Laporan Steril Batch 1
Laporan Steril Batch 1
Disusun Oleh:
Febby Pratama 31119158
Tria Gita Gayatri Irawan 31119180
Anindia Nuralifanisa 31119184
Sely Silviana Salsabila 31119191
Siti Daniati Toyibah 31119198
Rifa Sopiatul Huda 31119204
Farmasi 4D
Siapkan alat dan bahan. Didihkan aqua pro injection dalam beker glass selama 10 menit
(jam 08.59 s/d 09.09)
Tambahkan larutkan NaOH 0,1 N ke dalam suspensi (M1) sampai larut diperlukan 33 tetes
X. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukannya percobaan pembuatan sediaan steril parenteral
injeksi dengan zat aktif yang digunakan yaitu asam folat. Tujuan dari praktikum ini untuk mmbuat
sediaan injeksi dengan zat aktif acidum folicum (asam folat) 0,5% secara steril dan melakukan
evaluasi karakteristik sediaan injeksi acidum folicum (asam folat) 0,5%. Sediaan injeksi asam folat
ini dibuat dalam vial berukuran 10 mL sebanyak 10 vial bening. Sediaan injeksi adalah sediaan
parenteral dimana sediaan yang bertujuan untuk penyuntikan dengan melewati kulit atau batas
jaringan eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi atau kekuatan,
mengalir langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan (FI VI hal 50.,2022). Sediaan injeksi
yang dibuat adalah sediaan injeksi dengan volume kecil yaitu injeksi yang dikemas dalam wadah
bertanda volume 100 ml atau kurang. Dalam sediaan parenteral harus steril dan juga tidak boleh
mengandung partikel yang memberikan reaksi pada pemerian bahan yang digunakan dan tidak
boleh mengandung pirogen.
Pada praktikum ini dilakukan dengan cara steril maka semua alat-alat yang digunakan
disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Alat-alat yang digunakan yaitu ada beaker gelas
yang berfungsi untuk menghomogenkan bahan-bahan dalam pembuatan sediaan injeksi.
Selanjutnya batang peengaduk yang dignakan untuk mengaduk bahan-bahan, lalu ada corong dan
kertas saring yang digunakan untuk menyaring sediaan agar tidak adanya partikel atau pirogen
yang masuk dalam sediaan. Ada vial dan syringe, vial dingunakan sebagai adah untuk sediaan
injeksi, dan syringe digunakan untuk memindahkan sediaan yang sudah siap dikemas kedalam
vial.
Sterilisasi yang dilakukan sebelum dilakukan praktikum ini yaitu dengan cara mensterilkan
alat-alat dan juga ruangan yang akan dilakukan. Sterilisasi adalah terbebasnya bahan dan alat dari
berbagai mikroorgamisme atau pirogen hidup atau yang masih memiliki daya untuk hidup. Dengan
melakukan sterilisasi, maka kita dapat memberikan jaminan bahwa sediaan yang kita buat
memenuhi jaminan sterilitas, yaitu nilai Sterility Assurance Level (SAL) kurang dari 10-6. Untuk
beberapa sediaan injeksi dilakukan proses sterilisasi di pertengahan pembuatan sediaan, misalnya
sediaan larutan dilakukan sterilisasi filtrasi terlebih dahulu sebelum dilakukan sterilisasi dengan
metode panas basah menggunakan autoklaf, untuk mengurangi kontaminan awal dalam sediaan
atau disebut dengan istilah bioburden (Ayuhastuti. A, 2016).
Pada pembuatan sediaan injeksi acidum folicum 0,5% dilakukan dengan mendidihkan
terlebih dahulu aqua pro injection agar terbebas dari CO2, hal ini karena CO2 dalam suatu sediaan
dapat berinteraksi dengan salah satu zat dan akan menyebabkan terbentuknya endapan. Sedangkan
salah satu syarat sediaan injeksi adalah harus jernih, maka dari itu larutan aqua pro injection di
didihkan terlebih dahulu agar terbebas dari CO2. Untuk Langkah selanjutnya ialah mensuspensikan
asam folat dengan menggunakan aqua pro injection, lalu dilakukan penambahan larutan NaOH 1N
sebanyak 33 tetes ke dalam suspensi yang terbentuk, batas penetesan NaOH 1N ini yaitu sebanyak
40 tetes. Penambahan larutan NaOH 1N berfungsi sebagai pembentuk garam untuk mengubah
asam folat menjadi bentuk garamnya atau sering disebut proses penggaraman. Kemudian, yang
digunakan dalam pembuatan injeksi asam folat ini adalah bentuk garamnya yaitu Natrium Folat,
hal ini dikarenakan asam folat tidak larut di dalam air. Sedangkan, sediaan injeksi yang berupa
larutan harus jernih serta tidak boleh mengandung partikulat dan pada akhirnya yang digunakan
adalah bentuk garamnya. Selanjutnya, dikarenakan larutan memiliki sifat hipotonis maka
dilakukan penambahan larutan NaCl 0,8283% yang berfungsi untuk membuat larutan menjadi
isotonis. Penambahan tersebut disebabkan karena apabila larutan injeksi yang bersifat hipotonis
masuk ke dalam peredaran darah akan menyebabkan sel darah merah mengalami hemolisis
(pecahnya sel darah merah). Maka, dibuat isotonis dimana kondisi suatu larutan tekanan
osmotiknya sama besar dengan tekanan osmotik cairan tubuh, sehingga tidak akan terjadi
pertukaran cairan diantara keduanya yang dapat menyebabkan hemolisis dan plasmolisis.
Selanjutnya kedua campuran tersebut ditambahkan larutan dinatri edetes sampai pH nya
mencapai 9. pH tidak boleh kurang ataupun lebih dari batas pH tersebut, penambahan larutan
dinatri edetas disini berfungsi sebagai agen pengkelat untuk mengikat ion logam – logam yang
berasal dari beaker glass sebagai wadah larutan yang dapat mengkatalisis reaksi oksidasi serta
untuk mempertahankan pH larutan injeksi, selanjutnya larutan ditambahkan aqua pro injection
yang di add 200 mL. Selanjutnya larutan disaring menggunakan kertas saring dan filtrasi pertama
dibuang, hal ini disebabkan sediaan harus jernih, jika sediaan tidak jernih maka apabila
diinjeksikan ke dalam tubuh menggunakan jarum suntik akan menyebabkan terbentuknya emboli
dan menimbulkan rasa nyeri saat diinjeksikan. Setelah itu, larutan dimasukkan ke dalam vial di
add 10,5 mL dilebihkan sebanyak 0,5 mL hal ini agar ketika diinjeksikan sediaan akan pas
volumenya 10 mL, lalu setelah itu sediaan yang sudah dimasukkan ke dalam vial disusun ke dalam
beaker glass 250 mL lalu dibungkus dengan menggunakan kertas cokelat untuk selanjutnya di
sterilkan pada autoklaf dengan suhu 115 – 116 o
C selama 30 menit, hal ini dilakukan untuk
membunuh mikroorganisme yang terdapat pada larutan injeksi melali proses pendidihan yang akan
menghasilkan uap air lalu terkondensasi dan akan melepaskan panas sebanyak 400 kkal dan panas
yang dihasilkan akan menembus kaca vial dan membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam
sediaan injeksi yang sudah dibuat.
Agar sediaan injeksi dinyatakan layak untuk digunakan, maka harus melewati beberapa
tahap pengujian evaluasi yang diantaranya evaluasi Penampilan Fisik Wadah, Jumlah Sediaan,
Kejernihan Sediaan, Keseragaman Volume, Uji Kebocoran, dan Uji pH. Untuk pengujian yang
pertama yaitu uji evaluasi penampilan fisik wadah, dilakukan dengan mengamati wadah sediaan,
lalu untuk Uji Kejernihan dilakukan dengan wadah sediaan bagain bawah disinari dengan
menggunakan senter dari samping dengan latar belakang warna hitam untuk melihat partikel
berwarna putih dan latar belakang putih untuk melihat partikel yang berawrna (FI ED IV, Hal.
998). Hasil yang diperoleh dari sediaan yang kami buat, semua sediaan jernih dengan jumlah
sediaan sebanyak 10 vial serta memiliki penampilan fisik yang baik. Kemudian, untuk Uji
Keseragaman volume dilakukan dengan meletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu
dilihat keseragaman volume secara visual dan berdasaran pengujian, diperoleh bahwa semua
sediaan volumenya seragam sebanyak 10,5 mL. Selanjutnya, dilakukan Uji Kebocoran dengan
menggunakan larutan Metilent Blue, dilakukan dengan memasukkan vial pada beaker glass yang
sudah diisi larutan, jika larutan yang berada di dalam vial berubah menjadi biru maka sediaan
dikatakan bocor, akan tetapi sebaliknya jika larutan yang ada di dalam sediaan tidak berubah warna
menjadi biru maka sediaan dikatakan tidak bocor. Proses ini memanfaatkan tekanan atmosfer yang
ketika sediaan dimasukkan ke dalam larutan Metilent Blue akan menyebabkan zat warna
berpenetrasi ke dalam lubang. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh bahwa sediaan tidak
mengalami kebocoran/tidak ada larutan warna yang masuk ke dalam larutan yang ada pada sediaan
(Lachman, 1994). Selanjutnya, dilakukan Uji pH sediaan menggunakan alat pH Meter Mettler
Toledo (FI ED IV Hal. 1039). Tujuan dari pengujian pH ini untuk menentukan apakah pH larutan
dalam sediaan sudah sesuai dengan syarat pH untuk diijeksikan ke dalam tubuh atau tidak,
berdasarkan hasil pengujian, pH larutan dalam sediaan yang kelompok kami buat hasilnya 4,66.
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
Kementerian Kesehatan RI, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Kedua, 1091-
1098, UI Press, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
LAMPIRAN