Anda di halaman 1dari 7

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 18-24 ISSN 2303-1077

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET


UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

Teger Ardyansah Bangun1*, Titin Anita Zaharah1, Anis Shofiyani1


1
Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
*email : Tegerbangun16@gmail.com

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pembuatan arang aktif menggunakan cangkang buah
karet. Pembuatan arang aktif melalui tiga tahapan, yaitu dehidrasi dengan bantuan sinar
matahari, karbonisasi pada suhu 500 oC, dan aktivasi kimia dengan menggunakan H 2SO4 3%,
5%, dan 7% selama 24 jam dan aktivasi fisika pada suhu 500 oC, 600oC, 700oC, selama 60 dan
120 menit. Kualitas arang aktif cangkang buah karet diuji berdasarkan SNI (No. 06-3730-1995)
meliputi seperti nilai kadar air, kadar abu, dan bilangan iodin. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kondisi terbaik untuk membuat arang aktif cangkang buah karet dihasilkan pada
konsentrasi H2SO4 7%, suhu aktivasi 600oC, dengan lama waktu aktivasi 60 menit, yang
menghasilkan kadar air 14,3105%, kadar abu 0,4094%, dan bilangan iodin 1163,1654 mg/gr.
Arang aktif cangkang buah karet hasil penelitian mampu menyerap Fe (II) dalam larutan
dengan efisiensi 99% pada massa optimum 1,5 gr dan waktu kontak optimum 90 menit.

Kata kunci: cangkang buah karet, adsorpsi, Fe (II)

PENDAHULUAN butir koloidal dengan diameter kurang dari 1


µm. Ion besi di dalam air dengan kadar
Air memegang peranan penting
tinggi dapat menodai kain atau perkakas
dalam kehidupan manusia dan juga
rumah tangga. Ion besi di dalam air juga
makhluk hidup lainnya. Secara langsung air
dapat menyebabkan air berwarna agak
digunakan dalam kegiatan manusia sehari-
kuning, baunya amis dan menimbulkan
hari dan secara tidak langsung air juga
karat pada sisi pipa atau bak (Hasanah,
dibutuhkan sebagai bagian dari ekosistem
2006). Menurut Peraturan Menteri
yang dengannya kehidupan di bumi dapat
Kesehatan RI Nomor
berlangsung (Rahman, 2004). Sebagian
416/Menkes/Per/IX/1990 standar baku mutu
aktivitas manusia terkadang dapat
Fe (II) dalam air bersih adalah 1 mg/L.
menimbulkan dampak negatif terhadap
Apabila kadar besi itu melebihi baku mutu,
lingkungan. Salah satunya adalah
maka air tersebut tidak memenuhi syarat
masuknya bahan pencemar ke badan air.
dan harus dilakukan pengolahan sebelum
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya
dipakai untuk keperluan sehari-hari
zat, energi, unsur, atau komponen lainnya
terutama untuk dikonsumsi.
ke dalam air, sehingga menyebabkan
Upaya yang telah dilakukan untuk
kualitas air terganggu. Menurut Peraturan
mengurangi kadar besi dalam air pada
Pemerintah RI No 82 (2001), air dapat
umumnya menggunakan metode adsorpsi.
dikatakan tercemar bila tidak dapat lagi
Hal tersebut ditinjau dari kemudahan
digunakan sesuai dengan peruntukannya.
metode dengan biaya yang relatif lebih
Air yang telah tercemar dapat ditandai
murah. Salah satu adsorben yang paling
dengan adanya bahan organik, bahan
banyak digunakan untuk menyerap ion
anorganik, bahan toksik dan juga logam
logam adalah karbon aktif. Karbon aktif
berat seperti besi dalam jumlah berlebih.
adalah bahan padat yang berpori dan
Besi merupakan salah satu logam
merupakan hasil pembakaran dari bahan-
berat yang secara alamiah berada di
bahan yang mengandung 85-95% unsur
lingkungan akibat adanya pelapukan dari
karbon (Chand dkk., 2005). Beberapa
batuan. Umumnya besi yang terdapat
penelitian telah menggunakan arang aktif
dalam air berbentuk sebagai Fe2+ (ferro)
untuk mengadsorpsi ion besi seperti arang
atau Fe3+ (ferri) yang tersuspensi sebagai
aktif dari tongkol jagung (Rahayu, 2014),

18
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 18-24 ISSN 2303-1077

bulu ayam (Rojikhi, 2011), dan tulang perendaman, arang aktif disaring, dicuci
kambing (Khairani dkk., 2015). Menurut dan dikeringkan dalam oven dengan suhu
Sembiring dan Sinaga (2003), karbon aktif 500oC, 600oC, 700oC selama 60 menit dan
dapat dibuat dari bahan baku yang berasal 120 menit kemudian dikarakterisasi.
dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah
ataupun mineral yang mengandung karbon. Karakterisasi Arang Aktif Cangkang
Limbah dari perkebunan karet berupa Buah Karet
cangkang buah karet juga berpotensi untuk a. Penentuan Kadar Air (SNI No.06-3730-
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan 1995)
arang aktif karena mengandung 50% Sebanyak 2 gram arang aktif
karbon (Norshafizan, 2013). dipanaskan dalam oven pada suhu 110oC
Perkebunan karet di Indonesia selama 2 jam. Kemudian didinginkan dan
sebagian besar dimiliki dan dikelola oleh ditimbang hingga diperoleh berat konstan.
masyarakat, tetapi yang dimanfaatkan ( )
( )
hanyalah lateks saja sedangkan bagian
dengan: a = bobot sampel sebelum
lainnya tidak. Pengolahan bagian lain dari
dipanaskan (gram)
pohon karet yang belum dimanfaatkan
b= bobot sampel setelah
seperti cangkang buah karet, diharapkan
dipanaskan (gram)
mampu meningkatkan nilai ekonomis dari
perkebunan karet. Oleh karena itu pada
b. Penentuan Kadar Abu (SNI No.06-
penelitian ini akan dilakukan pembuatan
3730-1995)
dan penentuan kualitas arang aktif dari
Sebanyak 2 gram arang aktif
cangkang buah karet. Arang aktif yang
dikeringkan dalam oven selama 2 jam pada
dihasilkan digunakan untuk adsorpsi Fe (II)
suhu 110oC. Selanjutnya arang aktif
dalam larutan untuk meningkatkan kualitas
diabukan menggunakan tanur selama 1 jam
air baku.
dengan suhu 600oC. Abu yang diperoleh
didinginkan dan ditimbang hingga beratnya
METODOLOGI PENELITIAN
konstan.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain ( )
serangkat alat gelas, ayakan 100 mesh, dengan: a = bobot awal sampel (gram)
botol semprot, botol kaca, desikator, b= bobot akhir sampel (gram)
krusibel, neraca analitik, oven, rotary
shaker, tanur, dan Spektrofotometri serapan c. Penentuan Daya Serap Terhadap
atom (SSA). Iodium (SNI No. 06-3730-1995)
Bahan yang digunakan adalah Arang aktif ditimbang sebanyak 0,5
cangkang buah karet, aquades, asam sulfat gram kedalam botol coklat yang tertutup,
(H2SO4), ammonium besi (II) sufat, kertas kemudian dimasukkan 50 mL larutan iodium
saring, asam klorida (HCl), iodium 0,1 N, 0,1 N dan dihomogenkan selama 15 menit
indikator amilum, kalium iodida (KI), kalium dengan rotary shaker. Setelah
iodat (KIO3), natrium tiosulfat (Na2S2O7) 0,1 dihomogenkan, larutan didiamkan selama
N, dan natrium karbonat (Na2CO3). 15 menit kemudian filtrat disaring.
Selanjutnya filtrat dititrasi dengan Natrium
Prosedur Kerja Tiosulfat 0,1 N hingga warna kuning hampir
Pembuatan Arang Aktif hilang, kemudian ditambahkan indikator
Cangkang buah karet berasal dari amilum dan dititrasi kembali hingga titik
buah karet yang sudah tua dan kulitnya akhir titrasi terjadi yang ditandai dengan
berwarna coklat. Cangkang buah karet warna biru tepat hilang.
dipisahkan dari kulitnya, dicuci dan dijemur ( )
kemudian dikarbonisasi pada suhu 500oC ( )
selama satu jam.
Arang hasil karbonisasi digerus dan
diayak 100 mesh kemudian direndam dalam
larutan H2SO4 dengan variasi konsentrasi
3%, 5%, dan 7% selama 24 jam. Setelah

19
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 18-24 ISSN 2303-1077

Uji Efektifitas Karbon Aktif Untuk Karbonisasi merupakan proses


Menyerap Fe (II) pembakaran yang mengubah cangkang
a. Penentuan Massa Optimum Karbon buah karet menjadi karbon melalui
Aktif pembakaran yang tidak sempurna dengan
Arang aktif ditimbang dengan variasi menghasilkan C(s), CO(g), dan H2O(g). Berikut
massa 1,25; 1,5; 1,75 dan 2 gram kemudian adalah reaksi yang terjadi ketika karbonisasi
dicampur dalam 100 mL larutan besi (II) berlangsung :
konsentrasi 5 mg/L, diaduk dan didiamkan ( ) ( ) ( )
selama 60 menit. Campuran disaring dan Arang hasil dari proses karbonisasi
filtratnya diuji dengan Spektrofotometri digerus hingga halus, kemudian diayak
Serapan Atom (SSA) untuk mengetahui menggunakan ayakan 100 mesh. Tujuan
konsentrasi Fe yang teradsorpsi (Rahayu, dari penghalusan adalah untuk
2014). menyeragamkan ukuran dan memperluas
b. Penentuan Waktu Kontak Optimum permukaan kontak.
Karbon aktif ditimbang sebanyak Arang yang telah dikarbonisasi
massa optimum kemudian dicampurkan umumnya masih memiliki luas permukaan
dalam 100 mL larutan besi (II) konsentrasi 5 kecil karena masih banyak mineral
mg/L kemudian diaduk dengan variasi anorganik dan tar yang terperangkap dalam
waktu kontak 30, 60, 90 dan 120 menit. pori arang sehingga menutupi luas
Campuran disaring dan filtratnya diuji permukaan dan membatasi daya serapnya.
dengan Spektrofotometri Serapan Atom Proses aktivasi akan menghilangkan
(SSA) untuk mengetahui konsentrasi Fe sebagian besar mineral anorganik dan tar
yang teradsorpsi (Rahayu, 2014). yang tersisa.
Aktivasi merupakan proses yang
HASIL DAN PEMBAHASAN sangat penting dalam pembuatan karbon
Proses karbonisasi cangkang buah aktif. Karena melalui proses aktivasi,
karet dilakukan pada suhu 500 oC selama kualitas karbon aktif dapat ditingkatkan
satu jam. Pada proses karbonisasi, terjadi seperti pori dan luas permukaan. Pada
penyusutan cangkang buah karet karena tahap aktivasi kimia menggunakan asam
bahan biomaterial seperti hemiselulosa, sulfat, terjadi pemutusan ikatan pada
selulosa dan lignin didegradasi menjadi senyawa-senyawa organik dan pelarutan
karbon dengan menguapkan material non mineral-mineral anorganik sehingga pori
karbonnya. Hasil dari proses karbonisasi dari arang akan terbuka. Pengotor-pengotor
ditunjukkan pada Gambar 1. berupa tar, lignin, dan material-material
anorganik dilarutkan maka lebih banyak
pori-pori pada arang aktif yang terbuka.
Hasilnya, luas permukaan dan ukuran pori
karbon aktif menjadi lebih besar.
Setelah aktivasi selesai, dilakukan
proses pemisahan antara arang aktif dan
larutan H2SO4 dengan cara dekantasi,
selanjutnya dilakukan pencucian dengan
(a) (b) menggunakan aquades hingga pHnya
Gambar 1 (a) Cangkang buah karet netral. Proses pencucian arang aktif
sebelum karbonisasi bertujuan untuk menghilangkan sisa dari
(b) Cangkang buah karet aktivator berlebih dan senyawa non karbon
setelah karbonisasi yang larut dalam aktivator.
Cangkang buah karet yang telah Setelah diaktivasi secara kimia,
dikarbonisasi tampak berwarna hitam arang aktif selanjutnya diaktivasi secara
seperti ditunjukkan pada (Gambar 1b), fisika dengan variasi suhu 500 oC, 600oC,
sedangkan cangkang buah karet sebelum 700oC selama 60 dan 120 menit. Pada
karbonisasi berwarna putih kekuningan tahap ini, terjadi proses pemutusan rantai
(Gambar 1a). Cangkang buah karet yang karbon dari senyawa organik dengan
telah dikarbonisasi teksturnya lebih rapuh bantuan panas, uap dan CO2 (Sembiring
dan halus sedangkan cangkang buah karet dan Sinaga, 2003). Penggunaan suhu yang
sebelum karbonisasi lebih keras. tinggi pada aktivasi fisika ini adalah untuk

20
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 18-24 ISSN 2303-1077

melengkapi kinerja dari asam sulfat pada 06-3730-1995). Jika kadar air karbon aktif
aktivasi kimia. Proses aktivasi fisika melebihi standar (15%) maka
memungkinkan terbukanya lebih banyak kemampuannya dalam menyerap adsorbat
pori sehingga meningkatkan luas akan berkurang karena pori-pori arang aktif
permukaan dari arang aktif. sudah diisi oleh molekul air (Nailasa dkk.,
2013). Berdasarkan data, karbon aktif dari
Karakteristik Arang Aktif Cangkang Buah cangkang buah karet hasil penelitian
Karet Hasil Penelitian mempunyai kadar air yang masuk dalam
Penentuan karakteristik karbon aktif rentang (SNI No.06-3730-1995).
pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dan menganalisis kualitas b. Kadar Abu
karbon aktif yang dihasilkan melalui proses Hasil penentuan kadar abu pada
aktivasi kimia dan fisika. Pengujian kualitas karbon aktif cangkang buah karet hasil
karbon aktif dilakukan berdasarkan standar penelitian disajikan melalui Tabel 2
SNI No.06-3730-1995 meliputi sifat fisik dan Tabel 2. Penentuan Kadar Abu pada
sifat kimia seperti kadar air, kadar abu, dan Karbon Aktif Cangkang Buah
adsorpsi arang aktif terhadap iod. Berikut Karet
adalah hasil dari penentuan kualitas karbon Kadar Abu
aktif cangkang buah karet. Waktu [H2SO4] Suhu SNI Hasil
Pemanasan aktivasi (%) Penelitian
(max) (%)
a. Kadar Air o
500 C 10 0,407
Hasil penentuan kadar air pada karbon 3%
o
600 C 0,702
o
aktif cangkang buah karet hasil penelitian 700 C
o
2,681
disajikan melalui Tabel 1. 500 C 10 0,357
o
60 menit 5% 600 C 0,324
Tabel 1. Penentuan Kadar Air pada Karbon o
700 C 0,387
Aktif Cangkang Buah Karet Hasil o
500 C 10 0,649
Penelitian 7%
o
600 C 0,409
o
Kadar Air 700 C 0,435
o
Waktu [H2SO4 Suhu SNI Hasil 500 C 10 0,472
o
Pemanasa ] aktiva (%) Penelitia 3% 600 C 1,415
o
n si (max n (%) 700 C 0,633
o
) 500 C 10 0,268
o o
500 C 20,395 120 menit 5% 600 C 3,730
o o
3% 600 C Maks 14,043 700 C 0,511
o o
700 C 15 13,337 500 C 10 0,482
o o
500 C 17,801 7% 600 C 0,531
o o
60 menit 5% 600 C 15 13,586 700 C 2,415
o
700 C 12,492
o
500 C 18,322 Penentuan kadar abu bertujuan
o
7% 600 C 15 14,310
o
700 C 12,340 untuk mengetahui kandungan oksida logam
o
500 C 19,031 dalam karbon aktif. Kadar abu diasumsikan
o
3% 600 C 15 15,622 sebagai sisa mineral yang tertinggal dari
o
700 C 14,467 proses karbonisasi karena cangkang buah
o
500 C 17,778 karet tidak hanya mengandung karbon dan
o
120 menit 5% 600 C 15 14,347
o
700 C 12,449 senyawa organik saja tetapi juga
o
500 C 16,039 mengandung beberapa mineral, dimana
o
7% 600 C 15 15,907 sebagian dari mineral ini telah hilang ketika
o
700 C 14,281 karbonisasi dan aktivasi dan sebagian lagi
diperkirakan masih tertinggal dalam karbon
Tujuan dari penentuan kadar air aktif.
adalah untuk mengetahui seberapa banyak Kadar abu karbon aktif cangkang
air yang dapat teruapkan agar air yang buah karet yang dihasilkan berkisar antara
terikat pada arang aktif cangkang buah 0,2-3,7% (Tabel 2). Syarat mutu karbon
karet tidak menutupi pori-porinya. Kadar air aktif serbuk untuk kadar abu adalah
arang aktif cangkang buah karet yang maksimal 10% dengan demikian karbon
dihasilkan berkisar antara 12-20 % (Tabel aktif cangkang buah karet hasil penelitian
1). Syarat mutu karbon aktif serbuk untuk telah memenuhi standar (SNI No.06-3730-
kadar air adalah maksimal 15 % (SNI No. 1995). Data hasil penelitian menunjukkan

21
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 18-24 ISSN 2303-1077

bahwa semakin tinggi konsentrasi, suhu yang teradsorpsi oleh arang aktif ditentukan
dan waktu aktivasi, maka kadar abu arang sebagai angka iodin yang menyatakan
aktif juga akan meningkat. Peningkatan banyaknya iodin yang mampu diadsorpsi
kadar abu ini disebabkan terdapatnya oleh arang aktif (mg/g). Bilangan iodin
senyawa non karbon yang menempel pada ditentukan dengan cara titrasi sisa iod yang
permukaan arang aktif. Senyawa non tidak teradsorpsi oleh arang aktif dengan
karbon tersebut merupakan suatu pengotor larutan natrium tiosulfat yang telah
yang menutupi pori-pori dari arang aktif dan distandarisasi. Titrasi dilakukan hingga
jika jumlahnya melebihi baku mutu (10%) larutan berubah menjadi berwarna kuning
maka akan mengurangi efektifitas arang pucat, kemudian ditambahkan beberapa
aktif dalam menyerap adsorbat (Pari, 2002). tetes indikator amilum. Titrasi dilanjutkan
kembali hingga larutan berubah menjadi
c. Daya Serap Terhadap Iodium tidak berwarna yang menandai terjadinya
Hasil penentuan daya serap terhadap titik akhir titrasi. Reaksi yang terjadi adalah
iodium pada karbon aktif cangkang buah sebagai berikut :
karet hasil penelitian disajikan melalui Tabel
3. Bilangan iodin dari karbon aktif
Tabel 3. Penentuan Daya Serap Terhadap cangkang buah karet berkisar antara 1024-
Iodium pada Karbon Aktif 1260 mg/g (Tabel 3). Syarat mutu arang
Cangkang Buah Karet aktif serbuk untuk daya serap terhadap
Bilangan Iodin iodium adalah minimal 750 Mg/g, dengan
Waktu [H2SO4] Suhu SNI Hasil
Pemanasan aktivasi (mg/g) Penelitian demikian arang aktif cangkang buah karet
(min) (%) telah memenuhi standar (SNI No.06-3730-
500oC 1081,254 1995). Berdasarkan hasil daya serap iodium
3% 600oC 750 1151,330
700oC 1213,510 yang diperoleh, menunjukkan bahwa
500oC 1071,044 semakin tinggi konsentrasi, suhu dan lama
60 menit 5% 600oC 750 1115,158 waktu aktivasi yang digunakan maka
700oC 1152,411
500oC 1119,607 kemampuan arang aktif juga akan
7% 600oC 750 1163,165 meningkat. Besarnya daya serap iodin
700oC 1171,254
berkaitan dengan terbentuknya pori arang
500oC 1186,106
3% 600oC 750 1103,551 aktif yang semakin banyak. Hal ini
700oC 1197,711 disebabkan karena semakin tinggi suhu,
500oC 1091,285
120 menit 5% 600oC 750 1114,936
maka semakin banyak pelat-pelat karbon
700oC 1197,950 yang bergeser yang akan mendorong
500oC 1024,815 senyawa hidrokarbon tar dan senyawa
7% 600oC 750 1133,352
700oC 1260,327
organik lainnya untuk keluar pada saat
aktivasi (Pari dkk., 2004).
Karakter lainnya yang dapat Kualitas arang aktif terbaik
menunjukkan kualitas arang aktif adalah ditentukan berdasarkan standar SNI No.06-
daya adsorpsi arang aktif terhadap larutan 3730-1995. Arang aktif cangkang buah
iod. Penentuan daya adsorpsi arang aktif karet terbaik dipilih berdasarkan nilai kadar
terhadap iod memiliki korelasi dengan luas air, kadar abu, dan bilangan iodin yang
permukaan dari arang aktif, karena semakin memenuhi standar SNI. Berdasarkan data
besar angka iodin (iodin number) maka pada Tabel 1, 2, dan 3 arang aktif terbaik
semakin besar pula kemampuan arang aktif adalah arang aktif yang dibuat dengan
dalam mengadsorpsi adsorbat, terutama konsentrasi H2SO4 7%, suhu aktivasi fisika
untuk adsorbat yang mewakili jenis molekul 600oC, dengan lama waktu aktivasi fisika 60
anorganik. menit, dengan hasil kadar air 14,3105%,
Metode yang digunakan dalam kadar abu 0,4094%, dan bilangan iodin
penetapan daya serap terhadap iodium 1163,1654 mg/g. Setelah kualitas arang
adalah iodometri. Penentuan daya serap aktif terbaik ditentukan, selanjutnya arang
iodin menggunakan larutan iod 0,1 N aktif diuji untuk melihat kinerjanya dalam
sebagai adsorbat dan arang aktif sebagai mengadsorpsi logam Fe (II). Pengujian
adsorbennya. Ketika proses adsorpsinya kinerja dari arang aktif cangkang buah
berlangsung, molekul iodin akan menempel karet dilakukan dengan menentukan massa
pada pori arang aktif dan banyaknya iodin optimum, waktu kontak optimum, dan

22
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 18-24 ISSN 2303-1077

efisiensi adsorpsi arang aktif terhadap


logam besi dalam larutan. 99.8
99.741
99.7 99.7145
Adsorpsi Fe (II) Oleh Arang Aktif
Cangkang Buah Karet Hasil Penelitian

Efisiensi Adsorpsi (%)


99.6
a. Massa Optimum Karbon Aktif Untuk 99.563
Adsorpsi Fe (II) 99.5
Penentuan massa optimum karbon aktif
99.4
cangkang buah karet pada penelitian ini
ditentukan pada variasi massa 1,25; 1,50; 99.3
1,75; dan 2 gram, kemudian setiap variasi
massa arang aktif dikontakkan dengan 100 99.2
mL larutan ammonium besi (II) sulfat 5 99.1475
99.1
mg/L selama 60 menit. 0 50 100 150
Penentuan massa optimum karbon
aktif bertujuan untuk mengetahui berapa Waktu Kontak (menit)
banyak massa adsorben yang diperlukan
untuk mengadsorpsi ion Fe (II) dalam Gambar 2. Hubungan antara variasi wajtu
larutan. Pada penelitian ini, konsentrasi ion kontak dengan efisiensi
Fe (II) yang digunakan adalah 5 mg/L. Hal adsorpsi ion Fe (II)
ini berdasarkan konsentrasi rata-rata ion Fe
(II) di lingkungan perairan yang berada Penentuan waktu kontak optimum
pada kisaran 1 mg/L. Hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui berapa lama
menunjukkan bahwa penyerapan waktu yang dibutuhkan oleh karbon aktif
maksimum diperoleh pada massa karbon untuk kesetimbangan adsorpsi ion Fe (II).
aktif sebanyak 1,5 gram dengan efisiensi Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa
adsorpsi sebesar 99,889 %. semakin lama waktu kontak, maka efisiensi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorpsi ion Fe (II) terus meningkat. Pada
pengaruh massa arang aktif terhadap awal waktu kontak, masih tersedia banyak
proses penyerapan akan menunjukkan pori-pori karbon aktif yang belum terisi
suatu perbandingan yang lurus dimana adsorbat. Dengan meningkatnya waktu
adsorpsi terhadap ion Fe (II) akan kontak, jumlah ion Fe (II) yang teradsorpsi
meningkat seiring bertambahnya massa bertambah, dan mencapai optimum pada
arang aktif. Bertambahnya massa karbon waktu 90 menit dengan efisiensi 99,741 %.
aktif sebanding dengan bertambahnya Meningkatnya efisiensi adsorpsi
jumlah partikel dan luas permukaan arang tersebut dikarenakan semakin lama waktu
aktif sehingga menyebabkan jumlah pori kontak maka semakin banyak ion Fe (II)
untuk mengadsoprsi ion Fe (II) bertambah yang mampu menempati pori-pori arang
dan efisiensi adsorpsinya pun meningkat. aktif yang kosong sampai tercapai kondisi
kesetimbangan. Penurunan adsorpsi terjadi
b. Waktu Kontak Optimum Untuk Adsorpsi setelah waktu kontak 120 menit. Hal
Ion Fe (II) tersebut disebabkan karena pori dari arang
Penentuan waktu kontak optimum aktif sudah terisi penuh sehingga
karbon aktif cangkang buah karet pada permukaan arang aktif menjadi jenuh dan
penelitian ini ditentukan dengan variasi 30, kemampuan adsorpsinya pun menurun.
60, 90, dan 120 menit. Kemudian karbon
aktif dengan massa optimum 1,5 gram SIMPULAN
dikontakkan dengan 100 mL larutan Berdasarkan penelitian yang telah
ammonium besi (II) sulfat 5 ppm selama dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas
variasi waktunya. Pengaruh waktu kontak arang aktif cangkang buah karet yang
optimum adsorpsi Fe (II) pada karbon aktif dihasilkan sebagian besar sudah memenuhi
hasil penelitian ditunjukkan pada Gambar 2. standar SNI 06-3730-1995. Kondisi terbaik
untuk membuat arang aktif cangkang buah
karet dihasilkan pada konsentrasi H2SO4
7%, suhu aktivasi fisika 600oC, dengan
lama waktu aktivasi fisika 60 menit, dengan

23
JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman 18-24 ISSN 2303-1077

kadar air 14,3105%, kadar abu 0,4094%, Pengolahan Kayu. Makalah Falsafah
dan bilangan iodin 1163,1654 mg/g. Sains, Program Pasca Sarjana. IPB
Kemampuan arang aktif menyerap Bogor.
logam besi dalam larutan mencapai 99% Pari, G. 2004. Kajian struktur Arang Aktif
dengan massa optimum 1,5 gram dan Dari Serbuk Gergaji Kayu Sebagai
waktu kontak optimum 90 menit. Adsorben Formaldehida Kayu Lapis.
Disertasi, Program Pasca Sarjana.
DAFTAR PUSTAKA IPB ; Bogor.
Pemerintah Republik Indonesia (2001)
Chand B, Roop, Meenakshi G. 2005,
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
Activated Carbon Adsorption. New
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
York: Lewis.
Air Dan Pengendalian Pencemaran
Depkes RI 1990, Peraturan Menteri
Air, Jakarta.
Kesehatan RI No:
Rahayu, A.N dan Adhitiyawarman, 2014,
416/MENKES/PER/XI/1990, Jakarta.
Pemanfaatan Tongkol Jagung
Hasanah YU. 2006. Ekstraksi Ion Fe (III)
Sebagai Adsorben Besi Pada Air
dengan Ekstraktan Ammonium
Tanah. Program Studi Kimia, Fakultas
Pirolidin Dithiokarbamat (APDC)
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
dalam Pelarut Metil Iso Butil Keton
Alam, Universitas Tanjungpura
(MIBK). [Skripsi]. Universitas Negeri
Pontianak, Pontianak.
Semarang, Semarang.
Rahman, A.H.B. 2004, Penyaringan Air
Khairani, F, Itnawati, dan Bali S, 2015,
Tanah dengan Zeolit Alami untuk
Potensi Arang Aktif Dari Limbah
Menurunkan Kadar Besi dan Mangan,
Tulang Kambing Sebagai Adsorben
Jurnal MAKARA. Vol. 8 (1), hlm. 1-6.
Ion Besi (III), Kadmium (II), Klorida
Rojikhi, 2011, Pemanfaatan Hasil Pirolisis
dan Sulfat Dalam Larutan. Program
Bulu Ayam Sebagai Adsorben Ion Na,
Studi Kimia, Fakultas Matematika dan
dan Fe Dalam Larutan Simulasi.
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Program Studi Kimia, Fakultas Sains
Riau, Riau.
dan Teknologi Univesitas Islam Negri
Nailasa, T., Hermania, E.W., Luther, K.,
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
2013, Pemanfaatan Arang aktif Biji
Sembiring, M.T. dan T.S. Sinaga, 2006,
Kapuk Sebagai adsorben Limbah Cair
Arang Aktif (Pengenalan dan Proses
Tahu, Universitas Nusa Cendana
Pembuatannya), USU Press, Sumatra
Kupang, Jurnal Kimia Terapan, Vol.1
Utara.
Norshafizan, M, 2013, Preparation and
Standar Nasional Indonesia. 1995. Arang
Characterization of Activated Carbon
Aktif
from Rubber Seed Shell via Chemical
Teknis (SNI 06-3730-1995). Jakarta:
Activation Using Phosphoric Acid,
Badan Standardisasi Nasional
Universiti Teknologi PETRONAS.
Indonesia.
Pari, G. 2002. Teknologi Alternatif
Pemanfaatan Limbah Industri

24

Anda mungkin juga menyukai