Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan strategi merupakan bagian penting dalam proses belajar

mengajar. Strategi ini berhubungan dengan cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan materi pelajaran dan memberikan kemudahan pada siswa

dalam mencapai tujuan. Pemilihan strategi pengajaran berkaitan erat dengan

keberhasilan pengajaran. Karena itu pemilihan strategi pengajaran untuk

setiap jenis pengajaran merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh guru.

Menurut Degeng (1990: 4), peran guru di kesulitan adalah sebagai

perancang pengajaran, pelaksana pengajaran, dan penilai pengajaran.

Karena itu dalam menyampaikan materi pelejaran, guru harus memiliki

strategi agar siswa dapat belajar secara efektif, efisien mudah memahami

pelajaran yang sudah disampaikan serta mengena pada tujuan. Pemakaian

strategi yang tepat akan mempermudah siswa dalam menangkap dan

memahami materi yang disampaikan.

Secara sederhana pengertian pembelajaran adalah upaya untuk

membelajarkan siswa” (Degeng, 1990: 2).Upaya tersebut tidak hanya berupa

bagaimana siswa belajar dengan sendiri, melainkan bertujuan, dan terkontrol

Lebih lanjut Degeng (1990: 2) mengemukakan bahwa ungkapan

pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk mengungkapkan

hakikat perancangan (desain) upaya membelajarkan siswa.

Dalam hal atau keadaan tertentu, siswa seringkali merasa bosan ketika

menerima pelajaran di kelas / sekolah. Sifat-sifat siswa yang cepat bosan

terhadap satu hal, ingin mengetahui hal-hal baru, dan lain-lain, harus kita

maklumi dan kita tanggapi sebagai masukan untuk memberikan kondisi

1
belajar yang baik bagi para siswa. Dalam kelompok-kelompok belajar

dimungkinkan siswa merasa mendapatkan kondisi belajar yang ia inginkan,

maka minat belajamya akhirnya meningkat.

Jika asumsi di atas dapat diterima, maka permasalahan yang muncul

adalah apakah upaya menciptakan kondisi belajar semacam itu harus

dilakukan dalam penerapan stategi pembelajaran oleh guru di dalam kelas?".

Sehingga permasalahan berikutnya adalah: "apakah kegiatan belajar

kelompok kecil dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menciptakan

kondisi belajar yang baru bagi para siswa?"

Pada umumnya, dalam proses belajar mengajar, para guru masih

menggunakan cara yang konvensional, di mana guru berdiri di depan kelas

dan cenderung mendominasi. Interaksi antara siswa dan guru maupun antara

siswa dengan siswa sangat kecil dan siswa (biasanya) pasif. Aktivitas terjadi

secara klasikal dengan menggunakan metode ceramah. Pada pembelajaran

dengan strategi klasikal (metode ceramah), kelas yang terdiri dari 40 - 45

siswa diberi keterangan, informasi, ataupun uraian secara lisan dalam waktu

bersamaan. Dengan aktivitas seperti ini otonomi individu dan kebebasan siswa

kurang mendapatkan perhatian. Gage, (dalam Suprapto, 2003:3). Lebih lanjut

Muhammad (1997,84) mengemukakan bahwa metode ceramah akan:

(1) menumbuhkan kekuatan hafalan dan memberatkan jiwa karena lama

memperhatikan

(2) guru tidak akan mengetahui kadar pengetahuan yang sudah ditangkap

oleh murid,

(3) mudah dilupakan,

(4) tidak dapat membangkitkan kesempatan bertanya.

2
Selain itu dengan metode ini selama proses pembelajaran terjadi

aktivitas belajar DDCH (Duduk, Dengar, Cacat dan Hafal). (Semiawan dkk

1985: 1).

Saat ini sangat diperlukan pengetahuan tentang jenis-jenis metode yang

dapat mempermudah belajar, lebih menyenangkan bagi siswa, lebih efektif

dan efisien, dan mempunyai daya tarik tinggi. Agar siswa aktif selama proses

pembelajaran, guru dituntut agar mampu dan trampil dalam pengambilan

keputusan yang tepat melalui penciptaan kondisi belajar yang sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif, bisa

bertukar pendapat dan memecahkan masalah bersama-sama adalah dengan

pembelajaran kelompok kecil. Pembelajaran kelompok kecil adalah

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yaitu siswa dalam satu

kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan pembelajaran kelompok

kecil siswa dapat berkomunikasi secara langsung, mengambil keputusan

bersama dan terlibat secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Dengan cara ini pula siswa dapat berbagl informasi, memecahkan masalah,

meningkatkan pemahaman atas masalah-masalah penting, kemampuan untuk

berpikir dan berkomunikasi, berdiskusi, serta dapat meningkatkan keterlibatan

siswa dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Strategi pembelajaran adalah gambaran komponen materi dan produser

atau cara yang digunakan untuk memudahkan siswa belajar (Dick dan Carey,

1990). Istitah strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan

sebagai seni dalam operasi peperangan. Namun dewasa ini istilah strategi

banyak dipinjam oleh bidang-bidang lain termasuk bidang pendidikan. Dalam

kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan

sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang

3
memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksudnya agar tujuan

pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan

berhasil guna, guru dituntut memiliki kernampuan mengatur secara umum

komponen-komponen pengajaran sedemikian hingga terjalin keterkaitan

fungsi antar komponen pengajaran.

Menurut Good dan Cramer (1990) pembelajaran dengan strategi

kelompok kecil adalah pembelajaran yang dilakukan terhadap siswa yang

dibagi dalam beberapa kelompok dalam satu kelas, terdiri dari 5 sampai 8

siswa. Sedangkan pembelajaran klasikal atau sering disebut dengan

pembelajaran konvensional adalah aktivitas belajar dan mengajar di dalam

kelas di mana selalu didominasi oleh guru sehingga otonomi individu dan

kebebasan siswa kurang mendapatkan perhatian. (Gage, Berliner, 1984: 35).

Dengan demikian strategi kelompok kecil dapat diartikan sebagai pilihan

pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara

efektif dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.

Pembelajaran kelompok kecil di sini yaitu dengan menerapkan model

cooperative leaming atau pembelajaran kooperatif, Pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk belajar dalam

kelompok kecil sehingga akan terjadi kondisi belajar yang maksimal dan pada

akhirnya akan tercapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menuntut

siswa untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya dan sekaligus merangsang

siswa untuk berpikir kreatif. Selama proses pembelajaran kelompok kecil

dengan cooperative learning perlu diupayakan penumbuhan sikap positif pada

diri siswa, yaitu dengan cara menghormati antar sesama, sikap

demokratis,menghargai perbedaan, tanggung jawab, menjalin kebersamaan

dan kerjasama yang baik. Dengan strategi ini diharapkan siswa dapat

memecahkan masalah bersama-sama

4
Mengingat luasnya permasalahan serta adanya keterbatasan

kemampuan dan keterbatasan metodologis, peneliti melakukan pembatasan –

pembatasan, yaitu pembatasan luas sasaran penelitian hanya mengambil

secara acak I kelas saja sistem sampel. Selain itu pembatasan luas materi

atau bahan kajian yang diteliti juga dilakukan yaitu hanya I materi bahasan

saja pada semester l, yaitu materi pokok “perlindungan hukum''.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan strategi kelompok kecil (small group strategy) dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn siswa

kelas IX-B SMP Negeri 3 Lawang Tahun pelajaran 2003 -2004?

2. Apakah penerapan strategi kelompok kecil (small group strategi) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn siswa kelas

IX-B SMP Negeri 3 Lawang Tahun Pelajaran 2003 -2004?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas tujuan penelitian di sini yaitu:

1. Untuk mengetahui penerapan strategi kelompok kecil (small group

strategy) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

PKn siswa kelas IX-B SMP Negeri 3 Lawang Tahun Pelajaran 2003 -

2004?

2. Untuk mengetahui penerapan strategi kelompok kecil (small group

strategy) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

PKn siswa kelas IX-B SMP Negeri 3 Lawang Tahun Pelajran 2003 –

2004?

5
D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

Memberi nuansa baru dalam proses pembelajaran. Selama ini mereka

terbiasa mendapatkan pembelajaran secara klasikal dengan ceramah,

karena itu perlu diperkenalkan pembelajaran kelompok kecil dengan

model pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa

akan terlibat secara aktif dan dapat mengasah kemampuan siswa untuk

bersosialisasi, bekerja sama, meningkatkan aktivitas, dan mendapatkan

pengalaman belajar yang optimal.

2. Bagi Guru

a. Meningkatkan kemampuan dalam materi pelajaran dengan

menggunakan berbagai alternatif strategi pembelajaran.

b. Agar guru lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat

meningkatkan perolehan hasil belajar.

c. Guru agar menerapkan pembelajaran yang dapat merangsang minat

siswa dan sekaligus yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif.

d. Sebagai landasan dalam melakukan penelitian lanjutan.

3. Bagi Sekolah

Untuk memberikan masukan dalam upaya penyusunan program-program

yang berkaitan dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran, dan

kualitas lulusan pada umumnya.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Kelompok Kecil dengan Cooperative Learning

Pembelajaran kelompok kecil adalah pembelajaran yang dilakukan

dengan cara membagi siswa satu kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.

Pendapat lain menyatakan bahwa pembelajaran kelompok kecil adalah

pembelajaran yang dibedakan terhadap siswa secara berkelompok di mana

tiap kelompok terdiri dari 5 sampai 8 siswa. Slavin, (dalam Mulyani, 2002: l9).

Dalam pembelajaran ini kelompok kecil yang dimaksud bukanlah

kelompok kecil yang tradisional, melainkan pembelajaran yang

memaksimalkan kerja kelompok, atau pembelajaran yang kooperatif. Berikut

akan dibahas aspek-aspek yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif

atau cooperative learning.

1. Pengertian Belajar Kelompok

Bekerja atau belajar bersama (kelompok) adalah "suatu proses

kelompok yang disokong oleh anggota-anggota kelompok di mana ada

ketergantungan satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan yang

disepakati". Belajar kelompok dilaksanakan dalam suatu proses

kelompok, para anggota kelompok saling berhubungan dan berpartisipasi

memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan bersama (group process

is the way in which individuals function in relation to the another while

working to ward a common goal).

Sedangkan menurut Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP

Surabaya dalam bukunya Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum Proses

Belajar Mengajar, istilah belajar kelompok (bekerja kelompok) juga

dipakai untuk merangkum pengertian, di mana siswa-siswa dalam satu

kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun

7
bagi atas kelompok-kelompok kecil ataupun segment dalam dan bagian

atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu dengan bergotong

royong.

Proses kelompok memiliki karakteristik atau segi-segi relasi,

interaksi, partisipasi, kontibusi, afeksi, dan dinamika. Tiap individu

berhubungan satu sama lain, tiap individu ikut aktif, dan mendapat

pembagian tugas tiap individu juga mengembangkan sifat-sifat personal

sosial moral, oleh karena itu setiap kelompok senantiasa hidup berubah,

berkembang yang bersifat dinamis.

Suatu kelompok yang efektif memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

a. Adanya bermacam-macam kebutuhan para anggotanya yang

dinyatakan dalam bentuk permasalahan.

b. Para anggota mempunyai masalah yang dipahami mereka.

c. Masalah - masalah yang diajukan dalam bentuk sejumlah

pertanyaan tentang nilai yang mengakibatkan timbulnya berbagai

jawaban yang berbeda-beda

d. Kelompok memiliki tujuan tertentu yang sekaligus menjadi tujuan

anggota.

e. Tiap individu bertanggung jawab memberikan sumbangan tertentu

untuk mencapai tujuan kelompok.

f. Ada proses pertukaran pendapat dan pengalaman dalam kelompok.

unsur-unsur tersebut menyebabkan dinamika kelompok yang

mempengaruhi sikap dan perilaku individu dan perilaku kelompok

sendiri.

Belajar kelompok yang efektif dapat membantu siswa untuk

meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan

8
intruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang

efektif, menurut Slamet perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Perlunya bimbingan

Dalam proses belajar kelompok sebaiknya siswa diawasi dan

dibimbing sewaktu mereka belajar agar hasilnya lebih baik.

b. Kondisi dan strategi belajar

1) Kondisi internal

Kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, misalnya

kesehatannya, keamannya dan ketentramannya Siswa dapat

belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya

dapat terpenuhi.

2) Kondisi eksternal

Kondisi yang ada di luar diri siswa, misalnya kebersihan rumah

penerangan, dan keadaan lingkungan fisik lain. Untuk dapat

belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan

teratur, misalnya:

a) Ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang

mengganggu konsentrasi pikiran

b) Ruangan cukup terang

c) Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat

pelajaran, buku-buku, dan sebagainya

3) Stategi belajar

Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat

menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar

diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal mungkin.

9
2. Prinsip - prinsip Belajar Kelompok

Sebagaimana diketahui, bahwa belajar merupakan kegiatan yang

berlangsung di dalam suatu proses dan terarah ke pencapaian suatu

tujuan tertentu. Walaupun belajar merupakan suatu kegiatan yang sangat

kompleks ke arah banyaknya faktor yang mempengaruhinya dan liputan

aspek-aspek di dalamnya, namun juga dapat dianalisis dan diperinci

dalam bentuk prinsip-prinsip atau azas-azas belajar.

Prinsip - prinsip belajar antara lain sebagai berikut:

a. Belajar adalah suatu proses aktif, di mana terjadinya hubungan timbal

balik, saling mempengaruhi dinamis antara anak didik dan

lingkungannya

b. Belajar harus selalu bertujuan, terarah, dan jelas bagi anak

didik.Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai

harapanharapannya.

c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi

yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.

d. Belajar selalu menghadapi tantangan dan hambatan. Oleh karena itu

anak didik harus sanggup mengatasinya secara tepat.

e. Cara belajar yang paling efektif adalah dalan pemecahan masalah

melalui kerja kelompok, asalkan masalah-masalah tersebut telah

disadari bersama.

f. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari guru/dosen

atau tuntunan dari buku pelajaran itu sendiri.

g. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berpikir kritis,

lebih baik daripada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.

h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari,

sehingga memperoleh pengertian-pengertian.

10
i. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan kuat untuk mencapai

hasil.

j. Belajar dianggap berhasil apabila si anak didik telah sanggup

mentransferkan dan menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-

hari.

3. Pelaksanaan Belajar Kelompok

Pelaksanaan belajar kelompok dalam kelas dilakukan berdasarkan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pelaksanaan belajar kelompok berangkat dari tujuan, rencana, dan

masalah tertentu. Guru membimbing kelompok untuk mencapai

tujuan-tujuan itu dan memperdalam masalah-masalah yang telah

direncanakan.

b. Belajar kelompok dimulai dengan menghimpun sumbang saran

semua anggota kelompok. Tiap anggota menyadari bahwa mereka

mengemban peran penting untuk membuat dan melaksanakan

keputusan kelompok. Guru perlu melakukan pendekatan terhadap

kelompok dengan cara menghimpun gagasan dan pendapat

kemudian merencanakan tugas bagi kelompok, baru memberikan

bimbingan yang diperlukan.

c. Belajar kelompok dilakukan berdasarkan pembagian tanggung jawab

antara panitia dan para anggota. Pembagian tanggung jawab itu

disesuaikan dengan ketrampilan, kecakapan, minat, dan dorongan

para anggota sedangkan keputusan yang penting dibuat bersama.

Keseluruhan tanggung jawab yang telah diterima oleh kelompok

dibagi secara keseluruhan.

d. Belajar kelompok menyediakan kesempatan kepada anggota untuk

mempelajari cara berpartisipasi secara efektif, belajar menjadi

11
anggota yang baik belajar cara berdiskusi, menenangkan ketegangan-

ketegangan, menghimpun pemikiran, menerima kepemimpinan

kerjasama demi kebaikan kelompok.

e. Belajar kelompok berdasarkan tata kerja demokratis dalam rangka

penyaluran pendapat, penyelesaian konflik, dan pembuatan

keputusan. Tiap individu mempunyai hak untuk menyampaikan

sumbang saran, bila ada konflik diselesaikan secara konsensus.

f. Belajar kelompok hendaknya dipimpin oleh pemimpin yang dapat

menciptakan kondisi yang menantang, tiap anggota agar ingin

memberikan pemikirannya yang terbaik dan bekerjasama untuk

kepentingan bersama, tidak ada monopoli peran kepemimpinan.

g. Belajar kelompok menuntut penilaian secara berkesinambungan

terhadap kegiatan kelompok kemajuan yang telah dicapai dan hasil

yang diperoleh serta apakah kelompok telah bekerja dengan baik.

h. Belajar kelompok hendaknya mendorong partisipasi para anggota

bekerja secara efisien dan terjadi perubahan-perubahan konsultatif

pada perilaku individu.

i. Belqiar kelompok itu berhasil apabila ternyata partisipasi para anggota

menjadi lebih luas dan lebih matang, tidak membosankan waktu

ketika mengerjakan tugas, dan terdapat pengembangan abilitas para

anggotanya

j. Belajar kelompok hendaknya memberikan pengharggan kepada

anggota kelompok. Belajar itu berhasil bila memberikan kepuasan,

kesenangan, pengakuan, rasa aman, dan penghargaan, baik bagi

kelompok maupun bagi individu anggota kelompok.

12
4. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperotive Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar

secara ketompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerjasama untuk

sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu

maupun kelompok. Santoso, (dalam Dinas P dan K Prop. Jatim,

2002:20).

Pada dasarnya, setiap manusia berbeda karena itu mereka

dapat silih asah(saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara

sadar menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar

bukan hanya guru atau buku ajar tetapi juga sesama siswa. Dengan

pembelajaran ini, siswa yang telah memahami dapat memberi penjelasan

pada siswa yang kurang memahami. Manusia juga sebagai makhluk

individu karena itu ia memerlukan manusia yang lain, sebagai makhluk

sosial. Sebagai makhluk sosial manusia saling berinteraksi dan

memerlukan manusia lainnya sehingga mereka harus silih asih (saling

menyayangi). Manusia yang satu dengan yang lainnya brbeda. Bila

perbedaan itu tidak dikelola dengan baik akan timbul kesalah pahaman.

Agar tidak tedadi ketersinggungan dan kesalahpahaman perlu interaksi

yang silih asih (saling tenggang rasa). Dapat dikatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sistematis mengembangkan interaksi atau mengembangkan interaksi

yang silih asah, silih asih, dan salah asuh antar sesama siswa sebagai

latihan hidup di dalam masyarakat nyata Abdurahman dan Bintoro,

(dalam Nurhadi dkk., 2003: 59-60).

Pendapat lain dari internet mengemukakan bahwa: "cooperative

learning, also called collaborative learning, occurs whenever students

interact in pairs or groups to share knowledge and experiences. All

13
activities in which students work together towards a conrmon goal, from

interacting with daily partners to completing long term projects with

learning communities, are cooperative activities”

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam

kelompok-kelompok kecil, dan dengan pembelajaran ini diharapkan akan

timbul sikap saling menghormati antar sesama siswa sikap demokratis,

tanggung jawab, saling kebersamaan kerja sama, sikap berani

mengungkapkan pendapat dengan cara yang baik, jujur, rasional, logis,

efektif, kreatif, dan efisien. Arifin, (dalam Dinas P dan K Prop. Jatim

2004).

Yang perlu diperhatikan ialah dalam pembelajaran kooperatif

harus distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam

satu kelompok harus melaksanakan tangggug jawab pribadinya karena

ada sistem akuntabilitas individu, sehingga siswa tidak bisa begitu saja

membonceng jerih payah anggota yang lain.

5. Unsur-ungur dasar Pembelajran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya

terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen dalam

pembelajaran kooperatif (Nurhadi, dkk. 2003: 61-61) adalah:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran ini, guru menciptakan suasana yang

mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Karena saling

membutuhkan sehinggga ada ketergantungan positif.

Ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang

membuat siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil

belajar yang optimal. Saling ketergantungan dicapai melalui:

14
1) Saling ketergantungan pencapaian tujuan.

2) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas

3) Saling ketergantungan bahan atau sumber

4) Saling ketergantungan p€raxt

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya karena apabila masing-masing anggota kelompok dapat

melaksanakan tugas dengan baih dapat dikatakan bahwa kelompok

ini telah berhasil dengan baik pula.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menutut siswa dalam kelompok dapat saling

bertatap muka sehingga mereka dapat saling berdialog dengan

sesama siswa maupun dengan guru. Dengan interaksi semacam ini

memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar

(yang bervariasi), sehingga siswa merasa lebih mudah belajar dari

sesamanya

c. Akuntabilitas individual

Wujud pembelajaran kooperatif adalah dalam belajar kelompok.

Namun, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap materi secara individual. Hasil penilaian secara individu

ditunjukkan pada kelompok agar anggota kelompok mengetahui

siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan

bantuan.

d. Ketrampilan menjialin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif ketrampilan sosial seperti

tenggang rasa, sopan terhadap teman mengkritik ide dan bukan

mengkritik ternan, berani mempertahankan pikiran logis, dan tidak

mendominasi orang lain sangat bermanfaat dalam menjalin

15
hubungan antar pribadi. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan

antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga

dari sesama siswa. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung

kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka

Selain hal di atas, Lie (2002:32-36) mengungkapkan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif atau cooperative learning setiap siswa akan

merasa bertanggung jawab untuk melahirkan yang terbaik. Sebagai

contoh adalah materi Reading Text. Bacaan yang terdiri dari empat

paragraf dibagi untuk empat anggota sehingga masing-masing anggota

membaca dan memahami satu paragraf. Dengan cara ini, anggota yang

tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan mudah dan anggota

kelompok yang lain akan menuntunnya untuk melaksanakan tugas agar

tidak menghambat yang lainnya.

Selama proses kerja kelompok, perlu diadakan evaluasi. Tujuan

dari evaluasi ini yaitu agar selanjutnya para anggota kelompok bisa

bekerja sama dengan lebih efektif. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat

digunakan sebagai acuan evaluasi selama proses kelompok yaitu:

a. Apakah setiap anggota kelompok berpartisipasi?

b. Apakah sudah saling membantu mengutarakan pendapat?

c. Apakah sudah saling mendengarkan satu dengan yang lain?

d. Apakah sudah memuji rekan yang sudah bekerja dengan baik?

e. Apakah saling memperhatikan satu sama lain?

f. Apakatr saling bertanya?

g. Apakah ada anggota kelompok yang mendominasi pembicaraan?

16
6. Pentingnya Pembehieran Kooperatif

Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran, perlu dilakukan berbagai pilihan altenatif model strategi

pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif.

Johnson and Johnson, (dalarn Nurhadi, dkk 2003: 62'63) menyatakan

bahwa keunggulan pembelajaran kooperatif di antaranya adalah:

a. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

b. Mengembangkan kegembiraan belajar.

c. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan

informasi, perilaku sosial, dan pandangan.

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangrya nilai-nilai sosial dan

komitnen.

e. Menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri.

f. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

g. Menghilangkan siswa dari akibat kesendirian atau keterasingan.

h. Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan

terintergrasi.

i. Berbagai ketrampilan sosial yang untuk memelihara hubungan saling

membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

j. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

k. Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri.

l. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa

cukup baik.

m. Meningkatkan motivasi belajar.

n. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, etnis, kelas sosial, maupun agama.

17
o. Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga

perasaan.

p. Meningkatkan ketrampilan hidup bergotong royong

q. Meningkatkan kemampuan berpikir devergen atau kreatif.

r. Meningkatkan rasa harga diri dan penerimaan diri.

Manfaat lain dari proses pembelajaran kooperatif adalah:

a. Memampukan siswa untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama

b. Membuat siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk

menghargai perbedaan.

c. Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran

d. Mengurangi kecemasan siswa

e. Meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif

f. Meningkatkan prestasi akademik. Lie, (dalam Abdullab, Dinas P dan K

Jatim, 2001: 85-86).

Untuk mendapatkan manfaat tersebut guru perlu membedakan

antara model pembelajaran kooperatif dan model kelompok biasa. Dalam

model kelompok biasa sering dijumpai "penumpang gelap", yaitu anggota

kelompok yang hanya mengikutkan nama tetapi tidak mengerti sekaligus

tidak berbuat sesuatu untuk dirinya maupun kelompoknya

Hal lain yang perlu dilalukan agar pembelqiaran kooperatif biasa

menghasilkan pengalaman belajar yang diharapkan yaitu dengan adanya

manajemen kooperatif, penstrukturan tugas, tanggung jawab pribadi dan

kelompok, peran guru dan siswa, dan proses kelompok.

Selain manfaat-manfaat di atas, dikemukakan bahwa siswa yang

telah menguasai pembelajaran kooperatif akan mendapatkan:

a. Retention and achievement higher.

b. Development of interpersonal skills and responsibility.

18
c. Heightened self-esteem and creativity, (internet).

7. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif

berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam

pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukan sebagai berikut ini.

a. Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran

yang perlu diperhatikan oleh guru tujuan akademik (academic

objectives) dan tujuan keterampilan bekerja sama (collaborative skill

objectives). Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf

perkembangan siswa dan analisis tugas atau analisis konsep. Tujuan

keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan memimpin,

berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik.

b. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah

anggota dalam tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar,

biasanya 2 hingga 6 siswa Ada 3 faktor yang menentukan jumlah

anggota tiap kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah:

(1) taraf kemampuan siswa,

(2) ketersediaan bahan

(3) ketersediaan waktu.

Jumlah anggota kelompok belajar hendaknya kecil agar tiap siswa

aktif menjalin kerjasama menyelesaikan tugas. Ada 4 pertanyaan yang

hendaknya dijawab oleh guru saat akan menempatkan siswa dalam

kelompok. Keempat pertanyaan tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1) Pengelompokkan siswa secara homogen atau heterogen?

Pengelompokkan siswa hendaknya heterogen. Keheterogenan

19
kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin),

tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.

2) Bagimana menempatkan siswa dalam kelompok? Ada dua jenis

kelompok belajar kooperatif yaitu :

(l) yang berorientasi bukan pada tugas (non-task-orientied),

(2) yang berorientasi pada tugas (task oriented).

Kelompok belajar kooperatif yang berorientasi bukan pada tugas

tidak menuntut adanya pembagian tugas untuk tiap anggota

kelompok. Kelompok belajar semacam ini tampak seperti pada saat

siswa mengerjakan soal-soal Geografi berbentuk prosedur

penyelesaian dan mencocokkan pendapatnya. Kelompok belajar

yang berorientasi pada tugas. menekankan adanya pembagian tugas

yang jelas bagi semua anggota kelompok. Kelompok belajar

semacam ini tampak seperti pada saat siswa melakukan kunjungan

ke kebun binatang sehingga harus disusun oleh panitia untuk

menentukan siapa yang menjadi ketua, sekretaris, bendahara, seksi

transportasi, seksi konsumsi, dan sebagainya. Siswa yang baru

mengenal belajar kooperatif dapat ditempatkan dalam kelompok

belajar yang berorientasi pada tugas, dari jenis tugas yang sederhana

hingga yang kompleks.

3) Siswa bebas memilih teman atau ditentukan oleh guru.

Kebebasan memilih teman sering menyebabkan kelompok belajar

menjadi homogen sehingga tujuan. belajar kooperatif tidak

tercapai. Anggota tiap kelompok belajar hendaknya ditentukan

secara acak oleh guru. Ada 3 teknik untuk menentukan anggota

kelompok secara acak yang dapat digunakan oleh guru. Ketiga

teknik tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

20
a) Berdasarkan metode sosiometri. Melalui metode sosiometri

guru dapat menentukan siswa yang tergolong disukai oleh

banyak teman (bintang kelas) hingga yang paling tidak disukai

atau tidak memiliki teman (terisolasi). Berdasarkan metode

sosiometri tersebut guru menyusun kelompok – kelompok

belajar yang di dalam tiap kelompok ada siswa yang tergolong

banyak teman, yang tergolong biasa dan yang terisolasi.

b) Berdasarkan kesamaan nomor. Jika jumlah siswa dalam kelas

terdiri atas 30 siswa dan guru ingin membentuk 10 kelompok

belajar yang dari I hingga 10. Selanjutnya para siswa yang

bernomor sama dikelompokkan sehingga terbentuklah l0

kelompok siswa dengan masing-masing beranggotakan 3

orang siswa yang memiliki karakteristik heterogen

c) Menggunakan teknik acak berstrata. Para siswa dalam kelas

lebih dahulu dikelompokkan secara homogen atas dasar jenis

kelamin dan atas dasar kemampuannya

(tinggi,sedang,rendah), dan sebagainya Setelah itu, secara

acak siswa diambil dari kelompok homogen tersebut dan

dimasukkan ke dalam sejumlah kelompok-kelompok belajar

yang heterogen

4) Menentukan tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa

hendaknya disusun agar tiap kelompok dapat saling bertatap

muka tetapi cukup terpisah antara kelompok yang satu dengan

kelompok lainnya. Susunan tempat duduk dapat dalam bentuk

lingkaran atau berhadap-hadapan.

c. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif.

Cara menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu

21
kegiatan pembelajaran dapat menentukan tidak hanya efektivitas

pencapaian tujuan belajar siswa. Bahan ajar hendaknya dibagikan

kepada semua siswa agar mereka dapat berpartisipasi dalam

pencapaian tujuan pembelajaran yang tetah ditetapkan. Jika

kelompok belajar telah memiliki cukup pengalaman, guru tidak perlu

membagikan bahan ajar dengan berbagai petunjuk khusus. Jika

kelompok belajar belum banyak pengalaman atau masih baru, guru

perlu memberi tahu para siswa bahwa mereka harus bekerja sama,

bukan bekerja sendiri - sendiri. Ada 3 macam cara untuk

meningkatkan saling ketergantungan positif. Ketiga macam cara

tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan bahan. Tiap kelompok hanya diberi satu

bahan ajar dan kelompok harus bekerja sama untuk

mempelajarinya.

2) Saling ketergantungan informasi. Tiap anggota kelompok diberi

bahan ajar yang berbeda untuk selanjutnya disatukan untuk

disintesiskan. Bahan ajar juga dapat disajikan dalam bentuk

"Jigsaw Puzzle” sehingga dengan demikian tiap siswa memiliki

bagian dari bahan yang diperlukan untuk melengkapi atau

menyelesaikan tugas.

3) Saling ketergantrmgan menghadapi lawan dari luar. Bahan ajar

disusun dalam suatu bentuk pertandingsn aotar kelompok yang

memiliki ketuatan keseimbangan sebagai dasar untuk

meningkatkan saling ketergantungan positif antar anggota

kelompok. Keseimbangan kekuatan antar kelompok perlu

diperhatikan Karena pertanding antar kelompok yang memiliki

22
kekuatan seimbang atau memiliki peluang untuk kalah atau

menang yang sama dapat meningkatkan motivasi belajar.

d. Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan

positif. Saling ketergantungan positif dapat diciptakan melalui

pembagian tugas kepada tiap anggota kelompok dan mereka bekerja

untuk saling melengkapi. Dalam mata pelajara IPA misalnya, seorang

anggota kelompok diberi tugas sebagai peneliti yang lainnya sebagai

penyimpul, yang lainnya lagi sebagai penulis, yang lainya lagi

sebagai pemberi semangat dan ada pula yang menjadi pengawas

terjalinnya kerja sama. Penugasan untuk memerankan suatu fungsi

semacam itu merupakan metode yang efektif untuk melatih

keterampilan menjalin kerja sama.

e. Menjelaskan tugas akademik. Ada beberapa aspek yang perlu

disadari oleh para guru dalam menjelaskan tugas akademik kepada

para siswa. Beberapa aspek tersebut dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1) Menyusun tugas sehingga siswa menjadi jelas mengenai tugas

tersebut. Kejelasan tugas sangat penting bagi para siswa karena

dapat menghindarkan mereka dari frustasi atau kebingungan.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang tidak dapat

memahami tugasnya dapat bertanya kepada kelompoknya

sebelum bertanya kepada guru.

2) Menjelaskan tujuan belajar dan mengaitkannya dengan

pengalaman siswa di masa lampau.

3) Menjelaskan berbagai konsep atau pengertian atau istilah,

prosedur yang harus diikuti atau pengertian contoh kepada para

siswa

23
4) Mengajukan berbagai pertanyaan khusus untuk mengetahui

pemahaman para siswa mengenai tugas mereka

f. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja

sama Menjelaskan tujuan dan keharusan bekerja sama kepada para

siswa dilakukan dengan contoh sebagai berikut:

1) Meminta kepada kelompok untuk menghasilkan suatu karya atau

produk tertentu. Jika karya kelompok berupa laporan, tiap

anggota kelompok harus menandatangani laporan tersebut

sebagai tanda bahwa ia setuju dengan isi laporan kelompok dan

dapat menjelaskan alasan isi laporan tersebut.

2) Menyediakan hadiah bagi kelompok. Pemberian hadiah

merupakan salah satu cara untuk mendorong kelompok menjalin

kerja sama sehingga terjalin pula rasa kebersamaan antar

anggota kelompok. Semua anggota kelompok harus saling

membantu agar masing-masing memperoleh skor hasil belajar

yang optimal karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh

keberhasilan tiap anggota.

g. Menyusun akuntabilitas individual. Suatu kelompok belajar tidak

dapat dikatakan benar-benar kooperatif jika memperbolehkan adanya

anggota kelompok yang mengerjakan seluruh pekerjaan. Suatu

kelompok belajar juga tidak dapat dikatakan benar-benar kooperatif

jika memperbolehkan adanya anggota yang tidak melahirkan apa pun

dari kelompok. Untuk menjamin agar seluruh anggota kelompok

benar-benar menjalin kerja sama dan agar seluruh anggota kelompok

benar-benar menjalin kerja sama dan agar kelompok mengetahui

adanya anggota kelompok yang memerlukan bantuan atau dorongan,

guru harus sering melakukan pengukuran untuk mengetahui taraf

24
penguasaan tiap siswa terhadap mareri pelajaran yang sedang

dipelajari.

h. Menyusun kerja sama antar kelompok. Hasil positif yang ditemukan

dalam suatu kelompok belajar kooperatif dapat diperluas ke seluruh

kelas dengan menciptakan kerja sarna antar kelompok. Nilai

tambahan dapat diberikan jika seluruh siswa di dalarn kelas meraih

standar mutu yang tinggi. Jika suatu kelompok telah menyelesaikan

pekerjaannya dengan baik, para anggotanya dapat diminta untuk

membantu kelompok-kelompok lain yang belum selesai. Upaya

semacam ini memungkinkan tenciptanya suasana kehidupan kelas

yang sehat, yang memungkinkan semua potensi siswa berkembang

optimal dan terintegrasi.

i. Menjelaskan kriteria keberhasilan. Penilaian dalam pembelajaran

kooperatif bertotak dari penilaian acuan patokan (criterion

referenced). Pada awal kegiatan belajar guru hendaknya

menerangkan secara jelas kepada siswa mengenai bagaimana

pekerjaan mereka akan dinilai.

j. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan. Perkataan kerja sama

atau gotong royong sering memiliki konotasi dan penggunaan yang

bermacam-macam. Oleh karena itu guru perlu mendifinisikan

perkataan kerja sama tersebut secara operasional dalam bentuk

berbagai perilaku tersebut antara lain dapat dikemukakan dengan

kata-kata seperti “Tetaplah berada dalam kelompokmu",”Berbicaralah

pelan-pelan", Berbicaralah menurut giliran " dan sebagainya Jika

kelompok mulai berfungsi secara efektif, perilaku yang diharapkan

dapat mencakup hal-hal sebagai berikut :

25
1) Tiap anggota kelompok menjelaskan bagaimana memperoleh

jawaban.

2) Meminta kepada tiap anggota kelompok untuk mengaitkan

pelajaran benar dengan yang telah dipelajari sebelumnya

3) Memeriksa untuk meyakinkan bahwa semua anggota kelompok

memahami bahwa yang dipelajari dan menyetujui jawaban –

jawabannya

4) Mendorong semua anggota kelompok agar berpartisipasi dalam

menyelesaikan tugas.

5) Memperhatikan dengan sungguh-nmgguh mengenai apa yang

dikatakan oleh anggota lain.

6) Jangan mengubah pikiran recana berbeda dari pikiran anggota

lain tanpa penjelasan yang logis.

7) Memberikan kritik kepada ide, bukan kepada pribadi.

k. Memantau perilaku siswa Setelah semua kelompok mulai bekerja,

guru terus menggunakan sebagian besar untuk memantau kegiatan

siswa. Tujuan pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran,

mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas,

menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan

menyelesaikan tugas kalau perlu.

l. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas. Pada

saat melakukan pemantauan guru terus menjelaskan pelajaran

mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas,

menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan

menyelesaikan tugas kalau perlu

m. Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama.

Pada saat memantau kelompok-kelompok yang sedang belajar, guru

26
kadang-kadang menemukan siswa yang tidak memiliki keterampilan

untuk menjalin kerja sama yang cukup dan adanya kelompok yang

memiliki masalah dalam menjalin kerja sama. Dalam kondisi

sernacam itu, guru perlu memberikan nasihat agar siswa dapat

bekerja efektif.

n. Menutup pelajaran. Pada saat pelajaran berakhir, guru perlu

meringkas pokok-pokok pelajaran, meminta kepada siswa untuk

mengemukakan ide atau contoh dan menjawab pertanyaan dan hasil

belajar mereka .

o. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa. Guru menilai

kualitas pekerjaan atau hasil belajar para siswa berdasarkan

penilaian acuan patokan. Para anggota kelompok hendakrya juga

diminta untuk memberikan umpan balik mengenai kualitas pekerjaan

dan hasil belajar mereka

p. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok. Meskipun waktu

belajar di kelas terbatas, diperlukan waktu untuk berdiskusi dengan

para siswa untuk membahas kualitas kerja sama antar anggota

kelompok pada hari itu Pembicaraan dengan para siswa dilakukan

untuk mengetahui apa yang telah dilakukan dengan baik dan apa

yang masih perlu ditingkatkan pada hari berikutnya.

B. Tinjauan Mengenai Hasil Belajar

Hasil belajar adalah nilai yang dicapai yang telah atau dilakukan

ataupun dikerjakan. Nawawi (1981: 100) mengemukakan pengertian hasil

belajar sebagai keberhasilan murid dalam mempelajari materi pembelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam bentuk nilai/skor dari hasil tes mengenai

sejumtah pelajaran tertentu.

27
Sadly (1977:904) mengemukakan pengertian hasil belajar adalah “Hasil

yang dicapai oleh tenaga atau daya kerja seseorang dalam waktu tertentu.

Sedangkan AD Marimba mengatakan hasil belajar adalah kemampuan

seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur (1978: 143).

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan

sebagainya (Ali, 1987: 323). Sedangkan menurut Sulkan Yasin "...hasil belajar

adalah hasil karya yang dicapai". (Yasin, 1990:249).

Dengan demikian maka pengertian hasil belajar secara keseluruhan

adalah keberhasilan yang dicapai seseorang (siswa) yang dilakukan dalam

proses belajaran diwujudkan dalam angka-angka atau nilai-nilai dalam rapot

setelah mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap usaha belajar yang

telah dilakukan di sekolah.

Salah satu ciri daripada setiap perubahan kurikulum adalah adanya

perubahan pula dalam penerapan kegiatan belajar mengajar. Dalam

penerapan kegiatan belajar mengajar tersebut dimaksudkan agar para siswa

memiliki prestasi belajar yang baik sebagai hasil dari proses pendidikan.

Seseorang dapat dikatakan berprestasi apabila dapat menyelesaikan

tugas dengan hasil yang maksimal hal ini sejakan dengan pendapat yang

mengatakan “Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil

tertinggi yang pernah dicapai dalam belajar menurut kemampuan dalam

mengerjakan sesuatu pada suatu saat tertentu". (Sumartono, 1971: l8).

Mengenai hasil belajar yang telah dijelaskan di atas, bahwa seseorang

akan mernperoleh hasil belajar yang tinggi menurut kemampuan yang dimiliki,

di samping itu untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi juga dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam individu dan dari luar diri individu.

Dalam kegiatan belajar yang bersifat formal adalah salah satu cara untuk

28
mengetahui hasil dari proses belajar seseorang, dengan jalan memberi nilai

berupa angka atau kategori tertentu.

Belajar adalah proses ingin tahu dan ingin tahu dan ingin

mengembangkan tingkah laku yang efektif dan efisien agar tujuan yang

diinginkan tercapai, serta untuk mendapatkan pengalaman. Dengan belajar

seseorang akan mendapatkan kecakapan, pengertian maupun ketampilan.

Menurut Suryabrata (dalam Untariningsih" 2003: 27), belajar adalah (1)

membawa perubahan (dalam arti behavioral changes) aktual maupun

potensial, (2) bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya

kecakapan baru, dan (3) bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan

usaha).

Namun, kadangkala belajar juga diperoleh dengan cara tidak disengaja

atau kebetulan. Jadi, belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sengaja

ataupun tidak sengaja, sehingga diperoleh kemampuan baru atau perubahan

tingkah laku. Perubahan tingkah laku dan kemampuan baru itulah yang

disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar sebagai tolak ukur keberhasilan

dalarn proses belajar akan diketahui dengan melakukan evaluasi dan

penilaian. Dengan penilaian hasil belajar akan diketahui tingkat keberhasilan

dan hasil yang dicapai oleh suatu progam.

Arikunto (1997:5-7) mengemukakan bahwa penilaian hasil belajar

mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi, yaitu:

1. Makna bagi siswa

Dengan adanya penilaian hasil belajar siswa dapat mengetahui

sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru

Di sini ada dua yaitu:

29
a. Memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, tentu siswa ingin

memperoleh kepuasan lagi pada kesempatan yang lain. Karena itu

siswa akan mempunyai motivasi yang besar untuk lebih giat belajar.

Keadaan sebaliknya dapat terjadi, yaitu apabila siswa sudah merasa

puas, lain kali ia akan kurang gigih berusaha

b. Tidak memuaskan

Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh ia akan

berusaha agar lain kali tidak akan terulang lagi. Maka ia akan lebih

giat belajar. Namun bagi siswa tertentu, ia akan putus asa dengan

hasil yang diterimanya

2. Makna bagi guru

a. Dengan hasil penilaian, maka guru akan mengetahui siswa yang

sudah menguasai bahan rnaupun yang belum menguasai bahan.

Dengan demikian guru akan lebih memusatkan perhatiannya pada

siswa-siswa yang belum berhasil.

b. Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat

atau belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh nilai jelek

mungkin metode yang digunakan belum tepat karena itu guru perlu

mencoba metode lain dalam mengajar.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran kelompok kecil (small group strategi) adalah kreatifitas

untuk mengutarakan ide lewat diskusi dengan teman sejawatnya, dengan

tujuan supaya orang lain yang menyerap ide dan gagasan dapat memahani

maksud tersebut. Namun seringkali siswa mengalami kesulian

mengembangkan ide untuk gagasannya. Dengan strategi kelompok kecil

30
diharapkan siswa akan saling membantu mengembangkan ide untuk

mengembangkan ide dan gagasan tersebut.

Sesuai dengan pandangan modern proses perubahan tingkah laku

sebagai akibat interaksi dengan lingkungan harus diupayakan, agar hasil

belajar yang diperoleh sesuai dengan harapan. Jadi dalam kaitannya dengan

pengertian pembelajaran di atas adalah bagaimana guru mengupayakan

terciptanya lingkungan belajar yang memungkinkan siswa belajar, dan

mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam

keadaan menyendiri, tetapi melalui interaksi-interaksi. Interaksi tersebut dapat

searah, yaitu kalau adanya stimulus dari luar menyebabkan timbulnya respon,

bisa juga dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang terjadi merupakan hasil

interaksi antara individu yang belajar dengan lingkungannya atau beberapa

faktor lingkungan yang saling berinteraksi menyebabkan adanya perubahan

tingkah laku.

Strategi kelompok kecil yang dikembangkan dalam pembelajaran akan

berpengaruhi pada:

(l) adanya rasa persatuan di antara anggotanya

(2) anggotanya sanggup bekerja dan bertindak bersama untuk tujuan

bersama dalam keadaan yang sama-sama dihadapi,

(3) interaksi secara sadar terjadi di antara anggotanya

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan strategi kelompok kecil (small group strategi) dengan model

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas kegiatan atau aktivitas

belajar siswa, dan pada akhimya diduga juga akan meningkatkan hasil belajar

yang dicapai siswa

31
D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian tindakan kelas ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Penerapan strategi kelompok kecil (small group strategi) dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

2. Penerapan strategi kelompok kecil (small group strategi) dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Lawang, pada semester

genap tahun pelajaran 2003- 2004. Sedangkan kelas yang digunakan sebagai

sasaran penelitian adalah kelas IX-B, dengan pertimbangan berdasarkan hasil

analisis rata-rata siswa di kelas tersebut cukup homogen. Alasan lain yang

dipertimbangkan adalah karena peneliti bertugas mengajar di kelas tersebut,

sehingga akan memudahkan proses pelaksanaan penelitian.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

kolaboratif dengan melihat dua orang sejawat guru sebagai kolaborator.

Model kolaboratif ini digunakan karena peneliti memerlukan bantuan untuk

melakukan observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Selain

peneliti sebagai guru yang melaksanakan pembelajaran, juga melibatkan 2

orang observer, yaitu sejawat guru mata pelajaran PKn yang mengajar di

kelas IX-B dan kelas IX-C. Tugas observer selain sebagai partner untuk

konsultasi dan berdiskusi terutama adalah untuk membantu melakukan

observasi aktivitas belajar siswa selama proses pelaksanaan penelitian.

Sedangkan model mocangan yang digunakan rnsngacu pada

rancangan Kernmis dan Taggart (1988) dengan 3 siklus. Masing-masing

siklus terdiri dari 4 tuhapan yaitu :

(1) penyusunan rencana tindakan

(2) pelaksanaan tindakan,

(3) perefleksian,

(4) pengambilan kesimpulan dan saran.

33
Secara skematis model rancangan penelitian yang digunakan sebagai

berikut:

Gambar 3.1: SkemaModel nancangan Penelitian.

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan dua macam instrumen yaitu

(l) lembar observasi terstruktur atau daftar iventory aktivitas belajar siswa, dan

(2) soal tes hasil belajar (post test).

Sedangkan teknik pelaksanaan pengumpulan data aktivitas belajar

siswa dilakukan dengan cara melakukan observasi selama pernbelajaran

berlangsung untuk setiap siklus. Observasi dilakukan oleh observer

(kolabolator), dengan menggunakan pedoman berupa daftar inventory/lembar

34
observasi terstruktur yang sebelumnya telah disepakati bersama oleh peneliti

dan observer.

Berikut ini kisi-kisi daftar inventory sebagai pedoman observasi aktivitas

belajar siswa.

Tabel I

Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No Kategori Pengamatan Keterangan


1 Memperhatikm petunjuk/perintah guru baik lisan
maupun tertulis pada lembar kerja
2 Berperan aktif dalam setiap tahap kegiatan belajar
3 Mengemukakan ide-ide untuk pemecahan
masalah
4 Aktif bekerja sama dengan teman
5 Aktif melakukan diskusi dengan teman Pernberian Skor

6 Menunjukkan antusiasme dalam menyelesaikan dengan rentangan

tugas mulai yang terendah


1 tertinggi 5.
7 Melakukan berbagai alternatif kegiatan untuk
memecahkan masalah
8 Berani berkomunikasi dengan teman dan guru
9 Merumuskan hasil karya dalam bentuk tulisan
10 Melakulian kegiatan yang tidak relevan dengan
KBM

Cara skoring indikator akdvitas belajar adalah dengan memberikan skor

I (artinya aktivitas belajar paling rendah/jelek) sampai yang tertinggi 5 (artinya

aktivitas belajar yang paling tinggi/baik/ideal). Karena ada 10 indikator, maka

akan diperoleh total skor = 50. Selanjutnya skor tersebut diubah menjadi nilai

(skala 100), dengan rumus:

35
Di mana:
N : nilai
s : skor yang diperoleh
S : skor maksimum

Sedangkan data hasil belajar siswa akan dikumpulkan rnenggunakan

lembar tes hasil belajar (post test). Tes hasil belajar ini dimaksudkan untuk

memperoleh gambaran hasil belajar siswa setelah ada perubahan aktivitas

siswa selama proses pembelajaran. Post test dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu

pada setiap akhir siklus. Insrumen yang digunakan adalah lembaran tes

tertulis (formatif test) berbentuk uraian.

Cara pemberian skor atau nilai tes hasil belajar yang diberikan pada

setiap akhir siklus adalah dengan berpedoman pada bobot masing-masing

soal yang telah ditetapkan sebelumnya. Bobot skor tiap soal ditetapkan paling

rendah adalah: 5, selanjutnya dengan kelipatan 5, dan paling tinggi adalah 20.

Sedangkan total skornya atau skor maksimumnya adalah: 100.

D. AnalisaData

Data hasil observasi aktivitas belajar siswa akan dianalisis bersama-

sama dengan kolaborator (observer). Selanjutrya berdasarkan data-data yang

berkumpul setelah dilakukan tabulasi dan scoring, akan ditafsirkan

menggunakan kajian teori yang telah dikembangkan, serta menggunakan

pengalaman empiris yang sering dialami guru ketika melaksanakan

pembelajaran di kelas.

Kriteria dan refleksi data-data dan proses penelitian akan menggunakan

kriteria tingkat keberhasilan pembelajaran, yaitu:

36
1. Nilai 86 - l00 = A (baik sekali)

2. Nilai 70 - 85 = B (baik)

3. Nilai 60 - 69 : C (cukup)

4. Nilai 50-59 = D (kurang)

5. Nilai 0 - 49 = E (kurang sekali)

Sedangkan data hasil belajar siswa setelah dilakukan koreksi dan

skoring akan dianalisis berdasarkan kriteria ketuntasan belajar (mastery

learning), yakni 85% dari jumlah siswa telah mencapai 65% taraf penguasaan

materi yang diberikan.

37
BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Rencana Umum

Sebelum melakukan penelitian membuat rencana umum sebagai berikut :

1. Membuat Rencana Pembelajaran/Silabus yang mengandung langkah -

langkah strategi pembelajaran kelompok kecil dengan kooperative learning.

Silabus yang telah dibuat selanjutnya didiskusikan dengan sejawat guru

Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajar kelas D(-B dan kelas kelas

D(-C yang juga akan terlibat dalam penelitian" yaitu menjadi kolaborator

(observer).

2. Mempersiapkan siswa dan mengatur kelas agar lebih sesuai dengan

strategli kelompok kecil yang akan digunakan. Pengaturan kelas atau

formasi tempat duduk siswa tidak perlu harus mengeluarkan meja dan

kursi, melainkan cukup hanya memindah atau menggeser beberapa kursi

sehingga setiap 4-6 siswa duduk saling berhadap-hadapan.

3. Mempersiapkan / membuat alat peraga dan LKS yang akan digunakan

siswa untuk memudahkan siswa dalam belajar.

4. Membuat instrumen-instrumen yang diguakan, yaitu lembar observasi

dafrar inventory untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran, dan lembar soal untuk mengukur tingkat penguasaan materi

pembelajaran oleh siswa (post test) pada setiap akhir siklus.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa dalam

penelitian tindakan ini peneliti melakukan tindakan sebanyak 3 (tiga) kali

sehingga ada 3 (tiga) siklus tindakan. Setiap satu siklus selesai diamati

kemudian diadakan refleksi. Siklus selanjutnya diberikan berdasarkan refleksi

dari siklus sebelumnya yang merupakan perlakuan modifikasi menuju ke arah

38
perbaikan. Pada waktu penelitian didampingi oleh observator untuk

mengobservasi aktivias siswa pada waktu diberi tindakan.

B. Pembelajaran Siklus I

1. Persiapan (Planning)

Guru mernpesiapkan kelas dengan pengaturan tempat duduk

berhadap-hadapan 4-6 siswa, seperti yang direncanakan sebelumnya.

Setelah formasi tempat duduk dan kelas siap, observer menempatkan diri

di tempat yang memungkinkan memantau seluruh aktivitas siswa selama

proses pembelajaran.

2. Pelaksanaan (Acting)

Guru membuka pelajaran memberikan apersepsi serta menanyakan

kepada siswa mengenai kesiapannya mengikuti pembelajaran Kemudian

guru menjelaskan tahapan proses belajar yang akan dilalui siswa.

Selanjutnya guru membagi masalah yang akan dibahas oleh setiap

kelompok, caranya dengan undian/lotre.

3. Pengamatan (Observing)

Guru observer melakukan pengamatan aktivitas belajar siswa sejak

awal hinggal akhir (90 menit). Dari hasil observasi terhadap 10 indikator

aktivias belajar siswa keseluruhan atau secara umum, (lampiran 1)

diperoleh gambaran aktivitas siswa dalam proses belajar meirgqiar selama

90 menit yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.l: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

Observer Skor Nilai


1 66
2 32 64
Total 65 130
Rata-rata 65
Kategori cukup

39
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa berdasarkan hasil

observasi observer - 1 dan observer - 2 diperoleh skor = 130, dengan

demikian rata-ratanya adalah:65, berarti kategorinya adalah cukup.

Selanjutnya mengenai data tes hasil belajar (berdasarkan lampiran

2), disajikan dalam ringkasan pada tabel berikut:

Tabel 4.2: Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I

Jml.
Nilai Nilai Ratra- rata Prosentase
Siswa Total Nilai
Tertinggi Terendah Ketuntasan
44 90 55 3085 70.11 79.55%

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa hasil belajar pada siklus I

hanya diperoleh taraf ketuntasan belajar 79,55%,berarti tidak tuntas.

4. Refleksi

Proses dan hasil pembelajaran pada siklus I, dapat dianalisis bahwa

selama 90 menit aktivitas siswa yang mrmcul bervariasi.

Kekurangan pada siklus I adalah:

Dari data yang ada kebanyakan siswa masih belum banyak

melakukan aktivitas pembelajaran yang baik/optimal, diketalui dari skor

maksimal hanya nampak pada I indikator saja, yaitu indikator nomor 7:

Melakukan berbagai altenatif kegiatan untuk memecahkan masalah.

Bahkan untuk indikator nomor 10 : Melakukan kegiatan yang tidak

relevan dengan KBM, diperoleh skor paling rendah yaitu 1, yang berarti

buruk, atau banyak siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak relevan

dengan KBM. Sedangkan belum dicapainya ketuntasan belajar sangat

mungkin juga disebabkan karena aktivitas belajar siswa yang memang

belum optimal, karena itu memerlukan berbagai perbaikan dan perubahan.

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, supaya aktivitas siswa dapat

40
dalam siklus berikutnya, maka peneliti berusaha melakukan perbaikan atau

perubahan kegiatan sebagai berikut:

a. Memberi penjelasan lebih jelas lagi mengenai kegiatan belajar yang

semestinya dilakukan siswa

b. Menjelaskan secara lisan petunjuk-petunjuk atau perintah yang

sebenarnya sudah ada dalam LKS setiap kelompok.

c. Memberikan rangsangan atau motivasi berupa hadiah kepada

kelompok yang berprestasi.

C. Pembelajaran Siklus II.

Setelah berakhirnya siklus I, sesuai dengan hasil refleksi, untuk

menyempurnakan kekeurangan pada siklus I maka pada siklus II, akan

dilakukan perubahan kegiatan sebagai berikut:

1. Persiapan (Planning)

Guru mempersiapkan kelas dengan pengaturan tempat duduk

berhadap-hadapan 4-6 siswa seperti pada siklus I, dengan beberapa

perubahan susunan anggota kelompok.

Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan memantau

seluruh aktivitas siswa selama proses pembelajaran , namun tidak nampak

sebagai pengawas yang dapat membuat siswa gugup atau kaku dalam

melakukan aktivitas belajar.

2. Pelaksanaan (Acting)

Guru membuka pelajaran memberikan apersepsi serta menanyakan

kepada siswa mengenai kesiapannya mengikuti pembelajaran pada siklus

II. Kemudian guru menjelaskan tahapan proses belajar yang akan dilalui

siswa secara lisan dengan memberikan penekanan pada hal-hal yang

penting diperhatikan siswa. Guru juga mernberikan penjelasan bahwa

kelompok yang hasil karyanya paling baik akan diberikan hadiah selajutnya

41
guru membagi masalah yang akan dibahas oleh setiap kelompok, caranya

dengan Undian/Lotre.

3. Pengamatan (Observing)

Guru observer melakukan pengamatan aktivitas belajar siswa sejak

awal hingga akhir (90 meniQ sebagaimana yang dilakukan pada siklus I.

Dari hasil observasi terhadap 10 indikator aktivitas belajar siswa

keseluruhan atau secara umum, (lampiran 3) diperoleh aktivitas siswa

dalam proses belajar mengajar selama 90 menit, yang disajikan dalam

tabel berikut:

Tabel 4.3: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

Observer Skor Nilai


1 37 74
2 34 68
Total 71 142
Rata-rata 71
Kategori Baik

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa berdasarkan hasil

observasi observer - 1 dan observer - 2 diperoleh skor = 142, dengan

demikian rata-ralanya adalah: 71, berarti kategorinya adalah baik.

Selanjutnya mengenai data tes hasil belajar (berdasarkan lampiran 4),

disajikan dalam ringkasan pada tabel berikut :

Tabel 4.4: Nilai Tes llasil Belajar Siklus II

Jml.
Nilai Nilai Ratra- rata Prosentase
Siswa Total Nilai
Tertinggi Terendah Ketuntasan
44 85 55 3125 71.02 86.36%

42
Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa hasil belajar pada siklus II

hanya diperoleh taraf ketuntasan belajar 86,36%, berarti tidak tuntas.

4. Refleksi

Proses dan hasil pembelajaran pada siklus II, dapat dianalisis bahwa

selama 90 menit aktivitas siswa yang muncul bervariasi.

Kekurangan pada siklus II adalah:

Dari data yang ada kebanyakan siswa masih belum banyak melakukan

aktivitas pembelajaran yang baik/optimal, namun sudah menunjukkan ada

kemajuan. Diketahui dari skor maksimal hanya nampak pada 2 indikator

saja yaitu indikator nomor 7: Melakukan berbagai alternatif kegiatan untuk

memecahkan masalah. Dan indikator nomor 10: Melakukan kegiatan yang

tidak relevan dengan KBM, diperoleh skor paling rendah yaitu 1, yang

berarti buruk atau banyak siswa yang melakukan kegiatan lain yang tidak

relevan dengan KBM. Sedangkan belum dicapainya ketuntasan belajar

meskipun prosentasenya belum tinggi, mungkin juga disebabkan karena

aktivitas belajar siswa yang sudah mulai ada perubahan kearah

peningkatan, karena itu masih memerlukan bergai perbaikan dan

perubahan. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, supaya aktivitas

siswa dapat meningkat dalam siklus berikutnya, maka peneliti berusaha

melakukan perbaikan atau perubahan kegiatan sebagai berikut:

a. Memberi koreksi dan peringatan secara tegas mengenai kegiatan

belajar yang semestinya dilakukan dan tidak dilakukan siswa

b. Menunjukkan hasil karya kelompok yang baik dan layak mendapatkan

hadiah, serta hasil karya kelompok yang kurang baik dan mendapatkan

peringatan atau teguran.

43
c. Menjelaskan pokok-pokok masalah yang harus diselesaikan masing –

masing kelompok, disertai dengan point-point penting yang harus

diperhatikan pada setiap masalah.

d. Menjelaskan lagi secara lisan petunjuk-petunjuk atau perintah yang

sebenarnya sudah ada dalam LKS setiap kelompok

e. Memberitahukan bahwa pada siklus ke III, tidak boleh lagi ada siswa

yang melakukan aktivitas lain yang tidak relevan dengan KJ3M, disertai

dengan ancaman sanksinya

D. Pembelajaran Siklus III

Untuk menyempurnakan kekurangan pada siklus II maka pada siklus III, akan

dilakukan perubahan kegiatan sebagai berikut:

1. Persiapan (Planning)

Guru mempersiapkan kelas dengan pengaturan tempat duduk berhadap-

hadapan 4-6 siswa seperti pada siklus II, dengan beberapa perubahan

susunan anggota kelompok" tenilama siswa yang pada siklus sebelumnya

menunjukkan aktivitas belajar yang kurang baik.

2. Pelaksanaan (Action)

Setelah guru membuka pelajaran, kemudian guru menjelaskan tahapan

proses belajar yang akan dilalui siswa secara lisan dengan memberikan

penekanan pada hal-hal yang penting diperhatikan siswa. Selanjutrya guru

membagi masalah yang akan dibahas oleh setiap kelompok, caranya

dengan undian/lotre.

3. Pengamatan (Observing)

Guru observer melakukan pengamatan aktivitas belajar siswa sejak awal

hingga akhir (90 menit) sebagaimana yang dilakukan pada siklus I dan II.

Dari hasil observasi terhadap 10 indikator aktivitas belajar siswa

keseluruhan atau secara umum, (lampiran 5) diperoleh gambaran aktivitas

44
siswa dalam proses belajar mengajar selama 90 menit, yang disajikan

dalam tabel berikut:

Tabel 4.5: Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus III

Observer Skor Nilai


1 38 76
2 36 70
Total 73 146
Rata-rata 73
Kategori Baik

Bendasarkan tabel di atas diketahui batrwa berdasarkan hasil

observasi observer-l dan obsenrer-2 diperoleh skor : 146, dengan demikian

rata-ratanya adalah = 73, berarti kategorinya adalah baik. Selanjutnya

mengenai data tes hasil belajar (berdasarkan lampiran 6), disajikan dalam

ringkasan pada tabel berikut:

Tabel4.6: Nilai Tes Hasil Belajar Siklus III

Jml. Nilai Nilai Total Nilai Ratra- rata Prosentase


Siswa Tertinggi Terendah Ketuntasan

44 90 55 3200 72.73 93.18%

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa hasil belajar pda siklus III

hanya diperoleh taraf ketuntasan belajar 93,18%,berarti tidak tuntas.

4. Refleksi

Proses dan hasil pembelajaran pada siklus II, dapat dianalisis bahwa

selama 90 menit aktivitas siswa yang muncul bervariasi

Kekurangan pada siklus III adalah:

Sebagian besar siswa masih belum banyak melakukan aktivitas

pembelajaran yang baik / optimal, namun sudah menunjukkan adanya

45
kemauan untuk kemajuan. Namun demikian rmtuk indikator nomor 10:

Melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan KBM, diperoleh skor paling

rendah yaitu 1, yang berarti buruk, atau banyak siswa yang melakukan

kegiatan lain yang tidak relevan dengan KBM. Sedangkan belum

ketuntasan belajar meskipun prosentasenya cukup tinggi, mungkin juga

disebabkan karena aktivitas belajar siswa yang sudah mulai ada

perubahan kearah peningkatan, meskipun belum optimal. Oleh karena itu

secara keseluruhan aktivitas belajar siswa sudah mulai ada perubahan

kearah positif, dengan dibuktikan perolehan hasil belajarnya yang

meningkat.

46
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar dan perolehan hasil belajar

siswa selama 3 siklus, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Penerapan strategi kelompok kecil dengan model cooperative learning

dalam pembelajaran mata pelajaran PKn materi pokok perlindungan

hukum, jika dilihat dari aspek aktivitas belajar siswa, secara umum

menunjukkan hasil yang baik. Meskipun harus diakui bahwa masih banyak

siswa yang belum menunjukkan aktivitas belajar yang baik / optimal. Hal

tersebut ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang melakukan

kegiatan lain yang tidak relevan dengan KBM.

2. Penerapan strategi kelompok kecil dengan model cooprerative learning

dalam pembelajaran mata pelajaran PKn materi pokok perlindungan

hukum, jika dilihat dari aspek hasil belajar siswa, secara umum

menunjukkan hasil yang sangat baik. Meskipun pada siklus pertama

belum menunjukkan ketrmtasan belajar, namun setelah dilakukan

beberapa perbaikan akhirnya dapat mencapai hasil belajar yang sangat

baik.

B. Saran-saran

Berdasarkan simpulan tersebut di atas, dapat dikemukakan saran-saran

sebagai berikut:

1. Kepada para guru-guru PKn perlu mengupayakan secara serius

pembiasaan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara lebih

efektif saat berlangsung KBM di kelas. Hal tersebut untuk menghilangkan

kesan bahwa mata pelajaran PKn dianggup mata pelajaran yang mudah

47
atau tidak penting, sehingga siswa tidak sering dalam melakukan

kegiatan belajar.

2. Untuk membiasakan siswa melakukan aktivitas belajar secara mandiri

khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, strategi

kelompok kecil dengan model cooperative learning boleh dianggap

sebagai salah satu alternatif yang harus dipertimbangkan.

3. Kepada peneliti lain yang beminat disarankan untuk memperhatikan

tahapan penelitian khususnya persiapan umum dengan lebih baik dan jika

perlu dengan berkonsultasi kepada pakar atau ahlinya.

48
DAFTAR PUSTAKA

Arikunton Suharsimi. Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 2001.

Degeng,I.N.S., Ilmu PengajaranTaksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud, Dirjen

Dildi, P2LPTK 1990.

Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.

Rineka Cipta,2000.

--------------- Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta 2002.

Hamalik Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Sinar Baru, 1992.

Muhaimin dkk. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media 1996.

Nawawi, Hadari. Metode-metode Mengajar. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1981.

Nurhadi, dkk Bahasa dan Sastra Indotrcsia Untuk SMP Kelas YIII. Jakarta:

Erlangga,2004.

Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Tintamas,

1985.

Roestiyah, NK., Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta 1986.

Sadely, Hasan. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Angkasa 1977.

Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengaju. Jakarta: Raja Grafindo

Persada 1987.

Slameto. Belajar dan Fakor-fabor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta,2003.

Soekmoto, Toeti. Teori Belajar dan Model Penbelajaran Jakarta: Pau-PPAI,

Universitas Terbuka, 1997.

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didakdik Metodik

Kurikulum Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993.

Witherington . Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. Bandung: Jemmars, 1982.

49
Lampiran 1

DATA HASIL OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS I

No Indikator Observer 1 Observer 2


Memperhatikan petunjuk perintah guru
1 baik lisan maupun tertulis pada lembar 3 3
kerja
Berperan aktif dalam setiap tahap
2 4 3
kegiatan belajar
Mengemukakan ide-ide untuk
3 2 2
pemecahan masalah
4 Aktif bekerjasarna dengan teman 3 3
5 Aktif melakukan diskusi dengan teman 4 4
Menunjukkan antusiasme dalam
6 4 4
menyelesaikan tugas
Melakukan berbagai alternatif kegiatan
7 5 5
untuk memecahkan masalah
Berani berkomunikasi dengan teman
8 4 4
dan guru
Merumuskan hasil karya dalam bentuk
9 3 3
tulisan
Melakukan kegiatan yang tidak
10 1 1
relevan dengan KBM
Jumlah 33 32

50
Lampiran 3

DATA IIASIL OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS II

No Indikator Observer 1 Observer 2


Memperhatikan petunjuk perintah guru
1 baik lisan maupun tertulis pada lembar 3 3
kerja
Berperan aktif dalam setiap tahap
2 4 3
kegiatan belajar
Mengemukakan ide-ide untuk
3 3 2
pemecahan masalah
4 Aktif bekerjasarna dengan teman 3 3
5 Aktif melakukan diskusi dengan teman 5 4
Menunjukkan antusiasme dalam
6 4 4
menyelesaikan tugas
Melakukan berbagai alternatif kegiatan
7 5 5
untuk memecahkan masalah
Berani berkomunikasi dengan teman
8 4 4
dan guru
Merumuskan hasil karya dalam bentuk
9 5 5
tulisan
Melakukan kegiatan yang tidak
10 1 1
relevan dengan KBM
Jumlah 37 34

51
Lampiran 5

DATA HASIL OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

SIKLUS III

No Indikator Observer 1 Observer 2


Memperhatikan petunjuk perintah guru
1 baik lisan maupun tertulis pada lembar 4 4
kerja
Berperan aktif dalam setiap tahap
2 4 3
kegiatan belajar
Mengemukakan ide-ide untuk
3 3 2
pemecahan masalah
4 Aktif bekerjasarna dengan teman 3 4
5 Aktif melakukan diskusi dengan teman 5 3
Menunjukkan antusiasme dalam
6 4 4
menyelesaikan tugas
Melakukan berbagai alternatif kegiatan
7 5 5
untuk memecahkan masalah
Berani berkomunikasi dengan teman
8 4 4
dan guru
Merumuskan hasil karya dalam bentuk
9 5 5
tulisan
Melakukan kegiatan yang tidak
10 1 1
relevan dengan KBM
Jumlah 38 35

52
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(6)

NAMA SEKOLAH : SMP Negeri 3 Lawang


MATA PELAJARAN : Pendidikan Kewarganegaraa
KELAS/SEMESTER : IX / II
STANDAR KOMPETENSI : 3. Memahami dampak globaliiasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bemegara
KOMPETENSI DASAR : 3.1 Menjelaskan perngertian dan pentingnya
globalisasi bagi Indonesia.
INDIKATOR : - Menjelaskan makna globalisasi
- Menguraikan dampak globalisasi terhadap
berbagai kehidupan masyarakat
ALOKASI WAKTU : 4 X 40 MENIT (4X Pertemuan)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan pengertian globalisasi
2. Menjelaskan tujuan globalisasi
3. Menjelaskan pentingnya globalisasi bagi bangsa Indonesia
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengertian globalisasi
2. Tujuan globalisasi
3. Pentingnya globalisasi bagi bangsa Indonesia
C. METODE
Diskusi Kelas, Tanya Jawab dan Geramah Bervariasi
D. LANGKAH- LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Ke-1

NO Kegiatan Belajar Waktu Ket


1 Perdahuluan 10
a. Apersepsi Menit
Kesiapan kelas dalam pembelajaran( absensi,
kebersihan kelas)
b. Motivasi
- Penjajakan kesiapan belajar siswa dengan memberikan
pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan
- Informasi kompetensi yang ingin dicapai.
2 Kegiatan inti 60
a. Penjelasan konsep secara umum tentang Menit
pengertian dan tujuan globalisasi
b. Sisrwa mengamati masuknya produk-produk luar
negeri serta berita berita internasional melalui
rnedia cetak dan rnedia elektronik
c. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Tiap
Kelompok beranggotakan 4-5 orang
d. Dengan menggunakan metode Jig - Saw, setiap
siswa diberi satu pertanyaan dalam satu lembar
kertas yang telah diberi nomor
e. Nomor yang sama berkumpul dalam satu
kelompok, untuk membahas permasalahan yang
ada dalam pertanyaan tersebut

53
f. Setelah selesai, masing-masing kelompok
melakukan presentase hasil diskusinya.
3 Kegiatan Penutup 10
a. Guru bersama sama menyimpulkan materi. Menit
b. PostTest
c. Tindak lanjut dengan memberi tugas rumah guna
mempersiapkan materi yang akan datang

Pertemuan Ke-2
NO Kegiatan Belajar Waktu Ket
1 Pendahuluan 10
a. Apersepsi Menit
Kesiapan kelas dalam pembelajaran( absensi, kebersihan
kelas)
b. Motivasi
- Penjajakan kaiapan belalr sisr,va dengnn memberikan
pertanyaan tentarg materi yang lalu dan yarq akan
2 diajarkan. 60
- Informasi kompetensi yang ingin dicapai. Menit
Kegiatan Inti
a. Penjelasan konsep secara umum tentang
pentingnya globalisasi bagi bangsa lndonesia.
b. Siswa dibagi menjadi enam kelompok dan masirg-
masing kelompok mendiskusikan pentingnya
globalisasi bagi bangsa Indonesia.
c. Setiap kelompok melakukan presentase dengan
menunjuk satu orang sebagai juru bicara,
sedangkan kelompok lain menanggapinya
3 d. Klarifikasi dari guru tentang pentingnya globalisasi 10
bagi bangsa Indonesia. Menit
Kegiatan Penutup
a. Siswa dan guru bersama-sama rnenyimpulkan
materi
b. Post test
c. Siswa mencatat tugas-tugas kegiatan yang
diberikan guru.

E. SUMBER BELAJAR
 Buku Paket PPKN Kelas IX
 UUD 1945 yang telah diamandemen
 UU No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
 Artikel
 Buku-buku (sumber) lain yang relevan

54
F. PENILAIAN
Penilaian dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Penilaian
tertulis diberikan setelah pertemuan ke empat. Sedangkan untuk pertemuan ke -
1 s.d 3 penilaian lebih ditekankan melalui kegiatan tanfd Jawabdi kelas, aktivitas
siswa saat diskusi, dan mengerjakan tugas-tugas. Adapun tekhnik penilaian yang
digunakan adalah tes tertulis dengan bentuk uraian.
Petunjuk : Jawablah pertanyaan di bawah ini dengn ringkas dan tepat !
1. Jelaskan pengertian globalisasi!
2. Sebutkan tujuan globalisasi
3. Jelaskan pentingnya globalisasi bagi suatu bangsa!
4. Globalisasi dapat menjadi ancaman sekaligus peluang tergantung
bagaimana menyikapinya. Berikan penjelasan!
Aspek yang dinilai :
1. Kemampuan menyampaikan pendapat.
2. Kemampuan memberikan argumentasi
3. Kemampuan memberikan kritik.
4. Kemampuan mengajukan pertanyaan.
5. Kemampuan menggunakan bahasa yang baik.
6. Kelancaran berbicaxa.
Penskoran : Jumlah skor:
A. Tidak Baik Skor I 24 - 30 = Sangat Baik
B. Kurang Baik Skor 2 18 -23 = Baik
C. Cukup Baik Skor 3 12 – 17 = Cukup
D. Baik Skor 4 6 - ll = Kurang
E. Sangat Baik Skor 5

PENILAIAN PROSES DISKUSI

55

Anda mungkin juga menyukai