Anda di halaman 1dari 1

Wiwitan (Awalan)

Di sebuah keluarga Jawa tata krama sangat dijunjung tinggi oleh masing-masing anggota
keluarga. Tentang bagaimana cara berperilaku sopan terhadap orang lebih tua, haruslah sudah
ditanamkan sedari dulu. Seperti keluarga Pak Siwa dan keluarga Pak Suhar. Mereka masing-masing
memiliki anak yang sangat berbakti kepada orang tua. Prinsip mereka adalah “Rukun agawe santosa,
crah agawe bubrah” (Hidup rukun pasti akan hidup sentosa, sebaliknya jika selalu bertikai pasti akan
berecerai).

Keluarga Pak Siwa

Pak Siwa menikah dengan Ibu Yuli yang sama-sama berawal dari Jawa Tengah, lalu karena tuntutan
pekerjaan Pak Siwa dan Ibu Yuli pindah ke Jawa Timur. Mereka dikaruniai tiga orang anak. Dua anak
perempuan dan satu anak laki-laki. Anak perempuannya mirip sekali dengan Ibu Yuli dan anak laki-
lakinya mirip dengan Pak Siwa. Anak pertama bernama Kaila berusia 18 tahun. Anak kedua seorang
laki-laki bernama Jamal berusia 16 tahun. Dan anak terakhir bernama Gendis berusia 15 tahun.

Keluarga Pak Suhar

Pak Suhar dan Pak Siwa adalah sahabat sedari mereka kecil. Karena tuntutan pekerjaan juga
akhirnya Pak Suhar pindah ke Jawa Timur dan bertemu dengan Ibu Airani. Mereka dikaruniai dua
orang anak laki-laki dan perempuan. Anak pertama bernama Teguh (17 tahun). Dan anak kedua
bernama Karin (15 tahun).

Entah itu takdir atau apa, anak-anak dari Pak Siwa dan Pak Suhar juga berteman baik satu
sama lain. Meskipun dari keluarga yang kaya, anak-anak Pak Siwa dan Pak Suhar tetap bersikap
sederhana dan rendah hati. Mereka juga anak-anak yang berprestasi dibidangnya.

Anda mungkin juga menyukai