Anda di halaman 1dari 3

Pertemuan II

Materi: Dimensi Hakikat Manusia dan Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya


B. Dimensi Hakikat Manusia
Pada hakikatnya manusia mempunyai 4 dimensi menurut Umar Tirtaraharja dan
S.L. La Sulo (2005: 17) yaitu “Dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi
kesusilaan dan dimensi keberagamaan”. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Dimensi keindividualan
Dalam dimensi ini manusia yang mempunyai kepribadian yang khas tersebut
ingin mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, kesanggupan untuk
bertanggung jawab dan memiliki dorongan untuk mandiri.
Pola pendidikan yang cocok dalam dimensi ini adalah pola pendidikan
demokratis dengan berpedoman kepada Ing ngarso sung tulodo (di depan memberi
teladan, contoh), Ing madya mangun karso (di tengah membangun minat,
membangkitkan kemauan belajar) dan Tut wuri Handayani (dari belakang
memberikan dorongn, motivasi).

2. Dimensi Kesosialan
Dalam dimensi ini setiap manusia mempunyai dorongan untuk bergaul. Artinya
setiap orang dapat saling berkomunikasi yang di dalamnya terkandung unsur saling
membutuhkan, saling memberi dan menerima. Unsur saling memberi dan menerima
yang selanjutnya berubah menjadi kesadaran akan hak yang harus diterima dan
kewajiban yang harus dilaksanakan.
Pendidikan merupakan wadah pembinaan rasa sosial antar sesama manusia.

3. Dimensi Kesusilaan
Manusia susila mengartikan bahwa manusia susila sebagai manusia yang
memiliki nilai, menghayati dan melaksanakan nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai
tersebut dijunjung tinggi karena mengandung makna kebaikan, keluhuran dan
kemulyaan sehingga diyakini dan dijadikan pedoman hidup.
Nilai dibedakan atas 3 macam yaitu nilai otonom yang bersifat individual
(kebaikan menurut pendapat seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif
(kebaikan menurut kelompok masyarakat) dan nilai theonom (kebaikan menurut
agama,berdasarkan pada Tuhan, sebagai sumber dari nilai yang lain).
Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan
melakukan kewajiban dan hak kepada peserta didik.

1
4. Dimensi keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius, percaya adanya Tuhan yang
menciptakan dan menguasai alam dan dirinya sehingga manusia takut untuk
berbuat jahat dan selalu ingin berbuat baik serta berpasrah diri setelah berusaha
agar hidup yang dijalani dapat tenang dan damai.
Agama adalah cara/jalan hidup manusia. Pengambilan keputusan dari agama.
Sejak lahir, menjalani hidup sampai meninggal berdasarkan agama yang dianutnya.
Pendidikan agama wajib diberikan di rumah, di sekolah maupun di masyarakat
untuk menciptakan manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME.

C. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia


Menurut Umar Tirtaraharja dan S.L. La Sulo (2005: 24), terdapat 2 jenis
pengembangan dimensi hakikat manusia yaitu:
1. Pengembangan yang Utuh
Pengembangan manusia yang utuh berarti manusia tumbuh dan
kembang secara selaras, seimbang baik yang bersifat horizontal (hubungannya
dengan manusia) maupun vertikal (hubungannya dengan Tuhan), keseimbangan
antara jasmani dan rohani, keseimbangan antara pengembangan kognitif, afektif
dan psikomotor serta keseimbangan memanfaatkan dan melestarikan alam serta
keseimbangan dunia dan akhirat, sehingga kepribadiannya mantap dan jiwanya
ikhlas, pasrah, tenang,
2. Pengembangan yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh, berarti tidak ada keseimbangan jasmani
dan rohani, tidak ada keseimbangan vertikal dan horizontal, tidak ada
keseimbangan dalam pengembangan kognitif, afektif dan psikomotor serta
tidak ada keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian alam, tidak ada
keseimbangan dunia dan akhirat sehingga kepribadiannya pincang, jiwanya
tidak sehat dan tidak tenang.

D. Sosok Manusia Indonesia Seutuhnya


Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk mencapai sosok manusia
Indonesia seutuhnya yang selaras dalam hubungan antar manusia, dalam
hubungan dengan Tuhannya, dalam hubungannya dengan alam semesta,
keserasian hubungan antar bangsa dan keselarasan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat.

2
3

Anda mungkin juga menyukai