“ SPESIAL TOPIK KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN PAJAK DENGAN
ILMU HUKUM LAINNYA ”
“Materi Kedudukan dan Hubungan Pajak dengan Ilmu Hukum Lainnya”
Di susun oleh:
PUTRA BESTARI (23233087)
SALSA BILLA KURNIA ILLAHI (23233020) JULIA EKA PUTRI (23233048)
Dosen Pengampu: Irdha Yusra SE, M.Sc
PROGRAM STUDI MANEJEMEN PAJAK
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI PADANG A. Pengertian Hukum Pajak (menurut buku pengantar perpajakan karya Neneng Hartati, S. E, M. M)
• Menurut Rochmat Soemitro (1992), hukum pajak adalah
kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Beberapa hal yang diatur dalam hukum pajak, yaitu: a. Subjek pajak dan wajib pajak; b. Objek pajak; c. Kewajiban pajak terhadap pemerintah; d. Kimbul dan hapusnya utang pajak; e. Cara penagihan pajak f. Cara mengajukan keberatsan dan banding
B. Kedudukan Hukum Pajak dengan Hukum Perdata (menurut
buku perpajakan indonesia karya Dr. Waluyo, M.Sc. Ak.)
Hukum pajak mempunyai kaitan erat dengan hukum perdata
terutama pada dasar pemungutan pajak yang dikenali yaitu adanya peristiwa, keadaan, dan perbuatan. Misalnya konkret yang dapat terlihat yaitu penggunaan istilah”tempat tinggal” atau domisili yang keduanya mengatur masalah ini. Kronologisnya sebagai berikut. 1. Pasal 17 BW: Setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggal dimana ia menempatkan pusat kediamannnya. Dalam hal tidak adanya tempat tinggal yang demikian, maka tempat kediaman sewajarnya dianggap sebagi tempat tinggal. 2. Pasal 2 ayat (6) Undang-Undang Pajak Pengahasilan: tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan ditetepakan oleh Direktur Jendral Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.
C. Kedudukan Hukum Pajak dengan Pidana (menurut buku
perpajakan indonesia karya Dr. Waluyo, M.Sc. Ak.)
Bentuk ancaman pidana terdapat dalam KUHP dan juga
terdapat pada undang-undang lainnya yang memberikan sanksi pidana kepada pihak yang melanggar ketentuan undang- undangan sebagai contoh sanksi pidana yang ada pada undang- undang lainnya dirumuskan dalam tindak pidana ekonomi, tindak pidana subversi, tindak pidana korupsi, tindak pidana pajak, dan lain sebagainya. Ketentuan tindak pidana di bidang pajak tertuang dalam pasal 38 sampai dengan pasal 43 Undang- Undang Pajak Bumi dan Bangunan dan pasal 14 Undang- Undang Bea Meterai.
D. Kedudukan hukum pajak dalam hukum nasional
Pemunggutan pajak kepada wajib pajak adalah kegiatan
dalam rangka pelaksanaan fungsi kepemerintahan. Semua keputusan para pejabat dibidang perpajak adalah merupakn ruang lingkup Hukum Administrasi Negara atau Hukum Tata Usaha Negara, sehingga bila terjadi sengketa perpajakan semestinya berdasarkan Undang-Undang no. 5 tahun 1985 menjadi dominan kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara. E. Hukum pajak formal dan hukum pajak materiil (menurut buku perpajakan indonesia karya Dr. Waluyo, M.Sc. Ak.)
Hukum pajak mengatur hubungan antara pemeritah selaku
pemungut pajak dengan wajib pajak. Apabila memperhatikan materinya, hukum pajak dibedakan menjadi dua, sebagai berikut. 1. Hukum pajak materiil, memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang yang dikenakan (objek-objek), pihak yang dikenai pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Sebagai contoh: undang- undang pajak penghasilan. 2. Hukum pajak formal, memuat bentuk atau tata cara untuk mewujudkan hukum pajak materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat antara lain: a. Tata cara penetapan utang pajak. b. Hak-hak fiskus untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak. c. Kewajiban wajib pajak sebagai contoh penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan, dan hak-hak wajib pajak mengajukan keberatan dan banding. Di indonesia hukum pajak formal ini telah diwujudkan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.