Pdf-Laporan-Pendahuluan-Ketuban-Pecah-Dini-Melan-Maternitas 4
Pdf-Laporan-Pendahuluan-Ketuban-Pecah-Dini-Melan-Maternitas 4
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8 – 10 % wanita hamil aterm akan mengalami
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada
primipara < 3 cm dan pada multipara <5 cm. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
adalahpecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu pada pembukaan <
Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya
tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Penyebabnya juga
disebabkan karena inkompetensi servik. Polihidramnion / hidramnion, mal presentasi janin
(seperti letak lintang) dan juga infeksi vagina / serviks (Prawirohardjo, 2010).
Adapun yang menjadi faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini adalah :
(Prawirohardjo, 2010)
Korioamnionitis adalah keadaan pada ibu hamil dimana korion, amnion dan cairan
ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu
dan janin, bahkan dapat menjadi sepsis. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya KPD.
Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage). Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi
kedua. Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus
dan bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada
konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi
c. Trauma
Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang
didapat misalnya hubungan seksual saat hamil baik dari frekuensi yang ≥4 kali seminggu, posisi
koitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar 37,50% memicu
terjadinya ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis dapat menyebabkan
Perubahan volume cairan amnion diketahui berhubungan erat dengan hasil akhir
kehamilan yang kurang bagus. Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
Misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul
f. Paritas
Faktor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara. Primipara adalah wanita yang
pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Ibu primipara yang
mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil,
gangguan fisiologis seperti emosi dan termasuk kecemasan akan kehamilan. Selain itu, hal ini
berhubungan dengan aktifitas ibu saat hamil yaitu akhir triwulan kedua dan awal triwulan ketiga
kehamilan yang tidak terlalu dibatasi dan didukung oleh faktor lain seperti keputihan atau infeksi
maternal. Sedangkan multipara adalah wanita yang telah beberapa kali mengalami kehamilan
dan melahirkan anak hidup. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan mengalami ketuban
pecah dini pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat, diyakini lebih
Persalinan preterm terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, infeksi diyakini
merupakan salah satu penyebab terjadinya KPD dan persalinan preterm (Prawirohardjo, 2010).
Pada kelahiran <37 minggu sering terjadi pelahiran preterm, sedangkan bila ≥47 minggu lebih
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia
paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya
mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23
minggu.
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis
terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen
dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini
preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada
kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah
mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari
pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya, karena komposisi membran
yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan
berikutnya.
pecah spontan
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
Menurut Manuaba (2010), tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD
adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan
tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk/berdiri, kepala janin yang sudah terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak
vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda infeksi
yang terjadi.
Komplikasi yang terjadi pada KPD meliputi mudah terjadinya infeksi intra uterin, partus
prematur, dan prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009). Terdapat tiga
komplikasi utama yang terjadi pada KPD yaitu peningkatan morbiditas neonatal oleh karena
prematuritas, komplikasi selama persalinan dan kelahiran, dan resiko infeksi baik pada ibu
maupun janin. Risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan penghalang penyebab infeksi
(Prawirohardjo, 2010).
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal.
Komplikasi akibat KPD kepada bayi diantaranya adalah IUFD, asfiksia dan prematuritas.
Sedangkan pada ibu diantaranya adalah partus lama, infeksi intrauterin, atonia uteri, infeksi
Menurut Prawirohardjo (2010) untuk mendiagnosa ketuban pecah dini yaitu dengan
menentukan pecahnya selaput ketuban di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan
menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.
Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu ≥48°C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit
darah > 15.000/mm3. Tentukan tanda-tanda persalinan, tentukan adanya kontraksi yang teratur.
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).
a.Pemeriksaan laboratorium
1)Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna. Konsentrasi, baud an pHnya.
2)Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine, atau secret vagina.
3)Secret ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna tetap kuning.
4)Tes lakmus (nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air
ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang
positif palsu.
5)Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis, meningitis janin,
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu
72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
Kehamilan ≥47 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila skor pelvic < 5,
lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan
seksio sesarea. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan (Prawirohardjo, 2010).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini menurut Manuaba (2010) sebagai
berikut :
Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur kesehatan janin
yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia
kehamilan (Varney, 2007). Usia kehamilan merupakan salah satu prediktor penting bagi
kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Persalinan umumnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan. Pada kehamilan umur 20 minggu berisiko terjadi komplikasi kehamilan
(Mansjoer, 2010).
Janin dikatakan cukup bulan (aterm) apabila usia kehamilannya mencapai 37 minggu
lengkap (atau dengan kata lain 38 minggu) hingga 42 minggu. Bila kurang daripada itu disebut
sebagai “prematur/preterm” (<37 minggu) dan jika lebih dinamakan “postmatur/ postterm” (≥48
Manuaba (2010) menjelaskan bahwa usia kehamilan berkaitan dengan kejadian KPD.
Kejadian KPD lebih sering terjadi pada persalinan usia kehamilan ≥47 minggu, dan pada
persalinan usia <37 minggu tidak terlalu sering terjadi KPD dan hanya kelahiran preterm yang
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan,
dimana ha tersebut dapat mengakibatkan terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden Sectio
Caesaria, atau gagalnya persalinan normal. Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam
24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24
jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu (Manuaba,
2010). Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi semakin besar dan membahayakan janin
sebanyak 15 (41,7%) mengalami ketuban pecah dini dan 21 (58,3%) tidak mengalami ketuban
pecah dini. Pada usia kehamilan diketahui bahwa ibu dengan usia kehamilan prematur sebanyak
9 (64,3%) mengalami ketuban pecah dini dan 5 (35,7%) tidak mengalami ketuban pecah dini,
sedangkan pada ibu dengan usia kehamilan matur sebanyak 15 (19,2%) mengalami ketuban
Hasil penelitian Susilowati (2009) mengenai gambaran karakteristik ibu bersalin dengan
KPD, diketahui bahwa ibu yang mengalami ketuban pecah dini sebagian besar umur kehamilan
2. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi
syarat untuk melangsungkan kehidupan atau pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu dan berat
janin mencapai lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010). Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup
Menurut Prawirohardjo (2010), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan
grandemultipara.
a. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di
dunia luar
b. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (2-4 anak)
c. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya
b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, di mana kehamilan tersebut tidak
Paritas 2 – 3 merupakan jumlah paling aman ditinjau dari sudut kesehatan serta sudut
kematian maternal dan perinatal (Manuaba, 2010). Paritas 1-2 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 0 dan paritas tinggi (≥4) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada
paritas 0 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik. Sedangkan risiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
Paritas tinggi (pasritas 1 dan ≥4) merupakan salah satu dar i penyebab terjadinya kasus
ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 1 dan paritas tinggi (≥4) mempunyai angka kematian
maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1
dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana dengan dua anak cukup dan mempunyai lebih
dari tiga termasuk paritas tinggi dan maksimal dua anak digolongkan dengan paritas rendah.
Paritas kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relatif lebih aman untuk hamil dan
melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut dinding uterus belum banyak
mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat
LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
LUKMAN FEBRIANTO
C1010018
2013
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan
dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput
1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu
2. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Prawirohardjo,
2002)
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum partu : yaitu bila pembukaan pada
primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998).
B.ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu
ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri
atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi.
(Manuaba, 2002).
uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya
b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi
distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
(Saifudin. 2002)
a. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada
intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
(Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan
atau sekaligus
banhyak 2.
3.
Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah
kering.
4.
Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air
5.
6.
D.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme ktuban pecah dini (KPD) menurut Manuaba (2009) yaitu diawali
dengan terjadi pembukaan premature serviks lalu selaput ketuban menjadi tidak
kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi
air ketuban. Melemahnya daya tahan ketuban dapat dipercepat dengan infeksi yang
dan kolegenase.
E.
PATHWAY
Terlampir
F.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada KPD dapat terjadi pada ibu dan janinnya.
a.
Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
b.
Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila
terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan
siptikemi.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Test Nitrozin, tes untuk memastikan pecahnya ketuban yaitu dengan kertas
2.
3.
infeksi
4.
Pemeriksaan USG untuk melihat jumlah caira ketuban dan kavum uteri
H.
PENANGANAN
1.
Konservatif
a.
b.
c.
d.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, berikan
KH :
3o
C – 37
50
C)
Intervensi
a.
b.
R : pada infeksi, cairan amnion lebih kental dan kuning pekat dengan
d.
tindakan keperawatan
e.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
: EGC.
Herdman, Heather T. 2010. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Ilmu kebidanan
. Jakarta : FKU
I.
Yulaikhah, 2009. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall.
Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.