Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEDUDUKAN DAN RUANG LINGKUP KAJIAN FILSAFAT

Untuk Memenuhi Tugas Makalah Belajar Filsafat Ilmu Prodi Pendidikan


Bahasa Dan Sastra Indonesia Dosen Pengampu Shakti Abdillah, Pr., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5

1. Fadhilatun Nikmah (1988201043)


2. Siti Nurlisa (1988201059)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) NURUL HUDA
OKU TIMUR
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat, taufik, dan


hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Kedudukan
dan Ruang Lingkup Kajian Filsafat”.

Makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan pembelajaran mata


kuliah Filsafat Ilmu. Kami menyadari sepenuhnya dengqn keterbatasan
kemampuan pada diri kami bahwa penulisan ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.

Kami tak lupa menyampaikan terimakasih kepada semua pihak


yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah
ini benar – benar dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tanah Merah, 10 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

BAB 1..............................................................................................................................................iv

PENDAHULUAN...........................................................................................................................iv

A. Latar Belakang..........................................................................................................................iv

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................iv

C. Tujuan.......................................................................................................................................iv

PEMBAHASAN..............................................................................................................................1

A. Kedudukan Filsafat dalam ilmu pengetahuan............................................................................1

B. Ruang lingkup kajian filsafat.....................................................................................................2

C.    Cabang-cabang filsafat khusus.................................................................................................14

BAB III..........................................................................................................................................17

PENUTUP.....................................................................................................................................17

A. Kesimpulan..............................................................................................................................17

B. Saran........................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah ternyata pada zaman pertengahan sangat berjasa dalam


pembangunan ilmu pengetahuan antara lain ; bidang Sains, Eksakta, Akidah, Sosial
dan Filsafat. Pengetahuan meerupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang
dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu
dengan yang lainnya. Pengetahuan tersebut kemudian dikembangkan manusia.

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar – dasar filsafat, asumsi dan
implikasi dari ilmu, yang termasuk didalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu social
Disini filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemology dan ontologi. Filsafat
ini berusaha untuk menjelaskan masalah – masalah seperti : apa dan bagaimana suatu
konsep dan pernyataan bisa disebut ilmiah, Bagaimana konsep tersebut dilahirkan,
bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui
melalui teknologi, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui masalah kedudukan
filsafat itu sendiri maupun jenis – jenis filsafatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kedududukan filsafat dalam ilmu pengetahuan?
2. Jelakan ruang lingkup kajian filsafat : metafisika, ontologi, epistemologi dan
axiologi?
3. Apa saja cabang – cabang filsafat khusus?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui masalah yang berkaitan dengan ruang lingkup kajian filsafat
seperti : metafisika, ontologi, epistemologi dan axiologi.
3. Untuk mengetahui cabang – cabang filsafat khusus.

iv
BAB I

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Filsafat dalam ilmu pengetahuan


Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan (mater scientiarium) yang
melahirkan banyak ilmu pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah
dikaji dan diteliti didalamnya. Dalam hal metode dan obyek studinya, Filsafat berbeda
dengan Ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang
khusus saja, dengan selalu menggunakan metode observasi dan eksperimen dari f
akta-fakta yang dapat diamati. Sementara filsafat berpikir sampai di belakang fakta-
fakta yang nampak.

Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau


pokok. Karena filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia
dibidang kerohanian untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Memang lambat
laun beberapa ilmu-ilmu pengetahuan itu akan melepaskan diri dari filsafat akan
tetapi tidaklah berarti ilmu pitu sama sekali tidak membutuhkan bantuan dari filsafat.
Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan
manusia.

Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari


filsafat, antara lain :

1. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem


2. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu
pengetahuan dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan
dari ilmu pengetahuan itu.
3. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus
yang digunakan dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
4.  Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari
semua ilmu pengetahuan. Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan
dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan meninggalkan syarat yang
telah ditentukan oleh filsafat.
1
5. Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu
pengetahuan.

B. Ruang lingkup kajian filsafat


1. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas


hakikat fundamental mengenai keberadaan dan realitas yangmenyertainya. Kajian me 
ngenai metafisika umumnya berporos pada pertanyaan mendasar mengenai keberadaa
n dan sifat-sifat yang meliputi realitas yang dikaji. Pemaknaan mengenai metafisika
bervariasi dan setiap masa dan filsuf tentu memiliki pandangan yang berbeda. Secar u
mum topik analisis metafisika meliputi pembahasan mengenai eksistensi, keberada
an aktual dan karakteristik yang menyertai, ruang dan waktu, relasi antar keberadaan.
Seperti pembahasan mengenai kausalitas, posibilitas, dan pembahasan metafisis lainn
ya.

Mengingat jangkauan kajian yang dipusatkannya, metafisika menjadi sebuah


disiplin yang fundamental dalam kajian filsafat. Sepanjang sejarah kefilsafatan,
metafisika menjangkau problem-problem klasik dalam filsafat teoretis. Umumnya
kajian metafisika menjadi "batu pijakan" atas struktur gagasan kefilsafatan dan
prinsip-prinsip yang lebih kompleks untuk menjelaskan problem lainnya. Sehingga,
dalam pemahaman metafisika klasik, metafisika membahas pertanyaan-pertanyaan
mendasar yang jawaban-jawaban atasnya dapat digunakan menjadi dasar bagi
pertanyaan yang lebih kompleks. Misalnya: adakah maksud utama dalam beradanya
dunia ini? Lalu apakah keberadaannya sebatas keberadaan yang "mengada" atau
dependen terhadap keberadaan lainnya? Apakah tuhan/tuhan-tuhan ada? Lalu, jika
ada, apa saja hal-hal yang bisa manusia tahu/tidak tahu tentangnya?; Benarkah
terdapat hal semacam intellectus, terutama dalam pembahasan mengenai pembedaan
antara problem pemisahan entitas jiwa–badan?; Apakah jiwa sesuatu yang nyata, dan
apakah ia berkehendak bebas? Apakah segalanya tetap atau berubah? Apakah
terdapat hal atau relasi yang selalu bersifat tetap yang bekerja dalam
berbagai fenomena? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang sejenis.

Objek bahasan metafisika bukan semata-mata hal-hal empiri atau hal-hal yang


dapat dijangkau oleh pengamatan individual, melainkan hal-hal atau aspek-aspek

2
yang menjadi dasar realitas itu sendiri. Klaim-klaim atas metode dan objek kajian
metafisika telah menjadi problem perenial kefilsafatan.

2. Ontologi
Setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, filosof mulai menghadapi
objek – objeknya untuk memperoleh pengetahuan. Objek – objek itu difikirkan secara
mendalam sampai pada hakikatnya. Inilah sebabnya bagian ini dinamakan teori
hakikat. Ada yang menanyakan bagian ini dengan ontology.
Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segala yang ada dan yang
mungkin ada, yang boleh juga menyangkut pengetahuan dan nilai (yang dicarinya
adalah hakikat pengetahuan dan hakikat nilai) nama lain untuk teori hakikat ialah teori
tentang keadaan (Langeveld)
Apa itu hakikat? Hakikat ialah realitas, realitas ialah ke-real-an “real” artinya
kenyataan yang sebenarnya, jadi, hakikat adalah kenyataan yang sebenarnya, keadaan
sebenaarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan
yang menipu, bukan keadaan yang berubah. Lihatlah pengandaian ini. Pada
hakikatnya pemerintahan demokratis menghargai pendapat rakyat. Mungkin orang
pernah menyaksikan pemerintahan itu melskukan tindakan sewenang – wenang, tidak
menghargai pendapat rakyat,itu hanyalah keadaan sementara, bukan hakiki. Yang
hakiki pemerintahan itu demokratis. Kita melihat suatu objek, fatamorgana. Apakah
real atau tidak? Fatamorgana itu bukan hakikat, atau hakikat fatamorganaialah tidak
ada itu. Itulah dua contoh.
Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga
hakikat tujuan kosmos. Adapun hakikat manusia dibicarakan oleh antropologi; ini
juga cabang teori hakikat. Pembahasan hakikat Tuhan dilakukan oleh fheodicea, juga
cabang dari teori hakikat. Theodicea sering juga disebut theologia, namun thelogia
lebih sering digunakan untuk filsafat agama juga termasuk ke dalam teori hakikat,
demikian pula filsafat hokum, filsafat pendidikan, dan lain-lain. Berikut ini cabang-
cabang itu dibicarakan sedikit. Dan itu bukan berarti filsafat di dalam teori hakikat
hanya itu; cabangnya banyak sekali, termasuk filsafat sejarah, filsafat administrasi,
dan lain-lain.
Mula-mula kita bicarakan realitas benda-benda. Apakah sesuai dengan
penampakannya (appearance) atau sesuatu yang bersembunyi di balik penampakan

3
itu? Menjawab pertanyaan ini muncul 4 atau 5 aliran, yaitu materialisme, idealisme,
dualisme, skeptisisme, dan agnostisisme.
Menurut materialisme (sering juga disebut naturalisme), hakikat benda adalah
materi, benda itu sendiri. Rohani dan kawan-kawannya itu tidak akan ada seandainya
tidak ada benda. Bagi naturalisme, roh, jiwa, itu malahan tidak diakui adanya, tentu
saja termasuk Tuhan. Materialisme tidak menyangkal adanya spirit, roh,, termasuk
Tuhan. Akan tetapi, spirit, Tuhan, itu muncul dari benda. Jadi roh Tuhan, spirit, itu
bukan hakikat.
Aliran ini adalah aliran yang tertua. Ada beberapa alasan mengapa aliran ini
dapat berkembang.
(1) Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan, yang dapat diraba,
biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran yang masih sederhana tidak
mampu memikirkan sesuatu di luar ruang, yang abstrak.
(2) Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Maka
peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol
dalam peristiwa itu.
(3) Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda, seperti pada padi.
Dewi Sri dan tuhan muncul dari situ. Kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa
yang merupakan hakikat adalah benda.

Idealism berpendapat sebaliknya; hakikat benda adalah rohani, spirit, atau


sebangsanya. Alasan mereka ialah sebagai berikut.

(1) Nilai roh lebih tinggi daripada badan.


(2) Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar darinya.
(3) Materi ialah kumpulan energy yang menempati ruang; benda tidak ada, yang ada
energy itu saja (Oswald).

Aliran dualisme mudah ditebak. Yang merupakan hakikat pada benda itu ada dua,
material dan immaterial, benda dan roh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari
roh, dan roh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kesulitan yang dihadapi
aliran ini ialah menjawab pertanyaan: Bagaimana kesesuaian kedua-duanya seperti
pada manusia? Jawab dualisme: itu sudah distel seperti tenaga dan jarum pada jam.
Pearsoalannya lebih rumit: Siapa yang menyetelnya? Bagaimana cara menyetelnya?

4
Karena itulah mungin para penganut skeptisisme berpendapat: Diragukan
apakah manusia mampu mengetahui hakikat. Mungkin dapat, mungkin tidak.

Aliran Agnostisisme menyerah sama sekali. Mereka berpendapat bahwa


manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda. A artinya not, gno = know. Di dalam
bahasa Grik agnostos berarti unknown. Baiklah sekarang kita pindah kepada
kosmologi.

Kosmologi adalah cabang filosafat yang menyelidiki hakikat asal, susunan,


tujuan alam besar (kosmos). Dibicarakan dalam cabang ini (how does it come into
beiny), bagaimana evolusi (bila ia berevolusi), bagaimana susunannya, dan lain-lain
(lihat Runes, 1971:68-9). Tentang asal kosmos ada spekulasi teori kabut ,teori pasang,
teori ledakan dahsyat, tentang susunan kosmos ada teori geosentris, heliosentris,
Milky Way.

Mungkin ada yang menyangka teori kosmologi itu merupakan teori astronomi.
Sebenarnya bukan. Astronomi adalah sains sedangkan kosmologi adalah filsafat.

Antropologi ada yang sains, ada yang filsafat. Untuk sains biasanya disebut
antropologi saja sedangkan untuk filsafat mestinya disebut antropologi filsafat. Akan
tetapi, disini antropologi filsafat itu kita tulis antropologi saja. Antropologi
membicarakan hakikat manusia dari segi filsafat. Umpamanya : Apa manusia itu?
Apa dan dari mana asalnya? Apa akhir atau tujuannya?

Menurut materialism, hakikat manusia adalah materi. Maka menurut paham


ini manusia itu hakikatnya ialah seperti ia kelihatan. Rohani manusia memang ada,
tetapi bukan hakikat. Kepuasan dan kebahagiaan terletak pada badan, jika badan
hancur, karena mencuri atau karena mempertahankan kebenaran, maka selesailah
manusia itu, ruhnya hilang tidak karuan bersama badan. Tentu tidak ada tentang
neraka atau surge.

Menurut orang – orang idealis justru sebaliknya. Yang hakikat adalah rohnya.
Paha mini akan berujung pada Tuhan, surge neraka.

Mengenai asal manusia, menurut materialism adalah materi ; menurut


idealism, hidup manusia berasal dari Yang Hidup. Demikian juga pikiran aliran –
aliran ini mengenai tujuan manusia. Bagi materialisme, mati adalah hal yang amat

5
sederhana, tetapi tidak demikian pada idealisme. Bagi paham ini, mati adalah lanjutan
hidup didunia ini.

Filsafat yang membicarakan Tuhan adalah theodicea atau theologia.


Theodicia Membicarakan Tuhan dari segi pikiran (akal); untuk membedakannya dari
pembicaraan Tuhan dari segi waktu atau iman, yang pertama itu sering disebut teologi
naturalis (membicarakan tuhan dari segi akal).

Theodicia (theologi naturalis) membicarakan Tuhan. Apanya? Banyak Apakah


Tuhan itu ada? Bukti – buktinya apa? Sifatnya, susunannya, kemauannya dan lain –
lain? Tentang ini secara umum muncul isme – isme berikut.

Theisme adalah paham yang mengatakan bahwa Tuhan itu ada. Kata itu
berasal dari kata Theus, bahasa Yunani, berarti Tuhan. Tuhan itu ada, Pencipta,
Pengatur. Ini semua dicapai dengan pemikiran. Hampir sama dengan ini adalah
deisme yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan ala mini pada permulaannya.
Setelah dicipta yang pertama itu, Tuhan membiarkan ala mini masing – masing
berkembang atau berjalan sendiri. Deisme hanyalah variasi dari teisme (lihat Kamus
Latin-Indonesia :241; Gazalba,111 : 314 – 5).

Monoteisme adalah teisme yang mengajarkan bahwa Tuhan itu esa.


Triniteisme mengajarkan bahwa Tuhan itu satu, tetapi beroknum tiga. Politeisme ialah
paham teis yang mengajarkan bahwa Tuhan itu banyak, masing – masing memiliki
tugas dan wewenang sendiri. Dalam pemujaannya juga mesti dibedakan untuk satu
tuhan dan tuhan lainnya. Jumlahnya boleh bertambah atau berkurang sesuai dengan
kebutuhan. Ada dewa (tuhan) perang, dewa dagang, dewa hujan, dewa matahari dan
sebagainya. Pokoknya dalam politeisme tuhan itu banyak, lebih dari tiga. Sedangkan
panteisme mengajarkan bahwa antara Tuhan dan alam tidak ada jarak, Tuhan itu ialah
ala mini. Spinoza mengatakan alam yang menjadikan (lihat Gazalba, 111 : 315). Ada
pula Panenteisme.. Paham ini mengajarkan bahwa Tuhan adalah kesadaran jagat raya.
Paha mini tidak menyatukan Tuhan dengan alam seperti pada panteisme. Ateisme
adalah isme yang mengajarkan bahwa tuhan tidak ada. Orang yang mengatakan tuhan
tidak ada karena ketidak tahunan,tidak termasuk atesis.

Agnostisisme adalah paham ketuhanan yang terletak antara teisme dan


ateisme. Mereka itu bertuhan tidak dan tidak bertuhan juga tidak sama dengan

6
pandangan agnostisisme dalam ontologi. Mereka beranggapan bahwa manusia tidak
mampu mengetahui hakikat tuhan.

Filsafat agama membicarakan hakikat agama. Persoalannya misalnya


mengenai apa agama itu sebenarnya, apa tujuannya, dariman agama itu. Filsafat
agama membicarakan hal-hal umum yang terdapat sebuah agama seperti tentang
tuhan, iman, sembayang, dank urban atau sesajen.

Sejalan dengan filsafat agama ialah filsafat hukum. Membicarakan hakikat


hukum seperti apa hukum itu, apa adil itu. Ternyata untuk menjawab pertanyaan apa
hukum itu muncul banyak mazhab ( lihat pound, 1972:38-41. )

Filsafat pendidikan membicarakan hakikat pendidikan apa pendidikan itu, apa


tujuan, apa hakikat guru, dan lain-lain pertanyaan mendasar disekitar pendidikan.
Park menyatakan bahwa filsafat pendidikan itu attempting to answer some ultimate
question concerning education ( park 1960:3-4. )

a. Logika
Logika adalah salah satu cabang filsafat ( katakanlah demikian ) yang telah
dikembangkan oleh arestoteles. Logika membicarakan norma-norma berbikir benar
agar diperoleh dan terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika: Logika
formal dan logika material. Logika formal, yang biasa disebut logika saja, adalah
logika yang memberikan norma berfikir benar dari segi bentuk ( form ) berfikir.
Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengetahuan
yang benar, maka bentuk berfikirnya harus benar. Soal apakah isinya benar atau salah,
dibicarakan oleh logika material.
Contoh:
Dedukasi ini bentuknya benar ( tepat) dan isinya benar:
Setiap manusia akan mati. Muhamad adalah manusia. Jadi, muhamad akan mati.

Contoh ini bentuknya tepat, tetapi isinya tidak benar:


Manusia adalah sejenis hewan. Kuda adalah ( salah satu ) sejenis hewan. Jadi, kuda
sama dengan manusia.
Suatu kesimpulan dikatakan benar bila isi kesimpulan ini sesuai dengan
objeknya, sesuai dengan keadaan sebenarnya. Untuk mengetahui kesesuaian itulah

7
tugas logika material. Dalam garis besarnya, logika formal atau logika saja
membicarakan masalah pengertian, putusan, dan penuturan.
b. Etika
Ada beberapa teori tentang nilai baik buruk ( etika. ) pertama, misalnya, teori
nilai dalam islam. Dalam islam nilai ( etika ) direntang menjadi lima kategori: baik
sekali, baik, netral, burul, buruk sekali ( wajib, sunah, mubah, makruh, haram ). Nilai
dalam islam ditentukan oleh tuhan. Teori baik buruk dari hedonism mengajarkan
bahwa sesuatu dianggap baik bila mengandung hedone ( kenikmatan, kepuasan ) bagi
manusia. Teori ini sudah ada sejak jaman yunani. Bagi fitalisme baik buruk
ditentukan oleh ada atau tidak adanya kekuatan hidup yang dikandung oleh objek
yang dinilai. Manusia yang kuat, ulet, cerdas, itulah manusia yang baik. Manusia yang
mengandung daya hidup yang besar, itulah manusia yang baik. Utilitariarisme
menyatakan bahwa yang baik ialah yang berguna ( utility = kegunaan.) Utili tarian
risme terbagi dua: utili tarian risme pribadi dan utili tarisme sosial. Bagi bentham,
utili tarian risme merupakan perkebangan hedonism. Baginya, etika harus
memperhitungkan jumlah kenikmatan dikurangi jumlah penderitaan tentang hasil
perbuatan; itulah yang menentukan nilai perbuatan itu. Menanggung deria dalam
lakukan kebaikan adalah tidaka baik. Jadi, mesti dihitung lebih dulu, banyak mana
kenikmatan ataukah penderitan yang terdapat didalam perbuatan itu.
Yang terakhir dibicarakan disini ialah pragmatism, suatu aliran yang
segolongan darah dengan utili tarian risme. Prinsip yang diajarkan oleh aliran ini ialah
yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam kehidupan. Tokoh utamanya
ialah Charles P. Peirce, Willyam james, john dewey, dan scott schiller. Peirce adalah
yang mula-mula yang mengumumkan pragmanisme dan dikembangkan oleh james.
Bagi james, ukuran kebenaran suatu teori ialah kegunaan praktis teori itu, bukan
dilihat secara teoritis. Bagi pierce untuk mengerti suatu pikiran cukuplah kita
memastikan tindakan apa yang dapat dihasilkan oleh ide itu. Namun, perlu diketahui
bahwa didalam prakmatisme terdapat berbagai variasi pemikiran.

c. Estetika
Nilai baik sebanding dengan nilai indah, tetapi kata “indah” lebih sering
digunakan ada seni, sedangkan “ baik ” pada perbuatan. Didalam kehidupan, indah
lebih pengaruh ketimbang baik. Orang lebih tertaris pada rupa ketimbang pada
tingkah laku. Orang yang lingkah lakunya baik ( etika ), tetapi kurang indah
8
( estetika ), akan dipilih belakangan, yang dipilih leih dulu adalah orang yang indah,
sekalipun kurang baik.
Ukuran indah tidak dan indah sama dengan baik dan tidak baik:
membingungkan, bermacam-macam, subjektif, sering diperdebatkan. Meskipun
demikian, hestetika berusaha menemukan ukuran yang dapat berlaku umum. Akan
tetapi, sama dengan dalam etetika usaha itu tidak berhasil. Memang ditemukan ukuran
tentang indah tidak indah, tetapi ukuran yang ditemukan begitu banyak, pakarnya
sendiiri tidak mampu bersepakat.
Teori lama tentang keindahan bersifat metafisis, teori medoren bersifat
psikologis. Menurut pelato, keindahan adalah realitas yang sungguh, suatu hakikat
yang abadi, tidak berubah. Sekalipun iya menyatakan bahwa harmoni, proporsi, dan
simetri adalah yang membentuk keindahan, iya tetap berpendapat bahwa ada unsur
metafisik dalam keindahan. Baginya keindahan suatu objek bukan berasal dari objek
itu. Keindahan itu menyertai objek tersebut. Pandangan ini benar-benar metafisis.
Bagi Plotinus, keindahan adalah pancaran akal ilahi; bila ilahi memancarkan diri-Nya
atau memancarkan sinar-Nya, maka itulah keindahan. Seniman adalah orang yang
tajam daya tangkapnya, yang dapat menangkap sinar ilahi didalam islam disebutkan
dalam tuhan itu indah dan mencintai keindahan.
Kante memulai studi psikologi tentang keindahan.menurut pendapatkanya,
jiwa kita memiliki indra ketiga diatas fikir dan kemauan, yaitu indra rasa. Iya mampu
menikmati keindahan tanpa kepentingan, jadi bukan seperti menilai manisnya gula
karena iya mempunyai hubungan gula itu.
3. Epistemologi
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan.Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai
pengetahuan sedikitpun. Nanti tatkala ia 40 tahunan, pengetahuannya banyak sekali
sementara kawannya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan
yang lebih banyak dari pada dia dalam bidang sama atau berbeda. Bagaimana mereka
itu masing – masing mendapat pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda tingkat
akurasinya? Hal – hal semacam ini dibacarakan dalam epistemology.

Runes dalam kamusnya (1971) menjelaskan bahwa epistemology is the branch


of philosophy wich investigates the origin, structure, methods and validity of
knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah filsafat
9
pengetahuan karena ia membicarakan hal pengetahuan. Istilah epistemologi untuk
pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971
: 94).
Pengetahuan manusia ada tiga macam, yaitu pengetahuan sains, pengetahuan
filsafat, dan pengetahuan mistik. Pengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai
alat. Ada beberapa aliran yang berbicara tentang ini. Kata ini berasal dari kata Yunani
emperikos yang berasal dari kata emperia, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan
pada Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia
tahu es dingin karena ia menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya.
Jhone Locke (1963 -1704), bapak aliran ini pada zaman modern
mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya
ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas
pengetahuannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas iamemiliki pengetahuan. Mula –
mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama kelamaan ruwet lalu
tersusunlah pengetahuan berarti. Berarti bagaimanapun komleks (ruwet)-nya
pengetahuan manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera.
Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar.
Jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar. Karena itulah
metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen.
Kelemahan aliran ini cukup banyak. Kelemahan pertama ialah indera terbatas.
Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil? Tidak. Keterbatasan
kemampuan indera ini dapat melakukan objek tidak sebagaimana adanya, dari sini
akan terbentuk pengetahuan yang salah. Kelemahan kedua ialah indera menipu. Pada
orang ya ng sakit malaria, gula rasanya pahit, udara panas dirasakan dingin. Ini akan
menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga. Kelemahan ketiga ialah objek
yang menipu, contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak
sebagaimana ia tangkap oleh alat indera, ia membohongi indera. Ini jelas dapat
menimbulkan pengetahuan inderawi yang salah. Kelemahan keempat berasal dari
indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sini mata tidak mampu melihat
seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan
badannya secara keseluruhan. Jika kalian melihatnya dari depan, yang kelihatan
adalah kepala kerbau, dan kerbau pada saat itu memang tidak mampu sekaligus
memperlihatkan ekornya. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan
10
indera manusia. Oleh karena itu, muncul aliran rasionalisme. Ada aliran lain yang
mirip dengan empirisme yaitu sensasionalisme. Sensasi artinya rangsangan inderawi.
Secara kasar, sensasi sama dengan pengalaman inderawi.
a. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan.Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia,
menurut aliran ini,memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek.
Orang yang menyatakan ( biasanya) bapak aliran ini ialah Rene Descartes ( 1596-
1650 ); ini benar. Akan tetapi, sesungguhnya pahm seperti ini sudah ada jauh sebelum
itu. Orang-orang yunani kuno telah menyakini juga bahwa akal adalah alat dalam
memperoleh pengetahuan yang benar, lebih-lebih pada aristoteles.
Rasionalisme tidak mengikari kegunaan indera dalam memperoleh
pengetahuan, pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan
bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya
manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal. Laporan idera menurut
rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bahan ini kemudian
dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berfikir. Akal mengatur bahan itu
sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar jadi, akal berkerja karena
adanya bahan dari indra. Akan tetapi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang
tidak berdasarkan bahan indrewari sama sekali, jadi akan dapat juga menghasilkan
pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak.
Kelihatanya sudah jelas hal pengetahuan itu sampai disini. Namun, ternyata
belum.Indra dan akal yang berkerja sama belum juga dapat dipercaya mampu
memperoleh pengetahuan yang lengkap, yang utuh. Dengan indra, manusia yang
hanya mampu mengetahui bagian-bagian tertentu tentang objek. Dibantu oleh akal,
manusia juga belum mampu memperoleh pengetahuan yang utuh. Akal hanya
sanggup memikirkan sebagian dari objek. Manusia mampu menangkap keseluruhan
objek hanyalah dengan intuisinya. Inilah aliran yang ketiga. Akan tetapi, sebelum
membicarakan aliran keiga ini kita harus mengetahui tentang empririsme dan
rasionalsme yang melahirkan metode sains ( Scientific method ), dan daring metode
ini lahirlah pengetahuan sains, ( Scienfic knowledge ) yang dalam bahasa indonesia
sering disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan.
b. Positivisme

11
Tokoh aliran ini ialah August Compt ( 1798-1857 ). Iya penganut empirisisme
iya pendapat bahwa indra itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi
harus dipertajam denganalat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan
indra akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memperlukan ukuran-
ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajad panas, jauh diukur dengan meteral,
berat dengan kiloan ( timbangan atau neraca), dan sebagainya. Kita tidak cukup
mengatakan api panas, matahari panas, kopi panas, ketiak panas. Kita tidak cukup
mengatakan panas sekali, panaas, tidak panas. Kita memperlukan ukuran yang teliti.
Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai . Kebenaran diperoleh dengan akal,
didukung bukti empiris yang terukur. “ terukur “ itulah sumbangan positivisme.
Jadi,pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang has berdiri sendiri.
Iya hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang berkerja
sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah(Scientific Method) denga
n memasukan perlunya eksperimen dan ukuran ukuran. Jadi, pada dasarnya
positivisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
c. Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak
hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas. Objek – objek yang kita tangkap itu
adalah objek yang selalu berubah, demikian Bergson. Jadi, pengetahuan kita
tentangnya tidak pernah tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat
memahami suatu objek bila iamengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam
hal seperti itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (uniqiuue), tidak juga dapat
memahami sifat – sifat yang tetap pada objek. Akal hanya mampu memahami bagian
– bagian dari objek, kemudian bagian – bagian itu digabungkan oleh akal. Itu tidak
sama dengan pengetahuan penyeluruh tentang objek itu. Ambillah contoh : adil. Apa
itu adil? Akal memahaminya dari segi siter hukum, timbul pemahaman akali;
memahaminya dari segi hakim, timbul pemahaman akali; dari segi keluarga siter
hukum, timbul pemahaman akali; dari segi jaksa, seterusnya. Nanti disimpulkan, adil
ialah jumlah pemahaman akali itu. Itu belum tentu besar. Nah, disinilah intuisionisme
masuk.
Ada sebuah isme lagi yang berakali mirip sekali dengan intuisionisme
namanya iluminasionisme. Aliran ini berkembang dialiran tokoh – tokoh agama :
didalam islam disebut teori kasyf. Teori ini menyatakan bahwa manusia, yang hatinya
telah bersih. Telah “siap”, sanggup menerima pengetahuan dari tuhan. Aliran ini
12
terbentang juga dalam sejarah pemikiran islam, pula dikatakan sejak awal dan
memuncak pada Mulla Shadra.
4. Aksiologi
Seandainya ditanyakan kepada Socrates atau Nietzsche apa guna
filsafatagaknya mereka akan menjawab bahwa filsafat dapat menjadi manusia.
Dengan filsafat orang akan mungkin menjadi bijaksana. Kegunaan filsafat dalam
rumusan itu terlalu umum sehingga sulit difahami. Berikut ini dicoba menjelaskan
kegunaan filsafat hamper ketingkat teknis operasional.
Sesuai dengan filsafat, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan
universal. Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah
dengan cara pertama – tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah.
Universal artinya melihat masalah dalam hubungan seluas – luasnya. Seperti kasus
pencurian ia tidak hanya melihat dari segi penjagaan keamanan fisik seperti ronda
malam, tapi juga dari segi kemiskinan yang menyebabkan orang terpaksa mencuri,
selain itu dilihat dari segi keimanan, biasanya orang mencuri karena lemah imannya.

C.    Cabang-cabang filsafat khusus


1.      Filsafat Seni

Merupakan bagian dari estetika yang khusus membahas karya seni seperti
membicarakan tentang keindahan, pengertian seni, penggolongan seni, nilai seni,
aliran dalam seni dan teori penciptaan dalam seni.

2.      Filsafat Kebudayaan

Merupakan rangkaian usaha filosofis dalam menjelaskan fenomena-fenomena


budaya atau mempelajari tentang asal muasal atau hakikat dari kebudayaan yang
muncul ditengah – tengah masyarakat. Bagaimana setiap kelompok – kelompok
masyarakat mempunyai kebudayaan yang berbeda.

3. Filsafat Pendidikan
Merupakan ilmu filafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan
pendidikan, yang meliputi tujuan, latar belakang, cara, dan hakikat pendidikan.

13
Cabang ini adalah filsafat yang mempelajari hakikat pendidikan sebagai suatu proses
transformasi pengetahuan kepada individu. Hakikat pendidikan sebagai objekdari
filsafat pendidikan merupakan ruang lingkup kajian yang meliputi hakikat proses
belajar, hakikat kedudukan individu dalam proses pendidikan, hakekat kedudukan
guru dalam proses pendidikan dan hakekat metode belajar dalam memperoleh
pengetahuan.
4. Filsafat Sejarah
Merupakan ilmu filsafat yang memberi jawaban atas sebab dan alasan segala
peristiwa sejarah atau filsafat sejarah berfokus pada kejadian – kejadian yang terjadi
pada masa lampau atau sejarah.
5. Filsafat Bahasa
Merupakan ilmu filsafat yang menyelidiki kebenaran dan kedudukan bahasa sebagai
kegiatan manusia
6. Filsafat Hukum
Merupakan ilmu filsafat yang berbicara tentang kebenaran hukum atau ilmu yang
mencari akar atau hakikat hukum tujuan dari hukum dengan maksud untuk
menegakkan kaidah – kaidah hukum serta sebagai pertimbangan nilai.
7. Filsafat Budi
Merupakan ilmu filsafat yang mempelajari sifat dasar budi, peristiwa budi, fungsi
budi, kesadaran dan hubungannya dengan tubuh fisik.
8. Filsafat politik
Mempelajari tema –tema seperti politik, kebebasan, keadilan, hak milik, hak umum,
pemerintahan, dan penegakan hukum. Dapat disimpulkan filsafat politik dan hukum
berhubungan dalam dunia nyata.

9. Filsafat Agama
Merupakan ilmu filsafat yang membuat agama menjadi objek penelitiannya.
10. Filsafat Kehidupan Sosial

14
Merupakan ilmu filsafat yang mempelajari persoalan sosal kemasyarakatan secara
kritis, radikal dan kompherensi.
 Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat menemukan kebenaran yang
hakiki, maka prilaku keilmuan perlu dilakukan dengan penuh kejujuran dan tidak
berorientasi pada kepentingan langsung.
   Dalam pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan secara etis yang tidak mengubah
kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, tidak mencampuri masalah
kehidupan dan netral dari nilai-nilai yang bersifat dogmatik, arogansi kekuasaan dan
kepentingan politik.
 Pengembangan pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup yang
memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian alam
lewat pemanfaatan ilmu dan temuan-temuan universal.
 Merupakan ilmu filsafat yang memberi jawaban atas sebab dan alasan segala
peristiwa sejarah
 Merupakan ilmu filsafat yang membuat agama menjadi objek penelitiannya.
11. Filsafat nilai
Merupakan ilmu filsafat yang mengkaji tentang sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang di nilai.

BAB III

15
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat adalah induk dari ilmu pengetahuan yang melahirkan banyak ilmu
pengetahuan yang membahas sesuai dengan apa yang telah dikaji dan diteliti di dalam
nya. Dalam hal metode dan obyek studinya, Filsafat berbeda dengan Ilmu pengetahua
n, ilmu pengetahuan menyelidiki masalah dari satu bidang khusus saja, dengan selalu
menggunakan metode observasi dan eksperimen dari f akta-fakta yang dapat diamati.
Sementara filsafat berpikir sampai di belakang fakta-fakta yang nampak. Ruang
lingkup filsafat meliputi metafisika, ontologi, epistemologi dan aksiologi.
 Metafisika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan proses analitis atas
hakikat fundamental mengenai keberadaan dan realitas yang menyertainya.
 Ontologi adalah ilmu – ilmu yang mempelajari objek objek untuk memperoleh
pengetahuan.
 Epistemologi ialah ilmu yang membicarakan sumber pengetahuan dan bagaim
ana cara memperoleh pengetahuan.
 Aksiologi ialah cabang filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia
menngunakan ilmunya.

Cabang cabang filsafat khusus terdiri dari :

Filsafat seni, filsafat kebudayaan, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat bahasa
filsafat hukum, filsafat, filsafat budi, filsafat politik, filsafat agama, filsafat kehidupan
sosial dan filsafat nilai.

B. Saran
Semoga pembaca dapat memahami dan mengambil ilmu – ilmu penting yangberada
dalam makalah ini dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://Nikajustika.blogspot.com.

Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Umum. Bandung : Remaja Rosdakarya.

https://id.scribd.com.

17

Anda mungkin juga menyukai