Makalah Arsitektur Nusantara
Makalah Arsitektur Nusantara
Disusun Oleh :
1. Sarah Inassari S. 3211100061
2. Efod Galang Y. 3211100073
3. Fakhri Muliawan 3211100097
4. Priska Paramita P. 3211100109
Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2012
ABSTRAK
Globalisasi telah banyak membawa perubahan dalam tatanan hidup di Indonesia. Tak
hanya bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya, bidang arsitektur pun ikut terkena
dampaknya. Arsitektur di Indonesia kini mengalami krisis jati diri, di mana banyak sekali
bangunan berdiri, tetapi sama sekali tidak mencerminkan identitas asli Indonesia. Bangunan-
bangunan yang telah didirikan maupun yang masih dalam tahap rancangan, sebagian besar
mengikuti gaya arsitektur. Arsitektur Nusantara, sebagai arsitektur asli Indonesia, telah
terlupakan dan tergantikan dengan arsitektur asing yang mengubah keanekaragaman
arsitektur Nusantara dengan keseragaman arsitektur .
Di jaman modern seperti saat ini, segala hal dituntut untuk mudah dan cepat. Hal ini
berkebalikan dengan arsitektur Nusantara yang berakar pada arsitektur tradisional. Bentuk
bangunan, material penyusun, ornamen penghias hingga tata letak objek di dalamnya
memiliki makna. Oleh karena sifatnya itu, arsitektur Nusantara dianggap rumit dan kuno
sehingga tidak lagi sesuai diterapkan di jaman modern.
Eksistensi arsitektur Nusantara yang semakin hilang ini sejalan dengan semakin
kaburnya identitas arsitekur bangsa. Kesulitan penerapan bentuk maupun elemen-elemen
penyusun lain dirasa menjadi penghalang utama mengapa arsitektur ini dihindari. Dengan
demikian, penghadiran arsitektur Nusantara perlu diformulasikan kembali agar dapat
mengurangi kompleksitas di dalamnya sehingga menjadi kemudahan untuk perkembangan ke
depannya.
.
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Pada makalah yang berjudul „Arsitektur
Nusantara Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia‟ sebagai pokok bahasan, penulis mencoba
memaparkan latar belakang dan pokok permasalahan yang dialami Indonesia mengenai jati
diri bangsa.
Maksud ditulisnya karangan ilmiah ini di samping untuk memenuhi tugas Bahasa dan
Sastra Indonesia, juga untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang
menulis makalah serta menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai arsitektur
Nusantara.
Penulis menyadari bahwa telah banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak untuk menyelesaikan karangan ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari penyusunan
makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam karangan tulis ini. Oleh
karena itu, penulis berharap agar pembaca dapat memaklumi kesalahan penulis baik yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi penulis.
Penulis berharap semoga karangan tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Abstrak.................................................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang .....................................................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................................................3
Tujuan...................................................................................................................................3
Manfaat................................................................................................................................3
Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia ini semakin maju seiring semakin berkembang
pesatnya teknologi sehingga jarak dan waktu bukan lagi sebagai penghalang transfer
informasi. Hampir semua kejadian di penjuru dunia dapat diketahui oleh semua orang dalam
waktu yang cepat berkat peran teknologi. Tidak ada lagi yang ditutupi, tidak ada lagi batasan,
semua terbuka, dan saling mempengaruhi. Hal ini lah yang disebut globalisasi akibat
derasnya arus informasi.
Globalisasi membawa pengaruh pada semua aspek kehidupan termasuk aspek
kebudayaan. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang tersebar dari ke Timur, dari
Sabang hingga Merauke. Semua budayanya adalah nilai turun temurun warisan nenek
moyang, akan tetapi sekarang mulai tergeser karena hadirnya budaya baru yang dibawa oleh
globalisasi. Globalisasi seakan menuntut seluruh manusia untuk mengkiblatkan diri pada
acuan yang sama, yaitu gaya hidup masa kini. Kehidupan manusia menjadi homogen dan
bercermin pada apa yang sekarang dianggap modern. Sayangnya, modern yang dimaksud
bukan berasal dari budaya sendiri, tapi justru berasal dari negara luar yang jelas memiliki
nilai-nilai budaya yang berbeda dengan milik sendiri.
Contoh yang paling sederhana adalah masyarakat yang telah melupakan budaya
berpakaian. Jawa terkenal dengan batik dan kebaya, tetapi kenyataan sekarang sudah sulit
menemukan masyarakatnya yang masih mau berpakaian batik atau kebaya. Batik dan kebaya
dianggap sudah tidak mengikuti jaman. Alasan lain karena keduanya dianggap rumit, mulai
dari proses pembuatan hingga penggunaannya. Masyarakat modern menuntut kemudahan,
tetapi batik dan kebaya tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tersebut.
Begitu pula yang terjadi di dunia arsitektur bangsa ini. Modernisasi dan globalisasi
memang membawa dampak baik, yaitu dalam hal pemakaian teknologi dan bahan bangunan,
akan tetapi ada hal lain yang menjadi perhatian. Bangsa Indonesia kini mulai keluar jauh dari
identitas diri miliknya. Bangunan-bangunan yang berdiri atau bahkan yang masih dalam
rancangan, hampir semuanya berkiblat pada gaya arsitektur global. Gedung pencakar langit,
bentuk-bentuk kotak, dinding kaca, atau ornamen-ornamen rumit yang menghias fasade
bangunan khas kerajaan bangsa Eropa adalah fenomena-fenomena kean yang terjadi di
Indonesia. Sedikit dan nyaris tidak ada sama sekali dijumpai bangunan yang masih
memperlihatkan identitas bangsa.
Perumahan sekarang, terutama real estate, banyak menggunakan istilah-istilah untuk
penamaan cluster dan jalannya. Seperti dalam makalah Hariwardono Soeharno yang berjudul
“Globalisasi dan Pemikiran Budaya pada Kompleks Perumahan” (2010), makin banyak
kompleks-kompleks perumahan di Indonesia yang mengambil nama berbau asing. San Diego,
Raffles Garden dan Rich Palace, atau nama lainnya, dianggap prestisius untuk menunjang
citra perumahan kelas menengah ke atas. Nama-nama tersebut seakan memberikan kesan
eksklusif dibanding dengan nama-nama lokal seperti : Sri Kandi, Taman Sari, Majapahit, atau
nama lokal lainnnya yang mencerminkan identitas bangsa Indonesia.
Indonesia memiliki ribuan pulau beserta penghuninya, yang berarti masyarakat di
setiap pulau memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda. Hal ini juga berlaku untuk dunia
arsitekturnya yang disebut dengan arsitektur Nusantara, arsitektur yang mencerminkan
keragaman budaya asli milik Indonesia. Keanekaragaman ini menjadi sebuah bukti bahwa
bangsa ini kaya, tapi kenyataannya masyarakatnya sendiri tidak mau mengakuinya. Tidak
bangga dengan apa yang dimiliki, tapi justru menyisihkan dan menggantikannya dengan
keseragaman arsitektur .
Sama halnya dengan fashion, arsitektur pun berkembang mengikuti apa yang sedang
menjadi tren. Arsitektur Nusantara dianggap kuno oleh masyarakat karena tidak ada
perkembangannya. Posisinya pun digantikan oleh arsitektur yang identik dengan
kemasakinian. Maka seperti desainer pakaian, para arsitek Indonesia dituntut untuk memiliki
pola pikir yang dapat menggali pengetahuan dan menerapkannya ke dalam bentuk bangunan
sehingga arsitektur Nusantara tidak hanya lestari, namun juga mengalami perkembangan
(Prijotomo, 2008).
Ciri fisik, makna filosofi, adaptasi terhadap iklim, material lokal, potensi alam, dan
ornamen-ornamen tradisional tercermin dalam arsitektur Nusantara. Semua hal tadi membuat
arsitektur Nusantara menjadi kaya, serta mungkin yang paling kaya di dunia. Di sisi lain, juga
dapat menjadi sumber eksplorasi untuk perkembangan ke depannya. Oleh karena itu, penulis
mengangkat permasalahan ini menjadi topik pembahasan makalah untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat agar menempatkan kembali arsitektur Nusantara sebagai arah
arsitektur bangsa sehingga selanjutnya, arsitektur Nusantara dapat kembali lagi menjadi
identitas diri Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap arsitektur Indonesia?
2. Mengapa arsitektur Nusantara sulit diterapkan di kehidupan sekarang?
3. Bagaimana arsitektur Nusantara dapat kembali dikembangkan sebagai arsitektur
jati diri Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh globalisasi terhadap arsitektur Indonesia.
2. Untuk mengetahui alasan arsitektur Nusantara sulit diterapkan di jaman sekarang.
3. Untuk mengetahui bagaimana agar arsitektur Nusantara dapat kembali
dikembangkan sebagai arsitektur jati diri Indonesia.
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan kesadaran atas arsitektur
Nusantara sebagai patokan arah gaya arsitektur bangsa sehingga ke depannya dapat
kembali menjadi identitas diri Indonesia.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Arsitektur memiliki makna Guna dan Citra, yaitu bangunan yang tidak sekedar
fungsi, namun juga mengandung citra, nilai-nilai, status, pesan dan emosi yang
disampaikannya. (Romo Mangun)
Sementara, arsitektur tradisional adalah arsitektur yang berasal dari tradisi atau
adat istiadat yang berlaku di masing-masing wilayah. Penggunaan istilah
arsitektur tradisional memiliki konsekuensi, yaitu penggunaannya harus sesuai
dengan peraturan tradisi yang berlaku di sebuah wilayah atau suku bangsa. Hal
ini mengakibatkan arsitektur tidak memiliki kesempatan untuk berkembang
dan arsitektur hanya menjadi romantisme masa lalu. Arsitektur tradisional
adalah obyek studi bagi domain sejarah maupun antropologi karena
mempelajari bagaimana manusia-manusia di sebuah wilayah atau suku bangsa
berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara dalam domain arsitektur
sendiri, yang dipelajari adalah seni bangunan termasuk dengan dasar-dasar
pemikiran, estetika, juga kemungkinan pengembangan ide di masa depan
dengan tetap berakar pada filosofi awal yang terdalam. Hal inilah yang
melahirkan Arsitektur Nusantara. Arsitektur yang bertuan rumah di wilayah
Nusantara, dihidupkan oleh masyarakat Nusantara dan menghidupi mereka
dari waktu ke waktu.
arsitekiki.2008.“ Kenalan sama Arsitektur Nusantara”.
http://arsitekiki.blogspot.com/2008/02/kenalan-sama-arsitektur-
Nusantara.html.Diunduh: 17 Maret 2012
4.1 Simpulan
1. Globalisasi memberi pengaruh ke dalam arsitektur Indonesia, mengubah
perwajahan arsitektur di Indonesia menjadi seragam mengikuti model
arsitektur sehingga tidak lagi menampakkan identitas bangsa.
2. Arsitektur Nusantara sulit diterapkan di kehidupan sekarang karena
masyarakat sudah banyak terjejali pengaruh arsitektur global yang dianggap
maju sehingga mereka menganggap arsitektur Nusantara menjadi hal yang
kuno. Masyarakat hidup dalam dunia modern juga menuntut segala sesuatunya
mudah dan cepat, sementara arsitektur Nusantara memiliki makna di setiap
bagiannya sehingga arsitekur Nusantara ini menjadi rumit dan membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk dapat didirikan.
3. Arsitektur Nusantara dapat kembali dikembangkan dengan membentuk
formula baru yang mengombinasikan arsitektur Nusantara dengan
pengetahuan arsitektur masa kini sehingga dapat mengurangi kompleksitas
arsitektur Nusantara ketika diterapkan. Pola pikir para arsitek juga harus
diubah menjadi lebih kreatif agar dapat menghadirkan corak Nusantara ke
dalam karya-karyanya.
4.2 Saran
4.2.1 Saran untuk Pemerintah
1. Mengadakan berbagai acara pameran kebudayaan yang berkaitan dengan
arsitektur untuk mengingatkan kembali masyarakat bagaimana
sebenarnya arsitektur bangsa kita.
2. Memasukkan unsur keNusantaraan di setiap pembangunan fisik daerah
seperti mendirikan kantor pemerintahan, terminal atau bangunan-
bangunan publik lainnya dengan corak arsitektur daerah setempat.