Anda di halaman 1dari 5

STUDI KASUS PENGELOLAAN LIMBAH B 3

Studi kasus ini berjudul “Evaluasi Pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit Sebelum dan
Setelah Covid-19 (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Solo)”. Dalam
studi kasus ini mebahas tentang pengelolaan limbah rumah sakit, yang mana biasanya rumah sakit
menghasilkan limbah medis yang berbahaya dan beracun (B3), baik limbah padat maupun limbah
cair. Dimasa pandemic, rumah sakit menjadi garda terdepan dalam hal penanganan dan pemulihan
korban terpapar virus corona 19 yang mana merupakan suatu lembaga yang bergerak dalam bidang
kesehatan untuk menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat dengan fasilitas layanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Aktifitas pemberian pelayanan kesehatan yang dilakukan di
rumah sakit menjadikan rumah sakit sebagai salah satu penghasil limbah yang besar dengan
berbagai jenis limbah yang kompleks terutama dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini
menjadikan jumlah limbah medis semakin bertambah. Hal ini tentu dapat mempengaruhi keadaan
lingkungan rumah sakit yang memiliki peran besar dalam hal kesehatan masyarakat dilingkungan
rumah sakit.

Dengan jumlah sampah yang segitu banyaknya tentu saja jika tidak dikelola dengan baik maka
akan dapat menimbulkan potensi terjadinya pencemaran lingkungan, penularan penyakit, dan hal
lain yang tidak diharapkan. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan limbah mendis maupun non
medis rumah sakit agar kebersihan, keindahan dan kenyamanan tetap terjaga dengan baik sehingga
tercipta kondisi rumah sakit yang sehat dan dapat menghentikan alur penularan penyakit menular
terutama infeksi nosocomial. Limbah medis mengandung segala macam zat yang berbahaya
seperti radioaktif, infeksius, dan limbah kimia yang karena aktifitas kimianya dapat memiliki sifat
racun. Semua limbah itu dapat menganggu kesehatan dan lingkungan sekitar baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi
meliputi pemilahan, pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan limbah B3. Pengolahan yang
dilakukan meliputi mensterilkan limbah plabot dan melakukan pembakaran sampah menggunakan
incinerator, yang telah di atur dalam Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan no 56
tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pengelolaan pada rumah sakit ini meliputi:
1. Pengangkutan dan Pemilahan Limbah
Sampah padat non medis adalah sampah padat kegiatan rumah sakit di luar medis yang
berasal dari dapur, perkantoran, taman, halaman dan fasilitas umum lainnya yang dapat
dimanfaatkan kembali dengan teknologi. Pengelolaan limbah non medis RSUD Dr.
Moewardi bekerjasama dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota, untuk melakukan
pengangkutan yang kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Putri Cempong,
Surakarta. Sampah non medis berasal dari kantor atau administrasi berupa kertas, unit
pelayanan berupa kaleng, botol, sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan, sampah
dapur berupa sisa pembungkus, sisa makanan, atau bahan makanan, sayur dan lain-lain.

2. Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah medis pada B3 yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Moewardi Solo menggunakan incinerator sudah dapat dikatakan baik sesuai kriteria tata
cara dan persyaratan pengelolaan limbah B3.

3. Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan limbah merupakan tahap pengelolaan limbah yang wajib dilakukan oleh
pihak penghasil limbah. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 56 tahun
2015 menjelaskan tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan limbah B3 meliputi
persyaratan lokasi, fasilitas, dan tata cara penyimpanan. Bangunan TPS yang dibuat
sebagai bangunan permanent memiliki atap dari genting untuk melindungi dari sinar
matahari, hujan, dan factor yang tidak mendukung atau yang dapat menimbulkan dampak
buruk. Ruang penyimpanan memiliki pintu yang dapat di kunci, mempunyai ventilasi udara
yang cukup, dinding beton, akan tetapi lokasi tempat penyimpanan yang dekat dengan
fasilitas laundry menjadi masalah.

4. Pengangkutan dan pembuangan


 Limbah padat non medis
pengangkutan dilakukan oleh petugas menggunakan troli/gerobak yang
didalamnya terdapat sebuah container Pengambilan dilakukan dengan cara
memindahkan limbah padat non medis dari tempat limbah padat non medis ke
dalam kontainer dan dibawa ke TPA Putri Cempo.
 Limbah padat medis
Limbah akan dikumpulkan oleh petugas di kantong plastic kuning. Setelah kantong
plastik kuning yang sudah berisi limbah padat medis diambil kemudian dimasukkan
ke dalam container Tempat sampah yang telah kosong dilapisi kembali dengan
plastik warna kuning. Tempat sampah yang kotor dicuci Limbah padat medis yang
telah dimasukkan kontainer selanjutnya dibawa ke TPS Limbah B3 Selanjutnya
limbah padat medis dibakar di incinerator, dan abu akan di simpan sementara
sebelum diambil oleh pihak ke tiga PT.PPLI. sama hanya seperti Irawan limbah
yang akan diangkut telah disimpan dalam container yang mana dalam pengiriman
limbah sebisa mungkin menghindari rute public.

 Kasus Pencemaran B3

Kasus Ditemukannya Pencemaran Minyak di Laut Lampung

Dalam hasil tinjauan lapangan ditemukan bahwa pencemaran tersebut berada pada
Kampung Rawa Laut, Kecamatan Panjang, Kota Bandar Lampung. Dilokasi ini terlihat
limbah yang menyerupai oli atau minyak yang menempel di sepanjang garis pantai, berwarna
hitam dan berbau seperti minyak solar. Seperti yang kita ketahui, limbah jenis ini juga dapat
dikatakan sebagai limbah B3. Karena sifatnya yang bisa membahayakan kesehatan makhluk
hidup, seperti manusia, biota-biota dilaut dan tentunya tidak hanya mencemari air disekitar.
Hal ini sudah terjadi sejak 4 Maret 2022 namun baru diketahui pada 8 Maret 2022.

Akibat dari pencemaran minyak ini membuat bibir pantai yang dipadati pemukiman warga
terlihat hitam. Limbah tersebut tentunya sangat mengganggu dan merugikan nelayan sekitar.
Tak hanya itu, masyarakat resah karena belum diketahuinya limbah tersebut apakah
berbahaya atau tidak. Namun, jika dilihat dari beberapa dampak yang telah mucul, limbah
tersebut dapat dikatakan cukup berbahaya bagi kehidupan.

Pada tahun 2021 lalu, pencemaran terjadi di perairan Teluk Lampung, Teluk Semaka dan
Pantai Barat Lampung. Pelakunya diduga kuat salah satu perusahaan BUMN. Adapun total
material minyak yang berhasil diangkut jumlahnya lebih kurang 18,5 ribu barel sepanjang
2021. Lalu, adapula kasus yang disebabkan adanya kebocoran pada pipa bawah laut. Dampak
pencemarannya sangat luas sampai ke perairan Banten. Pencemaran ini mengakibatkan
kerugian sosial, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Sampai saat ini, masih dilakukan
investigasi untuk mengumpulkan data-data lapangan terkait dampak pencemaran ini. Secara
umum, masyarakat yang bermukim di kawasan Pesisir Panjang Selatan tidak memperoleh hak
atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.

Setelah terjadinya peristiwa ini, diharapkan perusahaan-perusahaan yang mengelola distribusi


minyak, dapat lebih memperhatikan dengan baik setiap kegiatan yang dilakukan dan lebih
berhati-hati. Selalu memastikan bahwa tidak ada terjadinya tumpahan atau kebococan dengan
selalu memeriksa alat-alat yang digunakan.

Pencemaran minyak di laut ini harus sesegara mungkin mendapatkan perhatian dan harus
segera ditangani dengan baik agar pencemaran ini tidak melebar ke wilayah lain. Adapun
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi terjadinya tumpahan minyak ini,
yaitu:

1. Dengan oil disperant yaitu suatu larutan kimiawi yang dapat memecah molekul-
molekul minyak menjadi lebih kecil kurang lebih 15 ppm.
2. Menggunakan absorbent yang berfungsi memadatkan cairan minyak sehingga mudah
menempel pada absorbent tersebut.
3. Oil boom, yaitu dengan memisahkan atau melokalisir minyak yang tumpah sebelum
dimasukkan ke dalam tempat pengumpulan.
4. In situ burning, yaitu membakar minyak di tengah laut akan tetapi hal ini dilakukan
Ketika berada di laut lepas dan harus dilakukan/ direncanakan dengan matang karena
ini akan sangat berbahaya pada setiap benda yang ada didekatnya.

Berikut adalah beberapa gambaran pencemaran air laut di pesisir laut/pantai Lampung.

Anda mungkin juga menyukai