Landasan Filososofi
Landasan Filososofi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas hidup individu
atau masyarakat. Baik buruknya kualitas pendidikan menjadi faktor penentu baik
buruknya kualitas masyarakat. Disinilah, kiranya pendidikan (sudah saatnya)
diperankan sebagai “agen perubahan masyarakat” (agent of community development).
Pendidikan harus bertolak, berorientasi dan berbasis pada realitas kebutuhan
masyarakat sebenarnya (felt-needs). Adapaun implikasinya, orientasi, paradigma,
model atau prakik pendidikan tidak selamanya harus seragam mengikuti model
pendidikan yang seragam yang berorientasi dan menitikberatkan pada pemenuhan
kebutuhan yang sama. Mode penyeragaman pendidikan sangat tepat dikembangkan
pemerintah bagi komunitas pengguna pendidikan yang homogen atau berorientasi
pada kebutuhan peserta didik atau pengguna yang sama. Masalah yang dihadapi
adalah bagaimana menyelenggarakan pendidikan nasional yang fungsional untuk
mewujudkan manusia indonesia berkualitas. Permasalahan mendasar yang dihadapi
dunia pendidikan indonesia saat ini adalah kurang berfungsinya pendidikan naional
dalam meningkatkan sumber daya manusia indonesia untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional yang berbasis sumber daya alam indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Meliputi Apa Sajakah Landasan Filosofis Pendidikan Itu
2. Apakah itu Realisme
3. Apakah itu Idealisme
4. Apakah itu Progresivisme
5. Apakah itu Esensialisme
6. Apakah itu Eksistensialisme
7. Apakah itu Perenialisme
8. Apakah itu Pragmatisme
9. Apakah itu Rekonstruksionisme
10. Apakah itu Filsafat Pendidikan Pancasila
C. Tujuan Penulisan
bertujuan untuk memperlancar proses pembelajaran agar sasaran dan ilmu
yang disampaikan dapat maksimal saat diterima masing-masing peserta didik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa memahami kepribadian peserta dapat dianggap
modal atau langkah awal para pendidik sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung. untuk mengembangkan individu sebagai individu, tetapi juga dalam
kaitannya dengan pola kehidupan masyarakat yang bervariasi
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Idealisme
Para filosof ini mengklaim bahwa realitas pada hakikatnya bersifat spiritual. Karena
manusia itu adalah makhluk yang berpikir, yang memiliki tujuan hidup, dan yang hidup
dalam aturan moral yang jelas. Menurut epistemologis, pengatuhan itu diperoleh dengan cara
mengingat kembali melalui intuisi, sedangkan aksiologi bahwa manusia itu diperintah
melalui nilai moral imperatif yang bersumber dari realitas yang absolut.
2. Landasan Realisme
Para filosof realisme, memandang bahwa dunia ini adalah materi yang hadir dengan
sendirinya, yang tertata dalam hubungan-hubungan di luar campur tangan manusia. Dan
mereka beranggapan bahwa pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman dan penggunaan
akalnya, sedangkan tingkah laku manusianya diatur oleh hukum alam dan pada taraf yang
rendah diatur oleh kebijaksanaan yang teruji.
3. Landasan Progressivisme
Aliran Progressivisme ini adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berkembang
dengan pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaharuan
pendidikan yang didorong oleh terutama aliran naturalisme dan experimentalisme,
instrumentalisme, evironmentalisme dan pragmatisme sehingga penyebutan nama
progressivisme sering disebut salah satu dari nama-nama aliran tadi. Progressivisme dalam
pandangannya selalu berhubungan dengan pengertian "the liberal road to cultural" yakni
liberal dimaksudkan sebagai fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka,
serta ingin mengetahuidan menyelidiki demi pengembangan pengalaman. Progressivisme
disebut sebagai naturalisme yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya
adalah alam semesta ini (bukan kenyataan spiritual dari supernatural).
Naturalisme dapat menjadi materialisme karena memandang jiwa manusia dapat menurun
kedudukannya menjadi dan mempunyai hakikat seperti unsur-unsur materi. Dan
progressivisme identik dengan experimentalisme berarti aliran ini menyadari dan
memperaktekkan bahwa experiment (percobaan ilmiah) adalah alat utama untuk menguji
kebenaran suatu teori dan suatu ilmu pengetahuan. Disebut juga dengan instrumentalisme
karena aliran ini menganggap bahwa potensi intelegensi manusia (merupakan alat,
instrument) sebagai kekuatan utama untuk menghadapi dan memecahkan problem kehidupan
manusia. Dengan sebutan lain yakni environtalisme, karena aliran ini menganggap
lingkungan hidup sebagai medan tempat untuk berjuang menghadapi tantangan dalam hidup
baik lingkungan fislk maupun lingkungan sosial. Manusia diuji sejauh mana berinteraksi
dengan lingkungan, menghadapi realita dan perubahan. Sedangkan disebut sebajai aliran
pragmatisme dan dianggap aliran ini pelaksana terbesar dari progressivisme dan merupakan
petunjuk bahwa pelaksanaan pendidikan lebih maju dari sebelumnya. Dari pemikiran yang
2
demikian ini maka tidaklah heran kalau pendidikan progressivisme selalu menekankan akan
tumbuh dan berkembangnya pemikiran dan sikap mental, baik dalam pemecahan masalah
maupun kepercayaan kepada diri sendiri bagi peserta didik. Progres atau kemajuan
menimbulkan perubahan dan perubahan menghasilkan pembaharuan. Juga kemajuan adalah
di dalamnya mengandung nilai dapat mendorong untuk mencapai tujuan. Kemajuan nampak
kalau tujuan telah tercapai. Dan nilai dari suatu tujuan tertentu itu dapat menjadi alat jika
ingin dipakai untuk mencapai tujuan lain lagi. misalnya faedah kesehatan yang baik akan
mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
4. Landasan Essensialisme
Aliran Esensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme. Sumbangan yang
diberikan keduanya bersifat eklektik. Artinya, dua aliran tersebut bertemu sebagai pendukung
Esensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat
mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu menjadi sebuah tatanan yang menjadi
pedoman hidup, sehingga dapat mencapai kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi
adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad yang lalu,
yaitu zaman Renaisans.
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang pertama
adalah Johan Amos Cornenius (1592-1670), yaitu agar segala sesuatu diajarkan melalui
indra, karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa. Tokoh kedua adalah Johan Frieddrich
Herbart (1776-1841) yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa
seseorang dengan kebajikan Tuhan. Artinya, perlu ada penyesuaian dengan hukum
kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu oleh Herbart disebut sebagai
pengajaran.
Sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun dan
menjadi penuntun penyesuaian orang pada masyarakat. Dari pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa aliran Esensialisme menghendaki agar landasan pendidikan adalah nilai-
nilai esensial yaitu yang telah teruji oleh waktu, bersifat menuntun dan telah turun-temurun
dari zaman ke zaman.
Essentialisme merupakan paduan ide-ide filsafat Idealisme dan Realisme. Dan praktek-
praktek filsafat pendidikan Essentialisme dengan demikian menjadi lebih kaya dibandingkan
jika ia hanya mengambil posisi yang sepihak dari salah satu aliran yang ia sinthesakan itu. Ide
pokok idealisme berprinsip tentang semesta raya dan hakekat sesuatu. Ide pokok realisme
berprinsip realita itu ada jika independen terlepas daripada kesadaran jiwa manusia.
3
Pada prinsipnya, proses belajar menurut Essensialisme adalah melatih daya jiwa potensial
yang sudah ada dan proses belajar sebagai proses absorption (menyerap) apa yang berasal
dari luar. Yaitu dari warisan-warisan sosial yang disusun di dalam kurikulum tradisional, dan
guru berfungsi sebagai perantara.
5. Landasan Eksistensi
a. Pengetahuan
b. Nilai
c. Pendidikan
d. Tujuan Pendidikan
4
Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap indivudu memiliki
kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam
menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan ditentukan berlaku secara umum.
e. Kurikulum
5
akan merupakan perantara yang sederhana antara materi pelajaran dan siswa. Seandainya ia
hanya dianggap sebagai alat untuk mentransfer pengetahuan, dan siswa akan menjadi hasil
dari transfer tersebut. Pengetahuan akan menguasai manusia, sehingga manusia akan menjadi
alat dan produk dari pengetahuan tersebut.
g. Peranan Guru
6. Landasan Perenialisme
Perenialisme berasal dan kata perenial yang diartikan sebagai continuing througbout the
whole year atau lasting for a very long time (abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada
6
akhir. Esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang pada nilai-nilai atau norma-
norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realita sosial budaya manusia,
seperti realita sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan
pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama.
Jika gejala dari musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah-olah
merupakan benang dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama.
Filsafasat pendidikan Perenialisme adalah mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini
penuh dengan kekacauan dan ketidak pastian,dan ketidak teraturan terutama dalam tatanan
kehidupan moral,intelektual,dan sosio kultural,untuk memperbaiki keadaan ini dengan
kembali kepada nilai nilai atau prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat
pada zaman dulu abad pertengahan (Perealisme membicarakan tentang nilai kebenaran,nilai
ini sudah ada pada setiap budaya yang ada pada masyarakat).
Ciri Utama memandang Perenialisme bahwa keadaan sekarang adalah zaman yang
mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran,
berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengaman
lapangan moral,inteltual dan lingkungan sosial kultural yang lain,ibarat kapal yang akan
berlayar zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas .
1. Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato,
Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.
4. Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman
pertengahan (renaissance).
Kondisi dunia yang terganggu oleh budaya yang tak menentu yaang berada dalam
kebingungan dan kekacauan seperti diungkapkan diatas, maka dengan ini memerlukan usaha
serius untuk menyelamatkan manusia,dari kondisi yang mencekam dengan mencari dan
menemukan orientasi dan tujuan yang jelas,dan ini adalah tugas utama filsafat
pendidikan.perenialisme dalam hal ini mengambil jalan regresif dengan mengembalikan
7
arahnya seperti yang menjadi prinsip dasar perilaku yang dianut pada masa kuno dan dan
abad pertengahan.
Motif Perenialisme dengan mengambil jalan regresif bukanlah hanya nostaligia atau
rindu akan nilai nilai lama untuk diingat atau dipuja,melainkan berpendapat bahwa nilaai
tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembaangunan kebudayaan abad ke dua
puluh.prinsip prinsip aksiomatis yang terikat oleh waktu itu terkandung dalam sejarah.
Perenialisme memiliki dasar pemikiran yang melekat pada aliran klasik yang ditokohi
oleh plato,aristoteles,augustinus,dan aquinas,perenialisme dalaam konteks pendidikan
ditokohi oleh Robert maynard Hutchins,Mortimer J.Aadler,dan Sir Richard livingstone.
Prinsip mendasar perenialis kemudian dikembangkan pula oleh Sayyed Husein Nasr
seorang filsuf islam kontemporer yanh mengatakan bahwa manusia memiliki fitrah yang
sama yang berpangkal pada asal kejadiannya yang fitri yang memiliki konsekuensi logis pada
watak kesucian dan kebaikan.perenialisme dalam konteks Sayyed Husein Nasr terlihat
hendak mengembalikan kesadaran manusia akan hakikatnya yang fitri akan membuatnya
berwatak kesucian dan kebaikan.
7. Landasan Pragmatisme
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan
pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak percobaan), serta kebenaran yang
mempunyai akibat – akibat yang memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya
adalah hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna.
Sedangkan menurut istilah adalah berasal dari bahasa Yunani “ Pragma” yang berarti
perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti ajaran atau paham. Dengan
demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikran itu menuruti
tindakan.
Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis.
Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran
dan dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan
demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Pragmatisme
memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori
atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata
lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works).
Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang. Orang-orang menyebut kata ini
biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata, Rencana ini kurang pragmatis, maka
maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari
8
pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan
pengertian pragmatisme.
Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran
sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep
atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi
terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu dinyatakan benar oleh
masyarakat yang kedua.
Kelebihan
Ø Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu
menyangsikan segala yang ada
Ø Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada
“kepercayaan yang mapan”.
Kelemahan
Ø Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran
absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa terbukti secara alamiah,
dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung
pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam
semesta).
Ø Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang
nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme
menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis.
8. Landasan Rekontruksionisme
Rekonstrusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930
yang ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan adil.
9
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan ini lahir
didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Selain itu, mazhab ini juga berpandangan bahwa pendidikan hendaknya memelopori
melakukan pembaharuan kembali atau merekonstruksi kembali masyarakat agar menjadi
lebih baik.karena itu pendidikan harus mengembangkan ideology kemasyarakatan yang
demokratis.
Kata rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme merupakan suatu
aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern.
Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini tidaklah sama dengan prinsip
yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda
dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam
kehidupan. Aliran perenialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan kembali ke alam
kebudayaan lama (regressive road culture) yang mereka anggap paling ideal. Sementara itu,
aliran rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus
yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
10
modern didalam suatu kebudayaan yang dibina bersama oleh seluruh kedaulatan bangsa-
bangsa sedunia.
Aliran filsafat Rekonstruksionisme dipelopori oleh Goerge Count dan Harold Rugg
pada 1930. Mereka bermaksud membangun masyarakat baru, masyarakat yang dipandang
pantas dan adil.Ide gagasan mereka secara meluas dipengaruhi oleh pemikiran progresif
Dewey; dan ini menjelaskan mengapa aliran Rekonstruksionisme memiliki landasan filsafat
pragmatism. Meskipun mereka banyak terinspirasi pemikiran Theodore Brameld, khususnya
dengan beberapa karya filsafat pendidikannya, mulai dari ‘Pattern of Educational Philosophy
(1950), Toward recunstucted Philosophy of Education (1956), dan Education of power
(1965)
Sangatlah wajar kalau Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena menurut
Muhammad Noor Syam (1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya Indonesia hidup
dan berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi:
2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan kodrat
terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam kebersamaan.
Itulah yang termaktub dalam Pancasila deng , walaupun sifatnya masih merupakan
kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut sudah beradab lamanya
mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia, karena itu Pancasila dijadikan sebagai falsafah
hidup bangsa.
11
bangsa Indonesia telah menemukan filsafat Pancasila.
Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui
akal atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir tidak secara
mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan dengan perjuangan. Pancasila
digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara, pandangan hidup bangsa,
kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat
Indonesia (Widjaya, 1985:176-177). Dalam rangka pikiran seperti ini, maka cita-cita telah
merupakan ideologi (lihat Deliar Noer, 1983: 25).
Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu
atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu “tidak
ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah ilmu yang diperoleh
melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan mempunyai ilmu moral, diharapkan
tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-wenangan manusia terhadap yang lainnya.
Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau
produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi lingkungan yang
memadai akan membentuk pengetahuan.
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk
memakmurkan umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk memimpin
dengan bijaksana. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memang mempunyai
peranan yang besar, tetapi itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat
dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu
keguruan untuk mencapai guru yang ideal, guru yang kompeten. Setiap manusia bebas
mengeluarkan pendapat dengan melalui lembaga penidikan. Setiap ada permasalahan
diselesaikan dengan jalan musyawarah, agar mendapat kata mufakat.
Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya
budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP Malang, 1983: 63).
Dalam arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal
ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal, formal dan non formal. Dalam sistem
pendidikan nasional yang intinya mempunyai tujuan yang mengejar Iptek dan Imtaq. Di
bidang sosial, dapat dilihat pada suatu badan yang mengkoordidir dalam hal mengentaskan
12
kemiskinan, di mana hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita harus menghormati dan
menghargai hasil karya orang lain, hemat yang berarti pengeluaran sesuai dengan kebutuhan.
Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di setiap
kita mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang, dikumandangkan
adzan, para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan menanamkan keimanan. Pendidikan,
sejak tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini
merupakan sub-sistem pendidikan nasional.
Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat
berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan kedudukan.
Di mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-
nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.
Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu
seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-sistem dari
sistem pendidikan nasional.
13
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas hidup individu atau
masyarakat. Baik buruknya kualitas pendidikan menjadi faktor penentu baik buruknya
kualitas masyarakat.
SARAN
Permasalahan mendasar yang dihadapi dunia pendidikan indonesia saat ini adalah
kurang berfungsinya pendidikan naional dalam meningkatkan sumber daya manusia
indonesia untuk memenuhi kebutuhan pembangunan nasional yang berbasis sumber daya
alam indonesia. Mode penyeragaman pendidikan sangat tepat dikembangkan pemerintah bagi
komunitas pengguna pendidikan yang homogen atau berorientasi pada kebutuhan peserta
didik atau pengguna yang sama.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-filsafat-pendidikan-pancasila.html?m=1
https://penadarisma.wordpress.com/makalah/pragmatisme-dalam-aliran-filsafat/
http://sriastutiolivemon.blogspot.com/2015/10/makalah-filsafat-pendidikan-aliran.html?m=1
http://www.academia.edu/3857157/
MAKALAH_FILSAFAT_EKSISTENSIALISME_DALAM_PENDIDIKAN
https://tips-trik-cyberspace.blogspot.com/2017/04/makalah-aliran-filsafat-pendidikan.html?
m=1
http://adanfa.blogspot.com/2012/11/makalah-filsafat-pendidikan.html?m=1
https://van88.wordpress.com/aliran-filsafat-pendidikan-progresivisme/
http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/07/filsafat-pendidikan-progresivisme.html?m=1
https://penadarisma.wordpress.com/makalah/pragmatisme-dalam-aliran-filsafat/
15