Anda di halaman 1dari 14

PENGUJIAN FITOFARMAKA DENGAN PENGGUNAAN EKSTRAK

KUNYIT PADA IKAN LELE (Clarias sp)


MANAJEMEN KESEHATAN IKAN

(Laporan Hasil Praktikum)

Di susun Kel 6:
Adi Saputra 21742001
M Yusuf Muzamil 21742021
M Agil Wisnu S 21742023
Riska Dwi Maharani 21742030

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia),
bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi. Fitofarmaka memenuhi kriteria : aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Fitofarmaka memenuhi kriteria :

• aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

• klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ praklinik (pada hewan) dan klinik (pada
manusia).

• telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.

• Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

• Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan tinggi.

Permasalahan penyakit infeksi bakterial dapat teratasi dengan manajemen kesehatan ikan
melalui usaha pengendalian penyebaran infeksi. Pengendalian yang biasa dilakukan yaitu
dengan pemberian obat atau antibakteri seperti bahan-bahan antibiotik melalui kegiatan
pencegahan dan pengobatan, sedangkan upaya pengendalian belum banyak digunakan untuk
mengatasi permasalahan penyakit pada kegiatan budidaya. Penggunaan fitofarmaka di
Indonesia telah lama digunakan karena melimpahnya potensi antimikroba dari bahan alam
yang lebih aman, memiliki fungsi dan aktivitas yang tidak kalah dari antibiotika. Obat-obatan
dari bahan tanaman sudah mulai banyak digunakan seperti temulawak, daun jambu biji,
sambiloto, mengkudu, bawang putih, dan tanaman lainnya (Dewoto, 2007; Pandey et al.,
2012).

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui fungsi penggunaan ekstrak kunyit dalam manajemen kesehatan


ikan.
2. Untuk mengetahui penerapan ekstrak kunyit pada pencampuran pakan ikan.
3. Untuk mengetahui dan menghitung jumlah sel darah merah dan putih pada ikan lele
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi ikan lele (Clarias sp)


Ikan lele adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini mempunyai
ciri – ciri khas dengan tubuh nya yang licin, agak pipih memanjang serta memiliki
sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulut nya. Ikan ini sebenarnya
terdiri atas berbagai jenis (spesies). Sedikitnya terdapat 55 jenis ikan lele di seluruh
dunia. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur
insang nya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam pada sirip – sirip
dadanya.
Klasifikasi ikan lele (Clarias sp), sebagai berikut:

Phylum : Chordata (binatang bertulang belakang)

Kelas : Pisces (bangsa ikan bernafas dengan insang)

Subkelas : Telestoi (ikan bertulang sejati)

Ordo : Ostariophysi

Subordo : Silaroidae (bentuk tubuh memanjang dan tidak bersisik)

Family : Claridae
Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil
oksigen pernapasan nya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan yang
air nya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relative tahan terhadap pencemaran bahan –
bahan organic. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukita yang
tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidup nya terlalu dingin, missal nya di bawah 20 c,
pertumbuhan nya agak lambat.

Keunggulan ikan lele dibandingkan dari produk hewan lainnya adalah lebih kaya akan
leusin dan lisin. Leusin (C6H13NO2) merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan
untuk menunjang pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Leusin
berguna juga untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Sedangkan lisin merupakan
salah satu dari 9 (sembilan) asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perbaikan jaringan. Lisin termasuk asam amino yang sangat penting dan dibutuhkan sekali
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Zaki, 2009).

Habitat lele adalah perairan air tawar seperti sungai dengan arus tidak deras,
kolam,danau atau rawa. Dengan organ pernafasan tambahan didepan insangnya, lele dapat
memperoleh oksigen langsung dari udara. Karena itulah lele mampu hidup di perairan yang
beroksigen rendah. Lele tidak cocok dengan daerah tinggi (700 mdpl) dan tumbuh lambat pada
suhu dibawah 200C. Ikan lele bisa hidup di dataran rendah maupun di daerah yang tingginya
maksimal 700 mdpl. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%. Tanah
yang cocok untuk kolam pemeliharaan yaitu jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, dan
subur. Lahan yang cocok umtuk digunakan budidaya ian lele dapat berupa: sawah, pecomberan,
kolam di pekarangan, dan blumbang. Ikan ini adalah ikan yang hidup di air tawar, ia bersifat
nokturnal artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Siang hari,
ikan lele ini lebih memilih berdiam di lubang-lubang atau tempat-tempat yang tenang (Suyanto,
dalam Wibowo, 2011).

Kadar pH yang baik untuk ikan lele adalah 6 sampai 8 jika kurang dari 5 itu akan sangat
buruk bagi ikan lele karena bisa menyebabkan penggumpalan lendir pada insang, sedangkan
pH diatas 8 dapat menyebabkan nafsu makan ikan lele berkurang.

Ikan lele dapat bertahan pada suhu minimum 200C, dan dengan suhu optimal antara
25-280C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan suhu antara 26- 300C dan untuk
pemijahannya antara 24-280C. Air kolam budidaya sebaiknya memenuhi kriteria fisika-kimia
diantaranya, mempunyai pH6, 5-9; kesadahan (derajat butiran kasar) maksimal 100 ppm dan
optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30-60 cm; yang di butuhkan O2
optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk
yang burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,2 9-157, 56
mg/liter. Daerah dataran rendah ikan ini dapat hidup dengan baik. Pertumbuhan lele akan
melambat pada lingkunga hidup yang memiliki suhu yang terlalu dingin dan pada daerah diatas
700 meter pertumbuhan ikan ini tidak begitu baik. Perairan bersih ikan ini akan tumbuh dengan
baik jika di pelihara dengan baik (Wartono, 2011).

2.2 Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk
jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka atau obat herbal adalah obat alamiah yang
bahan bakunya disarikan dari tanaman untuk digunakan dalam pengobatan
(Anonimous, 2004). Terdapat lebih kurang 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan
sekitar 54% diantaranya terdapat di hutan-hutan tropika. Namun hanya sekitar 0,3%
dari jumlah tumbuhan tersebut yang telah diselidiki manfaatnya oleh peneliti. Sebagai
negara yang beriklim tropis, hutan tropika Indonesia sangat potensial dikembangkan
sebagai sumber obat herbal (Inayah dan Ernayenti, 2007).
Fitofarmaka memiliki kelebihan karena murah, mudah didapat, aman dan
efektif sehingga telah lama dimanfaatkan sebagai obat manusia, tetapi belum banyak
digunakan dalam pengelolaan kesehatan ikan. Kunyit Curcuma longa merupakan salah
satu jenis tanaman temu-temuan yang memiliki banyak sekali manfaat termasuk
antibakteri, bagian dari kunyit yang seringkali dimanfaatkan yaitu bagian rimpangnya
(Musa et al., 2008).. Pemanfaatan kunyit baik sebagai antibakteri maupun penambah
nafsu makan telah diujikan pada beberapa hewan uji, sehingga upaya pengendalian
infeksi bakteri E. tarda terhadap ikan lele menggunakan ekstrak kunyit perlu diuji lebih
lanjut terkait efektivitasnya dalam kegiatan pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji penambahan ekstrak kunyit pada pakan melalui metode pencegahan,
pengobatan serta pengendalian dan menggunakan dosis berbeda terhadap infeksi
bakteri E. tarda pada ikan lele.

2.3 Sel Darah


Sel darah adalah semua sel dalam segala bentuk yang secara normal ditemukan dalam
darah.
2.3.1 Hb (Hemoglobin)
Hemoglobin merupakan zat warna yang terdapat dalam darah merah yang berguna
untuk mengangkut oksigen (O2) dan karbondioksida CO2 dalam tubuh (Adriani &
Wirjatmadi, 2012). Hemoglobin adalah ikatan antara protein, besi dan zat warna.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah merah
(Supariasa, Bakri, & Ibnu, 2012). Hemoglobin merupakan parameter yang
digunakan secara luas untuk menentukan status anemia pada skala luas.
2.3.2 SDM (Sel Darah Merah)
Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling
banyak jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit p
adaikan memiliki inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Jumlah eritrosit
padaikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Iriyanto, 2005).
Eritrosit berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan
ukuran berkisar antara 7 - 36 µm (Lagleretal .,1977). Eritrosit yang sudah
matang berbentuk oval sampai bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma bes
ar. Ukuran eritrosit ikan lele (Clarias ssp) berkisar antara (10 x 11 µm) – (12 x
13µm), dengan diameter inti berkisar antara 4 – 5 µm. Jumlah eritrosit ikan
lele(Clarias sp) adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et al ., 1985). Jika diwarnai dengan
pewarnaan Giemsa, inti sel akan berwarna ungu dandikelilingi oleh plasma
berwarna biru muda (Chinabut et al ., 1991). Rendahnyaeritrosit merupakan
indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlaheritrosit menandakan ikan
dalam keadaan stres (Wedemeyer dan Yasutake 1977).

2.3.3 SDP (Sel darah Putih)


Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh. Setelah
dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam darah
menuju ke seluruh tubuh (Iriyanto, 2005). Leukosit akan ditanspor secarakhusus ke
daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton, 1997). Sel darah putih
(leukosit) pada ikan lebih banyak jumlahnya dibandingkandengan jumlah sel darah
putih yang ada pada manusia. Sel darah putih pada ikanmemiliki tujuh bentuk, yaitu
tiga tipe eusinofil granulosit dan masing – masing satu tipe neutrofil granulosit,
limposit, monosit, dan trombosit (Fujaya, 2004). Leukosit tidak berwarna dan
jumlah leukosit total ikan teleostei berkisarantara 20.000-150.000 butir tiap mm 3.
Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat(Moyle dan Chech, 1988). Pada ikan lele,
mas, dan nila, leukosit jenis eosinofildan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada
reaksi kekebalan dengan perantaraan sel (Nabib dan pasaribu, 1989). Limfosit,
dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah kecil sitoplasma
non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut et al.,1991). Limfosit
bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk danukuran. Limfosit
mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk pertahanan tubuh
(Dellman dan Brown, 1992). Ukuran rata – rata limfosit berkisar antara 4,5 - 12 µm
(Moyle dan Chech, 1988). Persentase normal limfosit padaikan teleostei berkisar
antara 71,12 – 82,88% (Affandi dan Tang, 2002). Jumlah limfosit di dalam darah
ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia. Kepadatan limfosit
pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm 3, sedangkan pada mamalia sekitar 2 x 103
sel/mm 3 (Roberts, 1978).

2.3.4 Manfaat dan tujuan pengecekan darah terhadap status Kesehatan ikan
Ikan yang kondisi sakit dapat diidentifikasi secara dini berdasarkan parameter
darah, kondisi ikan sakit pada ikan baik yang terjadi karena penyakit atau karena
kondisi lingkungan. Dapat dilihat dari darah berdasarkan nilai hematokrit, kadar
hemoglobin, dengan jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih. Parameter
darah dapat digunakan sebagai indicator tingkat keparahan suatu penyakit.
Sehingga penting dalam pengecekan darah bagi Kesehatan ikan agar mengetahui
penyakit yang menyerang pada tubuh ikan dari pengecekan darah dapat mengetahui
berapa banyak sel darah merah yang ada di organ ikan serta banyak nya sel darah
putih yang mengalir pada ikan, jika leukosit meningkat pada ikan maka pertahanan
tubuh ikan menurun.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Hari / tanggal : Kamis, 06 april 2023
Tempat : Laboratorium B Perikanan Politeknik Negeri Lampung

3.2 Alat dan Bahan


• Alat dan bahan pemeliharaan ikan
1. Ikan lele
2. Aquarium
3. Aerasi
4. Pakan
5. Ekstrak kunyit
6. Baskom
7. Timbangan
8. Penggaris

• Alat dan bahan pengecekan darah


1. Ikan lele
2. Sahli haemometer
3. Hcl 0,1 N
4. Larutan hayem’s
5. Akuades
6. Mikroskop
7. Pipet
8. Sel darah putih
9. Sel darah merah
10. Suntikan
11. Na- sitrat
12. Larutan turk’s

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Prosedur Pemeliharaan ikan lele (clarias sp)
1. siapkan wadah (aquarium) sebagai media pemeliharaan
2. lakukan pengisian air secukupnya dan di tambahkan air hijau sedikit
3. masukan ikan kedalam aquarium dengan menggunakan proses aklimatisasi
4. pemberian pakan sebanyak 2x sehari pagi dan sore
5. dosis pemberian pakan 4gram pakan 2 ml ekstrak air kunyit
6. ikan di pelihara selama 2 minggu

3.3.2 Prosedur Pengecekan Kualitas Air


Parameter pengecekan kualitas air yaitu suhu,do ,ph
1. siapkan alat (DO meter) sebagai alat untuk pengecekan kualitas air tesebut
2. masukan alat pengecekan kualitas air (DO meter) kedalam air sampai hasil keluar
3. catat hasil dari pengecakan sebagai data

3.3.3 Prosedur Pengecekan Hb (Hemoglobin)


1. Darah di hisap menggunakan pipet sahli sampai skala yang telah di tentukan
2. Pindahkan darah dari pipet kedalam tabung HB yang telah diisi HCL 0,1 N sampai
skala 10 (merah) dan di aduk selama 5 menit
3. Tambahkan akuades sampai warna darah dan HCL tersebut seperti warna larutan
standar yang ada di dalam HB meter tersebut
4. Baca kala yaitu dengan melihat permukaan cairan dan cocokan dengan skala tabung
sahli yang di lihat pada skala jalur gr% (kuning) yang berarti banyaknya hemogoblin
dalam garam per 100 ml darah

3.3.4 Prosedur Pengecekan Sel darah putih


1. darah di hisap menggunakan pipet yang berisi bulir pengaduk warnah putih sampai
skala 0,5
2. tambahkan larutan turk’s sampai skala 11 lalu pipet di aduk menggunakan angka 8
selama 5 menit
3. setelah di aduk teteskan larutan pada hemocytometer lalu di tutup cover glasss dan di
lihat menggunakan mikroskop
4. hitung sel darah putih yang telah di lihat di mikroskop
3.3.5 Prosedur Pengecekan Sel darah merah
1. darah di hisap menggunakan pipet yang berisi bulir pengaduk warna merah sampai
skala1
2. tambahkan larutan hayem’s sampai skala yang di tentukan
3. larutan di aduk seperti angka 8 selama 5 menit
4. teteskan cairan ke hemocytonmeter lalu di tutup coverglass dan di lihat mikroskop
5. hitung sel darah merah merah yang telah di lihat di mikroskop
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan lele selama di beri perlakuan fitofarmaka ekstrak kunyit ada ikan
yang mengalami kematian dan ada ikan yang tidak bertambah bobot. Kualitas air yang
optimal menjamin tingkat pertumbuhan lele yang tinggi. Ini karena oksigen terlarut cukup,
karbon dioksida terlarut rendah, pH normal, nutrisi terlarut hadir pada konsentrasi yang
dibutuhkan. Kualitas air pada saat dilakukan pemberian pakan yang di berikan ekstrak kunyit
tidak berpengaruh kepada kondisi air serta ikan tidak mengalami stres. Untuk kandungan
ammonia nya tidak menimbulkan bau yang menyengat dari ekstrak kunyit tersebut.

A. Tabel bobot ikan lele

no Ikan ke bobot
1 Ikan ke 1 4,3 gr
2 Ikan ke 2 2,8 gr
3 Ikan ke 3 2,5 gr
4 Ikan ke 4 4 gr
5 Ikan ke 5 4 gr
6 Ikan ke 6 4 gr
7 Ikan ke 7 3 gr
8 Ikan ke 8 2 gr
9 Ikan ke 9 4 gr
10 Ikan ke 10 2 gr

B. Tabel Panjang ikan lele

no Ikan ke Panjang
1 Ikan ke 1 11cm
2 Ikan ke 2 12cm
3 Ikan ke 3 11cm
4 Ikan ke 4 9cm
5 Ikan ke 5 9cm
6 Ikan ke 6 11cm
7 Ikan ke 7 10cm
8 Ikan ke 8 10cm
9 Ikan ke 9 10cm
10 Ikan ke 10 9cm

4.1.2 SR

Survival rate merupakan presentase perbandingan antara jumlah organisme yang hidup
pad akhir periode pemeliharaan dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode
pemeliharaan .SR=(nt/no)x100%

SR=(4/10)x100

%SR=0,4x100%

SR=0,4

4.1.3 Kualitas air

Kualitas air dapat diartikan sebagai kondisi kualitatif yang dicerminkan oleh kategori,
parameter: organik, anorganik, fisik, biologik, radiologik dalam hubungannyna dengan
kehiduan. dan perairan tertentu, makin tinggi pula derajat kualitas lingkunganperairan tersebut
dan sebaliknya.

A.Tabel kualitas air

min Do ph
1 6,4mg/l 6,2
2 6,4mg/l 6,2
3 6,3mg/l 6,4
4.2Sel darah

4.2.1 Sel darah merah

no Eristosit hasil keterangan


1 27x104 270.000 Bagian tengah
2 23x104 230.000 Bagian kiri
3 22x104 220.000 Bagian atas kanan
4 24x104 240.000 Bagian bawah kiri
5 26x104 260.000 Bagian bawah kanan

4.2.2 Sel darah putih

hasil perhitungan sel darah putih sebagai berikut:


37+28+32+29+31=157
=0x157x0,4mm3
=10x157x2,5mm3=3.925mm3
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
kunyit merupakan salah satu jenis tanaman temu-temuan yang memiliki banyak sekali
manfaat termasuk antibakteri, bagian dari kunyit yang seringkali dimanfaatkan yaitu
bagian rimpangnya, pengujian tersebut bertujuan untuk menguji penambahan ekstrak
kunyit pada pakan melalui metode pencegahan, pengobatan serta pengendalian dan
menggunakan dosis berbeda terhadap perlakuan yang di lakukan.

5.2 Saran
Mahasiswa mampu melakukan pengecekan sel darah merah dan sel darah putih dengan
menggukanan alat praktikum yang lengkap serta mahasiswa mampu memahami cara
perhitungan jumlah sel darah dengan diberikan penjelasan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai