Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DIABETES MELLITUS
1. Definisi Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh gagalnya penguraian
zat gula didalam tubuh (darah) pada tubuh normal, zat gula harus diurai menjadi
glukosa dan glikogen oleh hormon insulin yang diproduksi sel beta pankreas. Glukosa
dan glikogen inilah yang kemudian oleh tubuh melalui proses metabolisme atau
pembakaran diubah menjadi energi (Hartini, 2009).
Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula
normal. Pada kondisi normal, kadar gula tubuh akan selalu terkendali, berkisar 70-110
mg/dl, oleh pengaruh kerja hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar pankreas.
Setiap sehabis makan, terjadi penyerapan makanan seperti tepung-tepungan
(karbohidrat) di usus dan kadar gula darah akan meningkat. Peningkatan kadar gula
darah ini akan memicu produksi hormon insulin oleh kelenjar pankreas. Berkat
pengaruh hormon insulin ini, gula dalam darah sebagian besar akan masuk ke dalam
berbagai macam sel tubuh (terbanyak sel otot) dan akan digunakan sebagai bahan
energi dalam sel tersebut. Sel otot kemudian menggunakan gula untuk beberapa
keperluan yakni sebagai energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dan jika masih
ada sisa, sisa sebagian tersebut diubah menjadi lemak dan protein (Aulia, 2009).
Diabetes mellitus tipe II paling sering terjadi pada penderita DM yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif (Rapani, 2010). Penyebabnya adalah akibat
proses menua banyak penderita jenis ini mengalami penyusutan sel-sel B yang
progresif (Andi, 2009).

2. Patofisiologi Diabetes Mellitus


Pada penderita diabetes mellitus pengaturan sistem kadar gula terganggu.
Insulin tidak cukup untuk mengatasi dan akibatnya kadar gula didalam darah
bertambah tinggi. Peningkatan kadar gula darah akan menyumbat seluruh sistem
energi dan tubuh berusaha kuat untuk mengeluarkannya melalui ginjal, kelebihan gula
dikeluarkan didalam air kemih, ketika memakan makanan yang banyak kadar gulanya,
peningkatan kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak
mencukupi. Jika ini terjadi maka terjadilah diabetes (Tjokroprawiro, 2006).

3. Penyebab Diabetes Mellitus


Penyebab DM adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam
tubuh yang mencukupi maka tidak dapat bekerja secara normal atau terjadinya
gangguan fungsi insulin. Insulin berperan utama dalam mengatur kadar glukosa dalam
darah, yaitu 60-120 mg/dl waktu puasa dan dibawah 140 mg/dl pada dua jam sesudah
makan (orang normal) (Tjokroprawiro, 2006).
Kekurangan Insulin disebabkan karena terjadinya kerusakan sebagian kecil
atau sebagian besar dari sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar penkreas yang
berfungsi menghasilkan insulin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan DM sebagai
berikut :
a. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita DM memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit
yang terpaut kromosom seks. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen
untuk diwariskan kepada anak-anaknya (Maulana, 2008).

b. Asupan Makanan
Diabetes mellitus dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan
asupan makanan, baik sebagai factor penyebab maupun pengobatan. Asupan
makanan yang berlebihan merupakan factor risiko pertama yang diketahui
menyebabkan DM. Salah satu asupan makanan tersebut yaitu asupan
karbohidrat. Semakin berlebihan asupan makanan semakin besar kemungkinan
terjangkitnya DM (Maulana, 2008).
c. Obesitas
Retensi insulin paling sering dihubungkan dengan kegemukan atau
obesitas. Pada kegemukan atau obesitas, sel-sel lemak juga ikut gemuk dan sel
seperti ini akan menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai
adipositokin yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan pada waktu tidak
gemuk. Zat-zat itulah yang menyebabkan resistensi terhadap insulin (Hartini,
2009).

TABEL 1
KLASIFIKASI STATUS GIZI BERDASARKAN IMT
No Klasifikasi Status Gizi Indeks Masa Tubuh (IMT)
1 Kurus (Underweight) < 18,5
2 Normal 18,5 – 22,9
3 Gemuk (Overweight) ≥ 23
4 At Risk 23 – 24,9
5 Obesitas I 25 – 29,9
6 Obesitas II ≥ 30
Sumber : Himpunan Studi Obesitas Indonesia, 2004

4. Gejala dan Pencegahan Diabetes Mellitus


a. Gejala Diabetes Mellitus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lainnya tidaklah
selalu sama, bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala apapun sampai pada saat
tertentu. Tiga gejala permulaan yang ditunjukkan adalah banyak makan
(polifagia), banyak minum (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Gejala Kronik
yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk-
tusuk jarum, rasa tebal di kulit, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau
kasur, kram, capai, mudah mengantuk, mata kabur, gatal disekitar kemaluan,
terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun, bahkan impoten (Tjokroprawiro, 2006).
b. Pencegahan Diabetes Mellitus
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada DM ada tiga jenis
atau tahap yaitu:
1) Pencegahan primer
Semua aktivitas yang ditujukan untuk timbulnya hiperglikemia pada
individu yang berisiko untuk jadi DM atau pada populasi umum (Atun,
2009).
2) Pencegahan sekunder
Menentukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya dengan tes
penyaringan terutama pada populasi risiko tinggi, dengan demikian pasien
DM yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan
demikian dapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau kalaupun
sudah ada komplikasi masih reversibel (Atun, 2009).
3) Pencegahan tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat
komplikasi itu. Usaha ini meliputi mencegah timbulnya komplikasi,
mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi kegagalan
organ, mencegah kecacatan tubuh (Atun, 2009).

5. Diagnosis Diabetes Mellitus


Kriteria diagnosa yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO)
pada tahun 1980 dan 1985 masih digunakan, meskipun semenjak itu telah ditarik dan
diperbaiki oleh American Diabetes Association (ADA) melalui komite ahli tentang
diagnosa dan penggolongan diabetes mellitus 1997. Kriteria yang dimaksud sebagai
berikut :
a. WHO : Kadar glukosa atau gula dengan atau yang melampaui 11.1 mmol/1 dalam
plasma darah vena yang diambil sampelnya secara acak. (atau 10.1 mmol/1 jika
seluruh darah vena diambil sampelnya), atau kadar gula puasa dengan atau yang
melampaui 7.8 mmol/1 dalam plasma darah vena. (Atau 6.7 mmol/1 jika seluruh
darah vena diambil sampelnya).
b. ADA :Kadar glukosa dengan atau yang melampaui 11.1 mmol/1 dalam plasma
darah vena yang diambil sampelnya secara acak, ditambah dengan gejala-gejala
diabetes, atau kadar gula puasa dengan atau yang melampaui 7.0 mmol/1 dalam
plasma sampel darah vena. (Puasa dinyatakan sebagai tanpa makan atau minum
yang mengandung kalori-kalori selama 6-10 jam sebelumnya, biasanya semalam)
(Mc Wright, 2008).
Diagnosa pasti DM apabila ada gejala khas serta keluhan yang tersebut diatas
ditambah kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa
125 mg/dl pada dua kali pemeriksaan yang berbeda. Penggolongan Diagnosa DM
berdasarkan kadar glukosa darah dapat dilihat pada Table dibawah ini :
TABEL 2
KADAR GULA DARAH SEWAKTU DAN PUASA
Bukan DM Belum DM
Penderita DM
Kadar Gula Darah Sewaktu
Plasma Vena < 110 110-199 > 200
Darah Kapiler < 90 90-199 > 200
Kadar Gula Darah Puasa
Plasma Vena < 110 110-125 > 126
Darah Kapiler < 90 90-110 >110
Sumber : Maulana, 2008

6. GLUKOSA DARAH
1. Pengertian
Glukose merupakan bentuk paling sederhana dari molekul gula, yang
merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat dan bentuk dimana
karbohidrat diserap dari usus ke dalam aliran darah. Terkadang orang menyebutnya
gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di alam, terutama pada buah-
buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung dan tetes tebu. Di dalam tubuh glukosa
didapat dari hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan laktosa
(Erliensty, 2009).
Glukosa dijumpai di dalam aliran darah (disebut Kadar Gula Darah) dan
berfungsi sebagai penyedia energi bagi seluruh sel-sel dan jaringan tubuh. Pada
keadaan fisiologis Kadar Gula Darah sekitar 80-120 mg %. Kadar gula darah dapat
meningkat melebihi normal disebut hiperglikemia, keadaan ini dijumpai pada
penderita DM (Erliensty, 2009).
Kadar gula darah puasa merupakan salah satu metode penegakan diagnosis
DM tipe 2. kadar glukosa darah puasa lebih sensitif untuk memprediksi resiko
timbulnya DM tipe 2. Kadar glukosa darah puasa dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain konsumsi makanan yang tinggi lemak, karbohidrat sederhana dan
makanan olahan dengan kurang aktifitas fisik dan olah raga berkaitan dengan
peningkatan kadar gula darah puasa
2. Mekanisme pengaturan gula darah.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk
mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah
dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon
yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen
menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam
aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah (HermX, 2009).
Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau
karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang
terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati
mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut
glikogenosis), yang mengurangi level gula (HermX, 2009).
3. Efek Makanan Terhadap Glukosa Darah
Makanan memegang peranan dalam peningkatan kadar gula darah. Pada
proses makan, makanan yang dimakan akan dicerna di dalam saluran cerna (usus)
dan kemudian akan diubah menjadi suatu bentuk gula yang disebut glukosa.
Selanjutnya gula ini diserap oleh dinding usus dan kemudian beredar di dalam
aliran darah. Inilah sebabnya setelah makan akan terdapat kenaikan kadar gula
didalam darah lalu gula tersebut akan didistribusikan kedalam sel-sel tubuh
(Hartini, 2009).

7. Klasifikasi Diabetes Mellitus


1. Kelompok Berdasarkan Pola Makan
a. Jenis DM yang menjangkit wilayah dengan penduduk yang berpola makan dan
berpola hidup modern dan tradisional.
b. Jenis DM yang disebabkan kekurangan makan (malnutrition) ada didaerah
yang kekurangan pangan (Tjokroprawiro, 2001).
2. Kelompok berdasarkan klinis atau Medis
a. Diabetes Mellitus (DM)
1) DM tipe I atau DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
2) DM tipe II atau DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin)
3) DMTM (Diabetes Mellitus Terkait Malnutrisi)
4) Diabetes Mellitus yang behubungan atau sindrom tertentu.
b. Gangguan Toleransi Glukosa
Gangguan ini terjadi pada kelompok tidak gemuk, gemuk dan berhubungan
dengan keadaan atau sindrom tertentu.
c. Diabetes Mellitus pada Kehamilan (Gestional/DM)
Ganggun ini baru terjadi pada seseorang setelah hamil. Sebelumnya kadar
glukosa darah dalam keadaan normal (Tjokroprawiro, 2001)
3. Kelompok Berdasarkan Resiko Tinggi
a. Toleransi glukosa pernah abnormal.
b. Kedua orang tua mengidap DM.
c. Pernah melahirkan bayi dengan berat badan 4 kg (Tjokroprawiro, 2001).

8. Diit Diabetes Mellitus


a). Prinsip Diit Diabetes Mellitus
Prinsip diit DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat
sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan kadar gula darah
dengan anjuran mengkonsumsi karbohidrat komplek dan makanan yang
mengandung serat (Tjokroprawiro, 2001).
Prinsip pemberian makanan bagi DM yang mempunyai interal waktu 3
jam sekali dengan tujuan agar mampu mengontrol kadar gula darah. Jadwal
makan terakhir adalah snack malam sebelum tidur, sehingga jarak waktu malam
makanan sebelum tidur sampai bangun pagi tidak terlalu panjang untuk mencegah
hipogiklemia pada pagi harinya (Tjokroprawiro, 2001).
b). Tujuan Diit
a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal.
b. Mencapai kadar lipida serum optimal.
c. Memberi cukup energi untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
normal.
d. Menghindari dan menangani komplikasi kronik orang yang DM.
e. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
(Almatsier, 2005).
c). Syarat Diit
a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%),
dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing
10-15%).
b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan makanan kolesterol dibatasi, yaitu ≤ 300 mg per hari.
d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total,yaitu 60-70%.
Kebutuhan karbohidrat sederhana 5% dari total kalori (Sarwono, 2009).
e. Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas.
g. Asupan serat dianjurkan 25 g per hari.
h. Cukup vitamin dan mineral (Almatsier, 2005).

B. KARBOHIDRAT
1) Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat yang diperlukan tubuh untuk “dibakar” melalui proses
metabolisme, supaya menghasilkan tenaga atau energi. Pada umumnya karbohidrat
banyak tersimpan dalam makanan pokok, misalnya nasi, roti dan kentang. Ini
sebabnya orang yang banyak mengeluarkan tenaga biasanya makan banyak nasi atau
makanan pokok lainnya, sebaliknya orang yang kekurangan karbohidrat akan merasa
lemas tidak bertenaga dan sering mengantuk (TriExs, 2009).

2) Jenis Karbohidrat
a. Karbohidrat Sederhana
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat sederhana yang terdiri dari
1 gugus cincin. Contoh dari monosakarida yang banyak terdapat di dalam sel
tubuh manusia adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa (Seisyuhada, 2009).
Glukosa di dalam industri pangan lebih dikenal sebagai dekstrosa atau
juga gula anggur. Di alam, glukosa banyak terkandung di dalam buah-buahan,
sayuran dan juga sirup jagung. Fruktosa dikenal juga sebagai gula buah dan
merupakan gula dengan rasa yang paling manis. Di alam, fruktosa banyak
terkandung di dalam madu (bersama dengan glukosa) serta diberbagai macam
buah-buahan. Sedangkan galaktosa merupakan karbohidrat hasil proses
pencernaan laktosa sehingga tidak terdapat di alam secara bebas (Seisyuhada,
2009).

2. Disakarida
Disakarida merupakan jenis karbohidrat yang banyak dikonsumsi oleh
manusia di dalam kehidupan sehari-hari. Setiap molekul disakarida terbentuk
dari gabungan 2 molekul monosakarida. Contoh disakarida yang umum
digunakan dalam konsumsi sehari-hari adalah sukrosa yang terbentuk dari
gabungan satu molekul glukosa dan fruktosa serta laktosa yang terbentuk dari
gabungan 1 molekul glukosa dan galaktosa (Seisyuhada, 2009).
Di dalam produk pangan, sukrosa merupakan pembentuk hampir 99%
dari gula pasir atau gula meja (table sugar) yang biasa digunakan dalam
konsumsi sehari-hari, sedangkan laktosa merupakan karbohidrat yang banyak
terdapat di dalam susu sapi dengan konsentrasi 6.8 gr / 100 ml (Seisyuhada,
2009).

b. Karbohidrat Kompleks
Karbohidrat kompleks merupakan karbohidrat yang terbentuk oleh hampir
lebih dari 20.000 unit molekul monosakarisa terutama glukosa. Contoh karbohidrat
kompleks antara lain adalah pati (starch), glikogen, dan serat (fiber) (Seisyuhada,
2009).
1. Pati (Strach)
Pati, yang juga merupakan simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan
ini, berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar
antara 5-50 nm. Dan di alam, pati akan banyak terkandung dalam beras,
gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan
banyak juga terkandung di dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti
singkong, kentang atau ubi (Seisyuhada, 2009).
2. Serat
Serat merupakan bagian struktural dari tumbuhan dan ditemukan pada
semua tumbuhan. Serat terbagi menjadi serat yang larut dalam air (pektin,
Musilase, gum) dan serat yang tidak larut dalam air (selulosa, hemiselulosa,
lignin) (Seisyuhada, 2009).
3. Glikogen
Glikogen merupakan salah satu bentuk simpanan energi di dalam
tubuh yang dapat dihasilkan melalui konsumsi karbohidrat sehari-hari dan
merupakan salah satu sumber energi utama yang digunakan oleh tubuh pada
saat berolahraga. Di dalam tubuh, glikogen akan tersimpan di dalam hati dan
otot (Seisyuhada, 2009).
3) Peran Karbohidrat
Peranan karbohidrat didalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi sel-sel
tubuh yang diubah menjadi energi. Glukosa memegang peranan sentral dalam
metabolisme karbohidrat jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat
seperti sel darah merah, sel otak dan system saraf (Maulana, 2008).
Karbohidrat dapat berfungsi secara optimal, tubuh harus dapat
mempertahankan konsentrasi glukosa dalam batas-batas tertentu yaitu 70-120 mg/ml,
dalam keadaan puasa bila gula darah naik diatas 170 mg/ml, gula akan dikeluarkan
lewat urin. Apabila gula darah turun sampai 40-50 mg/ml terjadi gugup, lemas,
pusing. Pengaturan kegagalan gula darah terjadi karena terganggunya system
pengaturan gula darah dalam tubuh (Maulana, 2008).

C. HUBUNGAN ASUPAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR GULA DARAH


Asupan karbohidrat adalah banyaknya asupan dan jenis bahan makanan yang
dikonsumsi perhari. Kebutuhan energi berlangsung terus sehingga karbohidrat harus
sering dikonsumsi sepanjang hari. Setiap gram karbohidarat memberikan 4 kalori. Jumlah
karbohidrat yang dikonsumsi dari makanan utama dan selingan lebih penting dari pada
sumber atau tipe karbohidrat tersebut. Hal ini disebabkan jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi dari makanan utama dan selingan mempengaruhi kadar glukosa darah dan
sekresi insulin (American Diabetes Association, 2004).
Mekanisme hubungan konsumsi karbohidrat dengan kadar gula darah sebagai
berikut : karbohidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida, terutama
glukosa. Penyerapan glukosa menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan
meningkatkan sekresi insulin (Linder, 2000). Sekresi insulin yang tidak mencukupi dan
resistensi insulin yang terjadi pada DM tipe II menyebabkan terhambatnya proses
penggunaan glukosa oleh jaringan sehingga terjadi peningkatan glukosa didalam darah
(Arora, 2005).
Karbohidrat sederhana (kecuali gula buah) lebih mudah dikonversi menjadi
glukosa karena struktur molekul terurai lebih cepat di dalam perut dan usus kecil. Oleh
karena itu karbohidrat ini meningkatkan kadar glukosa dalam aliran darah sangat cepat
(kurang dari 30 menit) (Annecollin, 2009).
Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu untuk diubah tubuh menjadi energi.
Dengan demikian, makanan diproses pelan-pelan dan tenaga diperoleh sedikit demi
sedikit. Dengan demikian, kita tidak cepat lapar dan energi tersedia dalam waktu lama,
cukup untuk aktivitas sehari penuh. Karbohidrat kompleks tidak disaring dan memiliki
lebih banyak serat, sehingga tubuh kita memprosesnya lebih lama. Contoh dari
karbohidrat kompleks adalah : buah segar, sayur, roti gandum, nasi merah, dan ubi manis
(Akubugar, 2009).
Pengurangan konsumsi karbohidrat diperlukan bagi pasien DM tipe 2 dengan
obesitas. Pengurangan konsumsi karbohidrat pada DM tipe 2 dengan obesitas
berhubungan dengan penurunan berat badan dan kadar gula darah. Hasil penelitian
Samaha dkk menyatakan bahwa pengurangan konsumsi karbohidrat dapat meningkatkan
sensitivitas insulin pada individu sehat dan penurunan kadar glukosa darah (Arora, 2005).
Jadi jenis karbohidrat sederhana adalah jenis karbohidrat yang mudah diubah
menjadi glukosa, sehingga karbohidrat ini sangat cepat meningkatkan kadar glukosa
darah.

D. KERANGKA TEORI

Faktor Keturunan

Asupan Makanan
- Karbohidrat sederhana Kadar Gula Darah Diabetes Mellitus
- Karbohidrat kompleks

Obesitas
E. KERANGKA KONSEP

Asupan Karbohidrat Kadar Gula Darah


Sederhana

Anda mungkin juga menyukai