Anda di halaman 1dari 2

POIN-POIN PENTING

RUU CIPTA KERJA KLASTER KETENAGAKERJAAN

• Terdapat prinsip-prinsip umum yang dipatuhi dalam penyusunan Klaster


Ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja, yaitu:
- Penyusunan ketentuan klaster ketenagakerjaan memperhatikan hasil
putusan Mahkamah Konstitusi atas uji materi UU 13/2003.
- Ketentuan mengenai sanksi ketenagakerjaan dikembalikan kepada UU
13/2003.
• RUU Cipta Kerja tetap mengatur syarat-syarat dan perlindungan hak bagi
pekerja/buruh PKWT yang menjadi dasar dalam penyusunan perjanjian kerja.
Disamping itu, RUU Cipta Kerja mengatur perlindungan tambahan berupa
kompensasi kepada pekerja/buruh pada saat berakhirnya PKWT.
• Syarat-syarat dan perlindungan hak bagi pekerja/buruh dalam kegiatan
Alih Daya (outsourcing) masih tetap dipertahankan. Bahkan RUU Cipta
memasukkan prinsip pengalihan perlindungan hak-hak bagi pekerja/buruh
apabila terjadi pergantian Perusahaan Alih Daya sepanjang objek pekerjaannya
masih ada. Hal ini sesuai dengan amanat putusan Mahkamah Konstitusi No.
27/PUU-IX/2011.
Disamping itu, dalam rangka pengawasan terhadap Perusahaan Alih Daya,
RUU Cipta Kerja juga mengatur syarat-syarat perizinan terhadap
Perusahaan Alih Daya yang terintegrasi dalam sistem Online Single
Submission (OSS).
• Ketentuan mengenai waktu kerja dan waktu istirahat tetap diatur seperti
UU eksisting (UU 13/2003) dan menambah ketentuan baru mengenai
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat pada sektor usaha dan
pekerjaan tertentu. Hal ini untuk mengakomodir tuntutan perlindungan
pekerja/buruh pada bentuk-bentuk hubungan kerja dan sektor tertentu yang di
era ekonomi digital saat ini berkembang secara dinamis.
• RUU Cipta Kerja tetap mengatur hak-hak dan perlindungan upah bagi
pekerja/buruh sebagaimana peraturan perundang-undangan eksisting (UU
13/2003 dan PP 78/2015) dan selanjutnya akan diatur dalam Peraturan
Pemerintah yang baru.
Terdapat penegasan variabel dan formula dalam penetapan Upah
Minimum berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Selain itu,
ketentuan mengenai Upah Minimum Kabupaten/Kota tetap dipertahankan.
Dengan adanya kejelasan dalam konsep penetapan Upah Minimum dimaksud,
maka RUU Cipta Kerja menghapus ketentuan mengenai penangguhan
pembayaran Upah Minimum.
Disamping itu, dalam rangka memperkuat perlindungan upah bagi
pekerja/buruh serta meningkatkan pertumbuhan sektor usaha mikro dan kecil,
maka RUU Cipta Kerja mengatur ketentuan pengupahan bagi sektor usaha
mikro dan kecil.
• Dalam rangka perlindungan kepada pekerja/buruh yang menghadapi proses
pemutusan hubungan kerja (PHK), RUU Cipta Kerja tetap mengatur
ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara PHK.
RUU Cipta Kerja tetap memberikan ruang bagi Serikat Pekerja/Serikat
Buruh dalam memperjuangkan kepentingan anggotanya yang sedang
mengalami proses PHK.
RUU Cipta Kerja semakin mempertegas pengaturan mengenai “upah
proses” bagi pekerja/buruh selama PHK masih dalam proses penyelesaian
perselisihan hubungan industrial sampai adanya putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap (incraht). Hal ini sebagaimana amanat Putusan MK
No.37/PUU-IX/2011.
Kemudian dalam rangka memberikan jaminan sosial bagi pekerja/buruh yang
mengalami PHK, RUU Cipta Kerja mengatur ketentuan mengenai program
Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) yang manfaatnya berupa uang tunai,
akses informasi pasar kerja dan pelatihan kerja.

----------------

Anda mungkin juga menyukai