Infeksi Trichostrongylus Sp. Pada Kelinci Rex Di Banyuwangi - Puja Hayu
Infeksi Trichostrongylus Sp. Pada Kelinci Rex Di Banyuwangi - Puja Hayu
Abstrak
Studi kasus ini bertujuan untuk menjelaskan kasus nematodiasis melalui pengamatan gejala klinis
serta pemeriksaan terhadap feses kelinci yang masih segar secara makroskopis dan mikroskopis.
Pemeriksaan secara makroskopis meliputi pengamatan pada warna, bau, serta konsistensi feses.
Pemeriksaan feses meliputi uji natif, uji sedimen, serta uji apung. Hasil diagnosa melalui pengamatan
gejala klinis serta pemeriksaan feses menunjukkan bahwa kelinci Rex tersebut positif terinfeksi
Trichostrongylus sp.
Abstract
This case study aimed to explain the case of nematodiasis based on clinical sign and examination
of rabbit’s fresh faeces macroscopically and microscopically. Macroscopic examination observed the
color, smell, and consistency of faeces. Faeces examination performed native test, sediment test, and
floating test. Result of clinical sign finding and faeces examination shown that the Rex rabbit positively
infected with the Trichostrongylus sp.
36
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Pangastuti, Puja Hayu., dkk
37
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Pangastuti, Puja Hayu., dkk
Trichostrongylus calcaratus. Parasit ini 30% lebih besar dari L1 (Audebert et al.,
menyebabkan inflamasi akut maupun kronis 2000)
serta fibrinous gastritis diikuti dengan Spesies trichostrongylus yang
masalah pencernaan (Audebert et al., 2003). menyerang ruminansia memiliki siklus
Trichostrongylus dapat menginfeksi hidup yang hampir sama dengan spesies
manusia melalui infeksi incidental. Penyakit trichostrongylus yang menyerang kelinci.
pada manusia disebut dengan Keduanya memiliki perbedaan pada durasi
trichostrongyliasis (Ghanbarzadeh et al., periode prepaten. Trichostrongylus mampu
2018) bermigrasi menuju mukosa intestinal selama
Infeksi Trichostrongylus terjadi fase awal infeksi yang dapat menyebabkan
ketika inang definitif terpapar stadium catarrhal enteritis. Infeksi pada kelinci
infektif cacing yakni larva tiga (L3). Kelinci dipengaruhi oleh usia kelinci serta
dapat tertular melalui kotoran hewan lain perubahan musim yang dapat menyebabkan
seperti domba, sapi, hewan pengerat. imunosupresi (Dos santos et al.,, 2016).
Penularan diawali dengan adanya siklus Gejala yang umum terjadi pada kelinci yang
hidup yang bermula dari telur yang keluar mengalami trichostrongyliasis diantaranya
bersama feses inang. Telur menetas dalam adalah penurunan berat badan yang
kondisi suhu dan kelembaban yang optimal. disebabkan oleh infeksi parah karena
Larva rhabditiform menetas kemudian banyaknya cacing dalam tubuh, anemia,
mengalami dua moulting menjadi L1 dan diare, serta peningkatan eosinofil. Penyakit
L2, moulting selanjutnya akan terbentuk ini juga dapat menyebabkan kematian
larva filariform (L3) yang merupakan mendadak pada kelinci. Saat dilakukan
stadium infektif. Inang yang menelan L3 nekropsi akan tampak kerusakan pada
akan terinfeksi cacing Trichostrongylus. intestinal (Dawabsheh et al., 2018).
Larva L1, L2 dan L3 yang memiliki Pengobatan yang direkomendasikan
selubung secara morfologis tampak sama. untuk penyakit trichostrongyliasis
Perbedaan dapat diamati pada bentuk faring, diantaranya golongan Benzimidazole:
L1 dan L2 nampak sama namun L3 fenbendazole 10-20 mg/kg berat badan
memiliki faring yang lebih panjang. L3 secara per oral diulangi pada hari ke 10-14,
memiliki pori ekskretoris yang terletak thiabendazole 100-200 mg/kg berat badan
diantara cincin saraf dan ujung secara per oral, albendazole 10 mg/kg berat
kerongkongan. Ketiga fase memiliki badan, serta ivermectin diberikan melalui
bentukan genital primordium yang sama subkutan dengan dosis 0,2-0,4 mg/kg berat
dengan ukuran yang sama yakni 10 µm badan diulangi pada hari ke 10-14 (Ilic et al.,
dengan lokasi yang sama di pertengahan 2018)
tubuh sedikit kebawah mendekati
ekstremitas caudal. L1 dan L2 secara umum 4. KESIMPULAN
terlihat sama namun L2 memiliki ukuran Pemeriksaan feses cacing kelinci
cimoy dengan metode uji natif, uji sedimen
39
Prosiding Seminar Nasional Kedokteran Hewan dan Call of Paper e-ISBN : 978-602-70438-2-4
Surabaya, 05 Desember 2020
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Pangastuti, Puja Hayu., dkk
dan uji apung mendapatkan hasil positif southern Brazil. Semina: Ciencias
terinfeksi Trichostrongylus sp dengan Agrarias, 37(5), 3201-3204.
ditemukannya telur cacing Trichostrongylus Ghanbarzadeh, L., Saraei, M., Kia, E. B.,
Amini, F., & Sharifdini, M. (2018).
sp. Gejala klinis yang ditimbulkan dari
Clinical and haematological
infeksi ini berupa penurunan berat badan, characteristics of human
bulu suram, serta diare berdarah. trichostrongyliasis. J Helminthol, 93,
149-53.
Illic. T., Stepanovic, P., Nenadovic, K., &
DAFTAR PUSTAKA Dimitrijevic, S. (2018). Improving
Astrid, T., Zebua, T., & Sihite, A. H. (2020). agricultural production of domestic
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada rabbits in Serbia by follow-up study of
Sistem Pencernaan Kelinci their parasitic infection. Iranian
Menggunakan Metode Fuzzy Expert Journal of Veterinary Research, 19(4),
System. JOURNAL OF 290.
INFORMATION SYSTEM Iskandar, T. (2005). Beberapa penyakit
RESEARCH (JOSH) Vol 1 No 3 April penting pada kelinci di Indonesia.
2020, 1. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi
Audebert, F., Cassone, J., Hoste, H., & dan Peluang Pengembangan Usaha
Durette-Dusset, M. C. (2000). Kelinci. Bandung, 30, 168-175.
Morphogenesis and distribution of Mukti T., I. Oka, & I. Made. (2016).
Trichostrongylus retortaeformis in the Prevalensi cacing nematoda saluran
intestine of the rabbit. Journal of pencernaan pada kambing peranakan
helminthology 74(2), 95-107. ettawa di Kecamatan Siliragung ,
Audebert, F., Vuong, P. N., & Durette- Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Desset, M. C. (2003). Intestinal Indonesia Medicus Veterinus, vol. 5,
migration of Trichostrongylus no. 4, pp. 330-336.
retortaeformis (Trichostrongylina, Rinaldi, L., Levecke, B., Boscoa, A.,
Trichostrongylidae) in the rabbit. Ianniello, D., Pepe, P.,et al. (2014).
Veterinary parasitology, 112(1-2), Comparasion of individual and pooled
131-146. faecal samples in sheep for the
Dawabsheh, I., Husseain, A., & Ali, O. assessment of gastrointestinal
(2018). Occurance of Gastrointestinal strongyle infection and anthelmintic
Parasite in Rabbits. drug efficacy using mcmaster and
Dos Santos, L. M. J. F., Mendes, M., de mini-flotac. Vet. Parasitol., 6(11), 1-8.
Oliveira, P. A., de Oliveira, F. C., da Subekti, S., Mumpuni, S., & Kusnoto, S. K.
Rosa Farias, N. A., & Ruas, J. L. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit
(2016). Trichostrongylus Helminth Veteriner. Fakultas
retortaeformis (Zeder, Kedokteran Hewan, Surabaya :
1800)(Nematoda. Trichostrongylidae) Universitas Airlangga
in Lepus europaeus (Pallas, 1778) in
40