahan Buakana

10. Kelurahan Kassi Kassi

2. Visi dan Misi

1. Visi

Terwujudnya insan Polri yang profesional, bermoral, bersih dan terpercaya

dalam penegakan hukum serta sebagai Pelindung Pengayom Pelayan

masyarakat yang mampu memberikan rasa aman, tentram dan dipercaya.

2. Misi

a. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,

tanggap/responsif dan tidak diskriminatif agar masyarakat bebas dari

segala bentuk gangguan fisik dan psikis.

b. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap

memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam bingkai

integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c. Mengembangkan Perpolisian Masyarakat (Community Policing ) yang

berbasis pada masyarakat patuh hukum ( Law Abiding Citizen ).

d. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proposional, transparan

dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.


35

e. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh

sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas.

f. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari masyarakat

yang berbhineka tunggal ika.

3. Motto

Melayani, melindungi, dan mengayomi.

4. Struktur organisasi

Di Indonesia, setiap organisasi baik organisasi yang sederhana maupun

yang luas dan kompleks, masalah penyusunan organisasi menjadi hal yang sangat

penting. Hal ini dilakukan agar setiap anggota dalam suatu instansi mengetahui

tugas dan bertanggung jawab atas pekerjaannya atas pekerjaannya masing-masing.

Suatu organisasi yang jelas struktur informasinya biasanya digolongkan

organisasi formil, sedangkan keorganisasian informasi terjadi dengan adanya

jalinan hubungan kerja yang tidak ditetapkan dengan resmi dalam organisasi

tersebut.

Sebuah pemahaman umum, struktur organisasi setiap organisasi terdapat

beberapa unsur, yaitu:

1. Adanya sekelompok orang

2. Adanya sekelompok orang yang saling bekerja sama

3. Adanya tujuan tertentu

4. Satu sama lain terkait secara formil

5. Mempunyai atasan dan bawahan


36

Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur organisasi Polsek

Rappocini Makassar. Di lampirkan dihalaman berikutnya :


37

a) Struktur Organisasi Polsek Rappocini Makassar. KAPOLSEK

WAKAPOLRES

UNIT
PROVOS

SIUM SIKUM SIHUMAS

URRENMIN URTAUD URTAHTI

SENTRA PELAYANAN UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT


KEPOLISIAN TERPADU INTELKAN RESKRIM BINMAS SABHARA LANTAS POLAIR
A

POLSUBSEKTOR

37
38

b) Daftar susunan pesonil:

NOMOR PANGKA
URAIAN ESELON JUMLAH KETERANGAN
UNIT JAB T
1 2 3 4 5 6 7
UNSUR PIMPINAN

01 00 PIMPINAN
01 Kapolsek KP III B 1
02 Waka Polsek AKP IV A 1
2
UNIT PENGAWASAN

02 00 UNIT PROVOS IP IV B 1
01 Kanitprovos BA - 3
02 Banit 4
UNSUR PELAYANAN
DAN PEMBANTU
PEMIMPIN
1
03 00 SIUM IP IV B 1
01 Kasium BA - 1
02 Bamin BA - 2
03 Bataud BA - 2
04 Batahti PNS II/I -
05 Banum 7

1 2 3 4 5 6 7
04 00 SIKUM
01 Kasikum IP IV B 1
02 Bamin BA - 2
3
05 00 SIHUMAS
01 Kasihumas IP IV B 1
02 Bamin BA - 2
3
UNSUR PELAKSANA
06 00 TUGAS POKOK
01 SPKT IP IV B 3
02 Ka SPKT BA - 6
39

Ba SPKT 9

07 00 UNIT INTELKAM AKP IV A 1


01 Kanitintelkam IP IV B 2
02 Panit BA - 6
03 Banit 9

08 00 UNIT RESKRIM AKP IV A 1


01 Kanitreskrim IP IV B 2
02 Panit BA - 10
03 Banit 13

09 00 UNIT BINMAS AKP IV A 1


01 Kanitbinmas IP IV B 2
02 Panit BA - 4
03 Banit 7
10 00 UNIT SABHARA AKP IV A 1
01 Kasitsabraha IP IV B 3
02 Panit BA - 18
03 Banit 22
11 00 UNIT LANTAS AP IV A 1
01 Kanitlantas IP IV B 2
02 Panit BA - 8
03 Banit 11

( PM ) *)
12 00 UNIT POLARIS Pembentuka
nnya
disesuaikan
dengan
kebutuhan
dan
ditetapkan
dengan
keputusan
kapolri.
Sumber: Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010
40

5. Job Description

Uraian terhadap masing-masing jabatan dituangkan dalam sebuah buku

Kapolri. Dalam buku tersebut telah dijelaskan secara rinci mengenai jabatan dan

tanggung jawab dari masing-masing jabatan tersebut. Untuk lebih jelasnya akan

diuraikan iktisiar dari masing-masing jabatan tersebut, sebagai beikut:

1. Tupoksi Kapolsek

a. Kapolsek adalah pimpinan polsek yang berada dibawah kapolres dan

betanggung jawab kepada kapolres.

b. Memimpin, membina, mengaawasi dan mengendalikan unit-unit

organisasi pelaksanaan kewilayaan dalam jajarannya, serta memberikan

saran, pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai perintah

Kapolres.

2. Tupoksi fungsi provos

a. Fungsi Provos adalah unsur pengawas dan pembantu pimpinan polsek

yang berada dibawah kapolsek.

b. Fungsi Provos bertugas menyelenggarakan pelayanan pengaduan

masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan anggota Polri,

pembinaan disiplin dan tata tertip termasuk pengamanan internal dalam

rangka penegakkan disiplin dan pemulian profesi.

c. Pengusulan rehabilitasi personil polsek yang telah melaksanakan

hukuman berdasarkan hasil pengawasan dan penilaian yang dilakukan.


41

d. Fungsi Provos dipimpin oleh Kanit Povos yang bertanggung jawab

kepada kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah

kendali Wakapolsek.

3. Tupoksi fungsi Humas

a. Sihumas adalah unsur pelayanan dan pembantu pimpinan yang berada

dibawah Kapolsek.

b. Sihumas bertugas mengumpulkan, mengolah data dan menyajikan

informasi serta dokumentasi yang berkaitan dengan tugas polsek.

c. Dalam melaksanakan tugas, sihumas menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan dokumentasi

kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas polsek.

2. Pengelolaan dan penyajian informasih sebagai bahan publikasi

kegiatan polsek.

d. Sihumas dipimpin oleh Kasihumas yang bertanggung jawab kepada

kapolsek dan pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali

Wakapolsek.

e. Sihumas dalam melaksanakan tugas dibantu oleh :

1. Sub seksi dokumentasi dan peliputan (subsidokliput) yang bertugas

mendokumentasikan dan meliput informasi yang berkaitan dengan

tugas Polsek.

2. Sub seksi publikasi (subsipublikasi) yang bertugas melaksanakan

pengelolaan informasi dan mempublikasikan infomasi kegiatan yang

berkaitan dengan penyampaian berita dilingkungan polsek.


42

f. Sihumas hanya terdapat pada polsek tipe metropolitan, polsek tipe urban,

dan polsek tipe rural.

3. Tupoksi Kasi Umum

a. Sium adalah unsur pembantu pimpinan Polsek yang berada dibawah

Kapolsek.

b. Sium bertugas menyelenggarakan terjaminnya pelayanan administrasi

dan kelancaran tugas-tugas pimpinan yang mencakup fungsi

kesekretariatan, pertanggung jawaban keuangan, perawatan tahanan serta

barang bukti.

c. Sium dipimpin oleh Kasium yang bertanggung jawab kepada Kapolsek

dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Kapolsek.

d. Kasium dalam melaksanakan tugas kewajibannya dibantu oleh :

1. Kepala urusan perencanaan dan administrasi, disingkat urmintu

2. Kepala urusan tata urusan dalam, disingkat urtaud

3. Kepala urusan tahanan dan barang bukti, disingkat Urtahti yang

bertugas :

 Urtahti bertugas menyelenggarakan pelayanan perawatan dan

kesehatan tahanan, termasuk pembinaan jasmani dan rohani

serta meneima, menyimpan dan memelihara barang bukti yang

didukung dengan penyelenggaraan administrasi umum yang

terkait sesuai bidang tugasnya.


43

 Utahti dipimpin oleh Kaur Tahti yang bertanggung jawab

kepada Waka Polsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

dibawah kendali Kasium.

4. Tupoksi fungsi SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu)

a. SPKT adalah unsur pelaksana tugas Polsek yang terdiri dari tiga unit dan

disusun berdasarkan pembagian waktu (Plorg) yang berada dibawah

Kapolsek.

b. SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian Kepolisian kepada

masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama laporan/

pengaduan, pelayanan bantuan/pertolongan kepolisian, bersama fungsi

terkait mendatangi TKP untuk melaksanakan kegiatan pengamanan dan

oleh TKP sesuai ketentuan hukum dan peaturan yang berlaku.

c. Masing-masing unit SPKT dipimpin oleh KA SPKT yang bertanggung

jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari berada

dibawah Wakapolsek.

5. Tupoksi fungsi Intelkam

a. Unit Intelkam adalah unsur pelaksana tugas pokok Polsek yang berada

dibawah Kapolsek.

b. Unit Intelkam bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi intelejen

bidang keamanan termasuk perkiraan intelejen, pemberi pelayanan dalam

bentuk surat ijin, kegiatan sosial/politik masyarakat dan surat keterangan

catatan kepolisian (SKCK) atau rekomendasi kepada masyarakat seta

melakukan pengamanan, pengawasan terhadap pelaksanaanya.


44

c. Unit Intelkam dipimpin oleh Kanit Intelkam yang bertanggung jawab

kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah

kendali Wakapolsek.

6. Tupoksi fungsi Reskrim

a. Unit Reskrim adalah unsur pelaksanaan utama Polsek yang berada

dibawah Kapolsek, bertugas menyelenggarakan fungsi penyeledikan dan

penyelidikan tindak pidana secara transparan dan akuntabel dengan

penerapan SP2HP, memberikan pelayanan dan perlindungan khusus

terdapat korban, anak dan wanita, menyelenggarakan fungsi identifikasi

baik untuk kepentingan penyidikan maupun pelayanan umum.

b. Unit Reskim dipimpin oleh Kanit Reskrim yang bertanggung jawab

kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah

kendali Wakapolsek.

7. Tupoksi fungsi Binmas

a. Binmas adalah unsur pelaksana tugas pokok Polsek yang berada dibawah

Kapolsek.

b. Unit Binmas bertugas membina masyarakat yang meliputi pembinaan

tehnis polmas, binjamsa dan bintibmas serta bekerja sama dengan

instansi pemerintah/lembaga organisasi masyrakat. Pembinaan bentuk

pam swakarsa, saka bayangkara serta pembinaan kelompok sadar

keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka memberdayakan

upaya pencegahan masyarakat terhadap kejahatan serta meningkatkan

hubungan sinergitas polri masyarakat.


45

c. Unit Binmas dipimpin oleh Kanit Binmas yang bertanggung jawab

kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah

kendali Wakapolsek.

8. Tupoksi fungsi Sabhara

a. Unit Sabhara adalah unsur pelaksana tugas polsek yang berada dibawah

Kapolsek.

b. Unit Sabhara bertugas menyelenggarakan dan menbina fungsi sabraha

yang mencakup tugas polisi umum yang meliputi pengaturan, penjagaan,

pengawalan, patroli termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dengan

melaksanakan Quick Respon.

c. Unit Sabhara dipimpin oleh Kanit Sabhara yang bertanggung jawab

kepada Kapolsek dan dalam pelaksanan tugas sehari-hari dibawah

kendali wakapolsek.

9. Tupoksi Lantas

a. pembinaan partisipasi masyarakat di bidang lalu lintas melalui kerja sama

lintas sektoral dan Dikmaslantas.

b. pelaksanaan Turjawali lalu lintas dalam rangka Kamseltibcarlantas.

c. pelaksanaan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu

lintas dalam rangka penegakan hukum.

B. Responsivitas Kepolisian Terhadap Gangguan Keamanan Lingkungan

Di Polsek Rappocini Makassar

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan di Polsek Rappocini

Makassar, melalui wawancara, dan observasi guna untuk memperoleh data


46

tentang bagaimana tingkat responsif kepolisian ini didalam memberikan

pelayanan serta menangani pengaduan para masyarakat, maka telah diperoleh

hasil yang dapat menujukkan bagaimana responsivitas dalam pelayanan yang

diberikan, ada beberapa indikator yang telah ditetapkan didalam menguji tingkat

responsiv polsek ini, yaitu : kecepatan bertindak, ketepatan bertindak, kesopanan,

dan komunikasi. Untuk lebih memperjelas maka akan diuraikan hasil penelitian

dengan indikator-indikator yang sudah ditetapkan.

1. Kecepatan bertindak

Kecepatan bertindak berkaitan dengan waktu yang digunakan dalam

melayani masyarakat sama dengan batas waktu yang standar pelayanan yang

ditentukan oleh kepolisian. Didalam mewujudkan mewujudkan salah satu

indikator kecepatan bertindak, pihak Kepolisian Rappocini Makassar sudah

berusaha bertindak cepat dalam menyelesaikan pengaduan tentang gangguan

keamanan lingkungan.

a. Menerima laporan

Ketika ada masyarakat yang ingin melapor tentang gangguan

keamanannya maka telah dipersiapkan tempat pengaduan. Dari hasil wawancara

salah satu informan pimpinan Polsek/Kapolsek Rappocini ditemukan (wawancara:

MA tanggal 1 Mei 2015)

“jadi ketika ada masyarakat yang melapor tentang gangguan keamanannya


maka kami sebagai aparat kepolisian menerima laporan masyarakat
tersebut dan menindak lanjuti masalah apa yang dilaporkan apakah itu
mudah,sedang,sulit dan sangat sulit”.

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa aparat kepolisian sudah

berusaha didalam bertindak secara cepat, ketika ada aduan dari masyarakat. Akan
47

tetapi dalam kenyataanya masih ada beberapa masyarakat yang mengaggap bahwa

pihak Kepolisian belum mampu mertindak secara cepat ketika kami melapor, dari

hasil wawancara salah informan masyarakat/pengadu diperoleh informasih

(wawancara: AC. Tanggal 6 Mei 2015)

“Ketika ada masalah gangguan keamanan dilingkungan tempat tinggalku,


terkadang aparat kepolisian lambat dalam merespon aduan kami dan
terkadang aparat kepolisian dalam menyelesaikan masalah menunda-nunda
waktu untuk menyelesaikan gangguan tersebut.

Hal senada juga di tuturkan dari salah satu informan masyarakat

(wawancara: AS tanggal 7 Mei 2015)

“ketika saya melaporkan bahwa saya kecurian saya sangat kecewa dengan
aparat kepolisian karena saya hanya disuruh untuk menunggu dan tidak
menindak lanjuti kasus yang saya alami”.

Dari hasil wawancara diatas, maka disimpulkan bahwa pihak masyarakat

kurang puas dengan pelayanan aparat kepolisian ketika masyarakat yang sedang

mengalami gangguan keamanan melapor kepada aparat kepolisian.

b. Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa aparat kepolisian sudah

berusaha tepat waktu untuk berangkat ketempat kejadian untuk melakukan

pemeriksaan didalam menyelesaikan aduan para masyarakat. Adapun standar

waktu yang ditetapkan aparat didalam bertindak, didapatkan jawaban dari salah

satu informan dari pihak kepolisian bahwa (wawancara: TJ. Tanggal 1 Mei 2015)

“kami sebagai parat kepolisian yang bertanggung jawab kepada


masyarakat ketika terjadi gangguan keamana maka kami akan langsung
menuju ketempat terjadinya perkara (TKP) dengan waktu kurang dari tiga
menit”.
48

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa aparat kepolisian

berusaha melakukan pemeriksaan ditempat terjadinya perkara (TKP) dengan

pelayan cepat. Tapi dalam kenyataannya masih ada masyarakat yang mengagap

aparat kepolisian masih lambat dalam melayani masyarakat. Dari hasil wawancara

informan masyarakat diperoleh informasih (wawancara: SR Tanggal 8 Mei 2015)

“pada saat pemeriksaan TKP aparat kepolisian terlalu lambat dalam


bertindak dan hanya mengulur-ngulur waktu. Pada hal kami ingin sekali
masalah ini cepat terselesaikan”.

Dari informasi yang diberikan SR maka diperoleh jawaban bahwa dalam

penilaian masyarakat terhadap pemeriksaan tempat terjadinya perkara itu sangat

lambat , tolak ukur terlambat dalam presfektif masyarakat tidak sesuai dengan

tolak ukur pelayanan lambat yang sudah ditetapkan dari pihak kepolisian. Untuk

memperjelas masalah diatas maka akan mewawancarai informan yang merupakan

salah satu aparat kepolisian (wawancara: TJ. Tanggal 1 Mei 2015) .

“waktu yang ditetapkan kepolisian dalam memlakukan pemeriksaan


tempat kejadian yaitu tergantung dari kasus apa yang di periksa ketika
kasus tersebut mudah maka waktu yang digunakan sehari tapi ketika kasus
itu berat maka diperlukan waktu selama tiga hari”.

Dari hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan

tempat terjadinya perkara itu melihat dari kasus apa yang akan dipecahkan ketika

itu mudah maka memerlukan waktu sehari tapi ketika kasus tersebut rumit maka

dibutuhkan waktu tiga hari. Jadi ketika ada kasus yang ditangani maka hanya

melihat dari segi mana kesulitan yang harus dipecahkan.


49

2. Ketepatan bertindak

Pelayanan yang sesuai jadwal yang ditentukan dan disepakati antara

aparatur dan keinginan pengadu/masyarakat. Dari hasil observasi dan wawancara

yang dilakukan, maka telah ditemukan informasi terhadap kemampuan kepolisian

ini, didalam mewujudkan salah satu indikator dari pelayanan yang responsiv. Dari

hasil wawancara salah satu informan yang merupakan pengguna jasa maka

ditemukan masih ada ketidak tepatan waktu yang disepakati didalam memberikan

pelayanan, ungkap salah satu masyarakat/korban (wawancara: DW. Tanggal 7

Mei 2015)

“Saya melapor tentang kejadian perampokan dirumah saya, tapi aparat


kepolisian itu hanya menanyakan hal-hal yang tidak penting dan menyuruh
saya menunggu dan terus menunggu,katanya tunggu sebentar yah bu, nanti
akan ditindak lanjuti, tp pergerakannya juga belum ada”.

Untuk mengetahui masalah ini saya pun mencoba mewawancarai salah

satu aparat kepolisian, dari hasil wawancara mengenai pemberian pelayanan tepat

maka diperoleh (wawancara: NY. Tanggal 2 Mei 2015)

“Dalam hal ini ketika ada masyarakat yang melapor, jika perlu pada saat
itu juga kami akan bergerak dan menyelesaikan masalah tersebut.
Terkadang kami dari aparat kepolisian terhalang atau terhambat dengan
tidak adanya barang bukti kemudian saksinya tidak jelas”.

Dari hasil wawancara diatas saya pun mencoba mewawancarai salah satu

informan yang merupakan masyarakat maka kami temukan ada ketepatan waktu

yang disepakati didalam memberikan pelayanan, ungkapan salah satu masyarakat

(wawancara: AS 7 Mei 2015)

“Saya merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh aparat kepolisian
karena pada saat saya melapor bahwa saya kecopetan dalam perjalanan,
polisi langsung menindak lanjuti kasus yang saya adukan tanpa
mengundur-undur waktu”.
50

Untuk lebih menguatkan pernyataan ini saya mewawancarai salah satu

informan dari aparat kepolisian, dari hasil wawancara mengenai ketepatan dalam

bertindak maka diperoleh (wawancara: TJ. Tanggal 1 Mei 2015)

“kami dari aparat kepolisian akan langsung menangani masalah gangguan


keamanan masyarakat jika ada yang melaporm karena pada saat itu
fasilitas yang akan digunakan dalam menangani masalah ada pada saat itu
juga, seperti mobil patroli, komputer, dan alat tekhnologi lainnya, dan
yang lebih penting adanya barang bukti dan saksi yang melihat kejadian
tersebut”.

Dari hasil wawancara yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa

aparat kepolisian terkadang tidak mampu bertindak dengan tepat disebabkan

karena adanya beberapa hambatan yang terkadang didapat didalam memberikan

pelayanan, sehimgga sebagian masyarakat tidak puas dengan pelayanan yang

diberikan. Tapi terkadang aparat kepolisian sudah memberikan pelayanan yang

tepat karena adanya beberapa faktor pendukung yang didapatkan didalam

memberikan pelayanan, sehingga sebagian masyarakat sudah merasa puas akan

pelayanan yang diberikan oleh aparat kepolisian.

3. Kesopanan

Keramahan aparatur dalam memberikan pelayanan, kesopanan dalam hal

ini meliputi perilaku, cara berkomunikasi dengan masyarakat/pengadu dan

penampilan. Untuk mengetahui apakah aparat kepolisian telah memenuhi salah

satu indikator pelayanan yang responsiv ini yaitu kesopanan, maka saya

mewawancarai salah satu aparat kepolisian, guna mendapatkan data yang akan

digunakan untuk memperoleh jawaban mengenai kesopanan, (wawancara: NY. 1

Mei 2015)
51

“Mengenai kesopanan itu relatif, tanggapan masyarakat yang mengadu


bagaimana terhadap kami, sekalipun kami mengatakan sopan tapi
pelanggan tidak merasa sopan atas pelayanan yang kami berikan apa boleh
buat, itu penilaian subjektif”.

Untuk memperjelas pernyataan diatas maka saya mencoba mewaancarai

salah satu informan dari kalangan masyarakat yang dimana merupakan orang

yang menilai secara langsung pelayanan dalam hal kesopanan yang diberikan oleh

aparat kepolisian (wawancara: NL. 7 Mei 2015)

“kalo masalah kesopanan, menurut saya secara pribadi aparat kepolisian


sudah mempraktekkan perilaku sopan didalam memberikan pelayanan,
baik dari segi komunikasi, periaku, serta penampilan mereka, walaupun
ada masyarakat yang mengadu mengenai gangguan keamanan mereka
dengan datang dalam keadaan marah-marah, maka aparat kepolisian tetap
menaggapinya dengan baik dan sopan. Jadi menurut saya aparat kepolisian
sudah sopan didalam memberikan pelayanan”.

Untuk lebih memperjelas lagi maka saya mewawancarai salah satu

informan dari aparat kepolisian yang mengatakan bahwa (wawancara: TJ. Tanggal

1 Mei 2015)

“dari kepolisian sebagai pelayan masyarakat, saya sudah melayani dengan


baik dan sopan karena itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab
moral sebagai aparat kepolisian”.

Untuk memperjelasnya lagi maka saya mewawancarai salah satu informan

dari kalangan masyarakat/pengadu (wawancara: SR. Tanggal 8 Mei 2015)

“aparat kepolisian didalam memberikan pelayanan, ketika ada keluhan


atau gangguan keamanan maka aparat kepolisian menanggapinya dengan
baik, cara mereka berintekrasi, berkomunikasi dengan kami saya rasa
sudah sopan dan baik”.

Dari beberapa informasih yang diperoleh baik dari aparat kepolisian

dimana merupakan pihak pemberi layanan, serta dari pihak masyarakat yang

merupakan penerima layanan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam hal


52

kesopanan aparat kepolisian sudah memenuhi salah satu indikator ini, ini terbukti

dari pernyataan masyarakat yang sudah puas terhadap perilaku kesopanan para

aparat kepolisian didalam memberikan pelayanan.

4. Komunikasi

Komunikasi berkaitan dengan kelancaran hubungan verbal/fisik aparatur

dan masyarakat/pengadu dalam proses pemberian pelayanan, untuk mengetahui

seberapa besar aparat kepolisian sudah memenuhi salah satu indikator pelayanan

responsiv ini maka saya mencoba mewawancarai salah satu informan yang

merupakan aparat kepolisian (wawancara: NY. Tanggal 1 Mei 2015)

“komunikasi antara kami dan pelanggan/pengadu sudah berjalan dengan


baik, ketika mereka melaporkan masalah gangguan keamanannya dan
masalah itu belum bisa kami tangani langsung, maka kami akan
menjelaskan secara singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh sih
pengadu/pelapor dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah
dimengerti maka mereka dengan mudah mengerti apa yang menjadi
kendala mereka”.

Dari hasil wawancara diatas maka aparat kepolisian sudah mampu

melakukan komunikasi dengan baik kepada masyarakat, sehingga proses

kelancaran hubungan bisa berjalan dengan baik, untuk lebih memperjelasnya saya

akan mewawancarai salah satu aparat kepolisian (wawancara: TJ. Tanggal 1 Mei

2015)

“dalam hal komunikasi soalnya ketika pelapor kesini kita akan


menjelaskan dengan baik, dan hingga jelas agar masyarakat dapat mengerti
dengan jelas apa yang menjadi kendala mereka”.

Dari hasil wawancara yang telah saya peroleh diatas maka aparat

kepolisian sudah mampu berhubungan dengan lancar dengan melalui komunikasi

yang baik dalam hal memberikan pelayanan, kepada pengadu/pelapor. Untuk


53

mengetahui apakah pernyataan kedua informan diatas sudah sesuai dengan

penilaian masyarakat selaku pengguna layanan, untuk itu saya mewawancarai

salah satu pengguna layanan dari kalangan masyarakat (wawancara: AC. Tanggal

6 Mei 2015)

“mengenai komunikasi saya rasa aparat kepolisian sudah baik dalam hal
ini, sehingga yang mana pada awalnya kami marah-marah dan tidak
menahu kendala yang kami laporkan berkat komunikasi yang baik dan
jelas kami mampu mengetahui dasar permasalahan mengapa laporan kami
belum bisa diproses dengan langsung”.

Untuk lebih memperjelas maka saya mewawancarai salah satu informan

dari kalangan masyarakat/pengadu perkara (wawancara: NL. Tanggal 7 Mei 2015)

“dalam hal komunikasi saya merasa kepolisian sudah baik. Ketika laporan
yang saya masukkan, saya bisa memahami permasalahan saya melalui
komunikasi yang baik yang disampaikan oleh aparat kepolisian”.

Dari apa yang dijelaskan salah satu informan dari kalangan pengguna

layanan maka bisa disimpulkan bahwa aparat kepolisian telah mampu memenuhi

salah satu indikator dari pelayanan responsiv ini, ini terlihat dari pernyataan

masyarakat yang secara tidak langsung sudah merasa puas dengan apa yang

diberikan.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Responsivitas Kepolisian Terhadap

Gangguan Keamana Lingkungan Di Polsek Rappocini Makassar.

Dalam kegiatan penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi responsivitas kepolisian terhadap gangguan keamanan lingkungan

di Polsek Rappocini Makassar. Faktor-faktor yang mempengaruhi responsivitas

tersebut ada tiga yaitu sarana dan prasarana, tidakadanya barang bukti, dan saksi

mata yang tidak jelas. Adapun penjelasanya sebagai berikut:


54

1. Sarana dan Prasarana

Dalam meningkatkan responsivitas kepolisian dalam menangani suatu kasus

maka yang dibutuhan salah satunya adalah sarana dan prasarana. Jika ada laporan

dari masyarakat mengenai gangguan keamanannya maka kami segera berangkat

dengan menggunakan mobil patroli. Dari hasil wawancara pemimpin

polsek/kapolsek ditemukan (wawancara: MA. Tanggal 1 Mei 2015)

“Ketika ada masyarakat yang melapor maka kami akan melakukan introgasi
terlebih dahulu untuk mengetahui akar permasalahan tersebut dan setelah itu
kami langsung berangkat ke tempat kejadian perkara (TKP) menggunakan
mobil patroli.

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa aparat kepolisian sudah

melakukan tugasnya melayani masyarakat yang melapor langsung menuju tempat

kejadian. Hal senada dituturkan oleh aparat kepolisian ditemukan (wawancara: TJ.

Tanggal 1 Mei 2015)

“jadi ketika ada laporan dari masyarakat dan pada saat itu sarana yang akan
dipergunakan ada kami langsung berangkat ketempat kejadian”.

Dari hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aparat

kepolisian akan langsung menangani suatu kasus dan berangkat ke tempat

kejadian perkara (TKP) ketika sarana dan prasarana yang dibutuhkan ada pada

saat itu juga. Tapi kadang masyarakat tidak bisa mengerti apa kendala yang

dihadapi kepolisian untuk menangani kasus yang dilaporkan.

Maka dari itu untuk pihak kepolisian harus mempersiapkan setidaknya

sarana yang dibutuhkan harus lebih dari satu agar masyarakat yang mengadu akan

langsung ditangani dan berangkat langsung ketempat terjadinya perkara (TKP).


55

Dan merasa puas akan layanan yang diberikan oleh kepolisian Rappocini

Makassar.

2. Tidak Adanya Barang Bukti

Dalam menangani suatu kasus kepolisian memerlukan barang bukti yang

nyata. Ketika barang bukti yang dibutuhkan tidak ada dan tidak jelas maka suatu

kasus akan sukar atau sulit untuk ditindak lanjuti. Dari hasil wawancara salah

satu informan aparat kepolisian (wawancara: NY Tanggal 1 Mei 2015)

“jadi untuk menindak lanjuti kasus maka kami membutuhkan barang bukti
untuk lebih memperjelas kasus tersebut agar supaya kasus tersebut dapat di
proses”.

Demikian halnya dengan penuturan salah satu aparat kepolisian yang lain

(wawancara: TJ tanggal 1 Mei 2015)

“penyidikan tidak akan berjalan ketika barang bukti yang dibutuhkan tidak
ada dan kasus tersebut tidak bisa diproses jadi sangant dibutuhkan barang
bukti suatu kasus”.

Dari hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aparat

kepolisian susah dan tidak bisa memproses suatu kasus ketika barang bukti tidak

ada. Maka untuk mempermudah kerja kepolisian dan untuk kelancaran proses

aduan masyarakat maka akan lebih baik jika pengadu mempersiapkan barang

bukti yang diperlukan dalam proses penangan kasus yang akan diproses oleh

kepolisian tersebut.

3. Saksi Mata Tidak Jelas

Sebuah kasus akan lebih jelas ketika ada saksi mata yang mengetahui dari

mana dan bagaimana suatu peristiwa tersebut terjadi. Dari hasil wawancara

informan kapolsek Rappocini ditemukan (wawancara: MA Tanggal 1 Mei 2015)


56

“ketika kami menangani suatu kasus dan kasus tersebut tidak mempunyai
saksi mata maka kami agak lambat untuk bertindak karena kami tidak bisa
tahu akar kejadian tersebut”.

Demikian halnya penuturan salah satu aparat kepolisian yang melakukan

penyidikan langsung ketempat kejadian (wawancar: NY Tanggal 1 Mei 2015)

“kami agak susah memproses suatu kasus ketika saksi matanya yang tidak
jelas karena dari pihak kepolisian ingin mengetahui kasus dan proses
kejadian yang sebetul-betulnya terjadi di tempat kejadia perkara (TKP)
tersebut”.
Dari hasil wawancar diatas, maka dapat di simpulkan bahwa ketika ada

suatu peristiwa atau kasus tidak memiliki saksi mata yang melihat betul peristiwa

tersebut maka kasus tersebut susah dan lambat untuk diproses. Maka untuk

melancarkan dan mempermudah anggota kepolisian untuk memproses kasus yang

dilaporkan maka harus terlebih dahulu untuk mencari saksi mata yang benar-benar

melihat kejadian tersebut.


57

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan,

dimana untuk mengetahui responsivitas suatu pelayanan maka telah ditetapkan

beberapa indikator untuk menjadi tolak ukur dari suatu pelayanan yang responsiv,

yaitu; kecepatan bertindak, ketepatan bertindak, kesopanan, dan komunikasi, dari

semua indikator ini maka kami menggunakan untuk menguji pelayanan pada

polsek yang merupakan badan hukum milik negara (BHMN) di Polsek Rappocini

Makassar, guna menjawab rumusan masalah yang sudah ditetapkan sebelumnya,

yaitu untuk mengetahui responsivitas kepolisian terhadap gangguan keamanan

lingkungan di Polsek Rappocini Makassar, kemudian ingin mengetahui faktor

pendukung dan faktor penghambat responsivitas kepolisian terhadapa gangguan

keamanan di Polsek Rappocini Makassar.

1. Setelah melalui beberapa proses pengumpulan data, dari observasi hingga

wawancara maka dapat disimpulkan bahwa masih ada masyarakat atau

pengguna jasa yang belum merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan

oleh aparat kepolisian, namun dalam beberapa hal masyarakat sudah merasa

puas dengan pelayanan yang diberikan, dalam kecepatan bertindak ; aparat

kepolisian sudah mampu mewujudkan salah satu indikator pelayanan

responsiv, meskipun ada masyarakat yang menggap pelayanan kepolisian

lambat dikarenakan tidak adanya kesusaian tolak ukur keterlambatan dalam

pandangan masyarakat dan keterlambatan dalam ketentuan kepolisian,

57
58

kemudian dalam hal ketepatan bertindak; dari hasil penelitian maka diperoleh

kesimpulan bahwa aparat kepolisian terkadang tidak mampu bertindak

dengan tepat disebabkan karena adanya beberapa hambatan yang terkadang

didapat didalam memberikan pelayanan, sehimgga sebagian masyarakat tidak

puas dengan pelayanan yang diberikan. Tapi terkadang aparat kepolisian

sudah memberikan pelayanan yang tepat karena adanya beberapa faktor

pendukung yang didapatkan didalam memberikan pelayanan, sehingga

sebagian masyarakat sudah merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh

aparat kepolisian, kemudian dalam hal kesopanan dan komunikasi, ditemukan

bahwa aparat kepolisian sudah mampu mewujudkan indikator pelayanan yang

responsiv ini, ini dapat dilihat dari pernyataan para pengguna layanan/

pelapor yang sudah merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

2. Adapun faktor yang mempengaruhi pelayanan yang responsiv, maka

ditemukan; sarana dan prasarana, tidak adanya barang bukti dan saksi

kejadian (saksi mata) yang tidak jelas.

B. SARAN

1. Memberikan informasi kepada pengguna layanan/pengadu tentang standar

waktu yang digunakan didalam menyelesaikan keluhan sehingga masyarakat

dapat mengetahui standar waktu yang digunakan dalam menyelesaikan

keluhan gangguan keamanan para pelapor.

2. Sebaiknya aparat Kepolisian lebih meningkatkan lagi kinerja dalam melayani

masyarakat.
59

3. Sebaiknya Kepolisian harus meningkatkan semangat kerja dan jalin

kemitraan dengan masyarakat, jangan buat masyarakat menjadi takut

berurusan dengan polisi tapi jadikan masyarakat sebagai tempat untuk

berbagi.
DAFTAR PUSTAKA

Anggora, M. Toha dkk. 2007. Metode Penelitian. Universitas Terbuka. Jakarta


Anonim, 2014. http://skripsitesisdisertasi.com/pengertian_pelayanan_publik
diakses pada tanggal 27/12/2014 jam13.43
Anonim, 2012. http://pospolisi.wordpress.com/2012/11/03/tugas-wewenang-polri-
di.html diakses pada tanggal 03/12/2014 jam 23.37

Dwiyanto, Agus. dkk 2008. Mewujudkan Good Governents Melalui Pelayanan


Publik. Gaja Mada University Pres, Yogyakarta
Dwiyanto, Agus.dkk 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Pusat Studi
Kependudukan UGM : Yogyakarta
------------, Agus.dkk 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Gaja Mada
University Press. Yogyakarta
Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik, Konsep, Dimensi, Indikator dan
Implementasinya. Gava Media, Yogyakarta.
Irawan Hadi. 2006. 10 Prinsip kepuasan pelanggan. PT. Elex Media Kompotindo,
Jakarta
Kumorotomo, Wahyudi. 2005. Akuntabilitas Birokrasi Publik sketsa Pada Masa
Transisi. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Masrie, Aspianorhttp 2014. http://makassar.tribunnews.com/2014/09/23/surat-
terbuka-untuk-kapolda, di akses pada tanggal 4 maret 2015 pada pukul
22:14.
Miles, Matthew B. & Huberman, AS. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif,
terj. Tjetjep. Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleon lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya


Bandung.

Munawir M. 2014. Responsivitas Pelayanan keluhan Pelanggan Di PT. PLN


(Persero) Kabupaten Takalar. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar

Pasolong Harbani, 2011. Teori Administrasi Public. Alfabet. Bandung

Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja pada Tingkat Polres

60
61

Santoso Pandji. 2008. Administrasi Publik, Teori dan Aplikasi Good Governance,
PT. Refika Aditama. Bandung

Siagian, Sondang P. 2007. Teori Pengembangan Organisasi. Penerbit Bumi


Aksara, Jakarta.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


Bandung.

---------- 2013. Metedo Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung

Sulistya, Arief. 2008. Profesional Aparatur Pemerintah / studi kasusu


responsifitas dan inovasi di aparatur kecamatan ( SKRIPSI)
Susanto, Agus. 2005. Manajemen Pelayanan Publik. Makalah. Publikasi Internet :
http://www.ombudsman.or.id/pdf/SO2.pdf. Diakses pada tanggal 10 januari
2015 pada pukul 11:00.
Tangkilisan, Hesel Nogi S. Drs. M.Si. 2005. Manajemen Publik. Penerbit PT.
Grasindo, Jakarta.
Tjiptono, Fandi. 2005. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Andy Offset,
Yogyakarta.

UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai