MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut
Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
2. Pegawai ASN yang selanjutnya disebut Pegawai ASN
adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah
dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai aparatur sipil negara
secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.
4. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan fungsi,
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang
Pegawai ASN dalam suatu satuan organisasi.
5. Jabatan Fungsional adalah sekelompok Jabatan yang
berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan
fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan
keterampilan tertentu.
6. Jabatan Fungsional ... adalah jabatan yang mempunyai
ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang
untuk melaksanakan kegiatan ….
7. Pejabat Fungsional ... yang selanjutnya disebut ... adalah
PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk …
melaksanakan analisis dan pengelolaan kegiatan di
bidang kerja sama.
8. Pejabat yang Berwenang yang selanjutnya disingkat PyB
adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
9. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya
disingkat PPK adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan
Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
10. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi
daerah.
11. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan
kesekretariatan lembaga nonstruktural.
12. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan
perangkat daerah kabupaten/kota yang meliputi
sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan rakyat
daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
13. Unit Organisasi adalah bagian dari struktur organisasi
yang dapat dipimpin oleh Pejabat Pimpinan Tinggi
Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat
Administrator, Pejabat Pengawas, atau Pejabat
Fungsional yang diangkat untuk memimpin suatu unit
kerja mandiri berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
14. Ekspektasi Kinerja yang selanjutnya disebut Ekspektasi
adalah harapan atas hasil kerja dan perilaku kerja
Pegawai ASN.
15. Angka Kredit adalah nilai kuantitatif dari hasil kerja
Pejabat Fungsional ....
16. Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka
Kredit yang harus dicapai oleh Pejabat Fungsional ...
sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat dan jabatan.
17. Instansi Pembina Jabatan Fungsional ... yang
selanjutnya disebut Instansi Pembina adalah
Kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ….
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
BAB II
KEDUDUKAN, TANGGUNG JAWAB, DAN
KLASIFIKASI/RUMPUN JABATAN
Bagian Kesatu
Kedudukan dan Tanggung Jawab
Pasal 2
(1) ... berkedudukan sebagai pelaksana teknis ….
(2) ... sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada
pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama, Pejabat Administrator, atau Pejabat Pengawas
yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas
Jabatan Fungsional ....
(3) Dalam hal Unit Organisasi dipimpin oleh pejabat
fungsional, maka ... dapat berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab secara langsung kepada pejabat
fungsional lain yang memimpin Unit Organisasi tersebut.
Pasal 3
Jabatan Fungsional ... merupakan jabatan karier PNS.
Bagian Kedua
Klasifikasi/Rumpun Jabatan
Pasal 4
Jabatan Fungsional ... termasuk dalam klasifikasi/rumpun
manajemen.
BAB III
KATEGORI DAN JENJANG JABATAN FUNGSIONAL
...
Pasal 5
(1) Jabatan Fungsional ... merupakan Jabatan Fungsional
kategori keahlian.
(2) Jenjang Jabatan Fungsional ... sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Ahli Pertama;
b. Ahli Muda;
c. Ahli Madya; dan
d. Ahli Utama.
(3) Jenjang pangkat Jabatan Fungsional ... sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
BAB IV
TUGAS JABATAN DAN RUANG LINGKUP TUGAS JABATAN
Bagian Kesatu
Tugas Jabatan
Pasal 6
(1) Tugas Jabatan Fungsional ... yaitu melaksanakan ….
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan memperhatikan ruang lingkup
kegiatan, yaitu:
a. jenjang Ahli Pertama melaksanakan …;
b. jenjang Ahli Muda melaksanakan …;
c. jenjang Ahli Madya melaksanakan …; dan
d. jenjang Ahli Utama melaksanakan ….
(3) Selain ruang lingkup kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Jabatan Fungsional ... dapat diberikan
tugas lainnya.
(4) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dilaksanakan untuk memenuhi Ekspektasi pada Instansi
Pemerintah guna pencapaian target organisasi.
(5) Ekspektasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan berdasarkan prinsip pengelolaan kinerja
Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB V
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
Bagian Kesatu
Pengangkatan
Pasal 8
Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional ... dapat
dilakukan melalui:
a. pertama;
b. perpindahan dari jabatan lain;
c. penyesuaian; dan/atau
d. promosi.
Bagian Kedua
Persyaratan Pengangkatan
Pasal 9
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ... melalui
pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf a, harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. memiliki kualifikasi pendidikan sarjana atau
diploma empat bidang …; dan
e. nilai predikat kinerja paling kurang bernilai baik
dalam 1 (satu) tahun terakhir.
(2) Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan pengangkatan untuk mengisi
lowongan kebutuhan Jabatan Fungsional dari calon PNS
bagi:
a. Jabatan Fungsional Ahli Pertama; atau
b. Jabatan Fungsional Ahli Muda.
(3) Pengangkatan pertama melalui pengisian kebutuhan JF
dari calon PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus mencantumkan nomenklatur JF dalam keputusan
pengangkatan calon PNS dan diberikan kelas jabatan
sesuai kelas JF.
(4) Penetapan kebutuhan untuk pengangkatan pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(5) Kualifikasi pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d diatur lebih lanjut dan disampaikan oleh
Instansi Pembina kepada Menteri sebagai rekomendasi
kualifikasi pendidikan dalam pengangkatan Jabatan
Fungsional ....
Pasal 10
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ... melalui perpindahan sebagaimana dimaksud dalam
a. berstatus PNS;
1. sarjana atau diploma empat bidang rumpun Ilmu .. bagi jenjang Ahli Pertama sampai
2. magister bidang … atau bidang lain yang relevan ditetapkan oleh Instansi Pembina bagi
e. mengikuti dan lulus Uji Kompetensi sesuai standar kompetensi yang telah disusun oleh
Instansi Pembina;
f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang kerja sama yang akan diduduki
g. nilai Predikat Kinerja paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
1) 53 (lima puluh tiga) tahun untuk Jabatan Fungsional ... Ahli Pertama dan ... Ahli
Muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun untuk Jabatan Fungsional ... Ahli Madya;
3) 60 (enam puluh) tahun untuk Jabatan Fungsional ... Ahli Utama bagi PNS yang telah
(2) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ... melalui perpindahan dari jabatan lain sebagaimana
a. pejabat Pimpinan Tinggi utama, Pejabat Pimpinan Tinggi madya, Pejabat Pimpinan Tinggi
f. ... ahli pertama, ahli muda, dan ahli madya ke dalam JA.
(3) Selain perpindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), perpindahan juga dilaksanakan antar JF
Fungsional ... ahli pertama, ahli muda, dan ahli madya paling tinggi berusia 1 (satu) tahun
(4) Dalam hal penataan birokrasi atau kebutuhan strategis organisasi, persyaratan pengalaman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dapat dipertimbangkan paling singkat 1 (satu) tahun
secara kumulatif.
(5) Pengusulan untuk pengangkatan Jabatan Fungsional ... sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf h angka 3 dilaksanakan paling lama 1 (satu) tahun sebelum batas persyaratan usia
(6) Pengangkatan Jabatan Fungsional ... melalui perpindahan harus mempertimbangkan ketersediaan
lowongan kebutuhan.
(7) Penetapan kebutuhan untuk pengangkatan melalui perpindahan sebagaimana dimaksud pada
(8) Kualifikasi bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diatur lebih lanjut dan
disampaikan oleh Instansi Pembina kepada Menteri sebagai rekomendasi kualifikasi pendidikan
Pasal 11
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ... melalui penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam
e. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang Jabatan Fungsional ... paling
f. memiliki Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; dan
g. syarat lain sesuai dengan kebutuhan Jabatan Fungsional yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Pengangkatan dalam JF ... melalui penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan mempertimbangkan lowongan kebutuhan jabatan untuk jenjang jabatan yang akan
diduduki.
(3) Penetapan kebutuhan untuk pengangkatan melalui penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat
a. mengikuti dan lulus Uji Kompetensi sesuai standar kompetensi yang telah disusun oleh
Instansi Pembina;
b. memiliki Predikat Kinerja paling rendah bernilai sangat baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
e. tidak pernah dikenakan hukuman karena melakukan pelanggaran kode etik dan profesi PNS
f. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS tingkat sedang atau berat dalam kurun
c. memiliki Predikat Kinerja paling kurang baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
d. berijazah magister bidang Ilmu … atau bidang lain yang relevan ditetapkan oleh Instansi
(3) Promosi untuk kenaikan jenjang jabatan dilaksanakan berdasarkan pertimbangan rekomendasi
(4) Untuk mengikuti Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, pejabat
fungsional ... harus telah memenuhi Angka Kredit Kumulatif kenaikan jenjang jabatan
(5) Angka Kredit Kumulatif dan mekanisme kenaikan jenjang jabatan sebagaimana dimaksud pada
(6) Angka Kredit Kumulatif dan mekanisme kenaikan jenjang jabatan sebagaimana dimaksud pada
(7) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ... melalui promosi dilakukan dengan
mempertimbangkan lowongan kebutuhan jabatan untuk jenjang jabatan yang akan diduduki.
(8) Penetapan kebutuhan untuk pengangkatan melalui promosi sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
Bagian Ketiga
Pasal 13
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ditetapkan oleh PPK atas usulan PyB, bagi:
(2) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ... Ahli Utama ditetapkan oleh Presiden atas usulan PPK
setelah mendapat pertimbangan teknis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara dan penetapan
perundang-undangan.
Bagian Ketujuh
Pemberhentian dari JF
Pasal 14
BAB VI
Pasal 15
(1) Pengelolaan kinerja ... terdiri atas:
a. perencanaan kinerja yang meliputi penetapan dan
klarifikasi Ekspektasi;
b. pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan kinerja;
c. penilaian kinerja yang meliputi evaluasi kinerja; dan
d. tindak lanjut hasil evaluasi kinerja.
(2) Evaluasi Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c selanjutnya ditetapkan dalam Predikat Kinerja
yang kemudian dikonversikan ke dalam perolehan Angka
Kredit.
(3) Dalam hal ... memperoleh ijazah pendidikan formal yang
lebih tinggi, diberikan tambahan Angka Kredit sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari Angka Kredit
Kumulatif kenaikan pangkat sesuai jenjangnya untuk 1
(satu) kali penilaian.
(4) Konversi angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan ayat (3), dan pengelolaan kinerja ... dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 15
(2) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) ... wajib mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sesuai dengan minat dan kebutuhan
pelaksanaan tugas Jabatan Fungsional ... yang diduduki dalam sistem pembelajaran terintegrasi,
BAB VII
KENAIKAN PANGKAT
Pasal 17
(1) Kenaikan pangkat 1 (satu) tingkat lebih tinggi dapat diberikan dan dipertimbangkan apabila telah
(2) Dalam hal ... telah memenuhi Angka Kredit Kumulatif untuk kenaikan pangkat bersamaan dengan
kenaikan jenjang dan memenuhi kualifikasi kompetensi pada jenjang yang akan diduduki, namun
belum tersedia lowongan pada jenjang jabatan yang akan diduduki, ... yang telah memenuhi Angka
Kredit Kumulatif untuk kenaikan pangkat dapat diberikan kenaikan pangkat satu tingkat lebih
(3) ... yang memiliki penilaian kinerja dan keahlian yang luar biasa dalam menjalankan tugas jabatan-
(4) Angka Kredit Kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan mekanisme kenaikan pangkat
dan kenaikan pangkat istimewa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-un-
dangan.
BAB VIII
KEBUTUHAN PNS DALAM JABATAN FUNGSIONAL
...
Pasal 18
(1) Penetapan kebutuhan PNS dalam Jabatan Fungsional ...
dihitung berdasarkan beban kerja yang ditentukan dari
indikator meliputi:
a. jumlah permohonan pelayanan kerja sama;
b. ruang lingkup kerja sama luar negeri dan/atau
dalam negeri;
c. jumlah mitra kerja sama; dan
d. besaran nilai komitmen keuangan.
(2) Pedoman perhitungan kebutuhan Jabatan Fungsional ...
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Instansi Pembina setelah mendapat persetujuan dari
Menteri.
(3) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ... tidak dapat
dilakukan sebelum pedoman perhitungan kebutuhan
Jabatan Fungsional ... sebagimana dimaksud pada ayat
(2) ditetapkan.
BAB IX
INSTANSI PEMBINA
Pasal 19
(1) Instansi pembina Jabatan Fungsional ... yaitu
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ….
(2) Instansi pembina mempunyai tugas sebagai berikut:
a. menyusun pedoman formasi JF;
b. menyusun standar kompetensi JF;
c. menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis JF;
d. menyusun standar kualitas hasil kerja dan pedoman
penilaian kualitas hasil kerja Pejabat Fungsional;
e. menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya
ilmiah yang bersifat inovatif di bidang tugas JF;
f. menyusun kurikulum pelatihan JF;
g. menyelenggarakan pelatihan JF;
h. membina penyelenggaraan pelatihan fungsional pada
lembaga pelatihan;
i. menyelenggarakan Uji Kompetensi JF;
j. menganalisis kebutuhan pelatihan fungsional di
bidang tugas JF;
k. melakukan sosialisasi petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis JF;
l. mengembangkan sistem informasi JF;
m. memfasilitasi pelaksanaan tugas pokok JF;
n. memfasilitasi pembentukan organisasi profesi JF;
o. memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik
profesi dan kode perilaku JF;
p. melakukan akreditasi pelatihan fungsional dengan
mengacu kepada ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Lembaga Administrasi Negara;
q. melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan JF
di seluruh Instansi Pemerintah yang menggunakan
JF tersebut;
r. melakukan koordinasi dengan instansi pengguna
dalam rangka pembinaan karier Pejabat Fungsional;
dan
s. menyusun informasi faktor jabatan untuk evaluasi
jabatan.
(3) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf i, dapat dilakukan oleh Instansi Pemerintah
pengguna JF setelah mendapat akreditasi dari instansi
pembina, sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Pelaksanaan tugas dan pelaporan hasil pembinaan JF ...
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB X
ORGANISASI PROFESI
Pasal 20
(1) Jabatan Fungsional ... wajib memiliki 1 (satu) organisasi
profesi.
(2) Setiap Pejabat Fungsional ... wajib menjadi anggota
organisasi profesi Jabatan Fungsional ....
(3) Pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional ...
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) difasilitasi Instansi
Pembina.
(4) Organisasi profesi Jabatan Fungsional ... sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib menyusun kode etik dan
kode perilaku profesi.
(5) Organisasi profesi Jabatan Fungsional ... mempunyai
tugas:
a. menyusun kode etik dan kode perilaku profesi;
b. memberikan advokasi; dan
c. memeriksa dan memberikan rekomendasi atas
pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi.
(6) Kode etik dan kode perilaku profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), ditetapkan oleh organisasi
profesi Jabatan Fungsional ... setelah mendapat
persetujuan dari pimpinan Instansi Pembina.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional ...
dan hubungan kerja Instansi Pembina dengan organisasi
profesi Jabatan Fungsional ... diatur dengan Peraturan
….
Pasal 21
Hubungan kerja antara Instansi Pembina dengan organisasi
profesi Jabatan Fungsional ... bersifat koordinatif dan
fasilitatif untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi pembinaan
Jabatan Fungsional ....
Pasal 22
Ketentuan mengenai hubungan kerja Instansi Pembina
dengan organisasi profesi Jabatan Fungsional ... ditetapkan
oleh Instansi Pembina sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
(1) Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional ... melalui
penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
dilaksanakan 1 (satu) kali untuk paling lama 2 (dua)
tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
pengangkatan melalui penyesuaian sebagaimana pada
ayat (1) ditetapkan oleh Instansi Pembina.
Pasal 25
Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (3) dilaksanakan paling lama 5 (lima)
tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.
Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan Jabatan
Fungsional ... ditetapkan oleh Instansi Pembina.
Pasal 27
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada 1 Juli 2023.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ASEP N. MULYANA