Laporan KP
Laporan KP
Disusun oleh :
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
a. Metode Observasi
Dalam metode observasi ini, penulis melibatkan diri secara langsung di lapangan
dan ikut serta sebagai pelaksana atau pengawas lapangan pada saat proyek
berlangsung dan mengamati bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan tersebut.
b. Metode Wawancara
Dalam metode ini, penulis memperoleh data dari sesi tanya jawab dengan pihak
pihak yang terlibat di dalam proyek tersebut.
c. Metode Studi Kepustakaan
Data-data diperoleh dari buku, literatur, jurnal, ataupun diktat yang terdapat di
perpustakaan dan referensi lainnya yang diperoleh dari internet yang berhubungan
dengan penulisan laporan ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disusun secara per bab, yang dimana setiap babnya
dibagi menjadi beberapa bagian yang akan dijabarkan lagi. Hal ini bertujuan agar
setiap permasalahan yang akan dibahas dapat diketahui lebih mudah dan detail.
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan dalam bab ini adalah mengenai pelaksanaan teknis pekerjaan
(flexible Pavement) Jalan Poros Kabupaten Banyuasin sungai rengit
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil akhir laporan kerja
praktek yang telah dilaksanakan yang mungkin berguna serta memberikan
manfaat bagi para pembaca.
BAB II
TINJAUAN UMUM
5
6
Volume : 5.071,00 m3
Agregat B
Lebar : 5,5 meter
Panjang : 992 meter
Tebal : 0,15
Volume : 712,25 m3
Pekerasan beton semen (K-250)
Lebar : 5,5 meter
Panjang : 992 meter
Tebal : 0,2
Volume : 922,00 m3
Aspal untuk pekerjaan lebur
Lebar : 5,5 meter
Panjang : 992 meter
Tebal : 0,8
Volume : 3.688,00 liter
7
Owner
tertentu sehingga pekerjaan tersebut harus dikerjakan oleh orang / pihak lain yang
berkompeten dibidangnya. Prosedur standarnya, unit produksi dari pemilik proyek
ingin meningkatkan kapasitas produksi.pilihannya bisa berupa menambah unit
produksi baru ataupun meningkatkan kapasitas dari unit produksi yang lama.
Pilihan ini akan dibicarakan ditingkat manajemen yang melibatkan unit maupun
engineering. Ditahap ini, bisa jadi konsultan perencana sudah mulai terlibat.
2. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah orang atau badan hukum yang memborong
pekerjaan spesialis tertentu pada kontraktor utama, Membuat laporan kemajuan
pelaksanaan proyek atau biasanya disebut dengan progress yang isinya antara lain
laporan harian, mingguan , dan laporan bulanan kepada pemilik proyek, biasanya
terdiri dari laporan Pelaksanaan pekerjaan, Kemajuan kerja yang sudah dicapai,
Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, Pengaruh alam seperti cuaca dan Laporan
Perubahan pekerjaan.
Pelaksanaan perencana pekerjaan pada suatu proyek adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan penyesuaian kedaan lapangan dengan keinginan pemilik proyek
2. Membuat gambar kerja pelaksanaan membuat rencana kerja dan syarat
pelaksanaan bangunan (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
3. Membuat rencana anggaran biaya (RAB).
4. Memproyeksikan keinginan atau ide–ide pemilik proyek ke dalam desain
bangunan. Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan
pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan.
5. Mempertanggung jawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi, kemudian proses pelaksanaannya diserahkan kepada
konsultan pengawas, Konsultan pengawas ini sendiri adalah orang / intansi
yang menjadi wakil pemilik proyek di lapangan.
3. Konsultan Pengawas
Konsultan Pengawas adalah suatu badan yang ditunjuki oleh pemimpin proyek
setelah melalui seleksi konsultan dengan mengajukan usulan kerja,melakukan
10
tugas dan tanggung jawab seperti yang telah dituangkan dalam kontrak atau
perjanjian kerja pengawasan dan bertanggung jawab kepada pimpinan proyek.
Pelaksanaan pengawasan pekerjaan pada suatu proyek adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi kualitas, kuantitas,
serta laju pencapaian volume.
2. Mengawasi pekerjaan serta produknya.
3. Mengawasi ketepatan waktu dan biaya produksinya.
4. Mengusulkan perubahan – perubahan serta penyusuaian dilapangan untuk
memecahkan permasalahan yang timbul selama pekerjaan konstruksi.
5. Menyelenggarakan rapat–rapat dilapangan secara berkala.
6. Menyusun dan mengevaluasi daftar kekurangan–kekurangan dan cacat
pekerjaan selama masa peralihan.
7. Mengkoordinasi pengadaan dua set gambar sesuai dengan pelaksanaan
dilapangan yang disiapkan oleh kontraktor.
4. Kontraktor
Kontraktor adalah suatu perusahaan yang melakukan kontrak kerja dengan
orang atau perusahaan lain untuk memasok barang atau menyelesaikan jasa.
Kontraktor biasanya mendapatkan pekerjaan dari tender atau penunjukan
langsung oleh pemilik proyek. Awalnya, sifat pekerjaan kontraktor mengarah
pada pekerjaan konstruksi. Artinya, membangun berdasarkan rancangan dan
material yang telah disediakan oleh pemilik proyek. Akan tetapi proyek yang
bersifat turn keysudah semakin banyak sehingga banyak kontraktor yang
meningkatkan statusnya ke EPC ( Engineering, Procurement, Construction).
Dengan status EPC, sebuah perusahaan kontraktor akan mengerjakan detail
perancangan proyek, member material yang dibutuhkan, terakhir memasangnya
dan memastikan siap digunakan oleh pemilik proyek. Tahap memastikan bahwa
proyek yang dikerjakan telah siap dipergunakan disebut Commissioning.
11
PENGGUNA ANGGRAN ( PA )
BENDAHARA
PENGELUARAN
DEDY STIADI, SE
PENGAWAS LAPANGAN
1. ANDI WIJAYA,S.T.,M.Si
2. SUTRISNO,S.T
3. M.DONA SYAPUTRA,S.T.
4.BADIANSYAH,S.T.
1. Pengguna Anggaran
Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran untuk melaksanakan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
Tugas Pengguna Anggaran (PA) antara lain :
a. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA-SKPD).
b. Menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA SKPD).
c. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran
belanja.
d. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya.
e. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
f. Melaksanakan pemungutan retribusi daerah.
g. Mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan.
h. Menandatangani SPM.
i. Mengelola Utang dan Piutang Daerah yang menjadi tanggung jawab SKPD
yang dipimpinnya.
j. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya.
k. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
l. Menetapkan PPTK dan PPK SKPD.
m. Menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang dipimpinnya dalam rangka
Pengelolaan Keuangan Daerah.
n. Melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah Pegawai Negeri Sipil pada Satuan Kerja
yang telah mempunyai Sertifikat Bendahara yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, mematau usaha dan mempertanggung jawabkan
uang atau barang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan DIPA
Satuan Kerja.
Tugas Bendahara Pengeluaran antara lain :
a. Mengelola Uang Persediaan & LS Bendahara.
13
5. Pengawas Lapangan
Pengawas lapangan adalah orang yang melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pekerjaan apakah sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati agar
dapat memberikan laporan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mengenai
kualitas dan peralatan yang digunakan sesuai dengan rencana atau belum.
M. Sharul Apriyadi, ST
Site Engineer – Quantity Engineer
Dwi cahyani
Adm/ sekertaris
C. Adm / sekretaris
Tugas dan kewajiban Adm / Sekretaris :
Tugasnya adalah untuk melaksanakan administrasi proyek dari awal
hingga akhir agar setiap dokumen yang terkait dengan proyek tersebut dapat
terdokumentasi secara rapi dan mudah untuk di cari. Selain itu membantu
manajer proyek dalam membuat dokumen manajemen proyek yang
berhubungan dengan proyek maupun secara umum sehingga dapat
memudahkan kerja dari manajer.
E. Teknisi lab
Tugas dan kewajiban Teknisi Lab. :
Mengikuti petunjuk teknis dan instruksi dari Site Engineer/Quality
Engineer, serta mengusahakan agar Site Engineer dan Pejabat Pembuat
Komitmen selalu mendapat informasi yang diperlukan dengan pengendalian
mutu.
Melakukan pengawasan dan pemantauan ketat atas pengaturan personil dan
peralatan laboratorium kontraktor, agar pelaksanaan pekerjaan selalu
19
G. Surveyor
Tugas dan kewajiban Surveyor :
Mengikuti petunjuk teknis dan instruksi dari Site Engineer / Chief Inspector,
serta mengusahakan agar Site Engineer dan Pejabat Pembuat Komitmen
selalu mendapat informasi yang diperlukan dengan pengendalian volume
pekerjaan.
Melaksanakan pengawasan harian, agar pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh kontraktor sesuai dengan desain dan volume yang
ditentukan.
Melaksanakan dan mengawasi proses pengukuran dan pemetaan, baik itu
untuk alinyemen Horizontal dan Vertikal ataupun Cross Section.
Setiap saat mengikuti petunjuk teknis dan spesifikasi yang tercantum
dalam dokumen kontrak.
Mengecek dan mengukur volume bahan dan pekerjaan yang dihasilkan
oleh kontraktor, untuk dipakai sebagai
dasar pembuatan pembayaran bulanan (Monthly Certificate).
Membantu Site Engineer dalam membuat laporan dan serah terima
sementara serta pemeriksaan kualitas dilapangan.
21
M. Sharul Apriyadi, ST
Site Engineer – Quantity Engineer
Novia agustina
Operator komputer
C. Supporting Staff
Supporting staff ini terdiri antara lain sekretaris, operator komputer, cad
operator,penjaga kantor, supporting staff disini ditempatkan di masing–masing
bidangnya dengan orang–orang yang juga berkompeten dibidangnya masing–
masing. Supporting staff sangat dibutuhkan untuk membantu dan melaksanakan
proyek secara tidak langsung meskipun bukan dilapangan. Supporting staff
bertugas membantu membuat laporan persiapan supervisi engineer, membantu
membuat gambar proyek, membantu membersihkan kantor dan menjaga
keamanan lingkungan kantor. Secara tidak langsung supporting staff
bertanggung jawab langsung terhadap supervisi engineer.
23
STRUKTUR ORGANISASI
CV NYIUR PRATAMA MANDIRI
Irwansyah, SKM
Direktur
Ichan Yuliana, SE
Wakil Direktur
M. faisal Novriansyah,SH
1. Direktur
Tugas Direktur antara lain :
a. Menetapkan strategi perusahaan, kebijakan dasar keuangan, organisasi dan
SDM, serta sistem teknologi informasi dan komunikasi perusahaan.
b. Mengajukan saran pengelolaan perusahaan yang memerlukan persetujuan
komisaris dan/atau memerlukan tanggapan tertulis komisaris dan
persetujuan RUPS serta melaksanakannya sesuai ketentuan yang diatur
dalam anggaran dasar, persetujuan komisaris serta keputusan RUPS.
c. Mengupayakan tercapainya target-target perusahaan dalam aspek
keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi yang telah disetujui
dan ditetapkan dalam RUPS, menetapkan sasaran kinerja serta evaluasi
24
3. Pelaksana Lapangan
Tugas Pelaksana Lapangan antara lain :
a. Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
b. Mengkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
c. Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.
4. Pelaksana Kegiatan
Tugas Pelaksana Kegiatan antara lain:
a. Melaksanakan Swakelola
b. Menyusun dokumen Lelang
c. Mengumumkan dan melaksanakan Lelang untuk Pengadaan
d. Melalui Penyedia
e. Memilih dan menetapkan Penyedia
f. Memeriksa dan melaporkan hasil Pengadaan kepada Kasi/Kaur; dan.
g. Mengumumkan hasil kegiatan dari Pengadaan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
25
26
Penilaian tipe dan kondisi permukaan jalan yang ada merupakan aspek yang
paling penting dalam penentuan sebuah proyek, sebab karakteristik inilah
yangakan menentukan satuan nilai manfaat ekonomis yang ditimbulkan oleh
adanya perbaikan jalan.
A. Jalan Arteri
Jalan Arteri adalah jalan umum dengan fungsi untuk melayani angkutan
utama yang menempuh perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-ratanya tinggi, serta
jalan masuk atau aksesnya dibatasi jumlahnya secara berdaya guna. Dari peran
dan fungsinya ini, jalan arteri harus memenuhi syarat sebagai berikut :
27
B. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor adalah jalan umum dengan fungsi untuk melayani angkutan
pengumpul atau pembagi. Jalan kolektor mempunyai ciri yaitu kendaraan yang
melintas menempuh jarak sedang, kecepatannya sedang dengan jumlah jalan
masuk yang dibatasi. Melihat dari fungsi dan perannya maka jalan kolektor harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
Kecepatan rencana atau kendaraan diatasnya lebih dari 40 km/jam.
Lebar badan jalan harus lebih dari 7 meter.
Volume lalu lintas rata-rata tidak boleh lebih besar dari kapaitas jalan,
maksimal harus sama.
Kecepatan rencana dan kapasitas jalan tidak boleh terganggu dengan cara
membatasi jalan masuk secara efisien.
Kegiatan dan lalu litas tidak boleh mengganggu lalu lintas jalan.
Meskipun memasuki kota, jalan kolekor tidak boleh terputus.
C. Jalan Local
Jalan lokal adalah jalan umum dengan fungsi untuk melayani angkutan lokal
atau setempat. Ciri jalan lokal adalah kendaraan yang melintas menempuh jarak
dekat, kecepatannya rendah, dengan jumlah jalan masuk yang tidak dibatasi. Dari
segi peran dan fungsinya, jalan lokal harus memenuhi syarat seperti :
Tidak terputus, apabila memasuki wilayah desa.
Lebar badan jalan lokal lebih dari 6 meter.
28
D. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan adalah jalan umum dengan fungsi untuk melayani angkutan
setempat atau lingkungan dengan perjalanan jarak dekat serta kecepatannya yang
rendah.
kota, pusat pelayanan dengan persil, antar persil, hingga antar pusat pemukiman
dalam kota.
e. Jalan Desa
Jalan Desa adalah jalan umum dengan fungsi sebagai penghubung kawasan
dan antar pemukiman yang ada di desa, hingga jalan lingkungan.
b. Jalan Kelas II
Jalan kelas II adalah jalan arteri yang bisa untuk dilewati oleh kendaraan
bermotor termasuk kendaraan bermuatan.Denganukuranlebar tidak lebih dari 2,5
meter dengan panjangtidak lebih dari 18 meter, dan muatan sumbu maksimalnya
mencapai 10 ton. Jenis jalan ini cocok diaplikasikan untuk lalu lintas angkutan
peti kemas.
c. Jalan Kelas IIIA
Jalan kelas III A adalah jalan kolektor maupun arteri yang bisa untuk dilalui
kendaraan bermotor termasuk kendaraan bermuatan.denganukuranlebar yang
tidak lebih dari 2,5 meter dengan panjang tidak lebih dari 18 meter, dengan
muatan sumbu terberatnya adalah 8 ton.
d. Jalan Kelas IIIB
Jalan kelas III B adalah jalan kolektor yang bisa untuk dilalui oleh kendaraan
bermotor maupun kendaraan dengan muatan. Lebartidak lebih dari 2,5 meter
30
dengan panjang tidak lebih dari 12 meter dan muatan sumbu terberatnya maksimal
8 ton.
e. Jalan Kelas IIIC
Jalan kelas III C adalah jalan lingkungan dan jalan lokal yang bisa untuk
dilalui oleh kendaraan bermotor maupun kendaraan bermuatan. lebar yang tidak
melebihi 2,1 meter yang panjangnya tidak lebih dari 9 meter, untuk muatan
terberatnya adalah sekitar 8 ton.
3.2.2 Jenis-Jenis Jalan Berdasarkan Sistem Jaringan Jalan
Berdasarkan sistem jaringan dan kegiatan yang dilakukan pada sebuah jalan,
maka dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
a. Jalan Primer
Jalan primer adalah jenis jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan.
Jalan primer melayani pergerakan antar pusat kegiatan dimana pusat kegiatan
terdiri atas tiga macam yaitu sebagai berikut :
Pusat Kegiatan Nasional ( BKN )
Pusat Kegiatan Wilayah ( PKW )
Pusat Kegiatan Lokal ( PKL )
b. Jalan Sekunder
Jalan sekunder merupakan jalan yang melayani pergerakan untuk area bukan
pusat kegiatan seperti jalan di kawasan perkotaan. Jalan sekunder juga biasanya
menjadi cabang dan perpanjangan dari jalan primer yang melayani kegiatan lain
dalam sistem urban. Jalan sekunder menghubungkan zona antarkawasan di dalam
perkotaan yang diatur secara berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang
dihubungkannya.
3.3 Bagian Ruang Jalan
31
Pada pekerjaan jalan terdapat beberapa macam bagian ruang jalan adalah
sebagai berikut :
a. Ruang manfaat jalan (RUMAJA)
adalah suatu area atau ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan
terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan
jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan (median) atau tanpa jalur pemisah dan bahu
jalan, termasuk jalurpejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian
paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan dimaksudkan untuk mengamankan
bangunan jalan.
b. Ruang milik jalan (RUMIJA)
adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan (RUMAJA) yang
masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang
milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan
penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada
masa yang akan datang.
c. Ruang pengawasan jalan (RUWASJA)
adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang milik jalan yang
penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu
pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak
cukup luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan
disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya.
d. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)
Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi,
dan kedalaman ruang bebas tertentu yang ditetapkan oleh Pembina Jalan. Daerah
manfaat jalan hanya digunakan untuk perkerasan jalan, bahu jalan, saluran
samping, tereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
e. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan
tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan suatu hak tertentu sesuai
32
timbunan atau tanah galian yang sebelumnya diadakan perbaikan tanahnya sesuai
dengan syarat yang telah ditentukan.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka tanah dasar dibedakan atas :
a.Lapisan tanah dasar berupa tanah galian.
b.Lapisan tanah dasar berupa tanah timbunan.
c.Lapisan tanah dasar berupa tanah asli.
3.5.1.2 Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak antara lapisan
pondasi atas dan tanah dasar. Fungsi lapisan pondasi bawah yaitu:
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah
dasar.
b. Efisiensi penggunaan material.
c. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
d. Lapis perkerasan.
e. Lapisan pertama agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
f.Lapisan untuk partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan pondasi
atas
Jenis- jenis agregat lapis pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia,
antara lain :
1. Sirtu atau Pitrun Kelas A
2. Sirtu atau Pitrun Kelas B
3. Sirtu atau Pitrun Kelas C
3.5.1.3 Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan
pondasi bawah dan lapisan permukaan yang berfungsi sebagai penahan gaya
lintang dari beban roda, lapisan peresapan dan bantalan terhadap lapisan
permukaan.Lapisan ini harus mampu menahan beban serta pengaruh-pengaruhnya
dan membagi atau meneruskan beban tadi kepada lapisan di bawahnya.
36
Jenis – jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia, adalah
sebagai berikut :
1. Pondasi Macadam
2. Pondasi Telford
3. Penetrasi Macadam (Lapen)
4. Aspal Buton Pondasi (Asphalt Concrete Base atau Asphalt Treated Base)
3.5.1.4 Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak paling atas yang berfungsi
sebagai lapis perkerasan penahan beban roda, lapis kedap air, lapis aus dan lapisan
yang menyebarkan beban kelapisan bawah.Jenis lapisan permukaan yang umum
dipergunakan di Indonesia adalah lapisan bersifat nonstructural dan bersifat
structural.
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis
pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal
diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri
memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung
lapisan terhadap beban roda lalu lintas.Pemilihan bahan untuk lapis permukaan
perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar
dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
Jenis–jenis Lapis Permukaan (Surface Course) terdapat beberapa macam yaitu :
a. Lapisan aspal beton (LASTON)
Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada
konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal
keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu
tertentu.
dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai lapis permukaan
perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup.
BURAS adalah singkatan dari laburan asapal yaitu suatu lapisan penutup
yang terdiri dari lapisan penutup yang dari lapisan aspal taburan pasir.
Tidak berdebu
Kedap air
Tidak licin
Tidak licin
Kenyal
BURAS dapat diterapkan pada jalan yang belum atau sudah beraspal dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Stabil
Dua material utama yang digunakan pada pekerjaan Laburan Aspal, yaitu
bahan pengikat aspal dan agregat penutup. Adapun tipe aspal yang dapat
digunakan untuk Laburan Aspal, yaitu dapat berupa aspal keras, aspal cair
(cutback) dan aspal emulsi, seperti disajikan pada Tabel 3.1.
39
Penggunaan aspal cair (cutback) dan aspal keras pada pekerjaan Laburan
Aspal sudah mengalami penurunan karena kurang aman atau berbahaya.
Agregat penutup yang digunakan dapat berupa agregat alam atau abu batu.
Agregat penutup harus bersih dan bebas debu serta pemiliki keseragaman dalam
ukuran dan kekerasan. Ukuran agregat yang paling umum digunakan adalah
seperti disajikan pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.1 Pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.1
terlihat bahwa untuk ke empat acuan ketentuan gradasi dan ukuran maksimum
agregat yang digunakan untuk agregat penutup pada teknologi Laburan aspal
adalah berbeda. Untuk acuan dari luar negeri, yaitu keduanya menggunakan
agregat yang lebih halus atau ukuran maksimum agregat < ¼ in.
Tabel 3.2
Ketentuan gradasi agregat penutup untuk LaburanAspal dari
beberapa negara
Gambar 3.2
Ketentuan gradasi agregat
penutup untuk Laburan Aspal dari
beberapa negara
Takaran aplikasi bahan pengikat aspal dan agregat penutup sesuai Bina Marga
(2012), Pusat Litbang Jalan (1983), dan The Asphalt Institute MS-16 (2009)
adalah seperti disajikan pada Tabel 3.3
41
Tabel 3.3
Ketentuan takaran bahan pengikat dan agregat penutup untuk Laburan
Aspal
tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah sehingga beban lalulintas
sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku (Rigid Pavement),
terdiri dari plat beton, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah
dasar yang di lapisi bahan berbutir seperti batu kerikil berupa agregat dan lapisan
Lean Concrete (LC) yang merupakan bagian dari lapisan dasar.
Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap
sebagai lapis pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
3.5.2.2 Syarat umum dalam merencanakan Perkerasan Kaku
Beberapa persyaratan umum yang wajib untuk diperhatikan dalam
merencanakan perkerasan kaku, di antaranya :
1. Tanah Dasar
Kapasitas daya dukung tanah ditentukan oleh CBR insitu sesuai SNI 03-
1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai SNI 03-1744-1989. Masing-masing dari
standar tersebut mengatur tentang perencanaan tebal perkerasan lama perkerasan
jalan baru. Jika tanah dasar mempunyai nilai CBR di bawah 2%, maka perlu
digunakan pondasi bawah yang terbuat dari beton setebal 15 cm sehingga nilai
CBR tanah tersebut meningkat dan dianggap lebih dari 5%. Adapun campuran
bahan-bahan yang dipakai untuk membuat pondasi bawah beton ini yaitu material
berbutir, stabilisasi dengan beton giling padat, dan campuran beton kurus.
2. Beton Semen
Kekuatan beton semen dinyatakan dalam nilai kuat tarik uji lentur saat
usianya mencapai 28 hari setelah pembuatan. Nilai ini didapatkan dari hasil
pengujian balok dengan pembebanan tiga titik sesuai ASTM C-78 yang besarnya
secara tipikal berkisar antara 3-5 Mpa atau 30-50 kg/cm2. Pembangunan beton
semen ini juga bisa diperkuat menggunakan serat baja untuk menaikkan nilai kuat
tarik lenturnya dan mengendalikan risiko keretakan pada plat.
44
3. Lalu Lintas
Penentuan terhadap beban lalu lintas dinyatakan dalam jumlah sumbu
kendaraan sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama usia
perencanaan. Sedangkan analisis terhadap lalu lintas dilakukan menurut hasil
perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu berdasarkan data terbaru
minimal 2 tahun terakhir. Kendaraan-kendaraan yang ditinjau dan dimasukkan ke
dalam data ialah kendaraan yang mempunyai bobot total paling sedikit seberat 5
ton.
4. Bahu
Bagian bahu perkerasan kaku bisa dibuat dari material lapisan pondasi bawah
dengan atau tanpa lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Bahu beton
semen ialah bahu yang dikunci dan diikat pada lajur lalu lintas yang memiliki
ukuran lebar minimal 1,5 m atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu lintas
selebar 0,6m termasuk saluran dan kereb
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar 4.1.Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F).
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau adukan.Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat
berupa agregat alam atau agregat buatan, secara umum agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya.
Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir‐butir batu
pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan
yang berbentuk mineral padat beruppa ukuran besar maupun kecil atau fragmen‐
fragmen.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan
jalan, yaitu 90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85%
agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan
jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
44
45
Kekerasan
Ketahanan Agregat
Bentuk Butir
Tekstur Permukaan
Porositas
Gambar 4.2.AgregatHalus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasil oleh alat-alat
pemecah batu. Adapun syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan menurut
PB 1971, antara lain :
a) Pasir terdiri dari butir-butir tajam dan keras. Bersifat kekal artinya mudah
lapuk oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan
b) Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Lumpur adalah bagian-bagian yang
bisa melewati ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5% maka
harus dicuci. Khususnya pasir untuk bahan pembuat beton.
c) Tidak mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak yang dibuktikan
dengan percobaan warna dari Abraham-Harder . agregat yang tidak
memenuhi syarat percobaa ini bisa dipakai apabila kekuatan tekan adukan
agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan
adukan beton dengan agregat yang sama tapi dicuci dalam larutan NaOH
yang kemudian dicuci dengan air hingga bersih pada umur yang sama.
Adapun Fraksi Agregat Halu antara lain :
a) Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel alami
atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya.
47
b) Fraksi bahan yang lolos ayakan No. 200 tidak boleh melampaui dua per tiga
feraksi bahan yang lolos ayakan No. 40
Agregat Kasar
Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir
lebih dari 5 mm. Agregat dalam penggunaannya harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a) Butir- butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya tidak
pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan hujan.
b) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% apabila maka harus di cuci
lebih dahulu sebelum menggunakannya
c) Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti zat-zat yang
reaktif terhadap alkali
d) Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya
tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan.
c) Bilamana agregat kasar bersala dari kerikil maka untuk lapis pondasi agregat
kelas A mempunyai 100% berat agregat kasar dengan angularitas 96/90% dan
uuntuk Lapis Pondasi Agregat Kelas B yang berasal dari kerikil mempunyai
60% berat agregat kasar dengan angularitas 95/90%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dari 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua.
4.1.2.Air
No Macam CaraPengujia
Pengujian Nilai Ijin n
1 pH 4,5-8,5 AASHTOT 26-
79
2 Bahan Maks 2000 AASHTO T26-
Organik gram 79
3 Minyak <2% berat SNI 06-2502-
Mineral semen 1991
4 Kadar sulfat <10.000p. SNI 06-426-
(Na2SO4) pm 1991
5 Ion Khlor <20.000 SNI-06-2431-
(NaCI) ppm 1991
4.1.3 Aspal
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna
hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan melembek dan
meleleh bila dipanasi. Aspal tersusun terutama dari sebagian besar bitumen yang
kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil
pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994).
A. Fungsi Aspal
Aspal memiliki banyak fungsi khususnya sebagai bahan konstruksi jalan,
antara lain yaitu:
1. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu
lintas (water proofing, protect terhadap erosi).
2. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
3. Lapis resap pengikat (prime coat) adalah lapisan tipis aspal cair yang
diletakan di atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
4. Lapis pengikat (tack coat) adalah lapis aspal cair yang diletakkan di atas jalan
yang telah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di
antara keduanya.
51
5. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan
filler.
C. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah suatu bahan baik zat kimia maupun zat lainnya yang
ditambahkan kedalam aspal pada perencanaan campuran aspal. Tujuan diberikan
bahan tambah agar menambah daya lekat aspal terhadap agregat.
4.1.5. Semen
a. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air
atau tidak stabil dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic
binder) adalah lime dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam
bangunan yang dibuat dengan memanaskan limestone pada suhu 850oC.
CaCO3 dari limestone akan melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime
atau quick lime (CaO).
CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2
Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam
butiran yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi
dapat mengeras bila bereaksi dengan CO2 dari udara membentuk CaCO3
kembali.
b. Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air
menghasilkan padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai
sifat hidraulis, maka semen tersebut bersifat:
- Dapat mengeras bila dicampur air
Tidak larut dalam air
- Dapat mengeras walau didalam air
Contoh semen hidraulis adalah semen Portland, semen campur, semen
khusus dan sebagainya.
Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai
filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit
(calcite) limestone murni.
b. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)
Semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
c. Semen Portland
Semen portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan
cara menghasilkan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang
bersifat hidrolisis (dapat mengeras jika bereaksi dengan air) dengan gips
sebagai bahan tambahan. Semen merupakan bahan pengikat yang paling
terkenal dan paling banyak digunakan dalam proses konstruksi beton.
Semen yang umum dipakai adalah semen tipe I dan ketergantungan
kepada pemakaian semen jenis ini masih sangat besar. Semen portland
jika dilihat dari sisi fungsi masih memiliki kekurangan danketerbatasan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu mortar.
Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting,
yaitu:
1. Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
Sifatnya hampir sama dengan sifat semen yaitu jika ditambahkan air
akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja pasta akan mengeras.
C3S menunjang kekuatan awal semen dan menimbulkan panas hidrasi
kurang lebih 58 kalori/gram setelah 3 hari.
Unsur ini saat bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta
terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 68
kalori/gram.Warna abu-abu pada semen disebabkan oleh unsur ini. Silikat
dan aluminat yang terkandung dalam semen portland jika bereaksi dengan
air akan menjadi perekat yang memadat lalu membentuk massa yang
keras.Reaksi membentuk media perekat ini disebut dengan hidrasi.
Reaksi kimia semen bersifat exothermic dengan panas yang dihasilkan
mencapai 110 kalori/gram. Akibatnya dari reaksi eksotermis terjadi
perbedaan temperatur yang sangat tajam sehingga mengakibatkan retak-
retak kecil (microcrack) pada mortar.
a. Tipe I
Adalah perekat hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling
klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-
sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal
senyawa kalsium sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini
adalah 49% (C3S), 25%(C2S), 12% (C3A), 8% (C4AF), 2,8% (MgO),
2,9% (SO3). Semen Portland tipe I dipergunakan untuk pengerasan
jalan, gedung, jembatan, dan lain-lain jenis konstruksi yang tidak ada
kemungkinan mendapat serangan sulfat dari tanah dan timbulnya panas
hidrasi yang tinggi.
b. Tipe II
Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan ketahanan sulfat
dan panas hidrasi sedang. Komposisinya: 46% (C3S), 29% (C2S), 6%
(C3A), 11% (C4AF), 2,9% (MgO), 2,5% (SO3). Semen Portland tipe II
dipergunakan untuk bangunan tepi laut, bendungan, dan irigasi, atau
beton masa yangmembutuhkan panas hidrasi rendah.
c. Tipe III
Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang
tinggi pada fase permulaan setelah terjadi pengikatan. Kadar C3S-nya
sangat tinggi dan butirannya sangat halus. Semen Potland tipe III
dipergunakan untuk bangunan yang memerlukan kekuatan tekan yang
tinggi (sangat kuat) seperti, jembatan-jembatan dan pondasi-pondasi
berat.
d. Tipe IV
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah, sehingga kadar C3S dan C3A rendah. Semen Portland
tipe IV dipergunakan untuk kebutuhan pengecoran yang tidak
57
e. Tipe V
Semen portland yang dalam penggunaannya hanya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Komposisi senyawa yang
terdapat pada tipe ini adalah: 43% (C3S), 36% (C2S), 4% (C3A), 12%
(C4AF), 1,9% (MgO), 1,8%
(SO3). Semen Portland tipe V dipergunakan untuk instalasi
pengolaha
limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan
pembangkit tenaga nuklir.
Semen berfungsi untuk membuat beton dan juga merekatkan batu bata saat
membuat tembok. Perlu Anda ketahui, tidak semua semen dapat digunakan
untuk semua kebutuhan.
Sifat fisik semen meliputi kehalusan butir, waktu pengikatan, kekuatan
tekan, panas hidrasi, soundness, konsistensi, dan ketahanan terhadap sulfat.
Penjelasan:
1. Kehalusan butir
Kehalusan semen dapat dinyatakan sebagai:
Luas permukaan spesifik partikel semen., Nilai ini diperoleh dengan metode
Residu pada saringan mesh 200 dan 325 mesh . Partikel> 45 memiliki
reaktivitas rendah dan tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi
perkembangan kekuatan semen. Partikel> 75 mungkin tidak bereaksi sama
sekali.
58
1. Waktu pengikatan
Campuran semen dengan air akan membentuk adonan yang bersifat kenyal dan
dapat dibentuk (workable). Beberapa saat, pasta tidak berubah. Periode ini dikenal
dengan periode tidak aktif (dormant periode). Pada tahap selanjutnya, pasta yang
terbentuk menjadi semakin kaku hingga mencapai tingkat dimana pasta tetap
lunak , tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi.
Periode ini disebut initial set, Sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkatan ini disebut initial setting time (waktu pengikatan awal). Selanjutnya
pasta menjadi semakin kaku menjadi padatan yang keras dan getas (rigid). Tahap
ini disebut final set dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini
disebut final setting time (waktu pengikatan akhir).
Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen menjadi semakin keras dan kuat
yang disebut dengan pengerasan atau hardening.
2. Kekuatan tekanan
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen penyusun semen,
terutama oleh kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan awal (misalnya
sampai umur 28 hari), didominasi oleh hidrasi C3S yang didukung oleh C3A.
Untuk C2S dan C4AF akan memberikan kontribusi terhadap kuat tekan untuk
umur yang lebih lama. Selain itu yang mempengaruhi pengembangan kuat tekan
adalah kehalusan semen (fineness) dan kandungan gypsum dalam semen.
3. Panas Hidrasi
Panas hidrasi dari komponen semen bersifat eksotermis, sehingga pada saat
proses hidrasi berlangsung, akan melepaskan sejumlah panas
.
4. Soundness
Soundness didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang mengeras
untuk mempertahankan volumenya setelah proses pengikatan berakhir.Kestabilan
volume ini dapat terganggu karena adanya CaO bebas (free lime) dan MgO bebas
(periclase) yang berlebihan(mengakibatkan ekspansi).
59
5. Konsistensi
Konsistensi di definisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk mengalir.
Pada pengujian, konsistensi normal ditunjukan dengan penetrasi jarum vicat
sebesar 10±1 mm. Sifat ini digunakan untuk mengatur perbandingan antara
jumlah air dengan semen pada pembuatan pasta semen
b. Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal juga dengan Alat excavator. Beberapa alat berat yang
digunakan untuk menggali tanah dan batuan, seperti Front Shovel, Backhoe,
Dragline, dan Clamshell.
e. Alat Pemadat
Apabila suatu lahan dilakukan penimbunan, pada lahan tersebut perlu
dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilaukan untuk pembuatan jalan, baik jalan
tanah maupun jalan perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Alat berat yang
termasuk alat pemadat adalah Pneumatic Tire Roller, Tamping Roller, Compactor,
dll.
61
b. Alat Statis
Alat berat yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah Tower Crane, Batching
Plan baik untuk beton maupun aspal, serta Crusher Plant.Pada alat berat yang
disebutkan atas berguna untuk memindahkan sebuah tanah atau bahan material
62
lainnya dalam jumlah yang banyak dan berat. Dan sering juga digunakan pada
proyek-proyek pembangunan sipil.
3. Cara Operasi
Alat berat dipilih berdasarkan arah horizontal dan vertikal, jarak gerakan,
kecepatan, frekuensi gerakan, dll.
5. Ekonomi
Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya operasi dan
pemeliharaan merupakan faktor utama di dalam pemilihan alat berat.
63
6. Jenis Proyek
Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat. Proyek-
proyek tersebut yaitu proyek gedung, pelabuhan, jalan, jembatan, irigasi,
pembukaan hutan, dam atau bendungan, dll.
7. Lokasi Proyek
Lokasi proyek merupakan hak lain yang penting diperhatikan dalam pemilihan
alat berat.
9. Kondisi Lapangan
Kondisi dengan medan yang suit dan relative baik merupakan faktor lain yang
mempengaruhi pemilihan alat berat.
Pada proyek pemeliharaan berkala Jalan Talang Dabuk desa sungai rengit
kecamatan talang kelapa banyuasin digunakan alat berat sebagai berikut :
64
1. Dump Truck
2. Motor Grader HP
Grader atau juga dinamakan Motor Grader adalah alat berat yang dipakai untuk
meratakan jalan. Alat berat ini dilengkapi dengan pisau yang berukuran panjang.
Pisau inilah yang dipakai di dalam proses meratakan jalan. Secara umum, Motor
Grader bergerak dengan roda ban dan memilliki alat berat bernama blade. Di
beberapa negara termasuk Filipina, Motor Grader sudah dilengkapi dengan blade
yang berada di bagian depan. Sementara itu, rentang kapasitas dari blade mulai
dari 2.50 sampai dengan 7.30 mm dari total rentang kapasitasnya mencapai 97
sampai 373 KW atau 125 sampai 500 HP.
Beberapa Motor Grader ada yang sudah dilengkapi dengan kemampuan
mampu mengoperasikan alat berat tambahan yang lain. Biasanya hal ini dipakai di
dalam membantu proyek pekerjaan bawah tanah seperti penambangan. Selain itu,
alat berat yang satu ini juga kerap dipakai di dalam pemerataan dan pemeliharaan
jalan tanah yang berkelrikil.
Apakah Motor Grader dapat digunakan untuk jalan yang beraspal? Tentu saja
bisa. Untuk keperluan jalanan beraspal, grader dapat dipakai di dalam menyiapkan
landasan. Dengan begitu, permukaan datar yang ada pada aspal dapat dilapisi.
Fungsi lain dari grader adalah bisa digunakan dalam membentuk landasan dari
fondasi tanah. Beberapa fungsi dari Motor Grader yaitu: membuat parit dan
meratakan permukaan miring pada jalan.
66
3. Vibratory Roller
Alat ini juga digunakan sebagai pembasah terhadap medan agar debu-debu
tidak berterbangan. Alat ini juga sudah dilengkapi dengan tangki air yang
kapasitasnya mencapai 25 liter.
Vibro roller juga berfungsi sebagai media penggilas aspal beton untuk
pembangunan jalan raya. Dengan begitu, jalan rata tersebut permukaannya akan
lebih rata dan juga kuat sehingga mampu dilewati berbagai jenis kendaraan,
terutama kendaraan besar.
Kapasitas Vibro Roller
Berkaitan dengan kapasitas yang dimiliki vibro roller, maka kita akan
membahas seperti apa kondisi dari vibro roller ketika digunakan untuk berbagai
pekerjaan pemadatan yang berbeda. Sebenarnya, perbedaan setiap kondisi
ditentukan oleh faktor ketebalan tanah yang akan dipadatkan. Kapasitas vibro
roller dapat memberikan produktivitas terbaiknya dimulai dari ketebalan 20 cm
sampai dengan 122 cm. Berbeda halnya ketika vibro roller digunakan untuk
memadatkan lapisan yang terbuat dari material bebatuan.
Pada bagian ini, kapasitas mesin bisa efektif sampai ketebalan mencapai 210
cm. Berdasarkan kemampuan untuk memdatkan dua material yang berbeda inilah
membuat kapasitas dari vibro roller tergantung dari jenis material penyusun
lapisannya. Selain dua faktor tersebut, sebenarnya masih ada faktor lainnya yaitu
bobot dari vibro roller juga berpengaruh terhadap kapasitasnya.
4. Concrete Vibratory
Vibrator beton adalah salah satu peralatan yang digunakan saat pengecoran di
mana fungsinya ialah untuk pemadatan beton yang dituangkan ke dalam bekisting.
Hal ini ditujukan agar kandungan udara yang terjebak dalam campuran beton
dapat keluar.
Getaran yang dihasilkan oleh vibrator akan mengeluarkan gelembung udara
dari beton sehingga beton yang dihasilkan akan mendapatkan kekuatan yang
merata dan menghindari tejadinya keropos atau “sarang lebah” pada beton.
Vibrator beton STRONG:
Cocok digunakan untuk memadatkan tuangan cor yang masih baru
5. Tandem Roller
Alat penggilas tandem roller ini terdiri dari dua jenis yaitu Two Axle
Tandem Roller dan Three Axle Tandem Roller. Sesuai dengan namanya
Two Axle Tandem Roller menggunakan dua as. Biasanya alat penggilas
tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing – masing
rodanya. Berat jenis tandem roller ini sekitrar 8 sampai 14 ton.
Sedangkan untuk jenis Three Axle Tandem Roller menggunakan tiga as.
Jenis tandem roller ini biasanya digunakan untuk pekerjaan – pekerjaan
yang lebih berat seperti untuk proyek konstruksi landasan pesawat terbang
ataupun untuk digunakan dalam proyek jalan dan sumber alat itu sendiri
kepemilikan dari pihak kontraktor.
dalam pekerjaan, cekbahan bakar, bersihkan aspal yang menempel pada alat
dan posisiparkiralat di pinggir pekerjaan jalan. Dan setiap 2 bulan sekali
spare part diganti
6. Concrete Mixer
4.3.3. Kurva S
Kurva S adalah suatu grafik hubungan antara waktu pelaksanaan proyek
dengan nilai akumulasi proses pelaksanaan proyek mulai dari awal hingga proyek
selesai. Umumnya proyek menggunakan kurva S dalam perencanaan dan
pengendalian jadwal pelaksanaan proyek. Kurva berbentuk huruf S dipakai untuk
menggambarkan nilai-nilai kumulatif dan ini merupakan teknik penjadwalan dan
pengendalian kuantitaf sederhana, sudah tentu tidak serumit seperti cara lintasan
kritis (CPM) termasuk versi komputerasinya. Kurva kemajuan secara grafis dapat
memberikan bermacam ukuran kemajuan pada sumbu tegak dikaitkan dengan
satuan waktu disumbu mendatar, kriteria ataupun ukuran kemajuan dapat berupa
presentasi bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang dobelanjak,
jumlah kuantitas atau volume pekerjaan penggunaan berbagai sumber daya, jam
orang atau tenaga kerja yang digunakan dan masih banyak lagi ukuran lainnya.
Pada jalur bagian terdapat bawa terdapat presentase rencana untuk tiap satuan
waktu dan presentase kumulatif dari rencana tersebut, disamping itu terdapat
presentase realisasi untuk tiap satuan waktu dari presentase kumulatif dari
realisasi tersebut. Presentase komulatif rencana dibuat sehinggan membentuk
kurva S presentase komulatif realisasi adalah hasil nyata dilapangan. Hasil
realisasi dari pekerjaan pada satu waktu dapat dibandingkan dengan rencana, jika
hasil realisasi berada di atas kurva S maka terjadi prestasi namun jika berada di
bawah kurva S mencapai prestasi, untuk itu perlu evaluasi secara menyeluruh
73
Mulai
Pengukuran
Mobilisasi alat
Papan nama
proyek
Jadwal
konstruksi
Penyiapan badan
Lapisan pondasi jalan
agregat B
Pekerasan beton
semen K-250
Perkerasn aspal
labur (BURAS)
finish
dilakukan pagi hari pada jam kerja seperti biasa dikarenakan bahan perkerasan
aspal tersebut dari Asphalt Mixing Plant (AMP) yang pembuatan nya terletak di
OKI.
Dalam perlindungan lalu lintas jalan pada proses pekerjaan pengaspalan maka
digunakan perlindungan jalan seperti penggunaan rambu yang bertuliskan “Hati –
Hati Ada Pekerjaan Perbaikan Jalan” maupun ada batas jalan yang bisa dilalui
kendaraan.
Tahapan persiapan selanjutnya adalah pembersihan lapangan, sebelum
dimulainya pekerjaan pelapisan aspal, maka permukaan jalan yang akan dilapisi
harus dibersihkan terlebih dahulu dari debu dan bahan lainnya yang tidak
dikehendaki.
Pada tahapan pembersihan di lokasi kegiatan, tidak sepenuhnya menggunakan
air compressor dikarenakan permukaan lapisan yang akan diaspal merupakan lapis
pondasi atas dan bukan merupakan permukaan aspal lama,sehingga dalam tahap
pembersihan ini dilakukan dengan perataan permukaan tanah serta pembersihan
dari bahan yang harus dibuang.
B. Persiapan Lapangan
Sebelum penghamparan dilaksanakan,terlebih dahulu harus disiapkan antara lain:
C. Pengangkutan
1) Isi truk jungkit dengan agregat (halus) sesuai dengan keperluan dari ke
lapangan dan ditutup terpal.
E. Penyiraman Aspal
1) Panaskan aspal yang digunakan sesuai dengan jenis aspal dan jumlah
pengencer, dengan tujuan untuk memperoleh suatu distribusi aspal yang
seragam kecuali bila menggunakan aspal emulsi
2) Siram kan aspal yang sudah panas menggunakan kaleng besi dengan
gangan kayu
5.2 Saran
Setelah mengikuti dan memperhatikan pekerjaan pada Proyek Peningakatan
Jalan Talang Dabuk Desa Sungai Rengit Kec. Banyuasin, maka penulis akan
memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini hendaknya menggunakan tenaga ahli
dibidangnya masing-masing dan tidak melibatkan orang yang bukan
berkompetensi dibidangnya.
79
80
DAFTAR PUSTAKA
ASTM C-78
Bina Marga tertuang dalam undang-undang nomer 38 tahun 2004 mengenai jalan.
CBR insitu sesuai SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai SNI 03-1744-
1989
Shanin 1994. Jenis-jens kerusakan perkerasan lentur dan konstruksi
perkerasan.jakarta
Sukirman, Silvia. 1999. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Jakarta.
Suwardo, Sugiharto. 2004. Perencanaan Lentur Jalan Raya. Jakarta.
Sylaksono, W.M.SC, Ir. Sony, Rekayasa Jalan.Bandung: ITB