Anda di halaman 1dari 10

HUKUM DASAR GEOLOGI

1. law of unformitarianism

hukum ini menyatakan bahwa keadaan sekarang adalah kunci bagi keadaan masa lalu (the
present is the key to the past). proses geologi terjadi pada saat ini juga terda pada masa lampau.
sebagai contoh dapat disebutkan bahwa pada saat ini batu gamping koral sedang tumbuh dilaut,
jadi kalau pada saat ini terdapat dipuncak gunung dapat disimpulkan bahwa pada jaman yang
lalu daerah pegunungan tersebut merupakan dasar laut.hukum ini pertama kali dicetuskan oleh
james hutton pada tahun 1795 dan dipopulerkan oleh charles lyell pada tahun 1830 melalui
bukunya yang berjudul principle of geologi.

2. law of originali horizontaly

hukum ini dicetuskan oleh steno. pada mulanya batuan sedimen diendapkan secara horizontal
di dasar cekungan sejajar dengan permukaan bumi. jadi kalau sekarang dijumpai batuan
sedimen dengan kedudukan lapisan miring berarti batuan tersebut sudah dipengaruhi oleh gaya
tektonik.

3. law of superposition

dalam law of super position steno(1638-1687) dan secara efektif didemontrasikan oleh james
hutton 1795 mengamati bahwa batuan sedimen dibentuk oleh lapisan akumulasi banyak
lapisan. pada sekuan lapisan yang belum tergantung batuan yang tertua atau yang terendapkan
lebih awal akan berada paling bawah dan batuan yang termuda atau yang terendapkan paling
akhir akan berada paling atas, secara singkat the lower is the older, the upper is the younger.

4. principles of cross cutting relationship

hukum ini menyatakan bahwa satuan batuan atau sesar yang memotong menyilang satuan
batuan lain atau sesar lain berumur lebih muda daripada batuan atau sesar yang dipotongya

5. principle of faunal succestion

william smith atau yang sering disebut pula sebagai bapak geologi sejarah mengamati dan
mendokumentasikan lapisan batuan di inggris dapatdiidentifikasikan dan ditelusuridengan
kelompok fosil yang terkandung. berdasarkan pengamatan ini, menyebutkan bahwa karena
evolosi berbagai fosil yang terawetkan di dalam suatu sekuen batuan, kenampakan fisiknya
berubah secara granular dan teratur sejalan dengan waktu. kelompok fosil dan batun yang
mengadungnya dapat digunakan untuk mengkorelasikan secara geografik antara suatu daerah
dengan daerah lainnya.

Diposkan oleh akhmad nafarin di 7:23:00 PM


Topik: Definisi dan Pengertian Geologi

Geologi, adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu
mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas
tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja
baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah
perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat
digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan materi yang
beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk
dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,
cekungan dan rangkaian pegunungan.

Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi mulai dari perhiasan, perlengkapan
rumah tangga, alat transportasi hingga ke bahan energinya, seperti minyak dan gas bumi serta
batubara. Dan hampir setiap bentuk kegiatan manusia akan berhubungan dengan bumi, baik itu
berupa pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-gedung bertingkat yang
dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk memenuhi kebutuhannya seperti bahan-bahan
tambang maupun energi seperti migas dan batubara, yang harus digali dan diambil dari dalam
bumi. Kaitannya yang sangat erat dengan bidang-bidang kerekayasaan tersebut seperti Teknik
Sipil, Pertambangan, Pengembangan Wilayah dan Tata Kota serta Lingkungan, menyebabkan ilmu
ini semakin banyak dipelajari, tidak saja oleh mereka yang akan memperdalam bidang geologi
sebagai profesinya, tetapi juga bagi lainnya yang bidang profesinya mempunyai kaitan yang erat
dengan bumi.

Seorang ahli geologi mempunyai tugas disamping melakukan penelitian-penelitian untuk


mengungkapkan misteri yang masih menyelimuti proses-proses yang berhubungan dengan bahan-
bahan yang membentuk bumi, gerak-gerak dan perubahan yang terjadi seperti gempa-bumi dan
meletusnya gunungapi, juga mencari dan mencoba menemukan bahan-bahan yang kita butuhkan
yang diambil dari dalam bumi seperti bahan tambang dan minyak dan gas bumi. Dengan semakin
berkembangnya penghuni bumi, dimana sebelumnya pemilihan wilayah pemukiman bukan
merupakan masalah, sekarang ini pengembangan wilayah harus memperhatikan dukungan
terhadap lingkungan yang ditentukan oleh faktor-faktor geologi agar pembangunannya tidak
merusak keseimbangan alam. Karena itu tugas seorang ahli geologi disamping apa yang diuraikan
diatas, juga mempelajari sifat-sifat bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa-bumi dll;
meramalkan dan bagaimana cara menghindarinya.

Karena luasnya bidang-bidang yang dicakup, maka Geologi lazimnya dibagi menjadi 2 (dua)
kelompok, yaitu Geologi Fisik dan Geologi Dinamis. Geologi Fisik atau Physical Geology, adalah
suatu studi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi, seperti susunan dan
komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi, selaput udara yang mengitari bumi,
khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir,
serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi Matahari dan
tarikan gayaberat bumi. Proses-proses yang dimaksud itu, dapat dijabarkan sebagai pelapukan,
pengikisan, pemindahan dan pengendapan.

Dalam skema dibawah ini diperlihatkan hubungan yang saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi antara Litosfir yang merupakan bagian paling luar dari Bumi yang bersifat padat,
dengan Atmosfir (udara) dan Hidrosfir (selaput air), yang kemudian menciptakan Biosfir yang
merupakan bagian dari Bumi dimana terdapat interaksi antara ketiganya dan kehidupan di Bumi.
Interaksi ini menyebabkan sifat bumi yang dinamis.
Sejarah Perkembangan Ilmu Geologi

Pada awalnya, orang tertarik untuk mempelajari geologi hanya karena didorong oleh rasa keingin
tahuan terhadap apa yang dilihat dan dirasakan disekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan
dengan tersiratnya konsep-konsep terjadinya bumi di hampir semua budaya kuno dan dalam
ajaran-ajaran agamanya. Proses-proses alam yang menakjubkan, seperti meletusnya gunung-api
yang mengeluarkan bahan-bahan pijar dari dalam perut bumi, goncangan bumi yang
menghancurkan segala yang ada dimuka bumi dsb, telah mendorong orang-orang untuk mencari
jawabannya.

Ilmu Geologi itu sendiri sebenarnya dapat dikatakan baru dimulai pada sekitar tahun 500 hingga
300 tahun sebelum Masehi, yang didasarkan kepada fakta-fakta yang disusul dengan pemikiran-
pemikiran dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh pakar-pakar filsafat Yunani dan geologi
sejak itu berkembang menjadi Ilmu Pengetahuan tentang Bumi. Dengan semakin majunya
peradaban dimana banyak benda-benda kebutuhan manusia dibuat yang memerlukan bahan-
bahan tambang seperti besi, tembaga, emas dan perak, kemudian juga batubara dan minyak bumi
sebagai sumber energi, dan karena mereka ini harus diambil dari dalam bumi, maka Ilmu Geologi
kemudian berkembang sebagai ilmu terapan, yang dalam hal ini berfungsi sebagai penuntun
penting didalam eksplorasi. Disamping itu geologi di jaman modern juga ternyata berkembang
sebagai ilmu terapan didalam pembangunan teknik sipil dan pengembangan wilayah. Perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan terhadap bangunan-bangunan teknik sipil seperti waduk, bendung,
terowongan, jembatan, jalan dan sebagainya, memerlukan data geologi, karena mereka ini harus
dibangun diatas permukaan bumi.

Dengan semakin meningkatnya penghunian bumi yang diikuti dengan penyediaan sarananya, maka
lokasi hunian yang semula terletak didaerah-daerah yang mudah dijangkau dan sederhana tatanan
geologinya, sekarang sudah meluas kewilayah-wilayah yang rumit dan memerlukan pengetahuan
geologi yang lebih lengkap dan teliti didalam pembangunannya. Air yang merupakan salah satu
unsur daripada bumi, menjadi kebutuhan kehidupan yang sangat vital baik untuk rumah tangga,
pertanian maupun sebagai energi pembangkit listrik yang harus disediakan. Akhir-akhir ini
masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin mencuat ke permukaan, baik yang disebabkan
oleh proses alam itu sendiri maupun yang disebabkan karena ulah manusia didalam membangun
sarana dan memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti penggalian-penggalian bahan tambang dan
bangunan, pengambilan air tanah, sumberdaya energi seperti batubara dan minyak-bumi dsb. yang
dilakukan tanpa dilandasi oleh perhitungan keadaan geologi setempat. Pengetahuan geologi dalam
hal ini menjadi penting didalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya bencana
lingkungan.

Karena luasnya cakupan ilmu geologi, maka dalam buku ini akan dibahas tentang pengetahuan
dasar ilmu geologi, termasuk didalamnya adalah uraian tentang pengertian ilmu geologi, arti
waktu dalam geologi serta konsep-konsep dan hukum-hukum dalam ilmu geologi. Disamping itu
dalam buku ini dibahas juga tentang sejarah ilmu geologi dan kedudukannya didalam Alam
Semesta dan Tata Surya, bahan-bahan yang membentuk bumi serta proses-proses yang bekerja
diatas permukaan yang bertanggungjawab terhadap perubahan-perubahan pada rupa (wajah)
permukaan Bumi, pengenalan mengenai mineral dan batuan sebagai bagian yang menyusun kerak
bumi, pengetahuan tentang pengindraan jauh dalam ilmu geologi, geologi struktur, stratigrafi,
sejarah geologi, fosil, paleogeografi bumi, dan peta geologi.
Arti Waktu Dalam Geologi
Sebagai landasan prinsip untuk dapat mempelajari ilmu geologi adalah bahwasanya kita harus
menganggap bumi ini sebagai suatu benda yang secara dinamis berubah sepanjang masa, setiap
saat dan setiap detik. Dalam gambaran seperti itu maka salah satu segi yang khas dalam geologi
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lainnya adalah yang menyangkut masalah “waktu”. Salah satu
pertanyaan yang timbul yang berhubungan dengan masalah waktu itu, adalah: Apakah kejadian-
kejadian seperti proses-proses alam yang dapat kita amati sekarang ini, seperti mengalirnya air di
permukaan, gelombang yang memecah di pantai, sungai yang mengalir sambil mengikis dan
mengendapkan bebannya dll, juga berlangsung dimasa-masa lampau selama bumi ini berkembang?
Pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh James Hutton, seorang ilmuwan alam, yang oleh
banyak ilmuwan-ilmuwan dianggap sebagai bapak dari ilmu geologi modern, yang pada tahun
1785 untuk pertama kalinya mengeluarkan suatu pernyataan yang sekarang ini dikenal sebagai
“doctrine of unifornitarianism”.

Pencetus geologi modern ini yang kemudian dikenal sebagai “Huttonian revolution”,
mengemukakan pemikiran-pemikirannya sebagai berikut: (1) Bahwasanya proses-proses alam yang
sekarang ini menyebabkan perubahan pada permukaan bumi, juga telah bekerja sepanjang umur
dari bumi ini. Dengan perkataan lain, apa yang kita lihat, kita amati yang terjadi di bumi sekarang
ini, juga berlangsung dimasa lampau. (2) Ia juga mengamati bahwa proses-proses tersebut yang
walaupun bekerja sangat lambat, tetapi pada akhirnya mampu menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan yang sangat besar pada bumi. Ini berarti bahwa untuk itu diperlukan waktu
yang sangat lama; yang kemudian disimpulkan bahwa umur bumi ini sangat tua. (3) Bahwa bumi
ini sangat dinamis, yang berarti mengalami perubahan-perubahan yang terus-menerus mengikuti
suatu pola daur (siklus) yang berulang-ulang.

Hutton, yang berkebangsaan Skotlandia ini hidup antara tahun 1726 dan 1797. Pada jaman itu
tentu saja tidak semua ilmuwan dapat menerima pemikirannya yang begitu maju pada saat itu.
Diantaranya adalah sekelompok ilmuwan yang meyakini adanya kejadian-kejadian yang bersifat
malapetaka, seperti cerita Nabi Nuh, yang menyebutkan terjadinya peristiwa penenggelaman
daratan yang tiba-tiba. Kelompok ini dikenal sebagai penganut katastropisma, yaitu yang
mempercayai adanya peristiwa-peristiwa yang tiba-tiba yang berupa malapetaka yang
menghancurkan. Artinya kejadian-kejadian di bumi ini tidak berlangsung secara perlahan dan
menerus, tetapi berubah secara tiba-tiba melalui penghancuran yang berlangsung sangat cepat.
Pola pemikiran ini didasarkan kepada kejadian-kejadian seperti meletusnya gunungapi yang
merupakan malapetaka yang berlangsung dalam sekejap dan tiba-tiba; kemudian gempa bumi,
tanah longsor dsb. Dalam gambaran pikiran mereka, bentuk-bentuk bentang alam seperti gunung-
gunung yang menjulang tinggi, dianggapnya sebagai hasil dari suatu peristiwa yang bersifat
mendadak dan berlangsung relatif cepat. Hutton menganggap bahwa kejadian-kejadian itu hanya
sebagai bagian kecil saja dari proses uniformitarianism.

Penerapan yang nyata dari doktrin ini umpamanya adalah: sisa-sisa atau jejak-jejak binatang
seperti koral, cangkang kerang dan lainnya yang kita jumpai sekarang didalam batuan
dipegunungan-pegunungan yang tinggi (atau didaratan), dapat ditafsirkan sebagai bukti
bahwasanya daerah tersebut pernah mengalami suatu genang laut, atau merupakan dasar lautan,
mengingat binatang-binatang yang terdapat dalam batuan itu serupa dengan yang kini dijumpai
sebagai penghuni lautan. Jadi disinilah arti dari “the present is the key to the past”.

Gelombang yang memecah dipantai serta air yang mengalir di sungai di permukaan bumi,
kemudian mengendapkan bahan-bahannya di muara seperti bongkah, kerikil, pasir dan lempung,
kemudian lava leleh-pijar yang keluar dan mengalir dari kepundan gunungapi dan kemudian
mendingin serta membeku membentuk batuan, merupakan jejak-jejak dan bukti-bukti untuk
mengungkapkan bagaimana proses-proses itu bekerja. Rekaman-rekaman kejadian seperti itu
kadang-kadang dapat dilihat dengan begitu jelas sehingga kita akan mampu membaca dan
kemudian menafsirkannya bagaimana proses itu berlangsung meskipun kejadiannya telah berlalu
beberapa juta tahun yang silam. Dengan melihat kepada sifat-sifat yang terdapat didalam batuan
itu, bahkan kita akan mampu membedakan mana batupasir yang diendapkan oleh air dan mana
yang diendapkan oleh angin.; mana endapan gletser dan mana endapan sungai atau laut, karena
kita dapat membandingkannya dengan kejadian-kejadian yang sama yang sekarang sedang
berjalan.
Apakah semua peristiwa yang pernah berlangsung dibumi ini dapat secara sukses dijelaskan
dengan doktrin tersebut? Jawabannya adalah tidak, karena beberapa kejadian, seperti
pembentukan bumi ini sendiri, pembentukan atmosfir dan bagian paling luar dari bumi, litosfir,
ternyata hanya berlangsung satu kali saja dalam sejarah. Prinsip uniformitarianisma, mungkin
hanya berlaku terhadap kejadian-kejadian yang berlangsung 2/3 dari sejarah perkembangan bumi
yang terakhir. Masalah lainnya yang dihadapi dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut untuk
menafsirkan kejadian-kejadian dimasa lampau, adalah banyaknya bukti-bukti yang tidak lengkap
yang telah terhapus oleh pengikisan-pengikisan, atau tertutup oleh endapan-endapan yang terjadi
kemudian. Meskipun demikian, dengan tetap berpegang pada prinsip tersebut diatas, para ilmuwan
kebumian masih tetap mampu untuk menafsirkan proses-proses yang pernah berlangsung serta
mampu menemukan minyak bumi yang proses pembentukannya telah berlangsung beberapa juta
tahun yang silam, bahkan meramalkan gejala-gejala alam yang mungkin terjadi, sehingga dengan
demikian dapat dicegah terjadinya kerusakan-kerusakan yang lebih hebat sebagai akibat dari
gerak-tanah, gempa bumi, letusan gunung-berapi dan sebagainya. Kesemuanya ini menyebabkan
ilmu geologi semakin menarik untuk dipelajari dan dalam beberapa kasus bahkan menjadikannya
sebagai sesuatu keharusan untuk diketahui.
Skala Waktu Geologi

Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang terdapat diatas
permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan yang berada diatas bukit mungkin
dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh karena itu untuk mempelajari bumi maka dimensi “waktu”
menjadi sangat penting, dengan demikian mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang sangat
penting pula.

Ketika kita berbicara tentang catatan sejarah manusia, maka biasanya ukuran waktunya dihitung
dalam tahun, atau abad atau bahkan puluhan abad, akan tetapi apabila kita berbicara tentang
sejarah bumi, maka ukuran waktu dihitung dalam jutaan tahun atau milyaran tahun. Waktu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Catatan waktu
biasanya disimpan dalam suatu penanggalan (kalender) yang pengukurannya didasarkan atas
peredaran bumi di alam semesta. Sekali bumi berputar pada sumbunya (satu kali rotasi) dikenal
dengan satu hari, dan setiap sekali bumi mengelilingi Matahari dikenal dengan satu tahun.
Sama halnya dengan perhitungan waktu dalam kehidupan manusia, maka dalam mempelajari
sejarah bumi juga dipakai suatu jenis penanggalan, yang dikenal dengan nama “Skala Waktu
Geologi”. Skala Waktu Geologi berbeda dengan penanggalan yang kita kenal sehari-hari. Skala
waktu geologi dapat diumpamakan sebagai sebuah buku yang tersusun dari halaman-halaman,
dimana setiap halaman dari buku tersebut diwakili oleh batuan. Beberapa halaman dari buku
tersebut kadang kala hilang dan halaman buku tersebut tidak diberi nomor, namun demikian kita
masih dapat membaca buku tersebut karena ilmu geologi menyediakan alat kepada kita untuk
membantu membaca buku tersebut.
Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan umur Bumi.
Pertama, adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang ditentukan berdasarkan atas urutan
perlapisan batuan-batuan serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala
Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan
pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan. Skala relatif
terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam perkembangan ilmu geologi itu sendiri,
sedangkan skala radiometri (absolut) berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan
fisika yang diterapkan untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam bidang
geologi.

1. Skala Waktu Relatif


Sudah sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur bebatuan berdasarkan angka
seperti saat ini, mereka mengembangkan skala waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif
dikembangkan pertama kalinya di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala
waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun),
Era dibagi-bagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala).

Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki
arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai
kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan
binatang dan kata “Paleo” yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk pada
kehidupan binatang-binatang purba, “Meso” yang mempunyai arti tengah/pertengahan, dan “Keno”
yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut:
Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum.

Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti
tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang (burrow)
atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus
mempelajari tentang fosil dikenal sebagai Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentuk-
bentuk kehidupan purba. Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari
semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu
tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa
Proterozoikum kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria
dan algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil fosil
dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia.

2. Skala Waktu Absolut (Radiometrik)


Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa skala waktu relatif didasarkan atas kehidupan masa
lalu (fosil). Bagaimana kita dapat menempatkan waktu absolut (radiometrik) kedalam skala waktu
relatif dan bagaimana pula para ahli geologi dapat mengetahui bahwa:

1. Bumi itu telah berumur sekitar 4,6 milyar tahun


2. Fosil yang tertua yang diketahui berasal dari batuan yang diendapkan kurang lebih 3,5 milyar
tahun lalu.
3. Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang berlimpah diketahui bahwa pertama kali
muncul pada batuan-batuan yang berumur 570 juta tahun yang lalu.
4. Umur gunung es yang terahkir terbentuk adalah 10.000 tahun yang lalu.

Para ahli geologi abad ke19 dan para paleontolog percaya bahwa umur Bumi cukup tua, dan
mereka menentukannya dengan cara penafsiran. Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan
atau milyaran tahun dapat dimungkinkan setelah diketemukan unsur radioaktif. Saat ini kita dapat
menggunakan mineral yang secara alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat dipakai untuk
menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun dari suatu batuan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom
tersusun dari satu inti atom yang terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut
elektron. Isotop dari suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron pada
inti atomnya. Sebagai contoh, atom radioaktif dari unsur potassium memiliki 19 proton dan 21
neutron pada inti atomnya (potassium 40); atom potassium lainnya memiliki 19 proton dan 20 atau
22 neutron (potassium 39 dan potassium 41). Isotop radioaktif (the parent) dari satu unsur kimia
secara alamiah akan berubah menjadi isotop yang stabil (the daughter) dari unsur kimia lainnya
melalui pertukaran di dalam inti atomnya.

Perubahan dari “Parent” ke “Daughter” terjadi pada kecepatan yang konstan dan dikenal dengan
“Waktu Paruh” (Half-life). Waktu paruh dari suatu isotop radioaktif adalah lamanya waktu yang
diperlukan oleh suatu isotop radiokatif berubah menjadi ½ nya dari atom Parent-nya melalui
proses peluruhan menjadi atom Daughter. Setiap isotop radiokatif memiliki waktu paruh (half life)
tertentu dan bersifat unik. Hasil pengukuran di laboratorium dengan ketelitian yang sangat tinggi
menunjukkan bahwa sisa hasil peluruhan dari sejumlah atom-atom parent dan atom-atom
daughter yang dihasilkan dapat dipakai untuk menentukan umur suatu batuan.
Untuk menentukan umur geologi, ada empat seri peluruhan parent/daughter yang biasa dipakai
dalam menentukan umur batuan, yaitu: Carbon/Nitrogen (C/N), Potassium/Argon (K/Ar),
Rubidium/Strontium (Rb/Sr), dan Uranium/Lead (U/Pb). Penentuan umur dengan menggunakan
isotop radioaktif adalah pengukuran yang memiliki kesalahan yang relatif kecil, namun demikian
kesalahan yang kelihatannya kecil tersebut dalam umur geologi memiliki tingkat kisaran kesalahan
beberapa tahun hingga jutaan tahun. Jika pengukuran mempunyai tingkat kesalahan 1 persen,
sebagai contoh, penentuan umur untuk umur 100 juta tahun kemungkinan mempunyai tingkat
kesalahan lebih kurang 1 juta tahun. Teknik isotop dipakai untuk mengukur waktu pembentukan
suatu mineral tertentu yang terdapat dalam batuan. Untuk dapat menetapkan umur absolut
terhadap skala waktu geologi, suatu batuan yang dapat di-dating secara isotopik dan juga dapat
ditetapkan umur relatifnya karena kandungan fosilnya. Banyak contoh, terutama dari berbagai
tempat harus dipelajari terlebih dahulu sebelum ditentukan umur absolutnya terhadap skala waktu
geologi.
Umur Bumi
Hingga saat ini para akhli ilmu kebumian belum mendapatkan cara yang tepat untuk menentukan umur
Bumi secara pasti hanya dengan batuan yang ada di Bumi mengingat batuan tertua yang ada di Bumi
telah terdaur ulang dan hancur oleh proses tektonik lempeng serta belum pernah ditemukan batuan-
batuan yang terjadi saat pembentukan planet Bumi. Meskipun demikian para akhli sudah mampu
menentukan kemungkinan umur dari Sistem Tata Surya dan menghitung umur Bumi dengan
mengasumsikan bahwa Bumi dan benda-benda padat yang ada di dalam Sistem Tata Surya terbentuk
pada saat yang bersamaan dan sudah pasti memiliki umur yang sama pula.
Umur dari batuan-batuan yang ada di Bumi dan di Bulan serta Meteorit dapat dihitung dengan
pemanfaatkan unsur-unsur isotop radioaktif yang terjadi secara alamiah di dalam batuan dan mineral,
terutama yang mempunyai kisaran waktu paruh diatas 700 juta tahun atau lebih dari 100 milyar tahun
untuk menjadi unsur-unsur isotop yang stabil. Teknik pelarikan ini dikenal dengan “penanggalan
radioaktif’ yang dipakai untuk menghitung umur batuan saat batuan tersebut terbentuk.
Batuan tertua yang berumur 3.5 milyar tahun dijumpai tersebar hampir disemua benua yang ada di
Bumi. Batuan tertua tersebut antara lain dijumpai di Acasta Gneisses di bagian Baratlaut Canada dekat
Great Slave Lake berumur 4.03 milyar tahun dan di Greenland bagian barat pada batuan Isua
Supracrustal, berumur 3.4-3.5 milyar tahun. Hasil kajian dari penentuan umur batuan yang mendekati
batuan tertua juga dijumpai di Minnesota River Valley dan Michigan bagian utara, berumur 3.5-3.7
milyar tahun, di Swaziland, berumur 3.4-3.5 milyar tahun dan di Australia Barat berumur 3.4-3.6 milyar
tahun. Batuan batuan tersebut diatas telah diuji beberapa kali melalui metoda penanggalan radiometrik
dan ternyata hasilnya tetap/konsisten. Hal ini memberi kepercayaan kepada para akhli bahwa
penentuan umur yang dilakukan diyakini kebenarannya. Hal yang sangat menarik dari penentuan umur
pada batuan batuan tertua diatas adalah bahwa batuan-batuan tersebut tidak berasal dari batuan kerak
bumi akan tetapi berasal dari aliran lava dan batuan sedimen yang diendapkan di lingkungan air
dangkal, dan dari genesa batuan-batuan tersebut mengindikasikan bahwa sejarah bumi sudah berjalan
sebelum batuan tersebut terbentuk atau diendapkan.

Di Australia Barat, berdasarkan penanggalan radioaktif terhadap satu kristal zircon yang dijumpai dalam
batuan sedimen yang umurnya lebih muda telah menghasilkan umur 4.3 milyar tahun yang menjadikan
kristal ini sebagai material yang paling tua yang pernah ditemukan dimuka bumi. Batuan induk dari
kristal zircon ini hingga saat ini belum ditemukan. Berdasarkan hasil penentuan umur dari batuan-
batuan tertua dan kristal tertua menunjukkan bahwa Bumi paling tidak berumur 4.3 milyar tahun, namun
demikian penentuan umur terhadap batuan-batuan yang ada di Bumi belum dapat untuk memastikan
umur dari Bumi. Penentuan umur Bumi yang paling baik adalah yang didasarkan atas ratio unsur Pb
dalam Troilite pada batuan Iron Meteorit yang diambil dari Canyon Diablo Meteorite menunjukkan umur
4.54 milyar tahun. Sebagai tambahan, baru-baru ini telah dilaporkan bahwa hasil penanggalan
radioaktif U-Pb terhadap butiran-butiran mineral zircon yang berasal dari batuan sedimen yang ada di
Australia Barat bagian tengah diperoleh umur 4.4 milyar tahun.

Hasil penanggalan radiometrik batuan-batuan yang berasal dari bulan diperoleh umur 4.4 dan 4.5
milyar tahun dan umur ini merupakan umur minimal dari pembentukan planet yang terdekat dengan
Bumi. Ribuan fragmen meteorit yang jatuh ke Bumi juga telah dikumpulkan dan menjadi batuan yang
terbaik untuk penentuan umur dari pembentukan Sistem Tata Surya. Lebih dari 70 meteorit dari
berbagai jenis telah ditentukan umurnya berdasarkan penanggalan radiometrik dan hasilnya
menunjukkan bahwa meteorit dan sistem tatasurya terbentuk 4.53 dan 4.58 milyar tahun yang lalu.
Penentuan umur bumi tidak saja datang dari penanggalan batuan saja akan tetapi juga
mempertimbangkan bahwa bumi dan meteorit sebagai bagian dari satu sistem yang sama dimana
komposisi isotop timah hitam (Pb), terutama Pb207 ke Pb206 berubah sepanjang waktu sebagai hasil
dari peluruhan Uranium-235 (U235) dan Uranium-238 (U238).

Para akhli kebumian sudah memakai pendekatan ini dalam menentukan waktu yang dibutuhkan oleh
isotop isotop didalam bijih timah hitam (Pb) tertua yang ada di Bumi, yang mana isotop isotop tersebut
jumlahnya hanya sedikit, untuk berubah dari komposisi asalnya, sebagai hasil mengukuran dari
uranium fase bebas pada besi meteorit (iron meteorites), terhadap komposisinya pada saat bijih timah
hitam tersebut terpisah dari selaput sumbernya. Hasil perhitungan ini dalam umur Bumi dan Meteorit
serta Sistem Tata Surya adalah 4.54 milyar tahun dengan tingkat kesalahan kurang dari 1 persen.
Untuk ketelitian, umur ini mewakili saat saat terakhir dimana isotop Timah Hitam adalah homogen
selama Sistem Tata Surya bagian dalam dan saat dimana Timah Hitam dan Uranium menyatu menjadi
padat dari Sistem Tata Surya.

Umur 4.54 milyar tahun yang diperoleh dari Sistem Tata Surya dan Bumi adalah konsisten terhadap
hasil perhitungan yang dilakukan sekarang untuk 11 sampai 13 milyar tahun umur Milky Way Galaxy
(berdasarkan tahapan evolusi dari bintang berkabut global / globular cluster stars) dan umur 10 sampai
15 milyar tahun untuk umur Universal (berdasarkan atas penurunan dari jarak galaxy).

Anda mungkin juga menyukai