Belajar Pada Keluarga Nabi Ibrahim As-Dikonversi-1
Belajar Pada Keluarga Nabi Ibrahim As-Dikonversi-1
Khutbah Pertama:
Pagi ini walaupun masih dalam suasana musim pandemi, ummat Islam, dari pusat kota suci
Makkah al-Mukarramah, sampai ke berbagai penjuru negeri mengumandangkan takbir:
Pagi ini, lewat momen Idul Adha kita kembali diingatkan dengan keluarga Nabi Ibrahim as yang
inti dari semua makna itu terangkum dalam tiga poin besar:
Peristiwa kurban mengingatkan kita pada hubungan kepatuhan mutlak Ismail as kepada
Ayahanda Ibrahim as. Dengan ucapannya yang tertulis dalam al-Qur’an,
Demikianlah jawaban anak shalih yang diharapkan Nabi Ibrahim as dalam doanya,
َصا ِل ِحين
َّ َربه ِ هَبْ ِلي ِمنَ ال
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”.
(Qs. as-Shaffat [37]: 102).
Peristiwa menyentuh hati dan perasaan ini mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana
anak-anak kita?Sudahkan kita didik menjadi anak yang patuh dan taat mengikuti perintah Allah
Swt?
ُعو لَه
ُ ح َي ْد َ أ َ ْو َولَ ٍد، أ َ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه، صدَق ٍة َجار َي ٍة
ٍ صا ِل ٍ ع َملُهُ ِإالَّ ِم ْن ثَال
َ :ث َ َان ا ْنق
َ ط َع ُ سَ ِإذَا َماتَ اإل ْن
“Apabila manusia mati, maka putuslah amalnya, kecuali tiga: shodaqoh jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim).
Tapi ingat, disebabkan anak juga kita akan masuk ke dalam neraka,
َ ي يُ ِق ُّر فِ ْي أ َ ْه ِل ِه ا َ ْل َخ َب
ث ْ ث الَّ ِذ ُّ ُمد ِْم ُن ْال َخ ْم ِر َو ْال َع: َعلَ ْي ِه ُم ْال َج َّنة
ُ اق َو الدَّي ُّْو َ ثَالَثَةٌ قَ ْد َح َّر َم هللا
“Tiga orang, diharamkan Allah Swt surga bagi mereka: pecandu khamar/narkoba, durhaka
kepada orang tua dan orang tua/wali yang membiarkan keluarganya berbuat nista”. (HR.
Ahmad).
Pagi ini jugasebagai anak diingatkan tentang bakti kepada orang tua.Bagaimanapun banyaknya
amal mereka, kalau anak durhaka kepada orang tua.Maka Allah Swt haramkan surga bagi
mereka.Jika mereka masih hidup, kembali dari shalat ied ini, kita masih bisa datang ke rumah
mereka.Memeluk dan mencium mereka dengan kasih sayang.Sebagai ungkapan rasa bersalah
karena tidak mampu membalas budi baik mereka.Tapi, andai ajal telah mendahului.Sesal
kemudian tiada berarti. Kita hanya dapat mengucapkan,
Hanya itulah yang dapat kita ucapkan dengan uraian air mata.
َط ِه َما
ِ سخ
َ طهُ ِف ْي َ ضا ْال َوا ِلدَ ْي ِن َو
ُ س َخ َ الربه ِفي ِر
َّ ضا
َ ِر
“Ridha Allah Swt terletak pada ridha kedua orang tua dan murka Allah Swt terletak pada murka
kedua orang tua”.(HR. ath-Thabrani).
Teks Khutbah Idul Adha 10 Dzulhijah 1441 H
Meskipun sayang dan cinta kepada anak dan istri, tapi perintah Allah Swt mesti tetap
dipatuhi.Bagaiamna meleleh air mata Nabi Ibrahim as meninggalkan Hajar dan Ismail kecil di
sebuah lembing kering. Kisah itu diabadikan dalam al-Qur’an, Nabi Ibrahim as pun mengadu
kepada Allah Swt,
َّ غي ِْر ذِي زَ ْرعٍ ِع ْندَ َب ْيتِكَ ْال ُم َح َّر ِم َر َّبنَا ِليُ ِقي ُموا ال
ص َالة َ فَاجْ عَ ْل َ َر َّبنَا ِإ هِني أ َ ْس َك ْنتُ ِم ْن ذُ ِ هر َّي ِتي ِب َوا ٍد
َت لَ َعلَّ ُه ْم َي ْش ُك ُرون ِ ار ُز ْق ُه ْم ِمنَ الثَّ َم َرا
ْ اس تَ ْه ِوي ِإلَ ْي ِه ْم َو ِ أ َ ْف ِئدَة ً ِمنَ ال َّن
“Wahai Robb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya
Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian
manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-
mudahan mereka bersyukur”. (Qs. Ibrahim [14] : 37).
Di tengah lembah tandus tanpa tanaman itulah Hajar dan Ismail berada, seorang wanita lemah
dan bayi tidak berdaya membutuhkan air. Apakah Allah langsung menurunkan air kepada
mereka ?!Tidak.Hajar bukan wanita lemah.Ia perempuan yang tegar. Hajar tidak mengeluh
kepada Allah Swt dengan mengangkat tangan. Hajar tidak membawa-bawa nama besar suaminya
yang seorang nabi dan anaknya juga seorang nabi. Hajar tidak pula menghujat dan mencela di
mana air berada ?!. Tapi Hajar berjalan kaki dari bukit Shafa menuju bukit Marwa sebanyak
tujuh kali.Tumit perempuan yang lemah itu menginjak pasir gurun panas di bawah terik matahari.
Setelah ia lelah dan tetap tidak mendapatkan air yang ia cari, maka ia kembali ke tempat Ismail
berbaring. Ternyata, air tidak ditemukan di tempat yang dicari.Tapi air datang dari tumit Ismail
yang belum pandai melangkah. Dari kisah ini tersirat sebuah makna yang sangat mendalam yaitu
pentingnya berusaha sekuat tenaga dan seoptimal mungkin untuk mencari apa yang kita inginkan.
Karena Allah tidak langsung memberi tanpa ada usaha. Demikian juga perubahan menuju
kehidupan yang lebih baik yang kita inginkan tidak akan terwujud kecuali ada keinginan dan
perbuatan dari kita sendiri. Allah berfirman:
َّللا َال يُغَ ِهي ُر َما ِبقَ ْو ٍم َحتَّى يُغَ ِهي ُروا َما ِبأ َ ْنفُ ِس ِه ْم
َ َّ ِإ َّن
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”. (Qs. Ar-Ra’d [13]: 11).
Di sanalah keserasian antara syariat Nabi Ibrahim as dengan syariat Nabi Muhammad Saw.
Sama-sama mengajarkan keseimbangan antara usaha dan doa. Rasulullah Saw tidak pernah
duduk berpangku tangan menunggu rezeki turun dari langit. Al-Qur’an mengajarkan,
Teks Khutbah Idul Adha 10 Dzulhijah 1441 H
(HR. at-Tirmidzi).
ُهللاُ ا َ ْك َب ْر هللاُ ا َ ْك َب ْر هللاُ ا َ ْك َب ْر الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ ا َ ْك َب ْر هللاُ ا َ ْك َب ْر َو هللِ اْل َح ْمد
Islam bukan agama yang melarang orang untuk mencari harta sebanyak-banyaknya. Dalam Islam
diajarkan, orang yang mampu secara ekonomi, kuat fisik, ilmu dan iman, lebih baik dan dicintai
Allah Swt daripada orang yang miskin, lemah fisik, lemah ilmu dan lemah iman. Rasulullah Saw
bersabda,
Mencari harta itu sulit.Namun ada yang lebih sulit, yaitu berjuang melawan hawa nafsu dan
bisikan setan yang selalu mengajak agar menahan harta, tidak berkurban, tidak
bersedekah.Sehingga mati dalam keadaan menumpuk harta, tidak pernah berbuat untuk agama
Allah Swt walau seujung kuku. Setan tidak akan pernah bosan menggoda manusia. Allah Swt
berfirman:
َش َما ِئ ِل ِه ْم َو َال ت َِجدُ أ َ ْكثَ َر ُه ْم شَا ِك ِرين َ ث ُ َّم ََلَ ِت َي َّن ُه ْم ِم ْن َبي ِْن أ َ ْي ِدي ِه ْم َو ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم َو
َ ع ْن أ َ ْي َما ِن ِه ْم َو
َ ع ْن
Teks Khutbah Idul Adha 10 Dzulhijah 1441 H
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka.dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. (Qs.
Al A’raf [7]: 17).
Setan akan datang dari depan, dari belakang, dari arah kanan dan kiri manusia. Oleh sebab itu
manusia mesti mengerti hakikat setan dan menjadikannya sebagai musuh yang sebenarnya:
Semoga momen ‘Idul Adha kembali mengingatkan kita akan pentingnya: pendidikan anak,
seimbang dalam usaha dan tawakkal, dan yang jauh lebih penting adalah berkurban untuk agama
Allah Swt.
َوتَقَب َّْل.ت َوال ِذه ْك ِر ْال َح ِكي ِْم ِ َو َنفَعَ ِني َواِ هِيا ُك ْم بما فيه ِمنَ اَل َيا.آن ْالعَ ِظي ِْم ِ اركَ هللاُ ِلي َولَ ُك ْم فِي ْالقُ ْر َ َب
َّ فَا ْستَ ْغ ِف ُر ْوا اِ َّنهُ ه َُواْلغَفُ ْو ُر.س ِم ْي ُع اْل َع ِل ْي ُم
الر ِح ْي ُم َ ِم هِن ْي َو ِم ْن ُك ْم ِت
َّ الوتَهُ اِ هنهُ ه َُو ال
Teks Khutbah Idul Adha 10 Dzulhijah 1441 H
Khutbah Kedua:
اب النَّ ِ
ار سنَةً َوقِنَا َ
عذَ َ سنَةً َوفِى اْ ِ
َلخ َرةِ َح َ .ربَّنَا آتِنا َ فِى الدُّ ْنيَا َح َ
َ
َاوا ِْن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَنَ ُك ْون ََّن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْنَ
سن َ َ .ربَّنَا َ
ظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ
شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي يَ ِع ُ
ظ ُك ْم ع ِن اْلفَحْ ِ بى َويَ ْن َهى َ ْتآء ذِى اْلقُ ْر َان َوإِي ِ س ِ ِعبَادَهللاِ ا َِّن هللاَ يَأ ْ ُم ُرنَا بِاْلعَ ْد ِل َواْالِحْ َ
لى نِعَ ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ ا َ ْكبَ ْر
ع َلَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ َوا ْذ ُك ُروهللاَ اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َ