Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU POST PARTUM

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Maternitas

Dosen pembimbing : Eti Sulyawati, M.Si

Nama : Neng Ayu Yuliandri

Nim : KHGC 19072

Prodi : 2B S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARSA HUSADA GARUT

2020-2021
POST PARTUM

A. Pengertian Post Partum


Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3
bulan (Hanifa, 2002). Selain itu masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Mansjoer et.All. 1993).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi.

B. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genital ini
dalam keseluruhannya disebut involusi (winknjosastro,2006:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara
pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot membentuk
anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian
terhindari dari perdarahan post partum (Manuaba, 1998 : 190).

C. FISIOLOGI
a) Involusi
Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu kemudian
500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6 minggu post partum
berat uterus menjadi 40 – 60 gram (berat uterus normal : 30 gram). Involusi
disebabkan oleh :
 Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus- menerus sehingga
mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan anemia setempat :
Ishcemia.
 Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga
tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.
 Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi sebagai
reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selama
involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan lochea, yang dibagi
menjadi 4, yaitu :
1. Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar bercampur
sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa
lanugo dan mekonium.
2. Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah bercampur
lendir.
3. 1 minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning.
4. Setelah 2 minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau kekuning-
kuningan, warna itu disebabkan karena banyak leukosit (Wiknjosastro,
2006 : 238).
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi setelah partus pengaruh
menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hypofisis hilang.
Laktasi mempunyai 2 pengertian, yaitu :
1. Pembentukan / produksi air susu.
2. Pengeluaran air susu.
Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi, refleks
yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks ini
bersumber dan perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :
 Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting
susu terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar
hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah
melalui sirkulasi memacu sel kelenjar memproduksi air susu.
 Reflek Let Down
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian
belakang kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin
masuk ke dalam darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi
alveoli dan duktuli dan sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).

D. PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS


Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti sedia kala
sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-perubahan yang
terjadi, diantaranya :
1. Perubahan dalam system reproduksi
a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)
b. Involusi tempat plasenta
c. Pengeluaran lochea
d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina
2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu
Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan
alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga merangsang kolostrum
sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone esdtrogen menurun memungkinkan
terjadinya kenaikan kadar hormone prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
3. Perubahan system Pencernaan
Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau 2 jam
setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal dikarenakan
kekurangan bahan makanan selama persalinan dan pengendalian pada fase defekasi.
4. Perubahan system perkemihan
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami kesukaran
dalam buang air kecil, karena :
 Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
 Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh kepala
bayi
 Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan sempurna.
Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang setelah kehamilan.
Perut menggantung sering dijumpai pada multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan chorionia
gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl sudah tidak terdeteksi
lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum turun dengan cepat dalam 3 hari
pertama masa nifas. Diantara wanita menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah
bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat naik 0,50C
dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12 jam pertama
melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat terjadi bradikardi, bila
takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada perdarahan berlebih/ada vitrum korelis
pada perdarahan. Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang
dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan
tanpa pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo 2 minngu
pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan peningkatan factor
pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih menetap namun diimbangi oleh
peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama persalinan,
selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi patologis jika wanita
tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Postpartum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan gejala-gejala
depresi ringan sampai berat.

E. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM


 Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
 Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
 Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
 Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
 Pembengkakan di wajah/tangan
 Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
 Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
 Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
 Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
 Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
 Merasa sangat letih/nafas terengah-engah

F. Perawatan Post Partum


Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau
luka episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus
tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang
untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke
kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam
satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus
cukup kalori, protein, cairan serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus
secepatnya dapat dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri
sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila
ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin
akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per
os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat
istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola dicuci
secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.
G. Pathways
PATHWAYS post partum Letting go phase

Estrogen & Progesteron


menurun Kehadiran
anggota baru
Involusi uterus
Oksitosin meningkat Prolaktin
cemas
meningkat
Kontraksi
uterus lambat Kontraksi uterus
Isapan bayi Isapan bayi
Laserasi jalan adekuat tidak adekuat perubahan
lahir pola peran
Atonia uteri Pelepasan jaringan
endometrium
Oksitosin Pembendungan
Servik & vagina meningkat ASI
perdarahan Vol. darah turun Ansietas
Lokhea
keluar Port of the entri Duktus & alveoli Payudara
Vol. Cairan turun Anemia akut kontraksi bengkak

Kurang Resiko infeksi


Ketidakefektifan Hb O2 turun perawatan Nyeri
Perfusi Jaringan efektif Tidak efektif
Akut
Perrifer
hipoksia Invasi bakteri
ASI keluar ASI tidak
keluar
Kuman
Resiko syok Daya tahan mudah masuk
hipovolemik tubuh turun Ibu tidak tahu
bagaimana cara
menyusui bayinya
Kelemahan Intoleransi
umum aktivitas

Kurang
Defisit Pengetahuan
perawatan diri
H. PENGKAJIAN
 Nama Klien digunakan untuk membedakan antar klien yang satu
dengan yang lain (Sastrawinata, 1983 : 154)
 Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi
atau tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun.
 Suku / Bangsa :Untuk menentukan adat istiadat / budayanya
 Agama :Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
kepada ibu selama memberikan asuhan.
 Pekerjaan ekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu
kelelahan secara tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan
laktasi terganggu sehingga masa nifas pun jadi terganggu pada ibu
nifas normal.
 Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat
tinggal.

 Anamnesa (Data Subjektif)


 Tanggal / jam :Untuk mengetahui kapan klien datang dan
mendapatkan pelayanan.
 Keluhan : Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah
melahirkan.
 Riwayat kehamilan dan persalinan :Untuk mengetahui apakah
klien melahirkan secara spontan atau SC. Pada ibu nifas normal
klien melahirkan spontan.
 Riwayat persalinan :
 Jenis Pesalinan :Spontan atau SC. Pada ibu nifas normal
klien melahirkan normal.
 Komplikasi dalam persalinan :Untuk mengetahui selama
persalinan normal atau tidak.
 Placenta ilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan
lengkap atau tidak, ada kelainan atau tidak, ada sisa
placenta atau tidak.
 Tali pusat :Normal atau tidak, normalnya 45-50 cm.
 Perineum :Untuk mengetahui apakah perineum ada
robekan atau tidak. Pada nifas normal perineum dapat utuh
atau ada robekan, pada nifas normal pun bisa juga
dilakukan episotomi.
 Perdarahan :
Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I, II,
III selama proses persalinan, pada nifas normal pendarahan
tidak boleh lebih dari 500 cc.
 Proses persalinan Bayi
 Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi
 Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
 Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit  Pernapasan
pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya 36BB
dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak
Normalnya > 2500 gr
 BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
 Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
 Air ketuban : Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya
putih keruh. Banyaknya normal atau tidak normalnya 500-
1000 cc.

 Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)


a. Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum
nifas normal biasanya baik.
b. Keadaan emosional
Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil / tidak dan
apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum pada
klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
c. Tanda Vital
36,40C sampai 37,40C.
d. Pemeriksaan fisik
 Muka
- Kelopak mata : ada edema atau tidak
- Konjungtiva : Merah muda atau pucat
- Sklera : Putih atau tidak
 Mulut dan gigi : Lidah bersih, gigi : ada karies atau tidak
ada.
 Leher
- Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak
- Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.
 Dada
- Jantung : irama jantung teratur
- Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak
 Payudara
Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak,
pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102).
 Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : normal atau tidak dan tidak normal
bila ditemukan lordosis.
CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.
 Abdomen
Bekas luka operasi : untuk mengetahui apakah pernah SC
atau operasi lain.
Konsistensi : keras atau tidak benjolan ada atau tidak
Pembesaran Lien (liver) : ada atau tidak

e. Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas normal TFU 2 jari
di bawah pusat kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi
uterus di tengah.
f. Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya ada kelainann atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1
hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan
konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).
g. Perineum
Untuk mengetahui apakah ada perineum ada bekas jahitan atau
tidak, juga tentang jahitan perineum klien. Pada nifas normal
perineum bisa juga terdapat ada bekas jahitan bisa juga tidak ada,
perineumnya bersih atau tidak.
h. Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, para
ibu nifas normal kandung kemih tidak teraba.
i. Extremitas atas dan bawah
- Edema : ada atau tidak
- Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
- Kemerahan : ada atau tidak
- Varices : ada atau tidak
- Reflek patella : kanan kiri +/-, normalnya +
- Reflek lutut negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit
urat syarat
- Tanda hooman : +/-+ bila tidak ditemukan rasa nyeri
(Mochtar, 1998 : 102)

 Uji Diagnostik
- Darah : pemeriksaan Hb
HB ibu nifas normal : Hb normal 11 gram %
- Golongan darah
Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila
terjadi komplikasi.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d trauma perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan
involusi uterus
2. Kurang pengetahuan tentang manejemen laktasi dan perawatan bayi b/d
kurangnya informasi
3. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum b/d kurangnya
informasi

G. Intervensi
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien
perdarahan post partum menurut prioritas dan rencana keperawatannya adalah :
a. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut berhubungan dengan trauma
perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus
(Carpenito, 1997).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang atau hialng, dengan kriteria hasil pasien tidak
mengeluh nyeri, ekspresi wajah tenang, skala nyeri dalam
batas normal (2-3).

Intervensi keperawatan :
1. Berikan individu kesempatan untuk beristirahat.
Rasional: meningkatkan relaksasi
2. Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral
3. Kaji skala nyeri.
Rasional: mengidentifikasi tingkat nyeri
4. Ajarkan metode distraksi selama muncul nyeri akut.
Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral
5. Beri posisi yang nyaman pada pasien.
Rasional: meningkatkan relaksasi/meminimalkan stimulus
6. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: menurunkan/mengotrol nyeri dan menurukan sitem
saraf simpatis
b. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan
bayi berhubungan dengan kurangnya informasi (Carpenito, 1997).
Tujuan : Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan
mengenai manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah
dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria hasil pasien
mampu menjelaskan kembali mengenai informasi yang
telah diberikan.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan
kesalahan informasi.
2. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu
perawatan tali pusat dan perawatan payudara.
3. Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui.
4. Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan.
5. Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah
diberikan.
c. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum berhubungan
dengan kurangnya informasi (Tucker, 1993).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat
mengungkapkan pemahaman tentang perawatan diri post
partum.
Intervensi keperawatan :
1. Anjurkan klien untuk menghindari coitus selama 4 – 6 minggu /
sesuai anjuran dokter.
2. Demonstrasikan perawatan payudara dan ekspresi manual bila
ibu menyusui.
3. Tekankan pentingnya diet nutrisi.
4. Anjurkan pasien untuk menghindari mengangkat apapun yang
lebih berat dan bayi selama 2 -3 minggu.
5. Jelaskan perlunya dengan cermat pada bagian perineal.
6. Wapadakan klien untuk menghindari konstipasi.
7. Diskusikan gejala untuk dilaporkan kepada dokter.
8. Jelaskan bahwa lokhea dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu
perubahan dari merah menjadi coklat sampai putih.
9. Beritahu menstruasi akan kembali 6 – 8 minggu setelah
perawatan.
10. Tekankan pentingnya rawat jalan terus menerus termasuk
pemeriksaan post pasca partum.
11. Perawatan vagina/vulva hygiene
Rasional: Membersihkan perineum
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.1991. Pelatihan Gawat Darurat Prenatal.


Semarang : CV. Grafika Karya.
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995. Pencegahan dan
Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI
Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa
Swara.
Long, Barbara. C. 1996. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Penerbit CV. Mosby Company, St. Louis, USA
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : EGC.
Wiknjosastro Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai