Anda di halaman 1dari 13
MODEL LALU LINTAS PADA JALAN SEMARANG ~ BOJA Bambang Sugiyarto Jnsan Teknik Si, Fakta Tek Unvorstas Negeri Semarang (UNNES) GGeang 4, Kampus Setarang Gunongpal Semarang 8022, Tap (024) B508102 Abstract: Traffic valume at street joint of Semarang - Boja increases from year to yest. This matter (s caused by focal area growth. In order to solve this problem, trafic jam, the knowledge of conceming traffe characteristic and its relaion are needed. The aims of this study is to analyze the ‘lation models, which are involved existing trafic characteristic, i.e. volume (V), speed (S). and density (0). Survey covers the trafic volume and speed with manual count method, whilst analysis is based on Greershield, Gr ind Underwood models. Result indicate that the appropriato ‘elation V-S-D model for the street joint of Semarang ~ Baja correspond to the Underwood made! with correlation value r= 0.537 and Us = 55:79 x axp (D / $4.19). Keywords: relation model, areenshield, greenberg. underwood Abstrak: Volume perjalanan lau lintas pada ruas jalan Semarang - Boja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini aisebabkan perkembangan daerah ini, Untuk mengatasi masalah kemocetan laluintas pada ruas jalan ini terlebih dahulu diperlukan pengetahuian ‘mengenal orakterstik laluintas dan model hubungan antar karakteristk tersebut. Kajian ini bertujuan ‘menganalisis model hubungan antar karaktoristik volume (V), kecepatan (S) dan kepadatan (D) leluintas, sesuai dengan kondisi yang ada Survai data meliputi volume dan Kecepatan lallintas dengan metode manual count, sedang analisis model meliputi model Greenshield, Greenberg, dan Underwood. Hasil analisis menunjukkan bahwa model hubungan V-S-D yang sesuai untuk ruas jalan Semarang ~ Boja adalah mengikuti model Underwood dengan nilai r= 0.537, dengan model Us = 55,79 x exp(0/54, 19) ‘Kata kunci: model hubungan, greenshiold, greenberg, underwood PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Jal lintas jalan raya ‘merupakan suatu permasalahan yang kompleks transportasi darat_ Setiap diselesaikan satu permasalahan akan muncul ermasalahan berikutnya, dan tidak menutup kemungkinan bahwa masalah yang berhasil diselesaikan dikemudian hari akan menimbutkan dalam dunia permasalahan baru. ° Beberapa penanganan yang telah dilakukan dalam = rangka_—_mengatasi permasalanan kemacetan antara lain dengan enambahan ruas jalan baru, penambahan lebar efektif alan, penataan jalan meliputi fungsi jalan, rambu, marka, dan tain sebagainya. “Model Llu Linas pada Jian Somarang Boj Bambang Sugiyarto Tetapi setiap tahun permasalahan lalu tintas selalu ada dan kompleksitasnya bertambah Kemacetan lal lintas timbul bukan dari satu atau dua penyebab, tidak semata karena rasio antara_panjang jalan dan jumieh kendaraan yang tidak seimbang, namun berbagai faktor lain juga dominan, seperti faktor disiplin berlalu lintas, kondisi rambu dan marka, penataan fungsi jalan perkotaan yang tidak tepat, penataan ruang parkir dan sebagainya. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dalam kajian ini adalah untuk mengetahui 4. Karakteristik rus lalulintas (ffow), kecepatan (speed) dan kerapatan (density) pada Tuas jalan Semarang-Boja. 2. Mengetanui dan menganalisa hubungan antara aus lalu lintas (flow), Kecepatan (speed) dan kerapatan (density) pada ruas jalan Semarang-Boja dengan menggunakan pendekatan: (1) Model linier Greenshields; (2) Model Logaritmik Greenberg, dan (8) Model Eksponensial Underwood. Lingkup Pembahasan ‘Mengingat pada berbagai keterbatasan yang ada, maka dalam kajian ini dilakukan pada pembatasan lokasi amatan dan waktu amatan, yaitu pada ruas jalan Semarang Boja, dengan topografi yang relatif datar, pengaruh hambatan samping hampir tidak ada dan kondisi perkerasan baik. Substansi dalam pembahasan ini dibatasi pada aspek hubungen antara arus alu lintas (flow), Kecepatan (speed) dan kerapatan (density) pada ruas jalan Semarang- Boja, dengan menggunakan tiga pendekatan yaitu Greenshields, Greenberg dan Underwood. ‘STUDI PUSTAKA, ‘Arus Lalu Lintas Karakteristik lalu-lintas terjadi karena adanya interaksi antara pengendara dan kendaraan dengan jalan dan lingkungannya. Pada saat ini pembahasan tentang arus tal lintas dikonsentrasikan pada variabel-variabel ‘arus (flow, volume), kecepatan (speed), dan kerapatan (density). Ketiga Komponen itu termasuk pembahasan arus talu-lintas dalam ‘skala makroskopik, yakni karakterisik lalu-tintas secara keseluruhan. Pembahasan tersebut telah mengalami perkembangan dari konsep awalnya yakni bahwa elemen utama dan arus jalu-lintas adalah komposisi atau karakteristik volume, asal tujuan, kualitas, dan biaya. Pergeseran tersebut terjadi karena saat ini arus lalulintas pada dasamya hanya menggambarkan berapa banyak jenis kendaraan yang bergerak. ‘Arus dan Volume ‘Arus laluintas (flow) adalah jumiah kendaraan yang melintasi suatu titk peda penggal jalan tertentu, pada periode waktu fertentu, diukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu tertentu. Sedangkan volume adalah jumiah kendaraan yang melintasi suatu arus jalan pada periode waktu tertentu ciukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu, Kecepatan : Kecepatan didefinisikan sebagai laju dari suatu pergerakan kendaraan dihitung dalam jarak per satuan waktu. Dalam pergerakan arus lalusintas, tiap kendaraan berjalan pada kecepatan yang berbeda. Dengan demikian pada arus laluintas tidak dikenal karakteristik kecepatan tunggal akan tetapi lebih sebagai distribusi dari kecepatan Kendaraan tunggal Dari distribusi tersebut, jumiah rata-rata atau rilai tipikal dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik dari arus lalusintas. Dalam perhitungannya kecepatan rata- rata dibedakan menjadi dua, yaitu: 4. Time Mean Speed (TMS), yang didefinisi sebagai kecepatan ratavata dari seluruh Kendaraan yang melewati suatu thik dari jalan selama periode tertentu. 2. Space Mean Speed (SMS). yakni kecepatan rata-rata dari seluruh kendaraan yang n (ESRIRIRIE tex sii. PERENCANAAN,Noror 2 Volume 8 2008, hak 127-198 menempati penggalan jalan selama periode wwaktu tertentu, Kerapatan Kerapatan dapat didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu Panjang jalan atau lajur, secara umum dapat diekspresikan dalam kendaraan per mil (vom) atau kendaraan per mil per lane (vpmpl). Kerapatan sulit diukur secara langsung di lapangan, melainkan dihitung dari nital kecepatan dan arus sebagai hubungan: V = UsxD sehingga: D= V/Us dengan v= Anus Us "= Space Mean Speed D = Kerapatan Model dari hubungan antara variabel ‘arus, kecepatan, dan kerapatan, dapat terlhat pada Gambar 1 berikut: Pada gambar tersebut dapat diterang- kan bahwa: 1 Pada kondisi kerapatan mendekati harga nol, arus lalu lintas juga mendekati harga nol, dengan asumsi seakan - akan tidak terdapat kendaraan bergerak. Sedangkan kecepatan- nya akan mendekati kecepatan rate-rata pada kondisi arus bebas. Apabila kerapatan naik dari angka nol, maka anus juga nak Pada suatu kerapatan tertentu akan tercapai suatu titk di mana bertambahnya kerapatan akan membuat arus menjadi turun. Pada kondisi kerapatan mencapai kondi maksimum atau disebut kerapatan kondisi jam (kerapatan jenuh) kecepatan perjalanan akan mendekatinilai nol, demikian pula arus lalu lintas akan mendekati harga nol kerena tidak memungkinkan kendaraan untuk dapat bergerak lagi Kondisi arus di bawah kapasitas dapat terjadi pada dua kondisi, yakni: ymax 8 cout ior a este uf ume ' oom” ° Venax Be (encom) Gambar 1. Hubungan antara Arus, Kecepatan, dan Kerapatan Modell Linas pada Stn Somaranq-Boja— Bambang Sugiaro 1) Pada kecepaten tinggi dan kerapatan rendah (kondisi A). 2) Pada kecepatan rendah dan kerapatan tinggi (kondisi 8) Mode! Hubungan Kecepatan dengan Kerapatan Seorang pengemudi akan cenderung menaikkan kecepatannya sebagaimana halnya jka —sejumiah —kendaraan —_sekitamya kecepatannya naik (Gerlough dan Hubber, 41975). Dari gamberan tersebut akan terjadi dua interaksi ‘hubungan antara_kecepatan dan kerapatan. Model Greenshield GGreenshield yang melakukan studi pada jalenjalan ci var Kota Ohio, mengusulkan hhubungan inier antara Kecepatan rata-rata rang (space mean speed) yang tetjadi dalam suatu lalu intas dengan kerapatan Kendaraan, dengan pendekatan ramus: Us =U, (Uy /D,P nee.) Dapat ailihat bahwa rumus di atas pada dasamya merupakan suatu persamaan [inier, =a+bX, dimana dianggap bahwa U; merupakan konstanta a dan Uy/Dj=b sedangkan Us dan D merupakan variabel Y dan X. masing-masing dengan Us = Kecepatan ratatata ruang (xrijarn) U, = Kecepaten pada kondisi arus bebas (km/jam) D_ = Kerapatan (smp/km) Kerapatan kondisi jam (smp/km) ‘Arus lalu lintas (smpijam) Kita ketahui bahwa hubungan dasar antara arus, kecepatan, dan kerapatan didasarkan pada rumus dasar: VeDU set: eee) Selanjutnya berdasarkan rumus di atas, dapat diturunkan rumus-tumus yang merupakan hubungan antara arus dan kecepatan dengan ‘mensubtitusikan rumus pada persamaan 2 yang ditulis dalam bentuk tain yakni D=VUs ke persamaan 1 sehingga menjadi Vv=DUs V=D.(Uy ~ (Us /D))0) @) V=U;D-((Uy/D))0”) on Rumus pada persamaan 3 dan 4 keduanya merupakan fungsi parabola (fungsi pangkat dua) dengan masing-masing merupakan V=f(U,) dan V={(0) Harga arus maksimum dapat dicari dengan menurunkan rumus persamaan 4 tethadap kerapatan (D) dan ilai_ aus. maksimum terjadi pada saat nilai kerapatan ‘maksimum yakni pada saat nilai_turunan pertama (diferensial ke-1) tersebut dengan nol. sama V=U;D = (U,/D;)D? nw Wy, -20m(U 0, Sp7Ut -2Dm(U/D)) untuk rita nw Mao maka: 0-U, - 2Dm(U; /D}) 2 Dm=3 [ASOIRTIIIEN rekon sip & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 8 Jul 2006, hal: 127-198 Nilai DO, disubtitusikan ke dalam persamaan 4 dengan kondisi V berubah menjadi Vmdan D meniadi Dy, diperoleh: Dr, Vm DEY 5) A © Va) = Arus maksimum (kmn/jam) Dy = Kerapatan maksimum (smp/kmn) Kecaatan Fes (iam) erapatan| (Grate Gambar 2, Hubungan Kecepatan - Kerapatan Greenshield Model di atas merupakan model yang paling sederhana yang mudah untuk diterapkan, beberapa penelitian temyata Giperoleh_korelasi antara_ model dan data lapangan. Kecepatan bebas rata-rata mudah untuk diestimasi di lapangan dan umumnya terletak diantara Kecepatan limit dan kecepatan jalan tersebut. Sebaliknya besamya kerapatan kondisi jam sangat sulit di capai di lapangan, tetapi nila 185 ‘sampai 250 kendaraan per mil per lane dapat di hhitung dengan asumsi bahwa kendaraan yang terhenti yang menempati ruang jalan antara 21 sampai dengan 26 feet (May,A.D, 1990: 297). Namun demikian nilai kerapatan kondisi jam ini menimbulkan problem Karena berdasarkan model ini, kerapatan optimum adalah setengah dari nitai kerapatan kondisi jam yang dalam hal yakni dari relatit rencana dari ‘Model Lalu Linas pada Jalan Somarang Boj Bambang Sugiyarto ini tidak sesuai dengan nilai optimum kerapatan yang diamati yakni sebesar 40 sampai 70 kendaraan per mil per lane. Model Greenberg Mode! Greenberg adalah model kedua yang mensurvey hubungan —_kecepatan- kerapatan pada lalu-intas pada terowongan, dan menyimpulkan bahwa model non linier lebih tepat di gunakan yakni fungsi ‘eksponensial Rumus dasar dari Greenberg adalah: aliran © dengan ¢ dan b merupakan nilai konstanta, Dengan menggunakan analog! aliran fluida dia mengkombinasikan persamaan gerak dan kontinuitas untuk satu kesatuan dimensi gerak dan menurunkan persamaan: Us “Up. in(O,/0) rc) Pada model Greenberg ini diperlukan engetahuan tentang parameter-parameter kKecepatan optimum dan kerapatan kondisi jam. Sama dengan model Greenshield, kerapatan kondisi jam sangat sult diamati di lapangan dan esiimasi terhadap kecepatan optimum lebih sult diperkirakan dari pada kecepatan bebas rata- rata, Estimasi untuk menentukan kecepatan optimum Kurang setengah dari kecepatan rencana. Ketidakuntungan lain dari model ini adalah Kecepatan bebas rata-rata {idak bisa dihitung Persamaan 7 tersebut dialas dapat ditulis kedalam bentuk persamaan matematika Jain yaitu: u kasar Up IM.D-Up.IN.D @) dengan asumsi bahwa Y = Us; @ = UmIn.D; b=Us:X=InD Hubungan antara arus dan kecepatan, diperoleh dengan D = VUs kedalam persamaan 7, sehingga diperoleh persamaan: mensubstitusikan nilat Oj Vs DiUs V Us = Umin. Us =Umin( Us) Dius Pls) _usiu ng“ 8)=Us!Um V =Djuse YU" @ ‘Sedangkan untuk memperoleh hubungan antara arus dengan Kecepatan yakni dengan mensubstiusikan rilai Us = VID ke dalam persamaan 7 sehingga diperolen: V=UpDin (D/D,) = (10) ‘Aus maksimum pada metode Greenberg dihitung dengan menggunakan rumus dasar: Vin = Dn-Un ay Yekni bahwa rus maksimum merupakan perkalian dari kerapatan maksimum dengan kecepatan maksimum. Nilaikerapatan pada saat anus dicari dengan persamaan 10 terhadap Kerapatan (D) dan menyamakan hasil diferensial tersebut dengan rol sehingga diperoleh: maksimum, ‘menurunkan V=Un.D In (0/0) x =D? ZX umingoj/0)+ 2 nnn 2 |min(Dj/D)—Um untuk: maka diperoleh: ale (0= Um in (D/D) ~ Un O=In (DYD)—1 1=In(DyD) D/D= Karena terjadi pada anus _maksimum maka kerapatan yang terjadi pun adalah kerapatan maksimum (O,) sehingga: Dy = Dye (12) Sedangkan nilal kecepatan pada seat ‘arus maksimum dicai dengan menurunkan persamaan 9 tethadap ars Us dan menyamakan hasil diferensial tersebut dengan nol sehingga diperoleh: V=Dj.Use 4" BE ye te" sous ct fo tetiny = [Dye YY" _ Us sUmDj (oY) aU. OM ye(-Y4m tte Se pier tomy Us untuk =o, maka O= Die") Us/Um 0=1-Us/Um Us= Un (13) Dari persamaan 11, 12, dan 13 diperoleh arus maksimum: Vp = DexUm Vin = (DJe).Um Vip = Dy Une dengan: Us kecepatan rata-rata ruang (kmijam) Um = Kecepatan maksimum (krmijam) (GS2IRTITREE rexwk SPA. & PERENCANAAN, Noror 2 Volume 8 ~ Su 7006, hat 127-138 kerapatan kondisi macet (smpljam) V_ = anus lakutintas (smpikm) Model Underwood Model ketiga adalah yang diusulkan oleh Underwood sebagai hasil dari studi lalu- lintas pada jalan raya Merrit di Connecticut, dan ‘mengusulkan model kecepatan dan kerapatan sebagai berikut: hubungan —antara Us = U,60" an) Lebih lanjut persamaan diatas dapat dipresentasikan kedalam bentuk persamaan linier y =a + bx sebagai berikut: Ln Us= In Us DID, (15) Bila persamaan D = ViUs disubstitusikan ke persamaan 14 maka diperoleh hubungan antara arus dan kecepatan sebagel berikut; V=Dm.Usin (U/Us). (16) Gambar 3. Hubungan Kecepatan — Kerapatan Greenberg Mode! Sedangkan hubungan antera_arus dengan _kerapatan —diperoleh dengan mensubstitusikan persamaan Us = VID ke dalam persamaan 14. Vs = U:D.e0" (7 Model Lalu Lintss pada Jalan Somararg Boia Bambang Svivarto Avs pada metode Underwood ihitung dengan menggunakan rumus dasar Vn = Dm . Um yakni bahwa arus rmaksimum merupakan perkalian dari kerapatan maksimum dengan kecepatan maksimum. Nilaikerapatan pada maksimum — dicari_ dengan Persamaan 17 terhadap kerapatan (0) dan menyamakan hasil diferensial tersebut dengan nol sehingga diperoleh: maksimum saat anus ‘menurunkan o = Ue" (1-0/0, o untuk av «D ° 0 0, maka diperoteh: Ufe -DiD,,(1-D/D,) = (1-D/Da) Dy =D (18) Sedangkan nilai kecepatan pada saat arus_maksimum dicati “dengan menurunkan persamaan 16 terhadap arus (Us) dan menyamakan hasil diferensial tersebut dengan nol sehingga diperoleh: Day-Us In (UyUs) uf/us Ufius Dm Us.In(UfUs)* Dp.Us: Dy Us.in(UyUs)-Dn ave . “gu De (IMUHs)-1) untuk: Ose Su =O make: 0 = Dp (in (UsUs)-1) 0 = (In (UiUs)-1) Us=e Karena terjadi pada kondisi maksimum maka Us adalah U maksimum (Up) sehingga diperoleh: Un = Wye (19) Dari persamaan 11, 18, dan 19 didapat rus maksimum: Va =D Un Veg = Dm Ue Perumusan tersebut diatas memerfukan pengetahuan tentang kecepatan rata rata arus bebas yang di dalam hal ini cukup mudah untuk diamati, sedangkan kerapatan optimum sult untuk diamati dan sangat jarang tergantung pada lingkungan atau fasiltas jalan. Kelemahan lain, kecepatan pada model mencapai nilai nol dan kerapatan kondisi jam yang tidak menentukan. ‘Gambar 4, Hubungan Kecepatan — Kerapatan Underwood mode! HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ‘Tabel 1. Hest Penelitian ‘Waktu = No Jom termpun _Kecepatan Flow Density Breen Raterata_ = (00,00.00- 00.05.00 129 2482 352 16 00.05.00 -00.10.00 132 2419 e24 18 00.10.00 - 00.15.00 128 35.20 480 1“ 00.18,.00 00.2000 18 38.04 552 8 00.20.00 0025.00 131 2274 600 8 00.25.00-00,30.00 150 291 503 2» (00:30.00- 00.35.00 4.50 2991 588 20 00.36.00 - 00.40.00, an 4055 468 2 (040,00 - 00.45.00, 427 25.48 828 a 00.45.00 00.50.00 128 35.66 934 2 00.50.00--00.56.00 129 4.87 00 26 (00 65.00 01.00.00 141 31.90 008 32 0.00.00 - 01.05.00 135 33.40 oot 20 01.05.00 - 01.10.00, 424 26.17 732 2 01.10.00 - 01.15.00 az 35.36 948 2 01.15.00-01.20.00 130 3402 72 21 01.20.00 -01.25.00 tat 31.00 852 27 01.25.00-01.30.00 1.40 32.3 1008 2 01.30.00-01.35.00 osr 5172 204 16 0135.00 -01.40.00 0.88 5233 960 8 21 01.4000- 01.45.00 0.88 51.23 720 16 22 01.4500-01.5000, 0.86 52.49 re “4 23 01.5000-01.5500 os? 51.90 1020 20 24 _01.55.00-02.00.00, om 60.46 240 4 (ESaIRTEIIE reKwik sipn. 8 PERENCANAAN, Nomor2 Volume 8 - Jui 2006, hal 127 — 138 Analisa Data = Oy-(SxdN Metode Greenshields MDE?) Rumus Us = U-(U,fD)D Diubah ke persamaan Linier 5 = Om-(SXEn bie (Ye VEx?) Persamaan Logaritmik: Us = Un" In(®/0) : Us = - 16.224 x in(218,709/D) Y Hub. Volume dan Kecepatan: uy Vo = Di Use(-UsUa) wD, Vo = 218,709.x Us x e(-Usi(- D, = Ue = 71.282 16.224) Df = 12994 Hub. Volume dan Kepadatan Persamaan Regrest Vo = Un? D*In(0/0) Us U;-(U/D)*D. v = 16.224 xD x n(218,709/D) Us = 54,856 +0.770xD Vimaks = 1305.389 Hub. Volume - Kecepatan: Koefisien Korelasi (r) = -0.5359305 Vo = DyxUs- (YU) x Ue Koefisien Determinasi (i) = 0.287 v = 71,282 x Us - 1.2994 x Us? Hub. Volume - Kepadatan: Model Underwood v = U,xD- (UfD)) x D? Rumus: v 54,856 x D + 0,770 xD? Us = U;xe(00,) Vmaks = 977.563 a eee ten aes Rumus ciatas dapat ditulls ke dalam ee ee en bentuk persamaan matematika yang lain, yakri: Ln Us = InU;—(D/D_) esae ansehen Diubah ke persamaan linier: ee Y= atbx Us = Upin (DD) bp = M(x) Rumus ciatas dapat tus dalam’ OLePKEX) persamaan matematika yang lain, yaitu cia zy cy ix Us = Unln (D) — Uin (D) Diubah ke persamaan lier: Y= atbx 4.022 =55.79 kmfam -0.018 =-54.19smpfjam Model La Linas pada Jalon Semaran- Beja Bembang Sugyarto PENUTUP, Persamaan Eksponensial Kesimpulan Us = Ur" expl-D/De) 1, Dari ketiga model tersebut di atas dapat Us. 55,79 x exp(0/54,19) diketahui bahwa arus alu lintas dari Hub, Volume dan Kecepatan Semarang-Boja dan Boja-Semerang didapat Vo = Dm*Us*In(udUs) hhubungan yang paling erat antara kecepatan Vo = 84,79 x Us x In(55.79/U5) dan kerapatan menggunakan model Hub, Volume dan Kepadatan: Underwood dengan nilai r = 0.637, dengan V = UD * expCDIDn) model Us = §5,79 x exp(0/54,19), sedangkan Vo = 55,793 xD x exp(-D/54,19) volume tertinggididapat_~—- dengan vmaks = 1112196 menggunakan model Greenberg sebesar Koefisien Korelasi (+) -0.537 41.908 kendaraanjam. Koefisien Determinasi (r*) = 0.289 2. Dengan r = 0.537 atau D = 0.2884, berarti model sebesar 28,84 % prosen dapat Hubungan volume, kecepatan dan dipercaya menggambarkan hubungan antara kepadatan dengan menggunakan ketige model kecepatan dan kerapatan, sedangkan depat diihat pada Gambar 3, Gambar 4 dan lainnya ditentukan oleh faktor tain Gambar 5. Rendahnya nilai r dikarenakan beberapa hal. diantaranya: jumiah sampel kurang besar, waktu pengambilan sampel kurang tersebar. wes = 54056 + 07700 TEE ea xis, 7090) Ue 5579 x exs()5419) eat eee ce "enn nan) CGambar 3. Hubungan Kecepatan (kmijam) - Kepadatan (kend km) TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor2 Volume 8 ~ Jul 2006, hak 127 ~ 138 es Bi any enacts 12esU aay naan cus xecues8.29) Vom Uses 7A) xx Gambar 4. Hubungan Kecepatan (kmvjam) - Volume (kend arn) | =| ele ee 2 wile “i olf =} a 25630 +07030" ‘©224x0 xi@28,7000) 750 x0 xompDIEA.B) Gambar 5. Hubungan Volume (kend,jam) - Kepadatan (kend/km) 3. Namun demikian, model Underwood model yang paling tepat diterapkan untuk melihat karakteristik arus lalu lintas pada ruas jalan Semarang - Boja. 4, Hubungan antara volume dan kecepatan ‘merupakan fungsi eksponensial 5. Hubungan antara volume dan kepadatan merupakan berdasarkan pada hasil analisis merupakan fungsi eksponensial Model Lalu Lintas pads Jalan Semarang Boj ~ Bambang Sugiyarto Saran Untuk mendapatkan model yang tepat iterapkan untuk methat karakteristk arus lalu lintas pada ruas jalan Semarang - Boja, maka disaranken: 1, Perl dicarl faktorfaktor lain yang mempengaruhi Kecepatan, kerapatan, dan ‘rus lalu lintas dari Semarang-Boja. 2, Perlu dlakukan peneliian Kembali dengan jumiah dan waktu pengambilan sampel yang coup. Seay e rigs: aser.u 09 Us 16225) Yo symeusamss7a08) Gambar 4. Hubungan Kecepatan (kam) - Volume (kend /jarm) Sav 548860 +0770%0" Sea -822450 xin28,7090) ‘v= 55785 x0 xep¢ 084.8) x Das Gambar 5. Hubungan Volume (kend am) ~ Kepadatan (kend /km) 3. Namun — demikian, model Underwood merupakan model yang paling tepat diterapkan untuk melihat karakteristik arus lal lintas pada ruas jalan Semarang - Boja. 4. Hubungan antara volume dan kecepatan ‘merupakan fungsi eksponensial, 5. Hubungan antara volume dan kepadatan berdasarkan pada hasil analisis merupakan fungsi eksponensial, Mode! Lau Lintas pad Jalon Semarang Boj Bambang Supyaro “4. Peru ‘Saran Untuk mendapatkan model yang tepat diterapkan untuk melihat karakteristik arus tal lintas pada ruas jalan Semarang - Boja, maka disarankan: faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan, kerapatan, dan arus lalu lintas dari Semarang-Boja. 2. Perlu dilakukan penelitian kembali dengan jumiah dan waktu pengambitan sampel yang ccukup. dicari DA eae Morlock, E. K.. 1991. Pengantar Teknik dan ‘Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MK). 1997. 'Perencanaan Transportasi, Jakarta Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Marga, eeeon Departemen Pekerjaan Umum. (CESaTRIIETETI rexwik svi. PERENCANAAN, Noror 2 Volume 8 ~ Jul 2005, al: 127 138

Anda mungkin juga menyukai