Teori Perilaku Konsumen
Teori Perilaku Konsumen
(PENDEKATAN KARDINAL)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
1
menggunakan sumber daya, menilai sumber daya dan juga mengatur sumber
daya yang mereka anggap dapat memuaskan kebutuhan mereka masing-masing.
Dapat dilihat bahwa perilaku konsumen dapat terjadi pada beberapa tahap, antara
lain sebagai berikut. Pertama, tahap awal (tahap sebelum melaksanakan
pembelian); kedua, tahap pada saat pembelian; dan ketiga tahap setelah
melaksanakan kegiatan pembelian. Pada tahap awal, konsumen tentu akan
menggali ataupun mencari informasi terlebih dahulu terkait dengan produk yang
mereka ingin beli. Pada tahap pembelian, maka konsumen akan langsung
melaksanakan kegiatan transaksi dengan produsen terkait dengan barang dan
jasa yang diinginkannya. Tahap terakhir, yakni tahap setelah pembelian konsumen
bisa memakai dan juga menikmati produk yang dibelinya tersebut. Di samping itu
konsumen bisa melakukan penilaan terhadap produk yang dia konsumsi. Hal ini
terkait dengan sesuai atau tidak produk tersebut dengan keinginan mereka.
Apabila tidak sesuai mereka bisa membuang dan berhenti menggunakan produk
tersebut.
Dengan demikian apabila kita melihat dari tingkat pengonsumsian produk
tertentu, maka perilaku konumen dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, antara
lain sebagai berikut.
a. Perilaku seorang konsumen rasional
Kegiatan konsumsi rasional apabila ditandai dengan beberapa hal, yaitu
sebagai berikut.
1) Produk yang dimaksud dapat memberikan sebuah kepuasan tertentu dan
juga mempunyai nilai guna yang optimal.
2) Produk memang sangat dibutuhkan oleh konsumen yang bersangkutan,
tanpa bisa ditunda pemenuhannya.
3) Mutu atau kualitas produk sangat terjamin (baik).
4) Harga produk sudah setara dan sesuai dengan kemampuan finansial dari
konsumen yang bersangkutan.
b. Perilaku konsumen irasional
Perilaku irasional adalah kebalikan dari perilaku rasional. Suatu perilaku
yang dilakukan oleh konsumen bisa dikatakan irasional apabila konsumen
melakukan pembelian produk tanpa memperkirakan kegunaan dari produk
tersebut. Contoh perilaku irasional antara lain:
1) Merasa tertarik dan terpukau hanya dengan melihat promosi dan juga iklan
produk tertentu baik iklan dari media cetak, elektronik maupun sosial.
2
2) Hanya mau membeli produk yang mempunyai merk terkenal.
3) Menjunjung tinggi gensi ataupun prestise.
Pertanyaan yang muncul bagaimana mengukur kepuasan
individu/konsumen. Para ekonom merumuskan model preferensi individu
dengan menggunakan konsep kepuasan (utility), yang menunjukkan kepuasan
yang diterima oleh seorang akibat kepuasan dalam aktivitas ekonomi yang
dibuatnya.
Untuk mengukur kepuasan individu dapat dipergunakan dua pendekatan,
antara lain: (1) pendekatan kardinal (marginal utility) dan (2) pendekatan ordinal
(indifference curve). Pada pembahasan ini kita fokuskan pada pendekatan
pendekatan kardinal (marginal utility).
3
sangat lemah atau bisa dikatakan dapat diabaikan. Beberapa konsumen misalnya
hanya menunjukkan loyalitas mereka terhadap merek (Brand Loyalty) terkenal
saja. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara rutin mereka hanya melakukan aktivitas
pembelian terhadap produk tersebut hanya karena mereka merasa puas terhadap
kinerja dari merek produk tersebut.
4
mencapai titik intensitas yang sama. Intensitas sama disini ialah suatu rasio
antara marginal utility dan harga produk yang satu dengan rasio marginal utility
dan juga harga produk lain.
Adapun hipotesis yang utama dari pendekatan kardinal di sini ialah nilai guna
marginal yang akan semakin turun. Hal ini dapat diartikan bahwa nilai guna yang
diperoleh seorang konsumen semakin menurun apabila mereka terus menerus
menambah konsumsi terhadap produk yang dimaksud. Apabila kita membahas
nilai guna marginal pasti erat kaitannya dengan bagaimana cara memaksimalkan
nilai guna yang dirasakan konsumen.
Dalam suatu pendekatan kardinal ada beberapa asumsi utama, yaitu
sebagai berikut.
a. Nilai guna atau daya dapat diukur melalui parameter satuan harga atau biasa
disebut dengan utilitas.
b. Konsumen disini bersifat rasional. Di mana mereka hanya akan mencukupi
kebutuhan hidup sesuai dengan batas kemampuan pendapatan yang dimiliki.
c. Konsumen tentu nantinya akan mengalami penurunan utilitas apabila secara
terus menerus melakukan kegiatan konsumsi produk yang dimaksud
(diminishing marginal utility) yaitu semakin banyak sesuatu barang yang
dikonsumsikan maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari
setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun.
d. Konsumen hanya mempunyai jumlah pendapatan yang tetap (tidak ada
pendapatan lain).
e. Nilai guna (daya) dari uang tersebut tetap (konstan).
f. Total utility dapat bersifat melengkapi (additive) atau dapat juga dikatakan bisa
berdiri sendiri (independent).
g. Produk yang konsumen konsumsi normal dan periode konsumsinya biasanya
berdekatan.
Melalui asumsi di atas, maka suatu pendekatan kardinal dapat menyusun
suatu formulasi fungsi permintaan dengan baik. Akan tetapi meskipun demikian
pendekatan ini mempunyai beberapa kelemahan yang muncul, antara lain:
a. Daya guna yang hanya dilihat dari sudut subjektif menyebabkan tidak ada satu
alat ukur yang pas, tepat dan juga sesuai.
5
b. Mempunyai suatu konsep constan marginal utility of money. Di mana konsep
tersebut membuat suatu anggapan bahwa nilai uang akan semakin menurun
apabila jumlah uang yang dimiliki seseorang semakin banyak.
c. Memiliki konsep diminishing marginal utility. Di mana konsep ini merupakan
suatu permasalah yang sangat susah dilihat dari segi psikologis dan juga susah
untuk diterima sebagai suatu aksioma.
6
Kepuasan Total Maksimum tercapai bila:
TU
MU X
X
TU
MUY
Y
MU X
1
PX
Atau Px = MUx
Perhatikan juga melalui pendekatan Marginal Utility, kita bisa melihat bahwa
kurva Marginal Utility tidak lain merupakan kurva Permintaan Konsumen. Hal ini
dikarenakan bahwa dari kurva tersebut konsumen dapat menunjukkan jumlah
pembeliannya (jumlah yang diminta) pada berbagai tingkat harga yang berlaku di
pasar.
Pertanyaan yang muncu bahwa apakah kepuasan dapat dihitung secara
7
pasti, jewabannya tentu tidak. Oleh karena itu, metode cardinal dewasa ini sudah
tidak umum lagi digunakan dalam mengukur kepuasan konsumen dalam ilmu
ekonomi modern dewasa ini.
4. ASUMSI UTILITY
Dalam menentukan preferensi individu digunakan beberapa asumsi, antara
lain:
Asumsi perbandingan. Dalam hal ini, setiap dua keranjang (bundle) yang
berbeda, masing-masing berisi barang A dan B, dan kedua barang tersebut
dibandingkan semacam preferensi dari individu. Setiap perbandingan semacam
itu pasti mengarah pada salah satu alternative, yaitu (1) keranjang A lebih disukai
dari keranjang B atau (2) keranjang B lebih disukai daripada atau (3) A dan B sama
saja. Asumsi inii merupakan gambar ideal dari keadaan yangs ebenarnya, dimana
kita menganggap bahwa individu tidak pernah mengatakan bahwa, “Saya
sesungguhnya tidak dapat membandingkan antara A dan B.” ia juga dianggap
tidak pernah mengatakan bahwa dua per tiga waktu saya menyukai A dan
sepertiga waktu menyukai B.
Asumsi transivitas. Misalkan ada tiga keranjang barang, yaitu A, B, dan C.
apabila barang A lebih disukai daripada barang B dan B lebih disukai daripada
8
barang C. maka tentulah barang A lebih disukai dari barang C. demikian halnya
barang A tidak berbeda dengan barang B, barang B tidak berbeda dengan barang
C, maka pastilah barang A tidak berbeda dengan barang C.
More Is Better atau lebih banyak lebih baik. Dalam hal itu seseorang lebih
menyukai barang yang lebih banyak daripada sedikit. Pada dasarnya untuk barang
normal, lebih banyak barang berarti lebih bermanfaat, meskipun tambahan
manfaat semakin kecil. Asumsi ini mengabaikan barang jelek seperti polusi udara,
sampah, dan lainnya yang tentunya tidak diinginkan oleh konsumen.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
10
b. Seorang konsumen disini sudah dianggap memiliki informasi yang sempurna
terhadap uang yang sudah tersedia baginya dan juga informasi mengenai harga
pasar yang berlaku saat itu.
c. Seorang konsumen hanya perlu memiliki preferensi yang telah disusun
berdasarkan besarnya nilai guna, walaupun dalam hal ini besarnya nilai guna
tersebut secara absolute tidak perlu mereka ketahui.
11
kardinal. Pareto dan Edgeworth juga mengembangkan suatu perangkat analisis
yang saat ini dikenal dengan indifference curve (kurva indifferent).
kurva indifferent adalah suatu kurva yang menggambarkan kombinasi
konsumsi dari dua macam barang ataupun dari konsumen tertentu yang dapat
memberikan tingkat kepuasan yang sama. Atau dengan kata lain dapat
disimpulkan juga bahwa suatu kurva indifferent merupakan kurva yang dapat
menggambarkan suatu kombinasi dari beberapa barang yang sama-sama disukai
konsumen. Di mana tidak akan ada pilihan untuk satu kombinasi barang yang satu
dengan barang lainnya dikarenakan semua mempunyai tingkat utilitas yang sama
(jumlah utilitas yang sama pula) bagi seorang konsumen. Teori ini memiliki asumsi
bahwa seorang konsumen bisa memilih kombinasi konsumsi manapun tanpa dia
harus menjelaskan bagaimana dia memilih kombinasi tersebut.
Y
A
Y1
B
Y2
D
Y3 C
IC
0 X1 X2 X3
12
Gambar 1 menunjukkan kurva indifferen yang digambarkan oleh IC meliputi
berbagai kombinasi barang X dan Y yang memberikan kepuasan sama bagi
konsumen. Misalkan, barang X adalah makanan dan barang Y pakaian. Kurva
tersebut menunjukkan bahwa seseorang akan memperoleh kepuasan sama
dengan mengkonsumsi X1 makanan dan Y1 pakaian (titik A) dengan X2 makanan
dan Y2 pakaian (titik B), dan X3 makanan dan Y3 pakaian (titik C). titik pada IC
semua memberikan kepuasan yang sama bagi seseorang, dan tidak memiliki
alasan khusus untuk memilih di IC daripada titik lainnya.
Sebaliknya kombinasi makanan dan pakaian yang terletak di bawah atau di
sebelah kiri IC pada sisi lain, kurang disukai oleh seseorang kerena menawarkan
kepuasan yang lebih rendah, titik D menawarkan jumlah kedua barang tersebut
lebih rendah. Jadi D juga lebih tidak disukai disbanding titik A, B dan C yang ada
di kurva garis Indefferent Curve (IC).
Beberapa ciri dari Kurva indefferent (Indefferent Curve) adalah sebagai
berikut.
a. Suatu kurva indefferent memiliki kemiringan yang negatif (yang dapat dilihat dari
kiri atas ke kanan bawah). Hal itu menunjukkan bahwa apabila seorang
konsumen ingin mengkonsumsi suatu barang X yang lebih banyak tentu dia
harus mengorbankan konsumsi terhadap barang Y.
b. Suatu kurva indefferent yang terlihat lebih tinggi kedudukannya, maka hal
tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepuasan yang semakin tinggi. Ketika
kurva bergeser ke kanan akan menunjukkan kombinasi barang X dan Y yang
bisa dikonsumsi oleh seseorang semakin banyak. Hal inilah yang menyebabkan
semakin bertambahnya kepuasan dengan pergeseran kurva ke kanan.
c. Suatu kurva indefferent tidak akan pernah berpotongan antara satu dengan
lainnya. Ini berakitan dengan asumsi bahwa masing-masing kurva indiferent
menunjukkan tingkat kepuasan yang sama. Dengan pengertian apabila A = B
dan A = C maka otomatis C = B padahal yang terjadi tidak demikian.
d. Suatu kurva indefferent akan cembung ke arah titik asal (titik 0). Derajat
penggantian antar barang konsumsi semakin menurun. Hal ini masih berkaitan
dengan hukum Gossen, di mana apabila pada titik tertentu semakin banyak
mengkonsumsi barang X akan mengakibatkan kehilangan atas barang X tidak
begitu berarti dan sebaliknya atas barang Y.
13
3. KETERBATASAN ANGGARAN
Dalam memaksimalkan kepuasannya, konsumen terkendala oleh jumlah
pendapatan yang dimiliki. Kita akan melihat bagaimana keterbatasan anggaran
pendapatan dalam membatasi pilihan konsumen. Kita ambil contoh Diva seorang
pegawai negeri sipil yang mempunyai pendapatan (I) tetap setiap bulan, yang
dapat dibelanjakan untuk pangan dan lainnya. Untuk konsumsi pangan, diberi
simbol X dan untuk konsumsi barang lainnya diberi simbol Y. harga masing-
masing barang tersebut diberi simbol Px dan Py. Kondisi tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut.
I = X. Px + Y. Py
14
Y
D
300
200 C
A
0 X
100 200 300 400 500 600
15
4. KESEIMBANGAN KONSUMEN
Supaya bisa mengetahui tentang bagaimana seorang konsumen dapat
mengalokasikan pendapatannya diantara dua macam produk, maka perlu kiranya
digabungkan terlebih dahulu mengenai pengertian tentang apa yang mau
dilakukan dan apa yang bisa dilakukan oleh konsumen tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggabungkan suatu peta indifferent dan juga kurva garis
anggaran dari konsumen yang bersangkutan. Adapun penggabungan dari peta
indifferent dan juga kurva garis anggaran konsumen dapat digambarkan didalam
kurva 3 berikut ini.
Kuantitas
Pakaian
A
25 IC4
IC1 IC2 IC3
20 B
15
10 E
0 4 8 12 16 20
B
Kuantitas Buku
Dapat kita lihat dari kurva 9-3, maka garis anggaran dapat diletakkan pada
garis AB di atas peta indifferent dari seorang konsumen. Dari kurva tersebut
perhatikanlah posisi yang ada di kanan atas garis AB. Di mana menunjukkan
berbagai kombinasi barang yang belum bisa dibeli oleh konsumen tersebut dengan
sejumlah anggaran yang dimilikinya. Sementara itu perhatikanlah posisi yang ada
pada kiri bawah garis AB. Hal ini dapat menggambarkan suatu kombinasi dari
barang yang harga belinya lebih rendah dari pendapatannya, sehingga tidak akan
masuk dalam hitungan. Hal tersebut disebabkan karena asumsinya anda akan
mempergunakan pendapatan yang anda miliki misalnya sebesar Rp
16
500.000,00. Dari ilustrasi tersebut, maka pada posisi manakah yang akan anda pilih
nantinya supaya mencapai tingkat konsumsi yang optimal?
Pastinya semua konsumen termasuk anda ingin memaksimumkan utilitas.
Dengan demikian konsumen ingin mencapai kurva indifferent yang tertinggi yang
sekiranya mampu dicapai. Maka melalui kurva 3 kita bisa mengamati bahwa
seorang konsumen akan mencapai titik utilitas yang maksimum pada titik dimana
garis anggaran menyinggung langsung kurva indifferent tertinggi yang bisa mereka
capai. Kondisi ini dapat dikatakan sebagai titik keseimbangan konsumen. Dengan
kurva 3, maka kita bisa melihat secara bersama-sama bahwa kombinasi barang
yang banyak atau paling disukai dan bisa dicapai dengan anggaran yang tersedia
ada dan terletak pada titik E. Dengan demikian pada titik E itu, seorang konsumen
mampu mencapai titik utilitas yang maksimum dengan keterbatasan anggaran yang
dimilikinya. Dapat diartikan bahwa seorang konsumen dalam upaya mencapai titik
utilitas maksimum sangat dibatasi oleh pendapatan yang dimiliki. Pada
keterbatasan inilah merupakan suatu kenyataan dimana seorang konsumen tidak
akan bisa mengkonsumsi sejumlah barang ataupun jasa yang nilainya melebihi
pendapatan yang dimilikinya.
17