Wizni Adila Aziza - G1B019020 - CS II Ethic
Wizni Adila Aziza - G1B019020 - CS II Ethic
Dosen:
Disusun Oleh:
Wizni A'dila A'ziza
(G1B019020)
2022
Case Study 2
(Penentuan Prioritas Masalah)
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa mampu menerapkan analisis situasi, identifikasi masalah, penentuan prioritas
masalah, alternatif solusi sebagai bagian problem solving cycle.
SKENARIO 1:
Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan identifikasi masalah kesehatan di kecamatan X. Hasil
identifikasi masalah diketahui bahwa kecamatan itu memiliki banyak masalah kesehatan, namun
berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) dengan bebarapa pakar dan tokoh masyarakat,
diperoleh beberapa prioritas masalah kesehatan kecamatan X antara lain:
1. Tidak memiliki tempat pembuangan sampah - A
2. Anggota keluarga perokok aktif - B
3. Tidak sering melakukan aktivitas fisik - C
4. Tidak melakukan kegiatan 3M dalam 1 minggu terakhir (menguras, mengubur,menutup) - D
5. Tidak memberikan asi eksklusif. - E
Lakukan penerapan problem solving cycle berdasarkan skenario tersebut yang meliputi
a. Penentuan prioritas masalah menggunakan teknik delbeq
Berikut adalah angkah-angkah untuk menentukan prioritas dengan teknik Delbeq
Tetapkan kriteria yang disepakati bersama oleh para pakar
Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)
Tentukan skor untuk tiap kriteria. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot yang telah
disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam menentukan besarnya bobot dan skor
yang dipilih reratanya.
Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-masing
masalah.
Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya berdasarkan jumlah
skor yang tertinggi sampai terendah.
Kriteria dan bobo maksimum
Daftar Jumah
No. Besar masalah kegawatan biaya kemudahan Prioritas
masalah skor
8 8 6 7
1 A 8x8 8x8 4 x6 7x7 201 1
2 B 7x8 8x8 4x6 4x7 172 4
3 C 5x8 6x8 5x6 6x7 160 5
4 D 8x8 8x8 5x6 7x7 193 2
5 E 6x8 7x8 6x6 7x7 181 3
SKENARIO 2:
Seorang dokter gigi puskesmas melakukan analisis situasi kesehatan gigi dan mulut di Desa X
yang bertujuan untuk menentukan solusi pemecahan masalah kesehatan gigi dan mulut Desa X
tersebut. Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa rerata skor DMFT desa X adalah 6,75
(dengan nilai rerata D= 5,1 M=1,5, dan F=0,15). Puskesmas setempat melaporkan minimnya
tenaga kesehatan gigi dan mulut serta kegiatan promotif dan preventif masyarakat. Kondisi
sosiodemografis menunjukkan bahwa desa X terletak di daerah pedesaan. Jarak antara desa
menuju puskesmas cukup jauh yakni 25 km sehingga warga desa tersebut kesulitan memperoleh
layanan kesehatan. Kondisi jalanan masih cukup buruk ditandai dengan banyaknya jalan
berlubang dan rusak. Mayoritas warga bekerja sebagai petani dan berjualan di warung.
Hasil wawancara terhadap 100 orang responden dewasa menunjukkan bahwa pengetahuan
keseharan gigi dan mulut warga sangat kurang disertai tingginya tingkat kepercayaan terhadap
mitos-mitos terkait kesehatan gigi dan mulut.Perilaku kesehatan gigi dan mulut ditunjukkan pada
tabel 1.
Tabel 1. Jawaban Responden Terkait Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut
Lakukan penerapan problem solving cycle berdasarkan skenario tersebut yang meliputi
a. Analisis situasi
analisis situasi menurut H.L. Blum dibagi menjadi 4 faktor (Lingkungan, Perilaku, Pelayanan
kesehatan, Genetik)
1. Faktor ingkungan
a) Abiotik
Kondisi jalan buruk
Kondisi sosiodemografis menunjukkan bahwa desa X terleak di pedesaan.
Pedesaan memiliki karakeristik: memiki udara yang bersih dan jauh dari polusi,
sumber air yang bersih
b) Biotik
c) Culture
Mayorias warga bekerja sebagai petani dan berjualan di warung.
Masih percaya dengan mitos.
2. Perilaku
Skor DMFT desa X adalah 6,75 dengan rincian rerata D= 5,1 M=1,5, dan F=0,15.
Didominasinya nilai tersebu dengan decay menunjukkan bahwa masyarakat di
desa X memiliki kesadaran yang rendah akan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu
rendahnya nilai filling disebabkan karena jauhnya fasilitas kesehatan yang bisa
mereka datangi untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulutnya.
Jawaban responden mengenai perilaku kesehatan gigi dan mulut juga cukup
menghawatirkan. Hasil survei menunjukkan bahwa hanya 60% responden yang
membersihkan gigi menggunakan sikat dan pasta gigi, 85% responden hanya
menyika gigi satu kali sehari, 76% tidak menggunakan alat atau bahan pembersih
gigi dan mulut yang lain, 62% responden mengunjungi dokter gigi hanya jika
terasa sakit bahkan 34% sisanya tidak pernah ke dokter gigi. Hasi survei tersebut
menunjukkan bahwa perilaku kesehatan gigi dan mulut warga desa X masih
sangat rendah. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya edukasi, motivasi,
hingga fasilitas untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
3. Pelayanan kesehatan
a) Tenaga kesehatan gigi dan mulu di kecamatan tersebut minim untuk melakukan
kegiatan promotif dan preventif yang menyebabkan pelayanan kesehatan tidak bisa
teraksana dengan baik
b) Jarak desa ke puskesmas jauh sehingga sulit mendapatkan pelayanan kesehatan
4. Genetik
Tidak terdapat keterangan pada skenario
b. Identifikasi masalah
1. Fasilitas kesehatan: minimnya tenaga kesehatan gigi dan mulut
2. Promosi kesehatan: kurangnya kegiatan promotif dan preventif masyarakat
3. Jarak antara desa menuju puskesmas cukup jauh dan kondisi jalanan masih cukup buruk
4. pengetahuan keseharan gigi dan mulut warga sangat kurang disertai tingginya tingkat
kepercayaan terhadap mitos-mitos.
5. Rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut
c. Penentuan prioritas masalah menggunakan teknik kriteria matriks
No. Daftar masalah I
Jumlah
R D S P P T R Prioritas
P S IxTxR
I U B B C
1 Fasilitas kesehatan:
minimnya tenaga 3 2 4 5 4 5 3 1 1 7.200 3
kesehatan gigi dan mulut
2 Promosi kesehatan:
kurangnya kegiatan
4 2 3 4 4 4 3 5 2 46.080 2
promotif dan preventif
masyarakat
3 Jarak antara desa menuju
puskesmas cukup jauh
2 2 2 3 4 4 3 2 1 2.304 4
dan kondisi jalanan
masih cukup buruk
4 kepercayaan terhadap
2 3 4 1 4 2 1 1 1 192 5
mitos-mitos
5 Rendahnya pengetahuan,
kesadaran, dan perilaku 5 4 5 3 5 2 3 4 4 144.000 1
kesehatan gigi dan mulut
Berdasarkan tabel analisis prioritas masalah berikut adalah urutan prioritas masalah yang perlu
diselesaikan:
1. Rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut
2. kurangnya kegiatan promotif dan preventif masyarakat
3. minimnya tenaga kesehatan gigi dan mulut
4. Jarak antara desa menuju puskesmas cukup jauh dan kondisi jalanan masih cukup buruk
5. kepercayaan terhadap mitos-mitos.
d. Alternatif pemecahan masalah (solusi) berdasarkan prioritas masalah
1. Pengkaderan
Diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di desa X masih minim. Salah satu
strategi upaya promosi kesehatan adalah reorientasi pemeiharaan kesehatan kepada
masyarakat. Maka dari itu, diperlukan peran serta masyarakat untuk melakukan kegiatan
promotif dan preventif melalui kaderisasi. Kaderisasi ini bisa dilakukan pada komunitas
ibu-ibu PKK dan karang taruna setempat. Para kader akan diberikan materi dan latihan
mengenai perilaku bersih dan sehat terutama perilaku kesehatan gigi dan mulut.
2. Penyuluhan bersama kader
Tenaga kesehatan setempat bersama kader membuat sebuah kegiatan bertemakan
pekan peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Acara tersebut diisi dengan kegiatan
menarik yang bertujuan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Rangkaian
acara yang bisa dibuat diantaranya edukasi menjaga kebersihan gigi dan mulut yang
dibagi ke dalam kelompok anak, remaja dan dewasa, serta lansia. Edukasi diiringi dengan
latihan menyikat gigi yang baik dimana setiap pesera mendapatkan sikat dan pasta gigi
baru. Sesi diskusi diisi dengan doorprize berupa alat atau bahan pembersih mulut lain
seperti dentalflosh bagi peserta yang bertanya atau pun menjawab pertanyaan pemateri
dengan tepat.
Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai cara menjaga kesehatan gigi
mulut yang baik dan benar selain diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan
perilaku tetapi juga mengurangi kepercayaan terhadap mitos-mitos yang dapat
merugikan kesehatan gigi dan mulut. Setelah kegiatan edukasi dan latihan menjaga
kebersihan gigi dan mulut disiapkan posko skrining/ pemeriksaan gigi dan mulut
sederhana untuk meningkatkan kesadaran akan status kesehatan gigi dan mulut
perseorangan. Harapannya, ketika ditemukan permasalahan masyarakat mau untuk
mengambil perawatan dari tenaga kesehetan profesional.
3. Puskesmas keliling
Masalah mengenai jarak puskesmas yang cukup jauh dari desa X bisa diatasi
dengan mengadakan puskesmas keliling yang beroperasi minima satu minggu sekali.
Mengingat sebagian besar pekerjaan warga desa tersebut adalah petani dan berjualan di
warung yang berarti mereka bekerja setiap hari meski di akhir pekan dan biasanya dari
pagi hingga siang terutama untuk petani. Maka dari itu, waktu yang pas puskesmas
keliling beroperasi adalah di siang menuju sore hari ketika sebagian besar masyarakat
desa sedang bersitirahat dan bersantai.
Beberapa tindakan sederhana mungkin bisa dilakukan dengan menggunakan
fasilitas yang ada dalam puskesmas keliling, akan tetapi apabia ada masyarakat yang
membutuhkan fasilitas lebih lengkap dan harus mengunjungi puskesmas atau rumah
sakit, maka puskesmas keliling tersebut diharapkan bisa memfasilitasi atau mengantarkan
warga tersebut jika tidak memiliki kendaraan pribadi.
4. perekrutan tenaga kesehatan di puskesmas
Meskipun sudah dilakukan kaderisasi pada sekelompok masyarakat untuk
melakukan upaya promotif dan preventif di desa X, perekrutan tenaga kesehatan
profesional dokter gigi dan dental hygienist tetap harus ditingkatkan. Meningkatnya
kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut akan meningkatkan kunjungan
masyarakat ke fasilitas kesehatan untuk merawat kondisi gigi dan mulutnya, maka dari
itu puskesmas diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan tersebut.
5. Perbaikan jalan:
Kondisi jalan yang buruk bisa menghambat berjalannya program puskesmas
keliling dan waktu kunjungan masyaraka ke puskesmas. Maka dari itu, perbaikan jalan
juga harus menjadi solusi yang dipertimbangkan oleh pemerintahan desa setempat untuk
membangun proyek perbaikan jalan.
DAFTAR PUSTAKA
salamah dan prasetya, 2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam kegagalan
pemberianasi eksklusif. Jurnal Kebidanan. Vol. 5 No. 3: 199-204.
Sriwati, 2013. Analisis hambatan pemberian asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas
maniangpajo kabupaten wajo. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.
Satriawan, D., 2022. Gambaran kebiasaan merokok penduduk di indonesia. Jurnal Litbang
Sukowati. Vol. 5 No. 2 Hal. 51-58.