LP, Askep, SPTK PK KLP 1.

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 26

Dosen Pengampu : Arni AR, S.Kep., Ns., M.

Kes

Mata Kuliah : Keperawatan Kesehatan Jiwa II

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

‘’PERILAKU KESEHATAN’’

OLEH : KELOMPOK 1

- Fadillah Apriliani Firsan (210402020)


- Afifah Afrah Amatullah (210402001)
- Anisa Marsanda (210402011)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

2023
1. Masalah Utama

Perilaku Kekerasan

2. Proses Terjadinya Masalah

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak
marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko

menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.


Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal sehingga
mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat (Rawlins and
Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan adalah perasaan
marah dan bemusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol diri atau kendali diri.

Tanda dan gejala :

- Muka merah dan tegang - Mengancam secara verbal


- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan atau fisik

kuat - Melempar atau memukul

- Mengepalkan tangan benda atua orang lain


- Jalan mondar-mandir - Merusak barang atau benda
- Bicara kasar - Tidak memiliki kemampuan
- Suara tinggi, menjerit atau
mencegah atau
berteriak
mengendalikan perilaku
kekerasan
B. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Tanda dan gejala :

- Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)


- Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
- Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
- Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram.

C. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dlI. Sehingga klien dengan perilaku
kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.

Tanda dan gejala :

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan

melalui pengkajian meliputi :

- Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah


diserasakan oleh klien.
- Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebar dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang.

D. Etiologi

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan

dalam perilaku kekerasan menurut (Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:

1. Faktor Predisposisi
1.) Faktor Biologis

a.) Instinctual Driνe Theory ( Teori Dorongan Naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan

disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang

sangat kuat.

b.) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respon

psikologi terhadap stimulus eksternal, internal maupun

lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik berperan

sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun

menghambat rasa marah (Deden dan Rusdin, 2013).

2.) Factor Psikologis


a.) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari

akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk

mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat

mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan

berkurang melalui perilaku kekerasan.

b.) Behaνior Theory (Teori Perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila

tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.

c.) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)


Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila

kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku


konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku

destruktif.

3.) Faktor Sosiokultural

o.) Sosial Enνironment Theory (Teori Lingkungan Sosial)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu

untuk merespon asertif atau agresif.

`.) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun

melalui proses sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013)

2. Fahtor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat

unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan,

kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti,

kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang

terlalu rebut padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan

dapat memicu perilaku kekerasan(Deden dan Rusdin, 2013)

E. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga


dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping
yang

kontstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang

umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti


“Displancement”, sublimasi, proyeksi, represi, denial dan reaksi

formasi(Deden dan Rusdin, 2013).

F. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:

1. Menyerang atau Menghindar (fight or flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf

otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat,

takikardia, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl meningkat, peristaltic

gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan

juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal,

tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.

2. Menyatahan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam

mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif

dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk

mengekpresikan rasa marah tanpa menyakiti orang lain secara fisik

maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat juga untuk

mengembangkan diri klien.

3. Memberontah (acting Out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku

“Acting Out” untuk menarik perhatian orang lain.

4. Perilahu Keherasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditinjaukan kepada diri

sendiri, orang lain maupun lingkungaa(Deden dan Rusdin, 2013)

G. Rentang respon masalah

Menurut yosep (2010) rentang respon marah dibagi menjadi 5 yaitu:

Respon adaptif Respon

maladaptive

I I I I I

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Rentang Respon Kemarahan (Yosep, 2007)

a. Asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa

menyalahkan atau menyakiti orang lain, hal ini dapat

menimbulkanbkelegaan pada individu

b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan

karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian

tujuan.

c. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk

mengungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan

dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.


d. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau

ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan

mengamuk dengan ancaman, member kata-kata ancaman tanpa niat

melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak

melukai orang lain.

e. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku

kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,

memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada

yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

H. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan

Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang,

nada suara tinggi berdebat, selalu memaksakan kehendak dan memukul bila

tidak sengaja ditandai dengan: Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam,

tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, seta

postur tubuh

kaku. Verbal, mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara

dengan nada keras, kasar dan ketus (Keliat, 2013)

Perilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain,

merusak lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman

dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,

bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar berdebat, meremehakan dan tidak

jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual, merasa diri

berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas

terhambat. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,


dan sindiran. Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan

penyimpangan seksual (Keliat, 2013)

3. Pohon Masalah

4. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

a. Masalah keperawatan:

• Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


• Perilaku kekerasan

• Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan

• Resiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan Data Subyektif:

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.

- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa

lainnya. Data Objektif :

- Mata merah, wajah agak merah.


- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri

sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
• Perilaku kekerasan /

amuk Data Subyektif :

- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.


- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif :

- Mata merah, wajah agak merah.


- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang

• Gangguan harga diri : harga diri rendah


Data Subyektif:

- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif:

- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.

5. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko Perilaku Kekerasan


b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

6. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa 1 : Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan umum

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.


Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapetik, em[ati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang di sukai
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan Tindakan :
1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan

2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal


3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan Tindakan :
1. Anjurkan klien menggungkapkan yang di alami dan di rasakan saat jengkel / kesal
2. Observasi tanda perilaku kekerasan
3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang di alami klien
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa di lakukan
1. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
3. Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ? “
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
1. Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan

2. Bersama klien menyimpulkan akiba dari cara yang digunakan


3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan Tindakan :
1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
2. Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik : Tarik nafas dalam jika sedang kesal,
berolah raga, memukul bantal / kasur
3. Secara verbal : katakana bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
4. Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk di beri
kesabaran
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku
kekerasan Tindakan
1. Bantu memilih cara yang paling tepat
2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih
3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih
4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi
5. Anjurkan menggunakan cara yang telah di pilih saat jengkel / marah

8. Klien mendapat dukungan dari keluarga

Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga
2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai
program) Tindakan :
1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping)
2. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar ( nama klien, obat, dosis,
cara, waktu)
3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
Diagnosa II : Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Tujuan Umum :

Klien tidak melakukan kekerasan


Tujuan kusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling


percaya Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya : salam trapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi
2. Panggil klien dengan nama panggilan yang di sukai
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki Tindakan :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki
2. Hindari penilaian negative setiap pertemuan klien
3. Utamakan pemberian pujian yang realitas

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat di gunakan untuk diri sendiri dan keluarga

Tindakan
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang memiliki
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang di miliki

Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan

3. tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan

kemampuan Tindakan :

1. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah di rencanakan


2. Beri pujian atas keberhasialan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang
ada Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluargan tentang cara merawatklien
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien di rawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnose III : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan umum :
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :

- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkunganya


- Pasien mampu mengungkapkan perasaanya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang
baik Tindakan :
- Mendiskusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri orang lain dan
lingkungan

Meningkatkkan harga diri pasien dengan cara :

• Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaan


• Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
• Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
• Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
• Merencanakan yang dapat pasien lakukan
Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :

• Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya


• Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaiakan masalah yang lebih baik.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT : Perkasa

TANGGAL DIRAWAT : 14 September 2023

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn. H

Tanggal lahir : 19 Agustus 1998

Umur : 25 Tahun

Tanggal pengkajian : 15 September 2023

RM No. :

Informan : Ayah kandung

II. ALASAN MASUK

±4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak mengontrol diri. Klien juga
marah marah dan memukul adiknya sampai berdarah karena klien merasa dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi.
Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD Dadi Makassar untuk kembali di rawat inap.

Kondisi saat ini :

Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka mengancam. Klien mengatakan
masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien mengamuk dan
memukul pintu / jendela.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan di masa lalu ?
 Ya Tidak
2. Jelaskan adakah :
Perilaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik  14

Aniaya seksual

Penolakan

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1,2,3 : Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan

Klien pernah memukul temanya di umur 14 tahun.

3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Ya  Tidak

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenagkan : klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu
masuk penjara selama 3 minggu karena mencoba membobol ATM
5. Riwayat pengguaan napza : tidak ada

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda vital : TD : 120/80 mmHg , N : 78 x/menit , S : 36,4 0C , P : 23 x/menit
2. Ukur : TB : 168cm , BB : 70kg
3. Keluhan fisik : klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Jelaskan :-
Masalah keperawatan : -

V. IDENTIVIKASI RESIKO

Resiko jatuh ( Edmonsom’s Scale ) Resiko Dekubitus ( Norton Scale )


Tidak ada resiko  Tidak ada resiko
Ada resiko Ada resiko

Resiko Melakukan Kekerasan Resiko lari


( Modified Overt Aggression Scale )

0-2 : Resiko rendah 0-1 : Resiko rendah

3-5 : Resiko sedang 2 : Resiko sedang

 >5 : Resiko tinggi >3 : Resiko tinggi

Resiko bunuh diri Assesmen Status Fungsional

0 : Tidak ada resiko 13-17 : Mandiri

1-2 : Resiko rendah 0-12 : Ketergantungan

3-6 : Resiko sedang

7-10: Resiko tinggi


(*) Lihat pedoman skoring

VI. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

57 45

25 13

Keterangan :
: laki laki

: perempuan
: meninggal

: menikah

: keturunan

: klien

Jelaskan : Pola asuh yang berusaha dilakukan dengan baik yang dilakukan sang ayah sebagai orang tua
tunggal

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien memandang ada bagian menarik pada dirinya yaitu wajah yang di mana klien merasa
wajahnya tampan.
b. Identitas : klien mempersepsikan dirinya sebagai lelaki yang dewasa dan belum menikah.
c. Peran : klien mengatakan tidak mampu memenuhi perannya dan tidak mampu menyelesaikan masalah
d. Ideal diri : klien mengatakan belum bisa berprilaku layaknya laki laki seumurannya yang bisa memecahkan
masalah nya sendiri
e. Harga diri : klen mengatakan selalu ingin meminta pengakuan dari orang lain

Masalah Keperawatan : Koping Tidak Efektif

3. Hubungan social
a. Orang yang berarti/terdekat/peling nyaman untuk cerita : klien mengatakan orang terdekatnya yaitu ayah
dan adiknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan social : klien mengatakan dia sudah
berusaha untuk dekat dengan orang orang.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : kadang cekcok dengan orang lain dikarenakan emosi
yang kadang tidak terkontrol.

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakanberagama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin
beribada karena merasa doanya tidak pernah dikabulkan dan semua itu sia sia
b. Kegiatan :

Masalah Keperarawatan : Distres Spiritual

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai  Berpakaian seperti biasa

Jelaskan : cara berpakaian klien tampak rapi, baju dan celana tidak terbalik serta klien

menggunakan sandal

Masalah Keperawatan : -

2. Pembicaraan
Normal  Keras Gagap Inkoheren Cepat

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan : klien ketika bicara nada suara keras, tinggi.


Masalah Keperawatan : Perilaku kekerasan

3. Aktivitas Motorik
Tingkat aktivitas : Lesu Tegang Gelisah
Jenis kegiatan : Tik  Grimasen Tremor
Gerakan tidak lazim : Kompulsif
Jelaskan : gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat dikontrol klien
Masalah Keperawatan : -

4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan
Ide bunuh diri

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

5. Efek
Sesuai Tumpul Labil Tidak sesuai Datar

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif  Mudah tersinggung
Kontak mata (-) Defensif Curiga
Kooperatif

Jelaskan : saat di wawancara klien tampak mudah tersinggunng, Cenderung selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya.
Masalah Keperawatan : -
7. Persepsi sensori
Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabahan
Pengecapan Penghidu

Ilusi
Ada  Tidak ada

Jelaskan : saat dikaji klien mengatakan tidak mendengar suara suara


Masalah Keperawatan : -

8. Proses pikir
Sirkumtansia Tangensia Kehilangan asosiasi
Flight of idea  Blocking Pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : tidak bisa berfikir dengan baik terlebih dahulu sebelum bertindak
Masalah Keperawatan : -

9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistic Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : -

10. Tingkat kesadaran


 Baik Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi
 Tidak ada Waktu Tempat Orang

Jelaskan : Tingkat kesadaran klien baik/Compos mentis

11. Memori
 Baik Gangguang daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat saat ini Gangguang daya ingat jangka pendek

Konfabulasi

Jelaskan : Memori dalam ingatan klien baik

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu berhitung

Jelaskan : -

13. Kemapuan penilaian


Baik Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

14. Daya tilik diri


Baik Mengingkari penyakit yang di derita

Menyalagunakan hal hal di luar dirinya

Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : -

VIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Perilaku kekerasan
2. Koping tidak efekfif
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Distres kekerasan

IX. POHON MASALAH


(Efek) MENYERANG ORANG LAIN

(Core Problem) PERILAKU KEKERASAN

(Causa) KOPING TIDAK EFEKTIF


X. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perilaku kekerasan b.d Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah d.d Suara keras dan menyerang orang lain

XI. ANALISA DATA

Data Masalah Keperawatan


DS : klien mengatakan di rumah marah-marah Perilaku kekerasan
kepada adiknya karena keinginanya tidak
dipenuhi dan merasa dibohongi. Serta klien
memukul adiknya sampai berdarah
DO : muka tegang, mudah tersinggung saat di
ajak bicara, tatapan mata tajam, muka tampak
merah.

XII. KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- klien mengatakan dirumah marah-marah - Muka tegang
kepada adiknya karena keinginanya tidak - Mudah tersinggung saat di ajak
dipenuhi dan merasa dibohongi berbicara
- klien memukul adiknya sampai berdarah. - Tatapan mata tajam
- Muka tampak merah

XIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan

Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi


Perilaku kekerasan b.d Kontrol Diri (L.09076) Manajemen Perilaku
Ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan (I.12463)
mengendalikan dorongan keperawatan 2x24jam diharapkan Observasi :
marah d.d Suara keras dan dengan kriteria hasil : - Identifikasi harapan
menyerang orang lain 1. Kognitif untuk
- Pasien mampu menyebutkan
(D.0132) mengendalikan
penyebab perilaku kekerasan
perilaku
- Pasien mampu menyebutkan
Terapeutik :
tanda dan gejala perilaku
- Lakukan kegiatan
kekerasan
pengalihan
- Pasien menyebutkan akibat
terhadap sumber
yang di timbulkan
agitasi
2. Psikomotorik
- Hindari sikap
- Pasien mendendalikan
mengancam dan
perilaku kekerasan dengan
berdebat
teknik nafas dalam, pukul
Edukasi :
keras bantal, dan lain lain
- Informasikan
yang bisa membuat pasien
keluarga bahwa
lega
- Pasien berbicara dengan baik keluarga sebagai
- Pasien mengungkapkan dasar pembnetukan
marah secara verbal dan kognitif
tertulis

3. Efek
- Pasien mampu melakukan
latihan yang dilakukan

XIV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal dan No. Dx Implementasi Evaluasi


Waktu Keperawatan
15 September Perilaku kekerasan 1. Mengidentifikasi harapan
2023/ 07.05 b.d untuk mengendalikan S : klien
Ketidakmampuan perilaku mengatakan belum
mengendalikan Hasil : klien sedikit demi sepenuhnya dapat
dorongan marah sedikit dapat di mengontrol
d.d Suara keras dan tenangkan oleh ayahnya dirinya, dan masih
menyerang orang 2. Melakukan kegiatan marah jika
lain (D.0132) pengalihan terhadap keinginan belum
sumber agitasi terpenuhi
Hasil : klien belum
sepenuhnya dapat O : muka masih
mengontrol dirinya dan tampak tegang,
terhadap suatu tatapan mata yang
pengalihan yang posifif masih tajam, dan

3. Menghindari sikap suara yang masih


meninggi
mengancam dan
berdebat
A : Perilaku
Hasil : klien masih
kekerasan
berargumen sendiri, di
tambah suaranya yang
P : Intervensi tetap
masih meninggi jika
di lanjutkan
bicara, dan juga klien
masih ada keinginan
memukul jika lawan
biacaranya menurutnya
menjengkelkan
4. Menginformasikan
keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif
Hasil : pihak keluarga
mengerti

1. Mengidentifikasi
harapan untuk S : klien
mengendalikan mengatakan sudah
perilaku dapat mengontrol
Hasil : klien sudah dirinya sedikit
bisa menerima demi sedikit
nasehat dengan
harapan supaya Alm. O : tatapan yang
Ibu klien tidak sudah mulai sayu,
bersedih di alam sana dan suara yang

2. Melakukan kegiatan sudah tidak

pengalihan terhadap meninggi seperti


sebelumnya
sumber agitasi
Hasil : klien sedikit
A : Masalah
demi sedikit sudah
teratasi sebagian
dapat mengontrol diri
dan mengalihkan ke
P : Intervensi
kegiatan yang klien
(2,3,4) tetap di
sukai
lanjutkan
3. Menghindari sikap
mengancam dan
berdebat
Hasil : klien sudah
tidak lagi berdebat
dengan orang yang
mengajaknya bicara
dan sudah tidak ada
keinginan memukul
orang lain
4. Menginformasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar pembnetukan
kognitif

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


Perilaku Kekerasan

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DS :
a. klien mengatakan dirumah marah-marah kepada adiknya karena keinginanya tidak dipenuhi dan merasa
dibohongi
b. klien memukul adiknya sampai berdarah

DO :
a. Muka tegang
b. Mudah tersinggung saat di ajak berbicara
c. Tatapan mata tajam
d. Muka tampak merah

2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Keperawatan
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. Pasien menyebutkan akibat yang di timbulkan
d. Pasien mendendalikan perilaku kekerasan dengan teknik nafas dalam, pukul keras bantal, dan lain lain yang
bisa membuat pasien lega
e. Pasien berbicara dengan baik
f. Pasien mengungkapkan marah secara verbal dan tertulis
g. Pasien mampu melakukan latihan yang dilakukan

4. Tindakan Keperawatan
a. Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
b. Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
c. Hindari sikap mengancam dan berdebat
d. Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar pembnetukan kognitif

B. Strategi Komunikasi dalam Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi kak, perkenalkan saya perawat yang dinas pagi pada hari ini dari pukul 07.00 sampai 14.00
siang yang akan merawat kakak di Rumah Sakit ini. Nama kakak siapa ? Senangnya dipanggil siapa ?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan kakak saat ini ? Masih ada perasaan kesal atau marah?”
c. Kontrak (topik, waktu dan tempat)
Topik : Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah kakak. Apakah kakak
bersedia?”
Waktu : “Berapa lama kakak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 20 menit?”
Tempat : Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, kak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

2. Fase Kerja
“Apa yang menyebabkan kakak marah? Apakah sebelumnya kakak pernah marah ? Penyebabnya apa? “Samakah
dengan yang sekarang?”
“O...iya, jadi ada beberapa penyebab marah kakak.”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti privasi, apa yang kakak rasakan?”
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada kakak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat,
dan tangan mengepal?”
“O....Begitu. Setelah itu apa yang kakak lakukan?, O...iya, jadi kakak memukul adinya hingga berdarah karena
tidak di turuti dan merasa di bohongi, apakah dengan cara ini kakak mendapatkan hal yang diinginkan itu?”
“Jadi seperti ini kak hal itu jangan dilakukan, jika kakak memukul orang sampai berdarah, coba kakak pikirkan
kerugian apa yang kakak alami ?”
“Betul, orang akan akan sakit hati dan menjadi takut dengan kakak karena kakak bersikap seperti itu, apalagi ini
adik kakak. Menurut kakak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah kakak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, kak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui
kegiatan fisik disalurkan rasa marah.Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini kak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah kakak rasakan maka kakak berdiri, lalu tarik napas dari hidung,
tahan sebentar, lalu keluarkan / tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik dari hidung, bagus..., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, kakak sudah
dapat melakukannya.”
“Nah... Bagaimana perasaan kakak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan kakak?”
“Yasudah, jadi ada beberapa penyebab kakak marah?”
“Dan apa yang adik kakak rasakan dan kakak lakukan tadi coba sebutkan?”
“Serta akibatnya jika melakukan tindakan kekerasan yang pernah kakak lakukan.”
“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya kak, berapa kali sehari kakak mau latihan napas dalam?” “Jika kakak
melakukannya secara mandiri maka kakak tuliskan (M), jika kakak melakukannya dibantu maka kakak tulis (B),
dan jika kakak tidak melakukannya tulis (T). apakah kakak sudah mengerti tentang jadwal latihan ? Coba kakak
ulangi yang saya jelaskan tadi. Iya bagus kak.“
“Sebaiknya latihan ini kakak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul kakak
terbiasa melakukannya.”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaannya kak setelah kita berbincang-bincang?”
2. Evaluasi Objektif
“coba kakak ulangi, apa yang sudah kita pelajari tadi?”
b. Rencana tindak lanjut
“Baiklah, bagaimana kalau besok kita akan melakukan latihan napas dalam dan kegiatan yang kedua, yaitu
mencegah / mengontrol marah kakak dengan memukul kasur dan bantal. Bagaimana kakak setuju ?
Bagaimana kalau di kamar kakak saja, kakak setuju?”
c. Kontrak
Topik : “Baiklah, bagaimana kalau besok kita akan melakukan latihan napas dalam dan kegiatan yang
kedua, yaitu mencegah / mengontrol marah kakak dengan memukul kasur dan bantal. Bagaimana
kakak setuju?”
Tempat : “Bagaimana kalau di kamar kakak saja, kakak setuju?”
Waktu : “kakak mau berbincang-bincang dengan saya jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00 siang kak
kita berbincang-bincangnya? Waktunya 10 menit, apakah kakak bersedia ? Selamat pagi dan
selamat beristirahat kak.”

Anda mungkin juga menyukai