Draft Tugas Akhir
Draft Tugas Akhir
SKRIPSI
Oleh:
I
3.3.5 Tahapan Pembahasan .............................................................................. 26
3.3.6 Bagan Alur Penelitian ............................................................................. 27
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 28
4.1 Analisis dan Pembahasan ............................................................................... 28
4.2 Data Penelitian ............................................................................................... 28
4.2.1 Profil Penelitian ...................................................................................... 28
4.3 Analisis Data .................................................................................................. 30
4.3.1 Penilaian Risiko ...................................................................................... 30
4.3.2 Analisa Data dengan Matriks Risiko ...................................................... 32
4.4 Pembahasan.................................................................................................... 34
4.4.1 Analisis Penilaian Risiko ........................................................................ 34
4.4.2 Pengendalian Risiko................................................................................ 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 38
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 38
5.2 Saran ............................................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40
II
DAFTAR GAMBAR
III
DAFTAR TABEL
IV
1
1 BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia masih bergelut melawan virus corona hingga saat ini, sama dengan
negara lain di dunia. Jumlah kasus virus corona terus, tapi tak sedikit juga yang
meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan demi melawan
COVID-19 yang hampir mirip dengan gejala flu dan batuk seperti biasanya. Dalam
masa pandemi virus corona ini juga memukul sektor konstruksi, akibatnya banyak
proyek yang harus terhenti karena adanya kebijakan Peraturan Sosial Berskala
Besar (PSBB).
kecelakaan kerja, penyakit akibat kecelakaan kerja dan terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif untuk melakukan aktivitas pekerjaan. Proyek
pembangunan konstruksi merupakan pekerjaan sangat berisiko dalam hal
kecelakaan kerja. Maka, untuk itu sangat diperlukan manajemen risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
4
Bab ini berisi mengenai uraian teori dasar dan berbagai literatur,
mengenai pengertian manajemen risiko keselamatan dan kesehatan
kerja, identifikasi risiko K3, pengendalian risiko K3 dan lain-lain.
BAB IV KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil yang diperoleh melalui
penelitian ini di dalam bab ini juga dipaparkan saran-saran untuk
kepentingan penelitian selanjutnya mengenai topik pembahasan yang
berkaitan dengan tugas akhir ini.
5
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pekerjaan pembesian
Aneka ragam mesin dan alat mekanik telah dikembangkan dan
dipergunakan untuk pekerjaan bangunan. Dengan perkakas yang berupa
mesin dan alat mekanik, produksi dan produktivitas dapat ditingkatkan
(Suma’mur, 1967). Pada saat proses pemotongan dan pembengkokan baja
6
tulangan, mesin-mesin yang berputar dapat mengadakan tarikan-tarikan,
sehingga baju yang longgar atau rambut yang terurai ditarik oleh bagian-
bagian yang bergerak tersebut dan menyebabkan malapetaka. Potensi
bahaya lain yang dapat terjadi adalah tangan pekerja dapat terpotong akibat
penggunaan bar cutter dan tangan pekerja dapat tergores besi tulangan.
Setelah Besi tulangan selesai dipabrikasi.
2. Pekerjaan pemasangan dan pembongkaran bekisting
Pada saat pemasangan bekisting kaki dan tangan pekerja dapat terjepit
bekisting. Selain itu pada saat mengerjakan pekerjaan bekisting pekerja
dapat mengalami risiko kecelakaan seperti terjatuh dari ketinggian atau
tertimpa struktur bekisting. Potensi risiko yang dapat terjadi pada saat
pembongkaran bekisting biasanya disebabkan oleh serpihan kayu dan paku
pada struktur bekisting yang dibongkar menusuk tangan pekerja, terpukul
palu juga merupakan salah satu potensi bahaya yang dapat terjadi saat
pembongkaran bekisting.
3. Pekerjaan pengecoran
Pada proses pengecoran dilakukan pencampuran beton dengan
menggunakan concrete mixer truck. Adonan beton yang sudah jadi tersebut
dipindahkan ke dalam suatu wadah yaitu concrete bucket. Kemudian
concrete bucket tersebut diangkut dengan bantuan TC ke lokasi pengecoran
dan dihubungkan dengan sling TC. Potensi bahaya yang terjadi adalah
pekerja dapat cidera akibat kejatuhan hasil coran beton pada saat proses
penuangan beton. Potensi bahaya lain adalah Pekerja terpeleset saat
menahan/memindahkan concrete bucket, Kabel Sling Putus, Mata pekerja
terkena adonan beton saat menuangkan adonan beton ready mix ke cetakan),
dll.
4. Pekerjaan dinding dan keramik
Pada proses pemasangan bata, potensi risiko yang dapat terjadi yaitu
gangguan pernafasan yang disebabkan debu-debu bata yang dapat terhirup
oleh pekerja. Kemudian dilakukan proses pemlesteran dan pengacian,
dimana proses tersebut dapat menyebabkan potensi bahaya seperti mata
pekerja terkena percikan adonan plesteran. Selain itu, pekerja yang
7
melakukan pekerjaan dinding pada sisi bagian luar gedung mempunyai
risiko besar terjatuh dari ketinggian. Ini dikarenakan pekerja kurang
menyadari ketidakstabilan dan terbatasnya ruang tempat dia bekerja. Proses
pemotongan dan merapikan sisi keramik dengan gerinda tersebut
menghasilkan debu keramik yang beterbangan dan dapat terhirup oleh
pekerja dan juga dapat mengenai mata pekerjasehingga dapat mengganggu
penglihatan pekerja, selain itu pekerja terpapar kebisingan saat penggunaan
mesin gerinda ketika memotong keramik. Potensi bahaya yang dapat terjadi
lainnya adalah tangan pekerja dapat terpotong akibat penggunaan mesin
gerinda, dll.
8
2.3.1 Jenis-jenis risiko
9
tergantung dari jenis, bentuk dan skala bisnis masing-masing. Yang
termasuk kedalam risiko operasional antara lain :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan
dalam operasi perusahaan. Pada dasarnya perusahaan telah
mengambil risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika
perusahaan memutuskan untuk menerima seseorang bekerja.
Perusahaan harus membayar gaji yang memadai bagi pekerja serta
memberikan jaminan sosial yang diwajibkan menurut perundangan.
Di samping itu perusahaan juga harus memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja serta membayar tunjangan jika
tenaga kerja mendapat kecelakaan.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses
produksi. Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang
pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan risiko yang
serius terhadap keselamatan.
b. Teknologi
Aspek teknologi di samping bermanfaat untuk meningkatkan
produktivitas juga mengandung berbagai risiko. Penggunaan
mesinmodern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan
pengurangan tenaga kerja. Teknologi juga bersifat dinamis dan terus
berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap
perkembangan teknologi akan kemunduran dan tidak mampu
bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi
yanglebih baik.
Penerapan teknologi yang lebih baik oleh pesaing akan
mempengaruhi produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga
dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan
dan penggunaan teknologi harus mempertimbangkan dampak risiko
yang ditimbulkan.
c. K3
10
K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul
dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan,
material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3 dikonotasikan
sebagai hal yang negatif
6. Risiko Alam
Merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat terjadi setiap
saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya. Bencana alam
dapat berupa badai atau angin topan, gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, banjir, dan letusan gunung berapi. Di samping korban jiwa,
bencana alam juga mengakibatkan kerugian materil yang sangat besar
yang memerlukan waktu pemulihan yang lama.
Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi setiap
usaha dan kegiatan. Indonesia berada dipertemuan lempeng yang
meningkat risiko terjadi gempa. Indonesia berada diantara dua benua
dan dua lautan luas yang berpengaruh terhadap pola cuaca dan iklim.
Indonesia juga masih mempunyai rantai gunung yang aktif. Oleh karena
itu, faktor bencana alam harus diperhitungkan sebagai risiko yang dapat
terjadi setiap saat.
7. Risiko Keamanan
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
atau kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data,
informasi, data keuangan, formula produk, dll. Di daerah yang
mengalami konflik dan gangguan keamanan dapat menghambat atau
bahkan menghentikan kegiatan perusahaan. Risiko keamanan dapat
dikurangi dengan menerapkan sistem manajemen keamanan dengan
pendekatan manajemen risiko. Manajemen keamanan dimulai dengan
melakukan identifikasi semua potensi risiko keamanan yang ada dalam
kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan
langkah pencegahan dan pengamanannya.
8. Risiko Umum (Public Risk)
11
Risiko ini berkaitan dengan kesejahteraan kehidupan orang banyak.
Sehingga hal-hal yang tidak diharapkan seperti pencemaran air dan
udara dapat dihindari.
12
4. Adanya ketenangan pikiran bagi manager yang disebabkan oleh adanya
perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi
perusahaan itu.
5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena
kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang
dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public
image.
2.4.3 Tahapan Manajemen Risiko
13
Komunikasi dan konsultasi merupakan pertimbangan penting pada langkah
proses manajemen risiko. Manajemen risiko harus dikomunikasikan oleh
semua pihak yang berkepentingan sehingga akan memberi manfaat dan
keuntungan bagi semua pihak. Pihak manajemen harus memperoleh
informasi yang jelas mengenai semua risiko yang ada dibawah kendalinya.
Demikian pula dengan para pekerja perlu diberi informasi mengenai semua
potensi bahaya yang ada di tempat kerjanya sehingga mereka bisa
melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan aman. Dengan mengetahui
dan memahami semua risiko yang ada di lingkungannya, maka semua pihak
akan dapat bertindak dengan hati-hati (Ramli, 2010).
2. Penetapan Konteks
Penetapan konteks dari manajemen risiko harus dilakukan pertama kali agar
proses pengelolaan risiko tidak salah arah dan tepat sasaran. Penetapan
konteks ini meliputi konteks eksternal, konteks internal, konteks
manajemenrisiko, pengembangan kriteria.
a. Menetapkan konteks eksternal
Penetapan konteks eksternal yaitu menggambarkan lingkungan
eksternal di mana organisasi beroperasi dan menggambarkan hubungan
antara organisasi dengan lingkungan sekitarnya meliputi lingkungan
sosial budaya, teknologi, hukum, dan hukum/regulasi. Menetapkan
konteks eksternal penting untuk memastikan bahwa stakeholders dan
hasil/sasaran dipertimbangkan ketika menjalankan proses manajemen
risiko sehingga peluang dan ancaman dapat diperhitungkan dengan
baik.
b. Menetapkan konteks internal
Sebelum melakukan aktivitas manajemen risiko maka perlu terlebih
dahulu memahami kondisi internal yang terdapat di organisasi. Kondisi
tersebut meliputi kapabilitas organisasi, Struktur organisasi, serta
kemampuan sumber daya. Penetapan konteks internal menjadi sangat
penting karena :
1) Manajemen risiko menempati konteks sebagai tujuan tahap dekat
untuk mencapai tujuan organisasi dan strategi organisasi, karena
14
hasil manajemen risiko barulah tahap awal untuk terciptanya
‘continuous improvement’.
2) Jelasnya kebijakan dan pengertian tujuan organisasi akan sangat
membantu dalam menentukan kriteria penilaian terhadap risiko
yang ada, apakah dapat diterima atau tidak, demikian juga dengan
penentuan tindakan pengendaliannya.
c. Konteks manajemen risiko
Dalam melakukan aktivitas manajemen risiko, organisasi perlu
menetapkan ruang lingkup dan batasan-batasan. Penentuan batasan-
batasan dan lingkup aplikasi dari manajemen risiko dipengaruhi oleh :
1) Kebijakan dan keputusan yang harus dibuat.
2) Waktu dan lokasi aktivitas proyek manajemen risiko.
3) Gambaran luas dan kedalaman dari aktivitas manajemen risiko.
4) Tanggung jawab dan peran dari berbagai bagian di dalam organisasi
dalam proses manajemen risiko.
d. Pengembangan kriteria risiko
Pengembangan kriteria risiko menggambarkan tentang penentuan
ukuran atau tingkatan risiko yang akan dievaluasi dalam organisasi.
Penentuan tingkat risiko ini didasarkan pada kesesuaian dengan
kegiatan operasional, teknis, keuangan, hukum, sosial, lingkungan,
kemanusiaan, atau kriteria lainnya yang mencerminkan konteks
organisasi. Konteks manajemen risiko ini akan dijalankan dalam
organisasi atau perusahaan untuk acuan langkah manajemen risiko K3
yang selanjutnya.
3. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah salah satu tahapan dari manajemen risiko k3 yang
bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya yang ada pada suatu
kegiatan kerja/ proses kerja tertentu. Langkah awal yang dilakukan dalam
identifikasi risiko adalah studi literatur. Hal ini dilakukan agar dapat
diketahui risiko-risiko keselamatan dan kesehatan kerja apa yang sering
terjadi pada proyek konstruksi. Tujuan dari identifikasi risiko adalah untuk
15
mengumpulkan sebanyak-sebanyaknya sumber bahaya dan aktivitas
berisiko yang dapat menggangu tujuan, sasaran dan pencapaian organisasi.
Selain dilakukan studi literatur dilakukan juga diskusi/brainstorming
kepada pihak kontraktor serta observasi lapangan. Hal ini perlu dilakukan
agar didapat variabel risiko K3 yang sesuai dengan proyek yang diteliti.
Setelah didapat variabel risiko K3 yang mungkin terjadi pada proyek,
dilakukan survey melalui kuesioner mengenai dampak dan kemungkinan
terjadinya risiko K3.
Teknik sederhana untuk melakukan identifikasi bahaya adalah dengan
membuat pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah sumber bahaya penyebab cedera?
1) Peralatan
2) Cara kerja
3) Lingkungan kerja
b. Bagaimana cedera bisa timbul ?
1) Jatuh dari ketinggian
2) Tertimpa material/alat
3) Terbentur / tertabrak
4) Terjebak / Terjepit
5) Kontak dengan suhu ekstrem
6) Tersengat listrik
7) Kontak dengan Bahan kimia berbahaya
16
Kemudian kenali sumber bahaya apa saja yang terkandung pada setiap
tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, mekanik, peralatan yang
digunakan, lingkungan kerja, dan cara kerja.
f. catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
17
Probabilitas merupakan besaran kemungkinan timbulnya risiko.
Ditentukan dengan menganalisis frekuensi bahaya terhadap para
pekerja, jumlah dan karakteristik bahaya yang terpapar pada pekerja,
jumlah dan karakteristik pekerja yang terkena dampak bahaya,
kondisi area kerja, kondisi peralatan kerja, serta efektifitas tindakan
pengendalian bahaya yang telah dilakukan sebelumnya. Faktor
probabilitas juga berkaitan dengan faktor perilaku pekerja
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap bahaya
dan sumber risiko yang ada dalam proses kerja dan di tempat
kerjanya atau stres yang dialami pekerja yang berpengaruh dalam
penurunan konsentrasi pekerja.
3) Konsekuensi
Konsekuensi merupakan besaran dampak yang ditimbulkan dari
risiko. Ditentukan dengan analisis atau kalkulasi statistik
berdasarkan data-data yang terkait atau melakukan estimasi
subjektif berdasarkan pengalaman terdahulu.
Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau probability diberi
rentang antara risiko yang jarang terjadi (rare) sampai dengan risiko yang
dapat terjadi setiap saat (almost certain). Sedangkan untuk keparahan atau
consequence dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera
atau kerugian kecil sampai dampak yang paling parah yaitu menimbulkan
kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap aset
perusahaan.
B. Analisa risiko kualitatif
Metode kualitatif ini pada umumnya menggunakan tabulasi sifat
karakteristik penelitian melalui skala deskriptif seperti; tinggi, sedang,
atau rendah. Hasil dari analisis kualitatif berbentuk matriks risiko
dengan dua parameter, yaitu peluang dan akibat.
Berikut merupakan tabel konsekuensi atau kemungkinan menurut
standar AS/NZS 4360.
18
Tabel 2.1 Ukuran Tingkat Keparahan (Consequence)
Tingkatan Kriteria Penjelasan
C. Penilaian risiko
Dalam penilaian risiko dimana risiko diformulasikan sebagai fungsi dari
kemungkinan terjadi (Probability) dan dampak (Consequences). Atau
19
indeks risiko sama dengan perkalian kemungkinan dengan dampak
(AS/NZS 4360 : 2004 Risk Management).
Indeks risiko (risk) = Probability x Consequeces
Setelah nilai indeks risiko diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah
pengelompokan level risiko berdasarkan tabel matriks sehingga dapat
diketahui risiko tersebut masuk dalam kategori Very High (VH), High
(H), Moderate (M), ataupun Low (L). Tingkat atau level dari risiko
merupakan alat yang sangat penting pada manajemen dalam
pengambilan keputusan, karena melalui peringkat risiko pihak
manajemen dapat menentukan prioritas dan penanganan ketika risiko
tersebut terjadi.
1-3 L Low
4-9 M Moderate
10-16 H High
D. Evaluasi risiko
20
Evaluasi risiko mempunyai tujuan untuk membantu dalam membuat
keputusan serta untuk melihat apakah risiko yang telah dianalisis dapat
diterima atau tidak dengan membandingkan tingkat risiko yang telah
dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang
digunakan. Peringkat risiko sangat penting sebagai alat manajemen
dalam pengambilan keputusan. Melalui peringkat risiko manajemen
dapat menentukan skala prioritas dalam penanganannya. Manajemen
juga dapat mengalokasikan sumber daya yang sesuai untuk masing-
masing risiko sesuai dengan tingkat prioritasnya. (Ramli,2010).
E. Pengendalian risiko
Strategi pengendalian risiko dapat dilakukan dengan pendekatan
sebagai berikut : (AS/NZS 4360)
1) Penghindaran risiko
Beberapa pertimbangan penghindaran risiko yaitu :
a. Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya
memperhatikan biaya pengendalian risiko.
b. Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko.
c. Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk
pengendalian.
d. Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan
pengendalian risiko yang akan dilakukan sendiri.
2) Mengurangi peluang terjadinya risiko
Pengurangan kemungkinan terjadinya risiko dapat dilakukan
dengan berbagai macam pendekatan seperti engineering control
(eliminasi, substitusi, pengendalian jarak), dan pemberian pelatihan
kepada pekerja mengenai cara kerja yang aman, budaya K3.
a. Eliminasi
Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling baik
untuk dapat mengendalikan paparan. Risiko dapat dihindarkan
dengan menghilangkan sumbernya. Jika sumber bahaya
dihilangkan maka risiko yang akan timbul dapat dihindarkan.
b. Subtitusi
21
Subsitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan
yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.
Sebagai contoh penggunaan bahan pelarut yang bersifat beracun
diganti dengan bahan lain yang lebih aman dan tidak berbahaya.
c. Pengendalian jarak
Pengendalian jarak, prinsip dari pengendalian ini yaitu dengan
menjauhkan jarak antara sumber bahaya dengan pekerja.
d. Pelatihan (training)
Organisasi harus menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM),
sarana dan dana yang memadai untuk menjamin pelaksanaan K3
sesuai dengan persyaratan sistem K3 yang ditetapkan. Dalam
memenuhi ketentuan tersebut, organisasi perlu melakukan
training mengenai dasar-dasar kesehatan dan keselamatan kerja.
3) Mengurangi dampak terjadinya risiko
Beberapa risiko tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena
pertimbangan teknis, ekonomis atau operasi sehingga risiko tersebut
akan tetap ada. Oleh karen itu, hal yang dapat dilakukan adalah
dengan cara pengurangan konsekuensi. Konsekuensi suatu kejadian
dapat dikurangi dengan cara penerapan sistem tanggap darurat yang
baik dan terencana, penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dan
fasilitas kesehatan.
4) Pengalihan risiko ke pihak lain (risk transfer)
Transfer risiko dapat berupa pengalihan risiko kepada pihak lain
sehingga beban risiko yang ditanggung perusahaan menjadi
menurun. Oleh karena itu di dalam perjanjian kontrak dengan pihak
kontraktor harus jelas tercantum ruang lingkup pekerjaan dan juga
risiko yang akan di transfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin
dapat terjadi juga dapat ditransfer risikonya kepada pihak asuransi.
22
23
3 BAB III
METODE PENELITIAN
1. Persiapan
2. Variable penelitian
3. Pengumpulan data
4. Uji validitas dan reliabilitas
5. Pembahasan
3.3.1 Persiapan
Dalam hal ini dipersiapkan serangkain proses dalam penelitian ini, seperti
dari perumusan masalah, pengkajian teori dan persiapan lainnya.
Setelah didapatkan hasil dari pengumpulan data yaitu berupa data probalitas
dan data konsekuen hasil dari penyebaran kuesioner dan wawancara. selanjutnya
dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui apakah hasil dari
pengumpulan data yaitu penyebaran kuesioner sudah valid dan konsisten. Jika
semua variabel valid maka dapat dilanjutkan dengan mengolah data.
1) Uji Validitas
Uji validitas adalah Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Sakaran
(2003) validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program SPSS.
2) Uji Reliabilitas
Setelah uji validitas, dicek konsistensi jawaban responden melakukan uji
Reliabilitas. Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Untuk mengetahui suatu instrumen dinyatakan reliabilitas, menurut Sugiyono
(2012) mengemukakan bahwa : “Suatu instrumen dinyatakan reliabel, bila
koefisien reliabilitas minimal 0.60”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat
25
diketahui bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai Alpha ≥ 0.60,
sedangkan suatu instrumen dinyatakan tidak reliabel jika nilai Alpha <0.60.
26
3.3.6 Bagan Alur Penelitian
27
28
4 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil analisis data untuk memperoleh jawaban
(output) dari penelitian ini berdasarkan data yang diperoleh serta hasil observasi
lapangan yaitu dengan cara interview dan menyebar kuesioner kepada responden
yang ada dalam proyek kontruksi tersebut, yang selanjutnya diolah berdasarkan
teori-teori dari tinjauan kepustakaan. Kemudian dilakukan pembahasan mengenai
hasil dan pemecahan dari hasil yang diperoleh.
Pada hasil penelitian ini akan diuraikan mengenai hasil-hasil yang diperoleh
setelah tahapan pengumpulan data dan pengolahan data.
8% Pelaksana Lapangan
15% 8% Mandor
Pekerja
Tingkat Pendidikan
Responden
Sekolah Menengah
15% Pertama
31%
Sekolah Menengah Atas
54% Strata 1
29
Pengalaman Kerja Responden
30
Tangan pekerja terjepit tulangan 2,69 2,08 5,60
Proses pemindahan
Kaki pekerja tertimpa tulangan 2,62 2,23 5,84
2 tulangan ke area
Pekerja dibawah tertimpa tulangan saat
pekerjaan 2,38 3,85 9,16
pemindahan menggunakan tower crane
Pekerjaan bekisting dan bondek
Pekerja tertimpa bekisting dan bondek 3,2 2,6 8,32
Tangan pekerja tertusuk material
3,38 2,31 7,81
(paku/kayu)
Pemasangan Tangan pekerja terkena palu 3,62 2 7,24
bekisting balok, Tangan pekerja terjepit saat penempatan
3 3,08 2 6,16
kolom dan dan bekisting dan bondek
bondek plat lantai Kaki pekerja terjepit saat penempatan
3 2,1 6,30
bekisting dan bondek
Pekerja jatuh dari ketinggian saat
2,38 4,08 9,71
pemasangan bekisting dan bondek
Pekerja terjatuh saat pembongkaran
2,15 3,85 8,28
bekisting
Pembongkaran Tangan pekerja tertusuk material
3,31 2,08 6,88
4 bekisting balok dan (paku/kayu)
kolom Tangan pekerja terkena palu 3,46 2,08 7,20
Kaki pekerja kejatuhan alat 2,85 2,08 5,93
Pekerja tertimpa bekisting 2,54 3 7,62
Pekerjaan pengecoran
Mata pekerja terkena adonan beton 2,62 2 5,24
Pekerja jatuh dari ketinggian 2,54 4,08 10,36
Pekerja terpeleset saat
2,46 3,08 7,58
menahan/memindahkan concrete bucket
5 Proses pengecoran Kabel sling putus 1,85 3,38 6,25
Pekerja tertimpa concrete bucket 2,15 3,69 7,93
Luka gores (akibat concrete vibrator ) 2,54 2 5,08
Lepasnya pipa tremie 1,69 2 3,38
Robohnya cetakan beton 2,23 3,92 8,74
Pekerjaan dinding, keramik dan plumbing
Proses pemasangan Gangguan pernafasan akibat debu 3,62 2,31 8,36
6 dinding dan Pekerja terjatuh dari ketinggian 2,31 4,1 9,47
plesteran Mata pekerja terkena material 3,23 2,46 7,95
Pekerja terluka akibat terkena mesin
2,31 3,54 8,18
potong keramik
Pekerja tersengat listrik 2,15 3,54 7,61
Proses pemasangan Pekerja terkena material (serpihan keramik) 2,46 2,38 5,85
7
keramik Gangguan pernafasan akibat debu saat
3,08 2,77 8,53
pemotongan keramik
Kebisingan saat menggunakan mesin
2,54 1,69 4,29
pemotong keramik
Jatuh dari ketinggian saat pekerjaan
2 3,85 7,70
instalasi plumbing
8 Instalasi plumbing
Pekerja tertimpa peralatan plumbing 1,69 3 5,07
Terluka ketika bekerja dengan pipa 2 2,54 5,08
31
Area pekerjaan konstruksi
Pekerja tidak melakukakan pemeriksaan
1,31 3,77 4,94
suhu tubuh
Area proyek tidak menyediakan sarana
1,23 3,92 4,82
cuci tangan
Area kerja tidak dilakukan penyemprotan
1,23 2,85 3,51
disinfektan
Sirkulasi udara tidak diatur secara optimal 1,23 3,54 4,35
Seluruh kegiatan
Masker tidak disediakan di area proyek 1,23 3,31 4,07
9 pekerjaan
Manajemen tidak menginformasikan dan
konstruksi 1,23 3,08 3,79
mengedukasi tentang COVID 19
Manajemen tidak memasang rambu
1,15 2,85 3,28
COVID 19
Manajemen tidak melakukan hierarki
1,15 3,31 3,81
pengendalian risiko penularan COVID 19
Petugas K3 tidak melakukakan
1 3,08 3,08
pemantauan pada pekerja
Tabel 4.5 Hasil Peringkat Risiko Berdasarkan Matriks Risiko AS/NZS 4360
Kategori
No Kegiatan Potensi Risiko Nilai
Risiko
1 Proses pengecoran Pekerja jatuh dari ketinggian 10,36 H
32
Pemasangan bekisting balok,
10 Pekerja tertimpa bekisting dan bondek 8,32 M
kolom dan dan bondek plat lantai
Pembongkaran bekisting balok Pekerja terjatuh saat pembongkaran
11 8,28 M
dan kolom bekisting
Pekerja terluka akibat terkena mesin
12 Proses pemasangan keramik 8,18 M
potong keramik
Proses pemasangan dinding dan
13 Mata pekerja terkena material 7,95 M
plesteran
14 Proses pengecoran Pekerja tertimpa concrete bucket 7,93 M
Pemasangan bekisting balok, Tangan pekerja tertusuk material
15 7,81 M
kolom dan dan bondek plat lantai (paku/kayu)
33
Proses pemotongan baja dan
34 Tangan pekerja tergores baja 5,61 M
pabrikasi tulangan
Proses pemindahan tulangan ke
35 Tangan pekerja terjepit tulangan 5,6 M
area pekerjaan
Proses pemotongan baja dan
36 Tangan pekerja terkena percikan api 5,54 M
pabrikasi tulangan
37 Proses pengecoran Mata pekerja terkena adonan beton 5,24 M
38 Proses pengecoran Luka gores (akibat concrete vibrator ) 5,08 M
39 Instalasi plumbing Terluka ketika bekerja dengan pipa 5,08 M
40 Instalasi plumbing Pekerja tertimpa peralatan plumbing 5,07 M
Pekerja tidakmelakukakan pemeriksaan
41 Seluruh kegiatan kerja konstruksi 4,94 M
suhu tubuh
Area proyek tidak menyediakan sarana
42 Seluruh kegiatan kerja konstruksi 4,82 M
cuci tangan
43 Seluruh kegiatan kerja konstruksi Sirkulasi udara tidak diatur secara optimal 4,35 M
Kebisingan saat menggunakan mesin
44 Proses pemasangan keramik 4,29 M
pemotong keramik
45 Seluruh kegiatan kerja konstruksi Masker tidak disediakan di area proyek 4,07 M
Manajemen tidak melakukan hierarki
46 Seluruh kegiatan kerja konstruksi 3,81 L
pengendalian risiko penularan COVID 19
Manajemen tidak menginformasikan dan
47 Seluruh kegiatan kerja konstruksi 3,79 L
mengedukasi tentang COVID 19
Area kerja tidak dilakukan penyemprotan
48 Seluruh kegiatan kerja konstruksi 3,51 L
disinfektan
49 Proses pengecoran Lepasnya pipa tremie 3,38 L
Manajemen tidak memasang rambu
50 Seluruh kegiatan kerja konstruksi 3,28 L
COVID 19
Petugas K3 tidak melakukakan
51 Seluruh kegiatan kerja konstruksi 3,08 L
pemantauan pada pekerja
4.4 Pembahasan
34
Dari hasil pengolahan data penggolongan matriks risiko menurut AS/NZS
4360 diperoleh 1 variabel dengan level risiko tinggi (High Risk) pada pekerjaan
pengecoran, yaitu pekerja jatuh dari ketinggian. Sedangkan untuk level risiko
sedang (Medium Risk) diperoleh 44 variabel risiko dan untuk level risiko rendah
(Low Risk) diperoleh 6 variabel risiko. Dari semua variabel risiko tersebut, dari
level risiko tinggi hingga level risiko rendah dikarenakan kurangnya perhatian
pekerja terhadap aspek K3, tidak menggukan APD dan adanya kerusakan alat serta
masih menggunakan alat yang sudah tidak layak pakai.
1. Untuk variabel pekerja terjatuh dari ketinggian saat pengecoran dengan level
risiko tinggi (High Risk), dengan cara melakukan pembuatan prosedur, aturan,
pemasangan rambu (safety sign), tanda peringatan, training dan pengecekan
alat seperti pengecekan scaffolding oleh orang yang berkompeten sebelum
pengecoran dimulai, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
mengurangi risiko bahaya dengan cara menggunakan alat perlindungan diri
misalnya safety helmet, body harness dan menggunakan hook body harness
yang dicantolkan pada pipa scaffolding serta lantai kerja harus dipastikan
terikat dengan kuat dan tidak ada celah/lubang agar para pekerja tidak
terperosok.
2. Untuk 44 dan 6 variabel risiko dengan level sedang (Medium Risk) dan rendah
(Low Risk), penanggulangannya dapat dilakukan dengan teknis, administratif
dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) serta mematuhi protokol
kesehatan COVID 19 yang ada di lingkungan proyek tersebut. Penangannya
dengan mengurangi, mendanai, menanggulangi dan mengalihkan risiko ke
pihak lain seperti asuransi serta pihak lain yang berhubungan langsung.
35
1. Menekan peluang (probability) potensi risiko.
Cara untuk melakukan penekanan angka probability potensi risiko adalah
dengan melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap setiap potensi
risiko yang terjadi. Berikut tindakan yang dapat dilakukan untuk
a. menekan probability potensi risiko :
Melakukan Safety induction seminggu sekali yang dilakukan oleh safety
supervisor dari PT. Sangkuriang Karya Semesta (contoh aktivitas :
Sebelum dimulai semua aktivitas pada proyek, para pekerja diingatkan
pentingnya penggunaan APD dalam bekerja).
b. melakukan safety patrol K3 pada tiap pekerja secara rutin yang
bertujuan untuk mengawasi atau memberi tahu para pekerja jika terdapat
potensi bahaya yang mengancam saat pekerja tersebut sedang
melakukan pekerjaan. contoh pada saat pekerjaan pembesian, pekerja
diingatkan ketika memotong besi dengan mesin bar cutter agar tangan
tidak terlalu dekat dengan mata pisau mesin bar cutter.
c. Memasang rambu-rambu peringatan K3 bertujuan untuk menunjukkan
adanya potensi risiko sehingga para pekerja selalu bekerja dengan
waspada dan hati - hati.
2. Menekan dampak (consequences) potensi risiko
Cara untuk menekan consequences potensi risiko adalah dengan
melakukan persiapan perlindungan diri jika sewaktu-waktu suatu potensi
risiko terjadi. Cara pengendalian terhadap consequences potensi risiko
adalah :
a. Selalu memakai alat pelindung diri (APD) dalam bekerja dan
penggunaan APD disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Contoh
penggunaan APD pada pekerjaan di ketinggian diwajibkan
menggunakan full body harness dan pada pekerjaan pemotongan
keramik, pekerja diwajibkan menggunakan masker agar tidak
terhirup debu yang beterbangan pada saat memotong keramik.
b. Membuat pekerja merasa aman dan nyaman dengan cara melakukan
inovasi terhadap alat dan metode kerja. Contoh memasang jarring
safety net untuk menahan benda jatuh sehingga pekerja merasa aman
dan nyaman
36
c. Memberi training kepada pekerja mengenai metode-metode
penggunaan alat kerja dan metode-metode pelaksanaan pekerjaan.
3. Menghindari Risiko (Avoiding Risk)
Mengganti peralatan kerja yang tidak layak dipakai.
5. Patuhi protokol Kesehatan COVID19.
Protokol Kesehatan COVID19 seperti perilaku hidup sehat dan bersih,
mencuci tangan, selalu menggunakan masker, manajemen proyek
melakukan penyemprotan disinfektan dan melakukan pengecekan suhu
tubuh sebelum melakukan pekerjaan.
37
38
5 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
39
DAFTAR PUSTAKA
AS/NZS 4360. (2004). “3rd Edition The Australian And New Zealand Standard on
Risk Management”. Broadleaf Capital International Pty Ltd. NSW Australia.
40