Pendekatan Dalam Komunikasi Lintas Budaya
Pendekatan Dalam Komunikasi Lintas Budaya
“MAKALAH”
Disusun Oleh :
Ernawati 1901026051
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah
Komunikasi Lintas Budaya dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam kita panjatkan
kepada junjungan nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kita tunggu di
Yaumul Kiyamah nanti.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Lintas
Budaya serta untuk menambah wawasan kita mengenai "Pendekatan dalam Komunikasi
Lintas Budaya" Jika dalam makalah ini memiliki kesalahan mohon maaf dan kami sedang
dalam tahap belajar, sekiranya makalah ini juga bisa menambah wawasan kepada pembaca
yang membaca ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi dan kebudayan seperti dua sisi mata uang yang resiprokal. Pusat perhatian
komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi
melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Para pelintas kebudayaan dan komunikasi,
baik secara verbal maupun non-verbal secara alamiah selalu digunakan dalam konteks interaksi.
Pusat studi tentang komunikasi dan kebudayaan juga meliputi bagaimana menjajaki makna-
makna, polapola, tindakan dan bagaimana pula makna serta pola-pola itu diartikulasikan dalam
sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan bahkan
lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi lintas manusia. Rich dan.Ogawa menyatakan
bahwa komunikasi lintas budaya adalah komunikasi antar orang-orang yang berbeda budayanya,
yang menerobos lintasan suku bangsa, etnik, ras dan kelas sosial. Sementara menurut C.H.Dood,
komunikasi lintas budaya melibatkan para komunikan yang mewakili pribadi, lintas pribadi, atau
kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi
perilaku komunikasi para komunikan.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Proses komunikasi juga terjadi dalam konteks fisik dan konteks sosial, karena komunikasi
bersifat interaktif sehingga tidak mungkin proses komunikasi terjadi dalam kondisi terisolasi.
Konteks fisik dan konteks sosial inilah yang kemudian merefleksikan bagaimana seseorang
hidup dan berinteraksi dengan orang lainnya sehingga terciptalah pola-pola interaksi dalam
masyarakat yang kemudian berkembang menjadi suatu budaya, Adapun budaya itu sendiri
berkenaan dengan cara hidup manusia.
1. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat digunakan oleh para peneliti yang tertarik dalam mencoba untuk menentukan
kepribadian dan karakteristik individu dari mereka yang sukses dalam interaksi antarbudaya.
Beberapa contoh dari atribut yang diidentifikasi melalui pendekatan ini termasuk mereka yang
berpikiran global (world-mindedness) dan nilai-nilai relativistik.
2. Pendekatan Perseptual
Pendekatan perseptual berfokus pada mengidentifikasi sikap berbagai individu atau persepsi
yang terkait dengan interaksi interkultural yang sukses (Lustig & Koester, 1993). Kemampuan
untuk menangani stres secara efektif dan kemampuan untuk menjalin hubungan .
3. Pendekatan Perilaku
Dari pendekatan ini para peneliti telah mengidentifikasi beberapa kategori perilaku yang terkait
dengan kompetensi komunikasi antarbudaya seperti perhatian dan inklusi interpersonal serta
perilaku khusus atau hal-hal kecil lain yang terkait dengan kompetensi termasuk tersenyum,
tertawa, bersandar ke arah orang lain, menganggukkan kepala, berjabat tangan, dan berbicara.
Pendekatan ini, berbeda dengan tiga pendekatan lainnya yang mengasumsikan bahwa
kompetensi memerlukan kesadaran dan perilaku khusus budaya, contohnya adalah kemampuan
untuk menunjukkan rasa hormat seperti di Jepang. Atribut khusus budaya dapat mencakup
perilaku, serta perilaku ritual untuk konteks tertentu dalam budaya.
Nilai-nilai adalah aspek evaluative dari sitem kepercayaan, nilai dam sikap. Dimensi
evaluative ini meliputi kualitas-kualitas seperti kemanfaatan, kebaikan, estetika, kemampuan
memuaskan kebutuhan, dan kesenangan. Meskipun setiap orang mempunyai tatanan nilai ayang
unik, terdapat pula nilai-nilai yang cenderungmenyerap budaya. Nilai-nilai ini dinamakan nilai
budaya.
Nilai dari suatu budaya menampakkan diri dari perilaku para anggotabudaya yang
dituntut oleh budaya. Nilai-nilai ini disebut nilai normative. Sseperti seorang pengendara motor
dituntut berhenti ketika tanda lampu merah menunjukkan tanda berhenti.
Berkomunikasi dengan orang lain adalah rutinitas kita sehari- hari. Dalam
berkomunikasi tentunya kita menggunakan bahasa dalam penyampaiannya. Bahasa dibentuk
oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada
komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata
bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima
dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang
bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi,
kerja sama dan identifikasi diri. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi
dengan bendanya. Bahasa memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan sesama manusia, alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia, alat
untuk mengidentifikasi diri. Pada dasarnya, bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya secara
lisan, tetapi juga menggunakan bahasa isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya.
3. Bahasa Tubuh
Penggunaan bahasa tubuh dalam berkomunikasi, biasa disebut sebagai komunikasi non-
ujaran (non-verbal communication). Manajer perlu mengetahui cara menggunakan bahasa tubuh
sebagai cara penekanan ekspresi pesan yang akan disampaikan. Hal ini penting untuk
menghindari terjadinya distorsi informasi.
4. Lingkungan komunikasi,
a) Fisik,
b) Sosial-psikoilogis,
c) Temporal (waktu)
pendekatan ini memberikan kebebasan peneliti untuk mengamati dan mengungkapkan hasil
pengamatannya sesuai objek. Sehingga apa yang peniliti lihat, maka itulah yang disampaikan
dari pandangan dari luar dan pengamatan dari dorongan dirinya. Menurut Bernado Attia (2000)
pendekatan social ini lebih di dominasi oleh para penganut fungsional yang menekankan
pendekatan yang bersifat etik.
2. Pendekatan Interpretatif
Kebalikan dari pendekatan interpretative adalah pendekatan psikologi social (PKS). Jika PKS
lebih mengutamakan etik dengan peneliti berada di luar alias hanya melakukan penelitian di luar
tanpa mengikuti gaya hidup suatu budaya, maka dalam pendekatan interpretative ini peneliti
masuk langsung dalam ranah lingkup budaya.
3. Pendekatan kritis
Kata kunci dari pendekatan ini adalah kreatif. Peneliti dalam mengambil kesimpulan dengan
mengamati realitas yang berpengaruh besar dalam komunikasi antarbudaya. Realitas kkehidupan
yang pengaruhnya sangat besar seperti dalam bidang politik berkaitan dengan kekuasaan,
ekonomi, social dll.
4. Pendekatan Dialektikal
Hanya dengan metode dialektikal penleliti dapat mengungkapkan komunikasi antar budaya.
Pendekatan ini adalah gabungan dari pendekatan 3 diatas. Pendekatan ini memberikan penjelasan
bahwa pandangan dapat dilakukan dari dalam maupun luar agar valid, kemudian di
kontruks yang akhirnya kita amati sesuai konteks dan realita di lapangan yang terjadi.
Pendekatan ini berkonsepkan sains yang mengacu pada dunia internasional dan humanismme.
Jadi dalam penelitiannya, peneliti mengamati melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
lembaga organisasi atau LSM internasional melalui seminar maupun pertukaran mahasiswa yang
mempersepsikan lintas budaya masing-masing dan gerakan religious dari pemeluk agama-agama
masing-masing.
Setiap antar budaya maupun setiap budaya pasti mempunyai konflik ataupun masalah yang
terjadi. Usaha pendekatan ini mengarah kepada menemukan titik-titik antarbudaya yang
universal, sehingga dapat dikatakan bahwa nantinya jika tidak tembus, maka adalah sebagian
budaya yang terisolasi karena peprbedaan pandangan dalam mencari titik temu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kita bisa melihat diatas bahwa pendekatan dalam komunikasi lintas budaya bisa berbagai
cara, seperti pendekatan sifat, Pendekatan Perseptual, Pendekatan Perilaku, Pendekatan Khusus
Budaya. Semua itu bisa dilakukan dengan cara dan tahapan yang tepat, agar mampu membangun
komunikasi lintas budaya yang diinginkan.
B. PENUTUP
Demikianlah pembahasan makalah kami, mengenai "Pendekatan dalam Komunikasi
Lintas Budaya". Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam segi substansi maupun
kepenulisan. Sehingga saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan ke depannya. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Lisa Bradford, Mike Allen, Kevin Beisser. An Evaluation and Meta-Analysis of Intercultural
Communication Competence Research. 2018. Beberapa Pendekatan pada Penelitian Komunikasi
Lintas Budaya. https://sobara.wordpress.com/2018/08/22/beberapa-pendekatan-pada-penelitian-
komunikasi-lintas-budaya/. (Diakses pada tanggal 27 Maret 2021 pukul 15.24 wib)
Wahyuni, S., Lubis, F. O., & Nurkinan, N. (2019). KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
PERNIKAHAN PASANGAN BEDA ETNIS. Jurnal Politikom Indonesiana, 4(1), 15-39.