Anda di halaman 1dari 7

PSIKOLOGI LINGKUNGAN DESAIN INTERIOR – (DI 235302)

SUPPORTIVE DESIGN THEORY

Maghfiroh Nur Aisyah


602931017

Dosen Pembimbing:
( Dr. Ir. Prasetyo Wahyudie, M.T.

PROGRAM STUDI MAGISTER DESAIN INTERIOR


FAKULTAS DESAIN KREATIF DAN BISNIS DIGITAL
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2023
1. Latar Belakang
Fasilitas kesehatan pada umumnya memiliki desain yang mengakomodasi kebutuhan
pengguna dalam aspek fungsionalitas, seperti aksesibilitas yang baik pada ruang inap, dan
ukuran ruangan yang lebar sesuai kapasitas tempat tidur pasien. Penekanan pada efektivitas
fasilitas kesehatan pada pengguna lebih diunggulkan daripada aspek yang lain, terutama aspek
psikologi. Kurangnya penelitian aspek psikologi terhadap kebutuhan desain pengguna
mengakibatkan stress yang berdampak pada menurunnya tingkat kesembuhan pada pengguna
(Wilson, 1972); (Ulrich R. , View Through A Window May Influence Recovery From Surgery,
1984).
Dalam hal tersebut, desain dapat menjadi faktor penting dalam upaya meningkatkan
kesembuhan pengguna dengan menciptakan lingkungan psikologis yang suportif. (Ruga,
1989). Desain yang suportif juga dapat menjadi pelengkap proses penyembuhan sama halnya
seperti obat maupun teknologi medis lainnya. Sedangkan desain yang tidak suportif dapat
menjadi pemicu meningkatnya stess, sehingga menghambat proses penyembuhan pengguna
yang berpengaruh pada menurunnya kualitas hidup pengguna. (Ulrich R. , 2014)
Konsep utama dari teori desain suportif adalah teori stress. Teori desain suportif
bertujuan untuk menyediakan kerangka kerja dalam menciptakan fasilitas perawatan kesehatan
yang dapat mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dengan memasukkan prinsip-prinsip seperti cahaya alami, akses ke alam, privasi, dan
kenyamanan, teori desain suportif bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang mengurangi
stres, meningkatkan hasil, dan menumbuhkan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat .
(Ulrich R. , 2014)

2. Supportive Design Theory

Fasilitas perawatan kesehatan telah dirancang secara tradisional dengan penekanan pada
fungsionalitas. Teori desain suportif menjelaskan kebutuhan psikologis pasien, pengunjung,
dan staf (Ulrich, 1991). Maka, ada kebutuhan akan kesadaran di antara para desainer interior
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan, daripada meningkatkan stres di
antara pengguna. Desainer memiliki kekuatan untuk menggunakan lingkungan fisik untuk
meningkatkan penyembuhan di dalam fasilitas kesehatan.

Teori desain suportif mengeksplorasi cara yang dapat dilakukan oleh seorang desainer
untuk memanfaatkan lingkungan binaan dalam mengurangi stres, memberikan pemahaman
tentang kebutuhan fisik pengguna (misalnya, kebutuhan luar, kontrol suhu, dan tingkat cahaya
yang sesuai). Strategi dan pendekatan untuk mencapai desain yang mendukung memenuhi
kebutuhan penghuni yang beragam (misalnya, kenyamanan, keamanan, dan kepuasan) (Ulrich,
1991).

Fasilitas perawatan kesehatan harus dirancang untuk mendorong mekanisme koping


yang berhasil untuk mengurangi stres. Oleh karena itu:

a. Fasilitas kesehatan tidak boleh menimbulkan hambatan untuk mengatasi stres,


mengandung fitur-fitur yang merupakan pemicu stres, dan dengan demikian menambah
beban penyakit.
b. Lingkungan perawatan kesehatan harus dirancang untuk memfasilitasi akses atau fitur
fisik dan situasi sosial yang memiliki pengaruh mengurangi stres.
c. Kelompok sasaran harus mencakup pasien, pengunjung, dan staf perawatan kesehatan
(Ulrich, 1991, hal. 99).

Aspek psikologis tertentu, seperti kepuasan, preferensi, dan sikap tidak diukur dengan
cara yang sama. Oleh karena itu, fokus pada konsep stres yang terkait dengan dimensi
psikologis, fisiologis, dan perilaku dari kesehatan menyempurnakan teori melalui desain
interior yang harus memahami tantangan dan solusi spasial (Ulrich, 1991). Tiga area fokus
yang dijelaskan oleh teori desain suportif adalah
a. rasa kendali terhadap lingkungan fisik-sosial;
b. akses terhadap dukungan sosial; dan
c. akses terhadap gangguan positif di lingkungan fisik (Ulrich, 1991, hal 99).
Rasa kendali. Manusia memiliki kebutuhan yang kuat akan kendali dan "kebutuhan
terkait efikasi diri sehubungan dengan lingkungan dan situasi" (Ulrich, 1991, hal. 100).
Kurangnya kendali terkait dengan konsekuensi negatif, seperti depresi, kepasifan, tekanan
darah tinggi, dan berkurangnya fungsi sistem kekebalan tubuh. Dua jenis stresor yang dihadapi
pasien di gedung perawatan kesehatan adalah penyakit dan lingkungan fisik-sosial (Ulrich,
1991).
Agar seseorang dapat memiliki kesehatan yang lebih baik dan sedikit stres, perlu
diterapkan lingkungan yang lebih terkendali. Rasa kontrol dapat berada pada tingkat yang
rendah jika fasilitas perawatan kesehatan berisik, membingungkan dari sudut pandang
membingungkan dari segi petunjuk jalan, melanggar privasi, dan mencegah kontrol pribadi
atas pencahayaan dan suhu (Winkel & Holahan, 1986).
Untuk meningkatkan kesehatan dan penyembuhan secara keseluruhan, strategi desain
yang meningkatkan kemampuan kontrol di antara pasien termasuk televisi yang dapat dikontrol
di kamar pasien dan area pengunjung, taman atau halaman yang dapat diakses untuk pasien,
headphone yang memungkinkan pilihan musik pribadi, kontrol suhu ruangan dan pencahayaan
yang dapat dijangkau dari tempat tidur pasien (Ulrich, 1991). Area istirahat atau 'pelarian' untuk
staf, dan stasiun kerja staf yang dirancang dan ditempatkan untuk menghindari interupsi yang
tidak perlu dari pengunjung juga perlu dibuat agar tingkat stres menjadi lebih rendah (Ulrich,
1991, p. 100). Penelitian telah mengindikasikan, "... orang yang merasa memiliki kendali atas
mengatasi stres dengan lebih baik dan memiliki kesehatan yang lebih baik daripada orang yang
tidak memiliki rasa kontrol" (Evans & Cohen, 1987).

Dukungan sosial. Dukungan emosional dari kontak yang sering atau lama dengan
keluarga dan teman yang membantu atau peduli mengacu pada dukungan sosial (Ulrich, 1991).
"Penelitian telah menunjukkan dalam berbagai situasi... orang yang menerima dukungan sosial
yang lebih tinggi umumnya mengalami lebih sedikit stres dan memiliki kesehatan yang lebih
baik daripada mereka yang lebih terisolasi secara sosial" (Shumaker & Czajkowski, 1994 hal
23). Bukti yang menunjukkan manfaat dukungan sosial di berbagai konteks yang relevan
dengan kesehatan terlihat meyakinkan, tetapi terbatas dalam penerapannya pada fasilitas
kesehatan dan tidak diarahkan pada desain lingkungan fisik. (Ulrich, 2000).

Variabel desain yang menunjang dukungan sosial di dalam fasilitas kesehatan meliputi
ruang tunggu yang nyaman dengan tempat duduk yang dapat dipindah, akses yang mudah ke
kantin, taman yang menarik dengan area duduk yang memfasilitasi sosialisasi dengan pasien,
dan akomodasi yang nyaman untuk menginap (Ulrich, 1991, 2000). Penggunaan pendekatan
desain ini mengundang lingkungan sosial untuk berkembang, sehingga mengurangi tingkat
stres sekaligus meningkatkan kesehatan di antara para pasien. Sedangkan ntuk anggota staf,
tempat duduk yang nyaman di area istirahat dan akses ke taman yang memfasilitasi interaksi
sosial adalah variabel yang harus dimasukkan dalam pengambilan keputusan desain (Ulrich,
2000).

Gangguan positif. Psikologi lingkungan membahas bagaimana tingkat stimulasi juga


tinggi atau rendah, menghasilkan stres atau kebosanan. Studi penelitian telah menunjukkan
kekurangan sensorik merupakan akar penyebab dari ruang tanpa jendela (Ulrich, 1991).
Gangguan positif adalah lingkungan yang menimbulkan emosi positif, menarik perhatian dan
minat tanpa membebani atau membuat stres individu, menghalangi atau mengurangi pikiran
yang mengkhawatirkan" (Ulrich, 1991, hlm. 103).

Meskipun persepsi terhadap alam bersifat multi-indera, penelitian hingga saat ini hampir
sepenuhnya pada pengaruh melihat alam (Ulrich, 1991). “Gangguan positif yang paling efektif
adalah elemen-elemen yang penting bagi manusia selama jutaan tahun evolusi (misalnya,
wajah bahagia, tertawa, atau peduli; hewan; dan elemen alam seperti pohon, tanaman, dan air)"
(Ulrich, 1991, hal. 102). Penelitian dari studi non-pasien serta pasien dalam pengaturan
perawatan kesehatan telah menunjukkan bahwa hanya dengan melihat jenis alam tertentu dapat
secara signifikan memperbaiki stres hanya dalam waktu lima menit atau kurang (Ulrich, 2000,
hlm. 52).

Contoh variabel desain lain untuk menyediakan akses ke alam meliputi pemandangan
alam dari jendela untuk ruang inap pasien, ruang tunggu, ruang staf, akuarium di ruang tunggu,
atrium dengan tanaman hijau dan air mancur, dan seni alam yang menenangkan di mana pasien
yang terbaring di tempat tidur dapat dengan mudah melihatnya (Ulrich, 2000).

3. Keterbatasan Supportive Design Theory

Keterbatasan Teori Desain Suportif meliputi:

a. Perbedaan Budaya
Satu studi yang menerapkan teori desain suportif Ulrich untuk mengurangi stres di
ruang rumah sakit menemukan bahwa perbedaan budaya tidak dipertimbangkan Hal ini
menunjukkan bahwa teori tersebut mungkin tidak dapat diterapkan secara universal dan
bahwa faktor budaya mungkin perlu dipertimbangkan ketika menerapkan teori tersebut.
(Andrade & Devlin, 2015)
b. Ruang Lingkup Terbatas
Meskipun Teori Desain Suportif telah diterapkan di berbagai tempat, termasuk rumah
sakit, fasilitas perawatan penyalahgunaan zat, dan klinik kesehatan mental, cakupannya
masih terbatas pada fasilitas kesehatan (Ulrich R. , 2014); (Uwajeh & Ezennia, 2019).
Teori ini mungkin tidak dapat diterapkan pada jenis lingkungan binaan lainnya.
c. Subjektivitas
Teori ini menyatakan bahwa lingkungan fisik-sosio ruangan rumah sakit dapat memiliki
dampak yang signifikan terhadap pengurangan stress (Andrade & Devlin, 2015).
Namun, persepsi mengenai apa yang dimaksud dengan lingkungan yang mendukung
dapat berbeda dari satu orang ke orang lain, sehingga sulit untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung secara universal.
d. Efektivitas
Meskipun penelitian telah menunjukkan bahwa teori Ulrich tentang desain suportif
dapat efektif dalam mengurangi stres di lingkungan perawatan kesehatan, efektivitas
teori ini di lingkungan lain belum banyak diteliti (Andrade & Devlin, 2015). Oleh
karena itu, tidak jelas apakah teori ini dapat diterapkan pada jenis lingkungan binaan
lain dengan tingkat efektivitas yang sama.
4. Alternatif Judul Tesis
Dari pendalaman teori diatas, berikut merupakan alternatif jujdul tesis yang akan diusung
oleh penulis :
a. Pendekatan supportive environment, untuk meningkatkan kualitas hidup pasien di
fasilitas kesehatan. Studi kasus pada ruang inap anak
b. Faktor-faktor visual yang mempengaruhi emosi positif anak saat
melakukan kemoterapi.
Daftar Pustaka
Andrade, C., & Devlin, A. (2015). Stress reduction in the hospital room: Applying Ulrich's
theory of supportive design. Journal of Environmental Psychology : 41, 125-134.

Ruga, W. (1989). Designing for the Six Senses. Journal of Health Care Interior Design, 1,
29-34.

Ulrich, R. (1984). View Through A Window May Influence Recovery From Surgery. Science,
224, 420-421.

Ulrich, R. (2014). A theory of supportive design for healthcare facilities. Journal of


healthcare design, 97-109.

Ulrich, R., Simons, R., Losito, B., Fiorito , E., Miles, M., & Zelson, M. (1991). Stress
Recovery During Exposure to Natural and Urban Environments. Journal of
Enviromental Psychology.

Uwajeh , P., & Ezennia, I. (2019). Evaluating Staff Perceptions of Supportive Healing
Environment in Healthcare Facilities. Journal of Contemporary Urban Affairs, 3(1),
13-25.

Wilson, L. (1972). Intensive Care Delirium . Te Effect of Outside Deprivation in a


Windowless Unit. Archives of Internal Medicine, 130, 225 - 226.

Anda mungkin juga menyukai