Anda di halaman 1dari 15

MODUL ETHIC AND PROFESSIONALISM

SELF LEARNING REPORT


CASE STUDY II

Dosen:

Meylida Ichsyani, S.Si., M.Biomed

Disusun Oleh:
Wizni A'dila A'ziza
(G1B019020)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIPERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2022
Case Study 2
(Penentuan Prioritas Masalah)
Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa mampu menerapkan analisis situasi, identifikasi masalah, penentuan prioritas
masalah, alternatif solusi sebagai bagian problem solving cycle.

SKENARIO 1:
Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan identifikasi masalah kesehatan di kecamatan X. Hasil
identifikasi masalah diketahui bahwa kecamatan itu memiliki banyak masalah kesehatan, namun
berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) dengan bebarapa pakar dan tokoh masyarakat,
diperoleh beberapa prioritas masalah kesehatan kecamatan X antara lain:
1. Tidak memiliki tempat pembuangan sampah - A
2. Anggota keluarga perokok aktif - B
3. Tidak sering melakukan aktivitas fisik - C
4. Tidak melakukan kegiatan 3M dalam 1 minggu terakhir (menguras, mengubur,menutup) - D
5. Tidak memberikan asi eksklusif. - E

Lakukan penerapan problem solving cycle berdasarkan skenario tersebut yang meliputi
a. Penentuan prioritas masalah menggunakan teknik delbeq
Berikut adalah angkah-angkah untuk menentukan prioritas dengan teknik Delbeq
 Tetapkan kriteria yang disepakati bersama oleh para pakar
 Tentukan dahulu bobot masing-masing kriteria (nilai 0-10)
 Tentukan skor untuk tiap kriteria. Besarnya skor tidak boleh melebihi bobot yang telah
disepakati. Bila ada perbedaan pendapat dalam menentukan besarnya bobot dan skor
yang dipilih reratanya.
 Isi setiap kolom dengan hasil perkalian antara bobot dengan skor masing-masing
masalah.
 Jumlahkan nilai masing-masing kolom dan tentukan prioritasnya berdasarkan jumlah
skor yang tertinggi sampai terendah.
Kriteria dan bobo maksimum
Daftar Jumah
No. Besar masalah kegawatan biaya kemudahan Prioritas
masalah skor
8 8 6 7
1 A 8x8 8x8 4 x6 7x7 201 1
2 B 7x8 8x8 4x6 4x7 172 4
3 C 5x8 6x8 5x6 6x7 160 5
4 D 8x8 8x8 5x6 7x7 193 2
5 E 6x8 7x8 6x6 7x7 181 3

Tidak memiliki .Anggota keluarga Tidak sering Tidak Tidak


tempat perokok aktif melakukan melakukan memberikan
pembuangan aktivitas fisik kegiatan 3M asi eksklusif
sampah
Bes - Dampak buruk -apabila merokok di Akibat Tertundanya Bila bayi
ar lingkungan kotor rumah, akan kurang gerakan 3m tidak diberi
mas serta polusi menyebabkan melakukan bisa ASI
alah sampah terhadap anggota keluarga aktivitas fisik menyebabka Eksklusif
lingkungan menjadi perokok menyebabka n penyaki memiliki
sendiri meliputi pasif dengan gejala n kualitas demam dampak yang
Pencemaran air awal: mata pedih fisik yang berdarah. tidak baik
ketika sampah hidung beringus rendah bagi bayi.
dibuang ke tekak yang serak sehingga Adapun
sungai, pening / pusing mudah lelah dampak
menghambat kepala dan lanjutan: dalam memiliki
proses air tanah, kanker paru-paru, beraktivitas, risiko
mencemari tanah, serangan jantung dan mudah sakit, kematian
sampah yang mati mendadak, pegal-pegal karena diare
dibakar di bronchitis akut hingga 3,94 kali
pekarangan maupun kronis, menjadi lebih besar
rumah apalagi emfisema, kurang dibandingkan
sampah anorganik flu dan alergi, serta produktif. bayi yang
dapat merusak berbagai penyakit (kemenkes mendapat
lingkungan dan pada organ tubuh 2018). ASI
menyebabkan seperti yang Eksklusif
gangguan disebutkan di atas. (Kemenkes,
pernafasan jika 2010).
dilakukan secara
terus menerus,
berdampak ke
berbagai mahkluk
hidup lewat rantai
makanan
(Disperkimta,
2022).
kega mengakibatkan Ssebuah UNICEF
Pada tahun
wata peningkatan 90% kematian akibat studi menyatakan
2020
n berbagai macam kanker paru memperkirak bahwa 30
Kematian
penyakit infeksi an sepertiga ribu
awalnya disebabkan Akibat DBD
saluran orang dewasa kematian
oleh rokok. Laki-laki terjadi di 219
pencernaan, tidak cukup anak balita di
perokok beresiko kabupaten/k
sebagainya melakukan Indonesia
terhadap kematian ota. Di
(Saiffudin, 2018). aktivitas dan 10 juta
akibat Indonesia
fisik, kematian
kanker paru-paru 22,4 DBD
sehingga balita di
lebih besar menyerang
menyebabka seluruh dunia
dibandingkan laki- laki-laki
n 5,3 juta setiap tahun
laki non-perokok dan sebanyak
jiwa dapat
11,9 kali lebih besar 53,11% dan
kematian tiap dicegah
pada perempuan perempuan
tahun. melalui
(Sariawan, 2022). sebanyak
Sama dengan pemberian
46,89%
satu dari 10 ASI
kematian Eksklusif
yang selama 6
disebabkan bulan sejak
oleh penyakit pertama
seperti setelah
penyakit kelahiran
jantung, bayi tanpa
diabetes dan memberikan
kanker makanan dan
payudara dan minuman
usus besar. tambahan
kepada bayi
(salamah dan
prasetya,
2019)
biay Kebutuhan biaya Biaya kesehatan - - Mengedukasi
a meliputi akibat merokok ibu
pengadaan mencapai Rp17,9
kontainer dan triliun hingga Rp27,7
pembangunan triliun setahun. BPJS
dan/atau renovasi Kesehatan harus
TPS sebesar Rp menanggung Rp10,5-
211.113.400,00 15,6 triliun dari total
untuk 24 desa biaya kesehatan
dalam satu penyakit akibat
kecamatan rokok.
(Hasyim, 2014).
kem solusi yang Berbagai kegiatan Bergantung - ASI keluar
uda mungkin bisa telah dilakukan untuk motivasi sedikit
han dilakukan untuk mengurangi individu dan karena
mengatasi prevalensi merokok fasilitas sebab-
masalah sampah di Indonesia antara sarana sebab
di daerah tempat lain : olahraga. tertentu,
tinggal: -Melakukan KIE yaitu 1).
-membangkitkan melalui media masa tidak
kesadaran dan -Melaksanakan melakukan
kepedulian jejaring kerja dengan Inisiasi
tentang berbagai lembaga Menyusui
lingkungan swadaya masyarakat, Dini,
-mengurangi Universitas & menjadwal
pemakaian plastik masyarakat madani pemberian
-mempermudah dalam pengendalian ASI, bayi
akses tembakau. diberi minum
pembuangan lain sebelum
-Mengembangkan
-mengatur dan ASI keluar
kawasan tanpa rokok
maksimalkan (prelaktal),
di berbagai daerah,
peran petugas hal ini
untuk melindungi
kebersihan diperparah
masyarat dari bahaya
-memberikan para rokok. jika
petugas apresiasi diberikan
-Menyusun dan
lebih dengan botol
memproses Peraturan
-menggencarkan atau dot. 2).
Pemerintah (RPP)
penyuluhan
tentang pengamanan ibu yang
(Disperkimta,
bahan yang tidak percaya
2022).
mengandung zat diri bisa
adiktif berupa produk menyusui
tembakau bagi dan
kesehatan, sesuai tidak percaya
dengan pasal 113 & diri air
116 Undang Undang susunya
No. 36 Tahun 2009 cukup, ibu
tentang Kesehatan. stress,
-Mengembangkan kelelahan,
strategi nasional khawatir dan
pengendalian ketidakbahag
tembakau yang iaan, 3). bayi
komprehensif sakit atau
(kemenkes). menderita
cacat dan 4).
ibu sakit
atau lelah,
ibu
menggunaka
n pil
kontrasepsi
yang
mengandung
hormon, ibu
yang hamil
lagi (sriwati,
2013).

b. Alternatif pemecahan masalah (solusi) berdasarkan prioritas masalah


a) Menyelenggarakan pekan gerakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam lingkup per
desa dengan kegiatan:
 Hari pertama dilakukan edukasi dan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat yang berisi:
- Pentingnya memberikan ASI eksklusif pada kelompok pasangan subur/ muda dan
remaja putri memasuki usia dewasa
- Bahaya merokok dan cara untuk menghentikannya pada kelompok perokok aktif
dan kelompok remaja
- Pentingnya melakukan akivitas fisik pada semua kelompok masyarakat
- Pentingnya melakukan 3M
- Pentingnya mengurangi sampah dan cara pemilihan dan pengelolaan sampah
Metode edukasi bisa dengan cara menggunakan metode ceramah dua arah sambil
memberikan contoh disertai media berupa video maupun slide. Di sesi diskusi dan
tanya jawab peserta yang bertanya atau menjawab diberikan doorprize
 Pagi Hari kedua dilakukan kegiatan senam bersama untuk menumbuhkan motivasi
melakukan aktivitas fisik.
 Dilanjutkan dengan melakukan gerakan 3M bersama-sama
 Bila memungkinkan diberikan reward berupa lingkungan rumah terbersih, senam
erbaik, dan lain-lain
b) Kegiatan posyandu harus berjalan setiap bulannya, sehingga ibu-ibu menyusui bisa
terevauasi apakah memberikan ASI eksklusif atau tidak. Jika ada masalah mengenai
pemberian ASI maka bidan setempat bisa memberikan solusinya.
c) Membangun fasilitas tempat pembuangan sampah sementara
3 prinsip solusi permasalahan sampah:
 Prioritas utama: meminimaisasi sampah
 Pemilihan sampah
 Mendesain ulang/ daur ulang sampah (Sayuti)
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat. Pasal ini mengamanatkan bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan
publik dalam pengelolaan sampah
Program: Membangun fasilitas tempat pembuangan sampah sementara di setiap desa
dengan menggunakan sistem pemilihan. Misalnya, sampah bekas makanan, sampah
plastik, sampah kaca, sampah kertas dan lain-lain. Tempat tersebut difasilitasi CCTV
untuk memantau ketaatan masyarakat terhadap program pemilihan sampah. Di tempat
pembuangan sampah sementara yang di bangun dipasangkan banner klasifikasi sampah
yang harus dipisahkan sebagai pengingat untuk masyarakat. Pemerintah kecamatan
membuat aturan mengenai pengelolaan sampah yang harus dipatuhi oleh setiap desa dan
masyarakat setempat beserta sanksi jika melanggar aturan tersebut.
d) Bagian humas desa mengingatkan kegiatan 3M setiap minggunya melalui sumber
pengeras suara yang dimiliki desa.
e) Mengadakan kegiatan olahraga setiap akhir pekan seperi senam, badminton di lapangan
aau GOR desa. Akan lebih baik jika diadakan kegiatan pertandingan olahraga setiap
beberapa bulan untuk meningkatkan antusias dan peran serta masyarakat beraktivias
fisik.
f) Membangun tempat khusus merokok. Perokok yang tidak bisa menghentikan kebiasaan
merokoknya dilarang merokok di dalam rumah di tempat umum untuk mencegah
meningkatnya jumlah perokok pasif. Maka, jika hendak merokok mereka harus pergi ke
tempat tersebut.

SKENARIO 2:
Seorang dokter gigi puskesmas melakukan analisis situasi kesehatan gigi dan mulut di Desa X
yang bertujuan untuk menentukan solusi pemecahan masalah kesehatan gigi dan mulut Desa X
tersebut. Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa rerata skor DMFT desa X adalah 6,75
(dengan nilai rerata D= 5,1 M=1,5, dan F=0,15). Puskesmas setempat melaporkan minimnya
tenaga kesehatan gigi dan mulut serta kegiatan promotif dan preventif masyarakat. Kondisi
sosiodemografis menunjukkan bahwa desa X terletak di daerah pedesaan. Jarak antara desa
menuju puskesmas cukup jauh yakni 25 km sehingga warga desa tersebut kesulitan memperoleh
layanan kesehatan. Kondisi jalanan masih cukup buruk ditandai dengan banyaknya jalan
berlubang dan rusak. Mayoritas warga bekerja sebagai petani dan berjualan di warung.
Hasil wawancara terhadap 100 orang responden dewasa menunjukkan bahwa pengetahuan
keseharan gigi dan mulut warga sangat kurang disertai tingginya tingkat kepercayaan terhadap
mitos-mitos terkait kesehatan gigi dan mulut.Perilaku kesehatan gigi dan mulut ditunjukkan pada
tabel 1.
Tabel 1. Jawaban Responden Terkait Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut
Lakukan penerapan problem solving cycle berdasarkan skenario tersebut yang meliputi
a. Analisis situasi
analisis situasi menurut H.L. Blum dibagi menjadi 4 faktor (Lingkungan, Perilaku, Pelayanan
kesehatan, Genetik)
1. Faktor ingkungan
a) Abiotik
 Kondisi jalan buruk
 Kondisi sosiodemografis menunjukkan bahwa desa X terleak di pedesaan.
Pedesaan memiliki karakeristik: memiki udara yang bersih dan jauh dari polusi,
sumber air yang bersih
b) Biotik
c) Culture
 Mayorias warga bekerja sebagai petani dan berjualan di warung.
 Masih percaya dengan mitos.
2. Perilaku
 Skor DMFT desa X adalah 6,75 dengan rincian rerata D= 5,1 M=1,5, dan F=0,15.
Didominasinya nilai tersebu dengan decay menunjukkan bahwa masyarakat di
desa X memiliki kesadaran yang rendah akan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu
rendahnya nilai filling disebabkan karena jauhnya fasilitas kesehatan yang bisa
mereka datangi untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulutnya.
 Jawaban responden mengenai perilaku kesehatan gigi dan mulut juga cukup
menghawatirkan. Hasil survei menunjukkan bahwa hanya 60% responden yang
membersihkan gigi menggunakan sikat dan pasta gigi, 85% responden hanya
menyika gigi satu kali sehari, 76% tidak menggunakan alat atau bahan pembersih
gigi dan mulut yang lain, 62% responden mengunjungi dokter gigi hanya jika
terasa sakit bahkan 34% sisanya tidak pernah ke dokter gigi. Hasi survei tersebut
menunjukkan bahwa perilaku kesehatan gigi dan mulut warga desa X masih
sangat rendah. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya edukasi, motivasi,
hingga fasilitas untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
3. Pelayanan kesehatan
a) Tenaga kesehatan gigi dan mulu di kecamatan tersebut minim untuk melakukan
kegiatan promotif dan preventif yang menyebabkan pelayanan kesehatan tidak bisa
teraksana dengan baik
b) Jarak desa ke puskesmas jauh sehingga sulit mendapatkan pelayanan kesehatan
4. Genetik
Tidak terdapat keterangan pada skenario

b. Identifikasi masalah
1. Fasilitas kesehatan: minimnya tenaga kesehatan gigi dan mulut
2. Promosi kesehatan: kurangnya kegiatan promotif dan preventif masyarakat
3. Jarak antara desa menuju puskesmas cukup jauh dan kondisi jalanan masih cukup buruk
4. pengetahuan keseharan gigi dan mulut warga sangat kurang disertai tingginya tingkat
kepercayaan terhadap mitos-mitos.
5. Rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut
c. Penentuan prioritas masalah menggunakan teknik kriteria matriks
No. Daftar masalah I
Jumlah
R D S P P T R Prioritas
P S IxTxR
I U B B C
1 Fasilitas kesehatan:
minimnya tenaga 3 2 4 5 4 5 3 1 1 7.200 3
kesehatan gigi dan mulut
2 Promosi kesehatan:
kurangnya kegiatan
4 2 3 4 4 4 3 5 2 46.080 2
promotif dan preventif
masyarakat
3 Jarak antara desa menuju
puskesmas cukup jauh
2 2 2 3 4 4 3 2 1 2.304 4
dan kondisi jalanan
masih cukup buruk
4 kepercayaan terhadap
2 3 4 1 4 2 1 1 1 192 5
mitos-mitos
5 Rendahnya pengetahuan,
kesadaran, dan perilaku 5 4 5 3 5 2 3 4 4 144.000 1
kesehatan gigi dan mulut
Berdasarkan tabel analisis prioritas masalah berikut adalah urutan prioritas masalah yang perlu
diselesaikan:
1. Rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan perilaku kesehatan gigi dan mulut
2. kurangnya kegiatan promotif dan preventif masyarakat
3. minimnya tenaga kesehatan gigi dan mulut
4. Jarak antara desa menuju puskesmas cukup jauh dan kondisi jalanan masih cukup buruk
5. kepercayaan terhadap mitos-mitos.
d. Alternatif pemecahan masalah (solusi) berdasarkan prioritas masalah
1. Pengkaderan
Diketahui bahwa jumlah tenaga kesehatan di desa X masih minim. Salah satu
strategi upaya promosi kesehatan adalah reorientasi pemeiharaan kesehatan kepada
masyarakat. Maka dari itu, diperlukan peran serta masyarakat untuk melakukan kegiatan
promotif dan preventif melalui kaderisasi. Kaderisasi ini bisa dilakukan pada komunitas
ibu-ibu PKK dan karang taruna setempat. Para kader akan diberikan materi dan latihan
mengenai perilaku bersih dan sehat terutama perilaku kesehatan gigi dan mulut.
2. Penyuluhan bersama kader
Tenaga kesehatan setempat bersama kader membuat sebuah kegiatan bertemakan
pekan peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Acara tersebut diisi dengan kegiatan
menarik yang bertujuan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Rangkaian
acara yang bisa dibuat diantaranya edukasi menjaga kebersihan gigi dan mulut yang
dibagi ke dalam kelompok anak, remaja dan dewasa, serta lansia. Edukasi diiringi dengan
latihan menyikat gigi yang baik dimana setiap pesera mendapatkan sikat dan pasta gigi
baru. Sesi diskusi diisi dengan doorprize berupa alat atau bahan pembersih mulut lain
seperti dentalflosh bagi peserta yang bertanya atau pun menjawab pertanyaan pemateri
dengan tepat.
Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai cara menjaga kesehatan gigi
mulut yang baik dan benar selain diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan
perilaku tetapi juga mengurangi kepercayaan terhadap mitos-mitos yang dapat
merugikan kesehatan gigi dan mulut. Setelah kegiatan edukasi dan latihan menjaga
kebersihan gigi dan mulut disiapkan posko skrining/ pemeriksaan gigi dan mulut
sederhana untuk meningkatkan kesadaran akan status kesehatan gigi dan mulut
perseorangan. Harapannya, ketika ditemukan permasalahan masyarakat mau untuk
mengambil perawatan dari tenaga kesehetan profesional.
3. Puskesmas keliling
Masalah mengenai jarak puskesmas yang cukup jauh dari desa X bisa diatasi
dengan mengadakan puskesmas keliling yang beroperasi minima satu minggu sekali.
Mengingat sebagian besar pekerjaan warga desa tersebut adalah petani dan berjualan di
warung yang berarti mereka bekerja setiap hari meski di akhir pekan dan biasanya dari
pagi hingga siang terutama untuk petani. Maka dari itu, waktu yang pas puskesmas
keliling beroperasi adalah di siang menuju sore hari ketika sebagian besar masyarakat
desa sedang bersitirahat dan bersantai.
Beberapa tindakan sederhana mungkin bisa dilakukan dengan menggunakan
fasilitas yang ada dalam puskesmas keliling, akan tetapi apabia ada masyarakat yang
membutuhkan fasilitas lebih lengkap dan harus mengunjungi puskesmas atau rumah
sakit, maka puskesmas keliling tersebut diharapkan bisa memfasilitasi atau mengantarkan
warga tersebut jika tidak memiliki kendaraan pribadi.
4. perekrutan tenaga kesehatan di puskesmas
Meskipun sudah dilakukan kaderisasi pada sekelompok masyarakat untuk
melakukan upaya promotif dan preventif di desa X, perekrutan tenaga kesehatan
profesional dokter gigi dan dental hygienist tetap harus ditingkatkan. Meningkatnya
kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut akan meningkatkan kunjungan
masyarakat ke fasilitas kesehatan untuk merawat kondisi gigi dan mulutnya, maka dari
itu puskesmas diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan tersebut.
5. Perbaikan jalan:
Kondisi jalan yang buruk bisa menghambat berjalannya program puskesmas
keliling dan waktu kunjungan masyaraka ke puskesmas. Maka dari itu, perbaikan jalan
juga harus menjadi solusi yang dipertimbangkan oleh pemerintahan desa setempat untuk
membangun proyek perbaikan jalan.
DAFTAR PUSTAKA

Disperkimta, 2022. Dampak Lingkungan Kotor dan Polusi Sampah.

Kemenkes, 2011. Penanggulangan Kebiasaan Merokok.

Kemenkes, 2021. Data Kasus Terbaru DBD di Indonesia

Saiffudin, A., 2018. Dampak Buang Sampah Sembarangan Cemari Lingkungan.


mmc.kalteng.go.id

salamah dan prasetya, 2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam kegagalan
pemberianasi eksklusif. Jurnal Kebidanan. Vol. 5 No. 3: 199-204.

Sriwati, 2013. Analisis hambatan pemberian asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas
maniangpajo kabupaten wajo. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Satriawan, D., 2022. Gambaran kebiasaan merokok penduduk di indonesia. Jurnal Litbang
Sukowati. Vol. 5 No. 2 Hal. 51-58.

Anda mungkin juga menyukai