Anda di halaman 1dari 19

Makalah Hukum Perusahaan

Pelanggaran Prinsip Good Corporate Governance oleh PT X


dalam Pengelolaan Dana Hasil Penjualan Saham
Oleh Muh Arwanaz Pasauri
10400116083

Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2021/2022
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya menaruh

harapan besar terhadap bisnis, direksi, eksekutif, dan akuntan profesional tentang

apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mereka melakukannya. Pada saat yang

sama, lingkungan tempat bisnis beroperasi semakin kompleks sehingga hal

tersebut menjadi tantangan. Jika mereka sampai melakukan tindakan yang

melanggar etika, prinsip dan aturan maka hal tersebut dapat menimbulkan risiko

yang besar dan akan berpengaruh buruk bagi reputasi dan pencapaian tujuan

perusahaan secara keseluruhan. Jadi, sangat dibutuhkan sistem tata kelola

perusahaan yang mumpuni dalam mengatur segalanya serta akuntabilitas yang

tepat untuk kepentingan pemegang saham dan semua pemangku kepentingan

lainnya hingga memperolah kepercayaan publik.

Kegagalan pengelolaan perusahaan sehingga berujung pada kegagalan bisnis,

audit, dan tata kelola berskala besar seperti Enron, Arthur Andersen, dan

WorldCom telah mengakibatkan hilangnya kepercayaan publik terhadap

perusahaan-perusahaan di Amerika. Hal ini merupakan suatu bencana besar di

lingkungan bisnis, dan telah menjadi pemicu harapan baru dalam tata kelola dan

akuntabilitas perusahaan. Menyikapi hal tersebut, para politisi Amerika

menciptakan kerangka tata kelola dan akuntabilitas baru yang dikenal dengan

Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang bertujuan untuk memulihkan kembali

kepercayaan investor dan memfokuskan kembali tata kelola perusahaan pada


tanggung jawab direksi terhadap kewajiban fidusia mereka, yakni tanggung

jawab terhadap kepentingan pemegang saham dan para pemangku kepentingan

lainnya.

Oleh karena itu, undang-undang ini menjadi acuan awal dalam penjabaran dan

penciptaan terhaap konsep Good Corporate Governance (GCG) di berbagai

negara. Konsep GCG belakangan ini makin mendapat perhatian masyarakat

dikarenakan GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antar

para pemangku kepentingan di dalam suatu organisasi yang mencakup (a) hak-hak

para pemegang saham dan perlindungannya (shareholders), (b) peran para

karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholders), (c)

pengungkapan yang akurat dan tepat waktu (disclosure), (d) transparansi terkait

dengan struktur dan pengoperasian perusahaan, (e) tanggung jawab dewan

komisaris dan direksi terhadap perusahaan itu sendiri, kepada para pemegang

saham dan pihak-pihak lain.

Good Corporate Governance menjadi menarik perhatian karena banyak para ahli

yang berpendapat bahwa kelemahan dalam tata kelola korporat merupakan salah

satu sumber utama kerawanan ekonomi yang menyebabkan buruknya

perekonomian beberapa Negara Asia yang terkena krisis financial pada tahun

1997 dan 1998.

Pelanggaran prinsip GCG seperti kasus yang akan kami teliti yaitu PT XXX Tbk,

yang melakukan pelanggaran dan penyelewengan atau manipulasi data keuangan

dan pelanggran etika yang dapat merugikan publik, sehingga kami tertarik
mengulas permasalahan yang terjadi agar dapat memberikan gambaran tentang

permasalah PT XXX Tbk.

Tujuan

 Teori
a) Untuk mengetahui pengertian Corporate Governance
b) Untuk mengetahui Prinsip Corporate Governance
 Analisis Kasus
a) Untuk mengetahui Profil PT XXX Tbk
b) Untuk mengetahui kronologi kasus PT XXX Tbk
c) Dampak dan Sanksi kasus PT XXX Tbk
d) Analisis kasus pelanggaran Prinsip Good Corporate Governance
PEMBAHASAN

1. TEORI

a) Pengertian Good Corporate Governance


Pada awalnya, istilah “Good Corporate Governance” pertama kali

dikenalkan oleh Cadbury Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan

istilah dimaksud dalam laporannya yang dikenal dengan Cadbury Report. Berikut

disajikan beberapa definisi dari beberapa sumber, diantaranya:

 Menurut Cadbury Committee of United Kingdom

“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers,

creditors, the goverment, employees, and other internal and external stakeholders

in respect to their right and responsibilities, or the system by which companies

are directed and controlled”.

 Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)

FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury

Committee of United Kingdom dan menerjemahkan “Seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,

kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan

eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau

dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.

 Menurut Sukrisno Agoes


Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan

peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan pemangku

kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu

proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan

penilaian kinerjanya.

 Menurut Organization for Econimocs Cooperation and Development (OECD)

“The structure through which shareholders, directors, managers, set of the board

objectives of the company, the means of attaining thoseobjectives and monitoring

performance”. (Suatu struktur yang terdiriatas para pemegang saham, direktur,

manager, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat yang

akan digunakandalam mencapai tujuan dan memantau kinerja).

 Menurut Wahyudi Prakarsa

Mekanisme adninistratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen

perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-kelompok

kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan

dalam bentuk berbagai aturan (prosedur) dan sistem insentif sebagai kerangka

kerja (framework) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dan cara-

cara untuk mencapai tujuan tersebut, serta pemantauan atas kinerja yang

dihasilkan.

b) Prinsip Good Corporate Governance


Organisation For Economic Co-Operation And Development (OECD)

(2004) mengeluarkan prinsip-prinsip mengenai good corporate

governance pertama kali pada bulan mai 1999. Prinsip-prinsip ini sampai

sekarang masih digunakan oleh masyarakat international sebagai acuan dan tolak

ukur untuk menilai dan mengevaluasi penerapan good corporate governance, baik

di negara anggota OECD maupun di tingkatan yang lebih luas.

Namun OECD (2004) menjelaskan bahwa tidak ada satu model

pengembangan good corporate governance yang cocok untuk semua negara

karena masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Prinsip OECD (2004) terdiri dari enam pedoman yaitu :

1) Manajemen Kerangka Dasar Good Corporate governance yang efektif.

Prinsip yang pertama ini menekankan pada hal-hal untuk memastikan

dasar atau basis bagi pengembangan kerangka good corporate

governance yang efektif. Secara umum, prinsip ini menyatakan

bahwa good corporate governance harus dapat mendorong terciptanya

pasar yang transparan dan efisien, sejalan dengan perundangan dan

peraturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan fungsi dan

tanggung jawab otoritas-otoritas yang memiliki pengaturan, pengawasan,

dan penegakan hukum. Dalam rangka memastikan terciptanya

kerangka good corporate governance yang efektif, diperlukan kerangka

hukum yang efektif. Prinsip ini terbagi atas empat sub prinsip utama yaitu

:
 Kerangka good corporate governance harus dikembangkan dengan

mempertimbangkan pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian

secara keseluruhan, integritas pasar dan insentif yang tercipta bagi

pelaku pasar serta meningkatnya transparansi dan efisiensi pasar.

 Ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan

pelaksanaan good corporate governance harus sejalan dengan peraturan

perundangan yang berlaku, transparan dan dapat ditegakkan.

 Pembagian tanggung jawab antar otoritas dalam suatu yurisdiksi harus

diungkapkan secara jelas dan dipastikan bahwa kepentingan masyarakat

telah terpenuhi.

 Otoritas dalam pengawaasan, pengaturan dan penegakan hukum harus

memiliki kewenangan, integritas dan sumber daya dalam pemenuhan

tugasnya secara professional dan objektif. Selanjutnya keputusan-

keputusannya harus tepat waktu, transparan dan jelas.

2) Perlindungan terhadap hak-hak para pemegang saham (The right of

shareholder).

Prinsip good corporate governance yang kedua ini pada dasarnya

mengatur mengenai hak-hak pemegang saham dan fungsi-fungsi

kepemilikan saham. Hal ini mengingat investor, terutama dari suatu

perusahaan sebesar publik, memiliki hak-hak khusus seperti saham

tersebut dapat dibeli, dijual, ditransfer. Prinsip ini menyatakan bahwa

hak-hak dasar pemegang saham mencakup hak untuk :


 Memperoleh jaminan atas tercatatnya kepemilikan saham secara sah,

 Menyerahkan atau mengalihkan saham,

 Memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala

dan tepat waktu

 Berpartisipasi dan memberikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS),

 Memilih dan mengganti dewan (dewan komisaris dan direksi),

 Memperoleh hak atas bagian keuntungan perusahaan.

3) Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham (The equitable treatment

of shareholder).

Dalam prinsip ketiga ini ditekankan perlunya persamaan perlakuan kepada

seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan

pemegang saham asing. Prinsip ini menekankan pentingnya kepercayaan

investor di pasar modal. Oleh karena itu pasar modal harus dapat

melindungi investor dari perlakuan tidak benar yang mingkin dilakukan

oleh manager, dewan komisaris, dewan direksi atau pemegang saham

utama perusahaan. Prinsip ini terbagi atas tiga sub prinsip utama yaitu :

 Mengenai persamaan perlakuan antara pemegang saham dalam kelas

saham yang sama.

 Mengenai larangan transaksi orang dalam (insider trading) dan

perdagangan tertutup yang merugikan pihak lain (abusive self-dealing).


 Kewajiban anggota dewan komisaris, direksi dan manajer untuk

mengungkapkan setiap kepentingan yang material dalam suatu transaksi

atau hal-hal yang mempengaruhi perusahaan.

Prinsip-prinsip Corporate governance menurut Forum Corporate governance In

Indonesia (FCGI) (2001) ada Lima Prinsip yaitu :

1) Transparency (Transparansi).

Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas,

dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan,

pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

2) Accountability (Akuntabilitas).

Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk

menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham,

sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.

3) Responsibility (Pertanggungjawaban).

Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai

cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

4) Independency (Kemandirian)

Memastikan tidak adanya campur tangan pihak diluar lingkungan

perusahaan terhadap berbagai keputusan yang diambil perusahaan.

5) Fairness (Keadilan).

Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak

pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin

terlaksananya komitmen dengan para investor.


2. ANALISIS KASUS

a) Profil PT XXX Tbk.

PT XXX Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 20 Juni 1997

berdasarkan akta notaris Miryam Magdalena Indriani Wiardi, S.H Nomor

88. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman

Republik Indonesia dalam Surat Keputusan Nomor C2-

10.522.HT.01.01TH.1997 tanggal 8 Oktober 1997 dan telah diumumkan

dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 24 tanggal 23 Maret 1999.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,

terakhir dengan akta Notaris Leolin Jayayanti, S.H Nomor 1 tanggal 2

Desember 2008, antara lain sehubungan dengan rencana penawaran umum

saham perusahaan kepada masyarakat, perubahan nama perusahaan menjadi

PT XXX Tbk, perubahan nilai nominal saham dan perubahan beberapa pasal

dalam anggaran dasar. Akta perubahan tersebut telah mendapatkan

pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia dengan Surat Kerputusan Nomor AHU-94117.AH.01.02 tahun

2008 tanggal 5 Desember 2008.

Sesuai Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup perusahaan

terutama adalah bergerak dalam bidang perdagangan dan jasa konsultasi

manajemen dibidang telekomunikasi serta pemasangan, pengujian, dan uji

kelakyakan berbagai jenis produk dan peralatan komunikasi.

Pada tanggal Juni 2009, perusahaan memperoleh Surat Pernyataan

Efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK) dengan suratnya yang bernomor S-5700/BM/2009 untuk

melakukan penawaran umum perdana 210.000.000 saham kepada masyrakat

dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga penawaran sebesar Rp

160 per lembar surat saham.

b) Kronologis Kasus PT XXX Tbk

Bermula pada tanggal 10 Juni 2009, perusahaan yang didirikan 20

Juni 1997 itu memperoleh surat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK

untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) atas 210 juta saham atau

setara 25,95% dari modal disetor kepada public dengan nilai nominal Rp

100 per saham dan harga penawaran Rp 160 per saham. Dari hasil

penawaran umum tersebut PT XXX Tbk mendapakan dana RP 33,6 miliar.

Pada 14 Juli 2009, seluruh saham tersebut sudah dicatat di BEI.

Biaya emisi IPO dianggarkan sebesar 7,85% atau sebesar RP 2,637 miliar.

Itu berarti dana IPO yang diperoleh perseroan setelah dikurangi biaya IPO

sebesar Rp 30,962 miliar.

Sebelum melakukan IPO, PT XXX diduga telah mempercantik

laporan keuangan tahun 2008. Dalam dokumen laporan keuangan 2008 nilai

asset perseroan terlihat naik hampir 10 kali lipat dari Rp 7,9 miliar pada

2007 menjadi Rp 76 miliar pada 2008. Adapun ekuitas perseroan tercatat

naik 16 kali lipat menjadi Rp 64,3 dari Rp 4,49 miliar

Seperti tahun 2008, laporan keuangan tahun 2009 juga diduga penuh

angka-angka fiktif. Dalam laporan keuangan audit 2009, PT XXX Tbk


mencantumkan ada piutang usaha dari MIG sebesar Rp 8,606 miliar dan

pendapatan dari MIG sebesar RP 6,773 miliar, selain itu PT XXX Tbk

melakukan penggelembungan asset dengan memasukan sejumlah proyek

fiktif senilai RP 29,6 miliar. Rinciannya adalah piutang proyek dari PT SSS

Tbk Rp10,1 miliar, PT ASA Tbk Rp 10 miliar dan PT SAS Tbk RP 9,5

miliar.

Setahun pasca listing dugaan penyelewengan dana IPO mulai

tercium otoritas bursa dan pasar modal atas laporan pemegang saham dan

Forum Komunikasi Pekerja XXX (FKPX). PT XXX Tbk diduga melakukan

penyalahgunaan dana hasil IPO sebesar Rp 28,971 miliar dari total yang

diperoleh sebesar Rp 33,60 miliar. Realisasi dana IPO diperkirakan hanya

sebesar Rp 4,629 miliar.Menurut rencana prospectus, dari dana hasil

penawaran umum perseroan menjanjikan sekitar 54,05% akan dipakai untuk

kebutuhan modal kerja sementara 36,04% sisanya akan dperuntukan untuk

membeli berbagai peralatan proyek.

Dugaan penyelewengan tersebut dipicu oleh laporan keuangan

perseroan yang menunjukan angka-angka yang tidak normal. Pada 2010,

jumlah asset terlihat menyusut drastic dari Rp 105,1 miliar pada 2009,

menjadi Rp26,8 miliar. Ekuitas anjlok dari Rp97,96 miliar menjadi Rp20,43

miliar. Adapun pendapatan yang tadinya sebesar Rp29,9 miliar, hanya

tercatat RP3,7 miliar. Perseroan pun menderita kerugian sebesar RP77miliar

dari periode sebelumnya yang memperoleh laba Rp55 miliar.


Pada 1 Septeber 2010 saham PT XXX Tbk disuspensi oleh Bursa

Efek Indonesia. Audit yang dilakukan oleh KAP Akhyadi Wadisono

memberikan opini disclaimer selama tahun 2010 dan 2011. Tanggal 1

Oktober 2012 otoritas bursa memberikan sanksi administartif dan

melakukan delisting atas saham PT XXX Tbk, yang berkode TripleX.

c) Dampak dan Sanksi kasus PT XXX Tbk


Sanksi yang diberikan oleh Bapepam adalah pemberian sanksi

administratif oleh otoritas bursa sesuai dengan UU No. 8 Tahun 1995

Tentang Pasar Modal dan delisting dari bursa efek Indonesia, setelah selama

2 tahun sebelumnya saham PT XXX Tbk yang berkode TripleX disuspensi

dan tidak akan diperdagangkan kembali.

Kasus ini juga memberikan dampak bagi operasional perusahaan

karena tidak adanya modal kerja, selain itu karyawan tidak diberikan hak-

hak karyawan secara penuh akibat penghentian kegiatan operasional. Selain

itu gaji karyawan manajemen melakukan pemotongan gaji untuk asuransi

jamsostek para karyawan, telah dipaparkan diatas bahwa para karyawan

yang tidak mengikuti asuransi jamsostek gajinya tetap ikut dipotong tanpa

alasan yang jelas. Selain itu cabang PT XXX Tbk di Medan telah melakukan

penutupan secara sepihak tanpa menyelesaikan hak hak para karyawan

dengan tidak membayar gaji sesuai dengan pengorbanan yang telah mereka

berikan kepada PT XXX Tbk.


d) Analisis kasus pelanggaran Prinsip Good Corporate Governance.

Prinsip-prinsip Corporate governance menurut Forum Corporate

governance In Indonesia (FCGI) (2001) ada Lima Prinsip yaitu:

 Transparansi (Transparency)

 Akuntabilitas (Accountability)

 Responsibilitas (Responsibility)

 Independensi (Independency)

 Keadilan (Fairness)

Adapun dalam kasus PT XXX Tbk ini, ada 5 pelanggaran terhadap

prinsip tata kelola yang baik.

 Transparansi (Transparency), PT XXX Tbk tidak menyampaikan

informasi dengan benar, seperti yang telah disampaikan bahwa

Manajemen XXX telah memanipulasi laporan keuangan dengan

memasukkan sejumlah piutang fiktif guna memperbesar nilai aset

perseroan dan memperbesar nilai pendapatan sehingga informasi yang

diterima oleh para pemangku kepentingan menjadi tidak akurat yang

mengakibatkan para pemangku kepentingan seperti investor menjadi

salah mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa PT XXX

Tbk telah melanggar prinsip Transparansi (Keterbukaan) dalam

penyampaian informasi.

 Akuntabilitas (Accountability), Telah terbukti bahwa PT XXX Tbk

tidak merealisasikan dana hasil IPO sesuai dengan prospektus

perseroan dan melakukan penyelewengan dana, sehingga terjadi


ketidak efektifan kinerja perseroan. Laporan Keuangan yang

dihasilkannya pun menjadi tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. Hal

ini jelas menjadi bukti bahwa PT XXX Tbk gagal dalam menerapkan

prinsip akuntabilitas.

 Responsibilitas (Responsibility), PT XXX Tbk melanggar prinsip

Responsibilitas dengan melakukan penyelewengan dana milik investor

publik hasil IPO sebesar Rp 29,04 miliar, manajemen PT XXX Tbk

juga tidak meyelesaikan kewajibannya kepada karyawan dengan

membayar gaji mereka,. Berdasarkan informasi yang diperoleh

sebagian besar direksi dan pemangku kepentingan perseroan

dikabarkan telah melarikan diri ke luar negeri. Hal ini jelas

menggambarkan bahwa XXX melanggar Prinsip Responsibilitas.

 Independensi (Independency), Adanya manipulasi laporan keuangan

menunjukan bahwa divisi keuangan yang membuat laporan tersebut

tidak independen. Meskipun merupakan bagian internal dari PT XXX

Tbk, pihak yang bertanggungjawab membuat laporan keuangan

haruslah membuat laporan keuangan sesuai nilai yang sebenarnya

tanpa manipulasi tanpa terpengaruh pihak manajemen meskipun pihak

manajemen menginginkan adanya manipulasi.

 Keadilan (Fairness), PT XXX Tbk tidak memperlakukan secara adil

para pemangku kepentingan, investor tidak diperlakukan secara adil

dan tidak ada keadilan pula bagi karyawan. Hal itu sangat jelas

tergambarkan pada pada pemotongan gaji untuk asuransi jamsostek


para karyawan, telah dipaparkan diatas bahwa para karyawan yang

tidak mengikuti asuransi jamsostek gajinya tetap ikut dipotong tanpa

alasan yang jelas. Selain itu cabang XXX di Medan telah melakukan

penutupan secara sepihak tanpa menyelesaikan hak hak para karyawan

dengan tidak membayar gaji sesuai dengan pengorbanan yang telah

mereka berikan kepada PT XXX Tbk, terbukti bahwa manajemen PT

XXX Tbk melanggar prinsip Keadilan.


DAFTAR PUSTAKA

Aulia, syifa dkk.2012 Kasus Tata Kelola Enron Corp. & Pt. Katarina Utama
Tbk.Universitas Diponegoro

Brooks, Leonor J. Dunn. 2008. Etika Bisnis & profesi edisi 5 buku 1, Salemba
Empat, Jakarta

Forum Corporate governance In Indonesia (FCGI), 2001

Rivandi, Muhammad.2014.Pengaruh Corporate Governance Index, kepemilikan


Institusional terhadap biaya ekuitas dan biaya hutang

M. Yahya Harahap “Hukum Perseroan Terbatas” (hal. 374 dan 457)

Ridwan Khairandy “Perseroan Terbatas” (hal. 209)

http://www.bapepam.go.id/old/hukum/uupm/bab_XIV.htm diakses 4 Juli 2021

Anda mungkin juga menyukai