Anda di halaman 1dari 8

::COTROPHIC • 6 (2) : 113 - 120 ISSN: 1907-5626

STRATEGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM BERBASIS MASYARAKAT


DI TAMAN WISATA ALAM PENELOKAN KABUPATEN BANGLI

) ) )
IWAYAN GEDEBUDIANA 1 , N.K.MARDANI 2 , INYOMAN SUNARTA3
1) Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bali
2) Program Studi Magister I/mu Lingkungan PPs Unud
3) Program Studi Magister Kajian Pariwisata PPs Unud
Email : deJr6@yahoo.com

ABSTRACT
Natural resources of forests is one of the natural wealth that has a very strategic value. Although these natural
resources belong to the category potential of renewable natural (renewable), the management of the natural
wealth of this should really be done in a wise, prudent and professional.
The purpose of this study to determine the public perception of forest management at Natural Tourism
Park (1WA) Penelokan and formulate a strategy of community-based naturalresource conservation in the
1WA Penelokan. Public perception of the spread of the questionnaire obtained by the method of purposive
sampling. Further identification of internal and internal factors to formulate conservation strategies by u sing
SWOT analysis.
The results showed people's perception about the functioning of 1WA Penelokan stated that forests have
many functions (multiple functions). Public perception of management policies that 1WA Penelokan community
does not know the regulations related to forest management. Public Perception of Institutional Management
in Penelokan 1WA stated that they are not part of forest management institutions. Public perceptions of the
Rights and Obligations of Civil Society in the Management of 1WA Penelokan society have the perception that
forests are publicly owned assets (common property).
Community-based conservation strategy that is obtained by optimizing the management of natural resources
Penelokan 1WA-based society, optimizing the ecological functions of 1WA Penelokan with community involvement,
empowering communities to preserve 1WA Penelokan, optimize community participation in natural resource
management 1WA Penelokan, improve education and socialization programs related institutions to the community,
improve coordination among stakeholders in the management of 1WA Penelokan, improve the quality of the
human resources about the function of 1WA Penelokan, socialize legislation to improve environmental quality,
coordinate the relations between stakeholders to pressure changes in the function of forests, increase socialization
and coordination to reduce damage forest environments, improve the quality of human resources management
agencies in providing socialization and counseling, and optimize the role of stakeholders to suppress the loss
of forest land.

Keywords: TWA Penelokan, public perception, management strategies

ABSTRAK
Sumberdaya alam berupa hutan merupakan salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai sangat strategis.
Meskipun sumberdaya alam ini termasuk kategori potensi alam yang dapat diperbaharui (renewable), pengelolaan
kekayaan alam ini harus benar-benar dilakukan secara arif, bijaksana dan profesional.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pengelolaan hutan di Taman Wisata
Alam (1WA) Penelokan dan merumuskan strategi pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat di 1WA
Penelokan
Persepsi masyarakat diperoleh dari penyebaran kuesioner dengan metode purposive sampling. Selanjutnya
dilakukan identifikasi faktor internal dan internal untuk merumuskan strategi konservasi dengan menggunakan
analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukan persepsi masyarakat tentang fungsi 1WA Penelokanmenyatakan bahwa hutan
memiliki banyak fungsi (fungsi majemuk). Persepsi masyarakat tentang kebijakan pengelolaan 1WA Penelokan
yaitu masyarakat tidak mengetahui regulasi terkait dengan pengelolaan hutan. Persepsi Masyarakat tentang
Kelembagaan dalam Pengelolaan 1WA Penelokan menyatakan bahwa mereka bukan merupakan bagian dari
lembaga pengelola hutan. Persepsi Masyarakat tentang Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Pengelolaan 1WA
Penelokan yaitu masyarakat memiliki persepsi bahwa hutan merupakan aset milik umum (common property).
Strategi pengelolaan berbasis masyarakat yang diperoleh yaitu mengoptimalkan pengelolaan sumber
daya alam 1WA Penelokan berbasis masyarakat, mengoptimalkan fungsi ekologis 1WA Penelokan dengan
pelibatan masyarakat,
l
meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk menjaga kelestarian 1WA Penelokan,
mengoptimakan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA 1WA Penelokan, meningkatkan program

113
ECOTROPHIC • VoLUME 6 NoMoR 2 TAHuN 2011 ISSN : 1907-5626

penyuluhan dan sosialisasi instansi terkait kepada masyarakat, meningkatkan koordinasi antar stake holder
dalam pengelolaan 1WA Penelokan, meningkatkan kualitas SDM masyarakat tentang fungsi 1WA Penelokan,
mensosialisasikan perundang-undangan guna meningkatkan kualitas lingkungan, mengkoordinasikan hubungan
antar stakeholder untuk menekan perubahan fungsi hutan, meningkatkan sosialisasi dan koordinasi untuk
menekan kerusakan lingkungan hutan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia instansi pengelola dalam
memberikan sosialisasi dan penyuluhan, dan mengoptimalkan peran stakeholder untuk menekan berkurangnya
lahan hutan

Kata kunci: 1WA Penelokan, persepsi masyarakat, strategi pengelolaan

PENDAHULUAN daerah resapan air dan terutama juga berfungsi sebagai


kawasan yang dimanfaatkan pula untuk kepentingan
Sumberdaya alam berupa hutan merupakan salah wisata alam, memiliki topografi landai - curam, dengan
satu kekayaan alam yang mernilik:i nilai sangat strategis. ketinggian 1200-1600 meter diatas permukaan laut.
Meskipun sumberdaya alam ini termasuk kategori 1WA Penelokan saat ini pengelolaannya berada di
potensi alam yang dapat diperbaharui (renewable), bawah pemangkuan Balai Konservasi Sumber Daya
sebagai amanat Tuhan Yang Maha E.sa, pengelolaan Alam (BKSDA) Bali, yang merupakan salah satu Unit
kekayaan alam ini harus benar-benar dilakukan secara Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal
arif, bijaksana dan profesional. Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA),
Menurut Undang-UndangNo. 41 Tahun 1999 tentang Kementerian Kehutanan.
Kehutanan, bahwa hutan merupakan suatu ekosistem, Kawasan hutan pegunungan merupakan hulu Daerah
artinya konsep pengelolaannya harus menyeluruh yang Aliran Sungai (DAS) yang berfungsi sebagai penyangga
memadukan unsur biotik dan abiotik beserta unsur tata air daerah hilir, oleh karena itu perlu dilakukan
lingkungan lainnya yang merupakan satu kesatuan pengelolaan lahan yang tepat agar dapat melakukan
yang tidak dapat dipisahkan secara lestari (sustainable). pelestarian Sumber Daya Alam dan lingkungan
Sebagaimana diketahui bahwa hutan mernilik:i fungsi terutama kawasan hilir yang akan mempengaruhi
antara lain sebagai : pengatur iklim, baik mikro maupun kegiatan pertanian dan ekonomi setempat.
makro, penata air, pemenuhan kebutuhan kayu dan Saat ini kondisi kawasan 1WA Penelokan sudah sa­
non kayu serta jasa/manfaat ekonomi, menyediakan ngat memprihatinkan, telah terjadi kerusakan sumber
lapangan kerja,dan pertahanan negara. Dengan kata daya alam akibat adanya perambahan kawasan, pene­
lain, sumberdaya hutan memiliki peranan yang sangat bangan kayu, pengambilan material non kayu (pasir,
penting dalam menunjang pembangunan bangsa dan batu). Menurut catatan BKSDA Bali (2009) telah ter­
Negara (Widada, dkk.2006) jadi perubahan fungsi kawasan menjadi areal perta­
Hutan memiliki tiga fungsi; yaitu fungsi produksi nian secara ilegal, seperti penanaman rumput gajah
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok untuk pakan ternak, tanaman hortikultura dan lain
memproduksi hasil hutan; fungsi lindung adalah sebagainya.
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai Pihak pengelola secara bertahap telah melakukan
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk rehabilitasi, reboisasi kawasan dan pembinaan serta
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar kawasan
erosi, mencegah intrusi (penerobosan) air laut dan tersebut, namun tekanan masyarakat terhadap kawasan
memelihara kesuburan tanah; fungsi konservasi adalah ini relatif masih tinggi, terutama masyarakat yang
kawasan hutan dengan ciri tertentu yang memiliki berada di dalam kawasan (enclave) Yeh Rare, dusun
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan Bubung Desa Abang Batudinding, yang berbatasan
dan satwa beserta ekosistemnya. Secara makro langsung dengan 1WA Penelokan. Seiring dengan
bahwa pengelolaan hutan yang berkelanjutan harus perkembangan kawasan ini, interaksi antara masyarakat
dilakukan dengan pendekatan tiga prinsip kelestarian sekitar kawasan hutan dan aktivitas di kawasan hutan
yaitu kelestarian ekologi, kelestarian ekonomi dan juga semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dimana
kelestarian sosial. Ketiga prinsip kelestarian merupakan masyarakat banyak menanami lahan kawasan hutan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan dengan tanaman sayuran, pakan ternak serta adanya
lainnya (Dephut RI.1994). penebangan pohon baik untuk kayu bakar maupun
Taman Wisata Alam (1WA) Penelokan merupakan untuk bahan bangunan.
salah satu hutan konservasi yang termasuk hutan Melihat kondisi di atas, perlu adanya solusi dan
pegunungan, ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian strategi untuk pengelolaan kawasan 1WA Penelokan
No.: 655/Kpts/Um/10/1978 Tanggal 29 Oktober 1978 melalui pengelolaan hutan secara sinergi sesuai
dengan luas 574,275 hektar. Secara administratif dengan karakteristik wilayah. Sinergi merupakan
1W A Penelokan terletak di Kecamatan Kintamani kesamaan pandang, kesamaan persepsi dan kesamaan
Kabupaten Bangli, memiliki fungsi sebagai kawasan langkah yang memadukan berbagai keinginan dari
system penyangga kehidupan, kawasan pengawetan berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders)
keragaman jenis tumbuhan satwa dan keunikan alam, terhadap pengelolaan hutan, yang dituangkan dalam

114
Strategi Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat di Taman Wisata Alam Penelokan Bang1i [I Wayan Gede Budiana, N.K. Mordonl, I Nyomon SunortoJ

suatu konsep yang terintegrasi dan dirancang serta __ ___


.., ,.,...._...
.,.,,.1..°"-&u..-...1nAN
...

·-+·
(llttel................ �..

dilaksanakan secara konsisten. Untuk itu penelitian ini


dilakukan untuk menemukenali persepsi masyarakat
dalam pelestarian hutan serta strategi pengelolaan
sumberdaya alam berbasis masyarakat yang sesuai
dalam pengelolaan TWA Penelokan.

METODOLOGIPENELITIAN
I
RancanganPenelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
\
perpaduan antara metode kuantitatif dan kualitatif. Gambar 1 Lokasi Penelitian TWA Penelokan (Enclave Yeh Rare, dusun
Metode kuantitatif dipergunakan pada saat mengambil Bubung)
dan mengolah data persepsi masyarakat. Metode ini
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan Yeh Rare dusun Bubung desa Abang Batudinding,
dalam lembar kuisioner kepada sejumlah responden. kecamatan Kintamani Bangli serta terkait dengan
Sedangkan metode kualitatif dipergunakan untuk sumber daya alam, etika lingkungan, dan konservasi
memperoleh data-data yang berhubungan dengan surnber daya alam.
proses pengelolaan TWA Penelokan dan strategi
konservasi sumber daya alam berbasis masyarakat. Jenis dan Sumber Data
Analisis kualitatif dalam penelitian ini digunakan Dalam penelitian ini data yang digunakan terdiri
untuk menggambarkan berbagai kondisi, situasi, dan dari dua jenis data, yaitu : data-data kualitatif berupa
berbagai parameter yang berkembang di masyarakat informasi, bukan dalam bentuk angka-angka, data
yang terkait dengan konservasi sumber daya alam kuantitatif berupa informasi dalam bentuk angka­
di TWA Penelokan. Tahap pertama, dilakukan angka. Data kuantitatif diambil dengan melakukan
pengumpulan data baik primer maupun sekunder. wawancara tidak terstruktur baik yang berupa
Tahap kedua, menganalisis dan menginterpretasikan wawancara mendalam (in-depth interview), serta
data yang telah diseleksi. Tahap ketiga, melakukan penyebaran kuisioner kepada sejumlah responden.
penulisan dan konstruksi dari seluruh basil objek Sedangkan menurut sumber datanya, data dalam
penelitian ini. penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian,
yaitu: data primer adalah data yang diperoleh secara
Lokasi dan WaktuPenelitian langsung dari sumber pertama melaui: (a) Observasi
Penelitian dilaksanakan di TWA Penelokan, atau pengamatan terlibat lapangan,( b) penyebaran
kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Lokasi kuisioner, dan (c) wawancara; dan Data primer yang
penelitian mengacu kepada enclave Yeh Rare, meliputi: data kondisi TWA Penelokan saat ini, dan
dusun Bubung, desa Abang Batudinding, Kecamatan data persepsi masyarakat terkait konservasi sumber
Kintamani, kabupaten Bangli dengan alasan karena daya alam TWA Penelokan; dan Data Sekunder;
enclave Yeh Rare berbatasan langsung dan berada merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber
di dalam kawasan 1WA Penelokan, dimana akses kedua, baik dari instansi terkait, referensi, laporan
untuk ke lokasi harus melewati dan masuk kawasan kegiatan, dokumen, dan sebagainya yang berkaitan
tersebut. Sedangkan pemilihan lokasi di enclave Yeh dengan penelitian. Data-data sekunder meliputi : data
Rare didasarkan atas beberapa alasan sebagai berikut: potensi TWA Penelokan, deskripsi geografis wilayah
1. Aktivitas masyarakat enclave Yeh Rare, Dusun penelitian, dan peta wilayah.
Bubung masih banyak bergantung terhadap sumber
daya alam seperti, pengambilan kayu bakar, kayu TeknikPengumpulan Data
bangunan, dan material lainnya 1. Observasi lapangan
2. Dari pengamatan di lapangan dapat dilihat masih Teknik ini ditempuh dengan cara mengadakan
tingginya perambahan kawasan di sekitar enclave pengamatan di lapangan terhadap berbagai fenomena
Yeh Rare. yang terkait dengan penelitian. Peneliti mengamati
3. Masih banyak masyarakat enclave yang menanami karakteristik bentang alam dan aktivitas keseharian
hutan dengan tanaman sayuran dan tanaman pakan masyarakat guna mendapatkan setting atau latar dari
ternak. objek kajian.
Waktu penelitian ini dimulai dari tanggal 28 April 2. Kuisioner
2011 sampai dengan tanggal 30 Juni 2011, dimana di Pengumpulan data dengan cara memberikan angket
dalamnya meliputi proses observasi, pengambilan data atau daftar pertanyaan kepada responden untuk
dan analisa data. mengetahui persepsi mereka terhadap pelestarian
surnber daya alam di TWA Penelokan sebagai kawasan
Ruang Lingkup Penelitian konservasi. Adapun teknik sampling yang digunakan
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah di adalah Purposive sampling yaitu teknik pengambilan
TWA Penelokan dimana lokusnya masyarakat enclave data sampel swnber data dengan pertimbangan tertentu.

115
ECOTROPHIC • VOLUME 6 NoMoR 2 TAHUN 2011 ISSN: 1907-5626

Adapun responden yang di beri angket dalam penelitian meliputi peluang (opportunity), dan ancaman (threat)
ini adalah masyarakat yang berasal dari enclave Yeh dari proses pelestarian sumber daya alam TWA
Rare sebanyak 30 orang yang melakukan aktivitas di Penelokan.
dalam kawasan TWA Penelokan, sedangkan penentuan Analisis SWOT juga dapat untuk merumuskan suatu
sampel pada penelitian ini (kualitatif) tidak didasarkan ide masa depan yang menunjukkan kemampuan suatu
perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi lingkungan untuk memanfaatkan peluang- peluang di
untuk mendapatkan informasi yang maksimum bukan masa depan (Adrian, 2004).
untuk digeneralisasikan. Peneliti memilih orang Akhirnya, dengan melihat relasi antara isu-isu pokok
tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan dirumuskan strategi konservasi sumber daya alam
data yang diperlukan. Selanjutnya berdasarkan data berbasis masyarakat di TWA Penelokan.
atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya
itu peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang Tabel 1 Matriks Analisis SWOT
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. nternal
(Lincoln dan Guba, 1985 dalam Sugiyono, 2010). Unit Kekuatan (S) Kelemahan (W)

sampel yang dipilih makin lama makin banyak dan Strategi SO Strategi WO
terarah sejalan makin terarahnya fokus penelitian. Strategi yang menggunakan Strategi yang meminimalkan
ekuatan dan memanfaatkan kelemahan dan
Proses ini sering dinamakan snowball sampling eluan memanfaatkan eluan
3. Wawancara Strategi ST Strategi WT
Wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap Ancaman (n Strategi yang menggunakan Strategi yang meminimalkan
kekuatan dan mengatasi kelemahan dan menghindari
beberapa informan di lapangan antara lain, pejabat/ ancaman ancaman
staf instansi terkait (Resort KSDA Penelokan) sebanyak
dua orang, tokoh masyarakat adat sebanyak tiga orang
dan kepala desa beserta stafnya sebanyak dua orang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data-data yang dicari melalui wawancara mendalam
antara lain : 1) keterlibatan desa adat terhadap proses Deskripsi Umum Wilayah Penelitian
pengelolaan dan konservasi surnber daya alam TWA Dusun Bubung terletak di Desa Abang Batudin­
Penelokan, 2) upaya konservasi yang telah dilakukan ding, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.Du­
terhadap pelestarian sumber daya alam TWA Penelokan, sun Bubung merupakan satu-satunya dusun yang be­
3) upaya pengelolaan dan strategi konservasi terhadap rada dalarn kawasan TWA Penelokan (enclaue).Secara
sumberdaya alarn di TWA Penelokan. umum masyarakat di dusun ini bermatapencaharian
sebagai petanijpeternak dan masih tergantung ter­
Analisis Data hadap sumberdaya hutan.Hampir seluruh penduduk
1. Analisis deskriptif memelihara hewan ternak sebagai pekerjaan sampin­
Analisis ini dipergunakan bertujuan untuk menyaji­ gan, sedangkan luas lahan yang mereka miliki tidak
kan, mendeskripsikan, menguraikan, menjelaskan dan cukup untuk memenuhi sumber pakan hewan ternak
menjabarkan secara jelas dan sistematis data yang di­ mereka.Sehingga mereka melakukan perambahan
peroleh di lapangan. Proses analisis sudah dimulai sejak kawasan untuk ditanami pakan hewan ternak yaitu
di lapangan, yaitu dengan melakukan analisis mikro rumput gajah.Luas wilayah Dusun Bubung yaitu 37
untuk rnelihat identifikasi permasalahan penelitian ha yang terbagi atas 17 ha daerah pemukiman dan
yang terkait dengan strategi konservasi sumber daya 20 ha daerah perkebunan.Karena keterbatasan lahan
alam berbasis masyrakat di TWA Penelokan. itu pula yang menyebabkan penduduk yang berprofesi
Pada tahap berikutnya analisis data berhubungan sebagai petani melakukan usaha budidaya pertanian di
dengan tahap pemusatan. Dalam hal ini peneliti dalam kawasan berupa tanaman hortikultura seperti
mencari hubungan antar pemilahan data dalam setiap kubis, wortel, dll.Mengingat tanah yang berada pada
data yang ditemukan. kawasan tersebut sangat subur, maka pengolahannya
Selanjutnya, analisis pada tahap integrasi sangat mudah karena tidak memerlukan pemupukan
ditujukan untuk merumuskan temuan lapangan yang intensif.
secara komprehensif yang menjadi fokus tempat
menyatunya hasil temuan lapangan yang lain dengan Kondisi Fisik Wilayah
mengadakan komparasi atau mencari hubungan atar Topografi dan Iklim
pengelompokkan yang bermanfaat. Jadi analisis data Berdasarkan letak topografi, Dusun Bubung berada
dalam penelitian ini adalah menyderhanakan data yang pada ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut.
terkumpul, menyajikan secara sistematik, kemudian Dusun Bubung yang termasuk kawasan TWA Penelokan
mengolah, menafsirkan, dan memaknainya. rnemiliki suhu udara berkisar antara 19° - 25° C,
2. Analisis SWOT beriklim tropis yang pada umumnya terdiri dari lima
Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis bulan musim kemarau dan tujuh bulan musim hujan.
faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh Curah hujan rata-rata per tahun 1.454 mm pertahun
terhadap pelestarian sumber daya alam di TWA dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni,
Penelokan. Faktor internal meliputi kekuatan (strength) September, dan Oktober, sedangkan curah hujan
dan kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal tertinggi terjadi pada bulan Januari.Jurnlah hari hujan

116
Strategi Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat di Taman Wisata Alam Penelokan Bangli [I Wayan Gede Budiana, N.I(. Mardani, I Nyoman SunartaJ

antara 1 - 24 hari per bulan. TWA Penelokan berfungsi sebagai tern pat mencari
penghasilan, dan 11 orang (36,67°Ai) menyatakan TWA
Tata Guna Laban Penelokan berfungsi sebagai pencegah erosifbanjir.
Berdasarkan Peta Tata Guna Lahan yang dibuat Tabel 5.1.dapat menjelaskan bahwa masyarakat masih
oleh masyarakat Dusun Bubung, diketahui bahwa bergantung pada sumberdaya hutan. Hal ini sangat
luas wilayah Dusun Bubung adalah 37 ha.Ada bertentangan dengan aturan dan fungsi dari taman
beberapa penggunaan lahan atau pemanfaatan ruang wisata, dimana di dalamnya tidak diperkenankan
di dalamnya, yaitu untuk pemukiman seluas 17 ha, terdapat eksploitasi sumberdaya alam.
perkebunan seluas 15 ha, dan tegalan seluas 5 ha.Lahan
perkebunan sebagian besar merupakan perkebunan Tabel 3 Persepsi masyarakat tentang fungsi sumberdaya hutan TWA
Penelokan sebagai kawasan konservasi
tanaman hortikultura.
No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%)
Demografi 1. Masih berfungsi dengan baik 21 70
2. Tidak berfungsi dengan baik 7 23
Dusun Bubung berjumlah 461 jiwa dengan 117 3. Tidak tahu 2 7
kepala keluarga.Jumlah penduduk terbagi atas 237
orang laki-laki dan 224 perempuan. Sebagian besar
masyarakat Dusun Bubung adalah lulusan Sekolah Tabel 5.2. menunjukkan hasil jawaban terhadap
Dasar (SD) yang berjumlah 280 orang, lulusan Sekolah fungsi sumberdaya hutan TWA Penelokan sebagai
Menengah Pertama (SMP) berjumlah 48 orang, Sekolah kawasan konservasi yaitu 21 orang (70%) menyatakan
Menengah Atas (SMA) berjumlah 45 orang, dan lulusan bahwa TWA Penelokan masih berfungsi baik sebagai
Perguruan Tinggi sebanyak 3 orang. Mata pencaharian kawasan konservasi, 7 orang (23%) menyatakan TWA
masyarakat Dusun Bubung sebagian besar berprofesi Penelokan tidak berfungsi dengan baik sebagai kawasan
sebagai petani/peternak, beberapa berprofesi sebagai konservasi, dan 2 orang (7%) menyatakan tidak tahu.
tukang kayu dan pedagang. Adapun standar fungsi TWA yang baik adalah memiliki
kerapatan vegetasi yang tinggi, aktivitas masyarakat
Persepsi Masyarakat Terhadap Pelestarian yang rendah di dalam hutan, dan adanya pemanfaatan
Sumberdaya Alam TWA Penelokan sebagai jasa lingkungan.
Kawasan Konservasi
Persepsi masyarakat terhadap pelestarian Sumber­ Tabel 4 Pengaruh TWA Penelokan terhadap kehidupan masyarakat
daya Alam TWA Penelokan sebagai kawasan konservasi No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%)
dibagi menjadi empat bagian, yaitu persepsi masyarakat 1. Berpengaruh 28 93,33
tentang fungsi TWA Penelokan, persepsi masyarakat 2. Tidak berpengaruh 1 3,33
3. Tidak tahu 1 3 ,33
tentang kebijakan pengelolaan TWA Penelokan, per­
sepsi masyarakat tentang kelembagaan pengelolaan
TWA Penelokan, dan persepsi masyarakat tentang hak Hasil jawaban responden mengenai pengaruh
dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan TWA keberadaan TWA Penelokan terhadap kehidupan
Penelokan. masyarakat menunjukkan 28 orang (93%) menyatakan
bahwa TWA Penelokan berpengaruh terhadap
Persepsi masyarakat tentang fungsi TWA kehidupan mereka, 1 orang (3,33%) menyatakan
Penelokan tidak berpengaruh, dan 1 orang (3,33%) menyatakan
Persepsi masyarakat terhadap fungsi TWA Penelokan tidak tahu. Hal ini menunjukkan interaksi masyarakat
dapat dilihat pada Tabel 2 s.d. 4 terhadap TWA sangat tinggi dan akan berdampak
terhadap penurunan kualitas TWA itu sendiri.
Tabel 2 Persepsi masyarakat terhadap fungsi TWA Penelokan

Jumlah Re- Persentase


Persepsi masyarakat tentang kebijakan penge­
No. Persepsi masyarakat sponden lolaan TWA Penelokan
{%)
1. TWA Penelokan berfungsi sebagai tempat 1 3,33 Persepsi masyarakat tentang kebijakan pengelolaan
rekreasi TWA Penelokan dapat dilihat pada Tabel 5 s.d.10
2. TWA Penelokan berfungsi sebagai tempat 4 13,33
menyimpan cadangan air
Tabel 5 Pengetahuan masyarakat tentang adanya undang-undang kehu­
3. TWA Penelokan berfungsi sebagai tempat 14 46,47 tanan
mencari penghasilan
4. TWA Penelokan berfungsi sebagai pencegah 11 36,67 No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%)
erosi/banjir 1. Tahu 5 16,67
2. Tidak tahu 25 83,33
Tabel 5.1. menunjukkan hasil jawaban responden Hasil jawaban responden menunjukkan 5 orang
terhadap fungsi TWA Penelokan yaitu 1 orang (3,33%) (16,67%) mengetahui adanya undang-undang kehuta­
menyatakan bahwa TWA Penelokan berfungsi sebagai nan, dan 25 orang (83,33%) menyatakan tidak men­
tempat rekreasi, 4 orang (13,33%) menyatakan bahwa getahui adanya undang-undang kehutanan.Rendahnya
TWA penelokan berfungsi sebagai ternpat menyimpan pengetahuan tentang adanya undang-undang kehuta­
cadangan air, 14 orang (46,67%) menyatakan bahwa nan menunjukkan sosialisasi yang kurang efektif dari

117
ISSN : 1907-5626
ECOTROPHIC • VOLUME 6 NoMoR 2 TAHUN 2011

instansi terkait/pengelola terhadap masyarakat. Jawaban responden mengenai penyuluhan instansi


terkait tentang perlindungan sumberdaya alam di TWA
Tabel 6 Sumber pengetahuan masyarakat tentang undang-undang Penelokan menunjukkan 15 orang (50%) responden
kehutanan menyatakan instansi terkait pernah mengadakan pe­
No. Sumber pengetahuan Jumlah Persentase (%) nyuluhan, 11 orang (36,67%) menyatakan tidak pernah,
Responden
0
dan 4 orang menyatakan tidak tahu.
1. Media Cetak 0
2. Media elektronik 0 0
3. Lembaga pendidikan 0 0 Persepsi masyarakat tentang kelembagaan
4. Selebaran oleh instansi terkait s 100 dalam pengelolaan TWA Penelokan
S. Teman/tetangga/kerabat 0 0 Persepsi masyarakat tentang kelembagaan dalam
pengelolaan 1WA Penelokan dapat dilihat pada Tabel
Jawaban responden yang mengetahui adanya 11 s.d. 16.
undang-undang kehutanan Cs orang), seluruhnya
mengetahui dari selebaran oleh instansi terkait.Perlu Tabel 11 Persepsi masyarakat tentang adanya lembaga pengelolaan
TWA Penelokan
adanya sosialisasi melalui media cetak, elektronik, dan
lembaga pendidikan oleh pihak pengelola. No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%)
1. Ada 25 83,33
Tabel 7 Pengelolaan hutan memerlukan rencana program/rencana 2. ndak 1 3,33
pemanfaatan 3. Tidak tahu 4 13,33

No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%)


l. Tahu 16 53,33 Tabel 5.10 menunjukkan jawaban responden terhadap
2. T idak Tahu 14 46,67
kelembagaan dalam pengelolaan TWA Penelokan yaitu
25 orang (83,33%) responden menyatakan terdapat
Tabel 5.6.menunjukkan 16 orang (53,33%) responden kelembagaan dalam pengelolaan TWA Penelokan, 1
mengetahui bahwa pengelolaan hutan memerlukan orang (33,33%) menyatakan tidak ada, dan 4 orang
rencana program, 14 orang (46,67%) menyatakan tidak (13,33%) menyatakan tidak tahu.
tahu.
Tabel 12 Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan TWA Penelokan
Tabel 8 Masyarakat harus berperan dalam pengelolaan TWA Penelokan No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%)
No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase {%) 1. Masyarakat dilibatkan 11 36,67
1. Ya 28 93,33 2. Kadang dilibatkan 19 63,33
2. Tidak 1 3,33 3. ndak dilibatkan sama O 0
3. Tidak tahu 1 3,33 sekali

Tabel 5.7. menunjukkan 29 orang (96,67%)


menyatakan bahwa masyarakat harus berperan Tabel 5.11.menunjukkan 11 orang responden (36,67°�)
dalam pengelolaan TWA Penelokan, 1 orang (3,33%) menyatakan mereka dilibatkan dalam pengelolaan, 19
menyatakan tidak, dan 1 orang (3,33%) menyatakan orang (63,33%) menyatakan kadang dilibatkan.
tidak tahu.
Tabel 13 Bentuk pelibatan yang diinginkan masyarakat
Tabel 9 Peran serta yang diinginkan masyarakat dalam upaya melestari­ Jumlah Persentase
kan TWA Penelokan No. Persepsi masyarakat Respond en (%)
Jumlah Persentase 1. Terlibat dalam struktur internal lem­ 0 0
No. Persepsi masyarakat Responden baga pengelola
(%)
1. lkut mengelola hutan sehingga mendatang- 17 56,67 2. Terlibat dalam pengelolaan asset 27 90
kan manfaat ekonomi bagi masyarakat sumberdaya hutan
3. ndak tahu 3 10
2. Turut mengawasi pengelolaan hutan agar 13 43,33
tidak disalahgunakan oleh pihak tertentu
Bentuk pelibatan yang diinginkan masyarakat dalam
pengelolaan TWA Penelokan yaitu terlibat dalam
Tabel 5.8. menunjukkan bahwa 17 orang (56,67%) pengelolaan asset sumberdaya hutan (90%), sedangkan
responden menginginkan ikut serta dalam pengelolaan responden lain menyatakan tidak tahu (10%).
hutan sehingga mendatangkan manfaat ekonomi, 13
orang (43,33%) menginginkan untuk turut mengawasi Persepsi masyarakat tentang hak dan kewajiban
pengelolaan hutan agar tidak disalahgunakan oleh dalam pengelolaan TWA Penelokan
pihak tertentu. Persepsi masyarakat tentang hak dan kewajiban
dalam pengelolaan TWA Penelokan dapat dilihat pada
Tabel 10 Penyuluhan instansi terkait kepada masyarakat tentang per­ Tabel 5.13, 5.14, 5.15 berikut.
lindungan sumberdaya alam di TWA Penelokan
No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%) Tabel 14 Masyarakat memiliki hak dan kewajiban dalam pengelolaan
1. Pernah lS so TWA Penelokan
2. Tidak Pernah 11 36,67 No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%)
3. Tidak tahu 4 13,33 1. Tahu 6 20

118
Strategi Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat di Toman Wisata Alam Penelokan Bangli [I Wayan Gede Budiana, N.K. Mardani, I Nyoman Sunarta}

2. ndak Tahu 24 80 wisata alam.


Jawaban rensponden menyatakan tahu mengenai - Menyusun aturan dan kebijakan yang melibatkan
adanya hak dan kewajiban masyarakat dalam masyarakat
pengelolaan 1WA Penelokan (20%), dan 80% lainnya - Program peningkatan kapasitas SDM tentang tata
(24%) menyatakan tidak tahu. ruang kawasan.
Formulasi strategi SWOT dapat dilihat pada Tabel
Tabel 15 nndakan konservasi menguntungkan masyarakat 6.1.
No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%) Dari formulasi strategi SWOT diatas berdasarkan
1. Menguntungkan 26 86,67 tingkat urgent dan esensinya, serta kesesuaian kondisi
2. ndak menguntungkan O 0 dirumuskan beberapa alternative strategi pengelolaan
3. ndak tahu 4 13,33 yang bisa dilaksanakan di TWA Penelokan, sebagai
berikut:
Mengenai tindakan konservasi yang dilakukan 1. Penyusunan masterplan pengelolaan wisata alam
sebanyak 26 orang (86,67%) menyatakan tindakan di 1WA Penelokan berdasarkan konsep ekowisata.
tersebut menguntungkan, 4 orang (13,33%) menyatakan 2. Program pengelolaan hutan kemasyarakatan
tidak tahu, dan tidak ada yang menyatakan tidak bersama masyarakat sekitar 1WA Penelokan.
menguntungkan. 3. Program kerjasama dengan pemerintah setempat
dalam upaya perlindungan, pengamanan,
Tabel 16 Aktivitas masyarakat yang mengubah fungsi pokok TWA Pe­ pemanfaatan dan pengawasan sumberdaya alam
nelokan sebagai areal konservasi di 1WA Penelokan.
No. Persepsi masyarakat Jumlah Responden Persentase (%)
1. Ada 17 56,67 Tabel 17 Matriks Formulasi Strategi SWOT
2. Tidak 12 40 Strengths (S) Weaknesses (W)
3. Tidak tahu 1 3,33
Faktor 1. TWA Penelokan 1. Pengelolaan dan
Internal berfungsi sebagai pengembangan
Tabel 5.15 menunjukkan jawaban responden ter­ kawasan konservasi kegiatan wisata alam
dan pariwisata alam di TWA Penelokan
hadap pemanfaatan 1WA Penelokan, yaitu 17 orang 2. Keinginan belum optimal
(56,67°"6) menyatakan terdapat perubahan fungsi pokok masyarakat untuk 2. Pihak pengelola
ikut serta dalam belum memberikan
1WA Penelokan sebagai areal konservasi, 12 orang me­ Faktor pengelolaan sangat akses yang optimal
nyatakan tidak ada perubahan, dan 1 orang menyatakan Eksternal tinggi kepada masyarakat
3. Letak TWA sekitarnya
tidak tahu. Penelokan sangat 3. Kualitas SOM pihak
strategis pada pengelola masih
kawasan pariwisata belum optimal dalam
Formulasi Strategi SWOT Kintamani. hal en awasan
Pemecahan masalah dilakukan dengan analisis Opportunities (0) Strategi SO Strategi WO
SWOT yang disusun dari beberapa formulasi strategi 1. Tingginya kunjungan 1. Pengembangan 1. Menyusun master
SWOT dengan mengintegrasikan faktor internal dan wisatawan minat program ekowisata plan pengembangan
ekstemal menjadi beberapa strategi yaitu khusus 2. Mewadahi kegiatan wisata alam
2. Kondisi hutan primer masyarakat untuk 2. Program hutan
1. Strategi SO masih bagus dan berperan dalam kemasyarakatan
- Pengembangan program ekowisata di TWA didukung panorama pengelolaan TWA 3. Program pendidikan
gunung dan danau 3. Membuat perjanjian manajemen
Penelokan Batur. kerjasama (MoU) konservasi bersama
- Mewadahi masyarakat untuk berperan dalam 3. Adanya dukungan dengan instansi instansi pemerintah
Pemerintah terkait dalam setempat
pengelolaan 1WA Penelokan setempat untuk pengelolaan TWA
- Membuat perjanjian kerjasama (MoU) dengan ikut serta dalam Penelokan
pengelolaan TWA
instansi terkait pemerintah setempat Penelokan.
2. Strategi WO Threats (T) Strategi ST Strategi WT
- Menyusun masterplanpengembangan kegiatan 1. Kurangnya informasi 1. Pendidikan 1. Program pendidikan
wisata alam di 1WA Penelokan dan pengetahuan lingkungan dan konservasi alam dan
- Program hutan kemasyarakatan dalam pengelolaan masyarakat tentang kehutanan wisata alam
status dan fungsi 2. Program 2. Menyusun aturan
1WA Penelokan TWA Penelokan perlindungan dan dan kebijakan yang
- Program pendidikan manajemen konservasi 2. Menurunnya kualitas pengamanan hutan ideal dalam program
lingkungan dan berbasis masyarakat perlindungan dan
bersama instansi pemerintah setempat sumberdaya alam 3. Kerjasama pengamanan hutan
3. Strategi ST TWA Penelokan dengan pelaku yg melibatkan
- Pendidikau lingkungan dan kehutanan 3. Ada peningkatan kepariwisataan masyarakat
wisatawan untuk dan instansi 3. Program peningkatan
- Program perlindungan dan pengamanan hutan berkunjung ke daerah dalam kapasitas SOM
kawasan yang sudah pengembangan dan
berbasis masyarakat tertata dengan baik promosi wisata alam
- Kerjasama dengan pelaku kepariwisataan dan di TWA Penelokan
instansi daerah dalam pengembangan dan
promosi wisata alam di 1WA Penelokan
4. Strategi WT
- Program pendidikan dan latihan konservasi dan

119
ECOTROPHIC • VOLUME 6 NoMoR 2 TAHuN 2011 ISSN: 1907-5626

SIMPULAN DAN SARAN 2. Hendaknya pihak pengelola dapat memberikan ak­


ses terhadap masyarakat sekitar kawasan secara
Simpulan optimal dalam pengelolaan TWA Penelokan, sep­
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat di­ erti melaksanakan kegiatan hutan kemasyarakatan
simpulkan hal-hal sebagai berikut (HKM)
1. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelestarian 3. Perlu adanya tindakan nyata oleh pihak BKSDA Bali
Sumberdaya Alam 1WA Penelokan sebagai­ untuk bekerjasama dengan pemerintah setempat
Kawasan Konservasi. dalam hal perlindungan, pemanfaatan dan penga­
Persepsi masyarakat menyatakan bahwa hutan wasan sumberdaya alam di TWA Penelokan
memiliki banyak fungsi (fungsi majemuk) yaitu sebagai 4. Program sosialisasi/penyuluhan tentang konservasi
tempat rekreasi (fungsi sosial), tempat menyimpan sumberdaya alam dan pariwisata alam terhadap ma­
cadangan air dan mencegah banjir/erosi (fungsi syarakat di sekitar kawasan perlu ditingkatkan lagi
ekologi), tempat mencari penghasilan (fungsi ekonomi), oleh pihak BKSDA Bali selaku pemangku wilayah.
dan fungsi lainnya. Masyarakat tidak mengetahui
regulasi terkait dengan pengelolaan hutan, sehingga DAFTAR PUSTAKA
mereka tidak memiliki kerangka persepsi yang holistic
tentang pengelolaan dan pelestarian hutan. Masyarakat Adrian, Charles, MI. 2004. "Pengembangan KepulauanAyau
beranggapan hutan merupakan asset milik umum Berbasis Potensi
(common property) sehingga mereka merasa berhak Sumberdaya dan Keuangan', Skripsi yang tidak diterbitkan,
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
mengelola hutan dan memiliki kewajiban dalam Balai KSDA Bali 2009, Review Rencana Pengelolaan TWA
memelihara kelestarian hutan. Penelokan 2009-2015. Denpasar
2. Strategi pengelolaan sumberdaya alam Departemen Kehutanan R.I. 1990. Undang-undang Republik
berbasis masyarakat yang sesuai di 1WA Indonesia Nomor s Tahun 1990 Tentang Konservasi
Penelokan Sumberdaya Alam Hayati. dan Ekosistemnya.Departe­
Dari analisis data dapat dirumuskan strategi yang men Kehutanan, Jakarta.
sesuai diterapkan yaitu: Departemen Kehutanan R.I. 1992, Konservasi Sumberdaya
- Program penyusunan masterplan pengelolaan Alam Hayati. dan Ekosistemnya. Biro Hubungan Ma­
syarakat Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan,
wisata alam TWA Penelokan berdasarkan konsep Jakarta.
ekowisata. Departemen Kehutanan R.I. 1994. Pengelolaan Rutan secara
- Program hutan kemasyarakatan (HKM) dengan Lestari.Direktorat Perlindungan Hutan dan Konser­
pelibatan masyarakat enclave Yeh Rare. vasi Alam, Jakarta. Departemen Kehutanan R.I. 1999.
- Program kerjasama dengan pemerintah setempat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
dalam upaya perlindungan, pengamanan, 1999 Tentang Kehutanan. Departemen Kehutanan.
pemanfaatan dan pengawasan sumberdaya alam Kementerian Lingkungan Hidup R.I., 2009 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
di TWA Penelokan. Pengelolaan Lingungan Hidup.Kementerian Lingkun­
gan Hidup.
Saran Menteri Pertanian R.I.1978, KeputusanMenteriPertanianNo­
1. Pihakpengelola (BKSDA Bali)perlusegeramenyu­ mor: 655/Kpts/Um/10/1978 Tanggal 29 Oktober 1978
sunmasterplanpengelolaan TWA Penelokan, se­ Tentang Penetapan TWA Penelokan Sebagai Kawasan
hinggaakanjelasdandapatdilakukan program yang Konservasi, Jakarta.
terkaitdenganupayakonservasi. Widada, Sri Mulyati, Hiroshi Kobayashi, 2006 Sekilas Tentang
Konservasi Sumberdaya alam hayati & ekosistemnya.
Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

120

Anda mungkin juga menyukai