Anda di halaman 1dari 77

ALUR PASIEN ICU

RUMAH SAKIT No. Dokumen No. Revisi Halaman

ANNA

Tanggal Terbit Di tetapkan


PROSEDUR TETAP Kepala Rumah Sakit ANNA

ALUR PASIEN MASUK DAN KELUAR ICU

INSTALASI INSTALASI
RS LAIN RAWAT UGD RAWAT

JALAN INAP

EVALUASI OLEH
DOKTER ICU

Diantar INDIKASI ( - ) DITOLAK


MASUK ICU

PINDAH RUANG
MASUK ICU KELOLA INTENSIF :
BAIK Dijemput

 Pengobatan dan perawatan intensif


 Dokter ICU ( Intensifis ) Indikasi Keluar ( + )
Status Qou / Vegetatif TETAP DIRAWAT /
 Perawat Mahir
RUJUK /PULANG APS
 Konsultan ( Konsultatif ke SMF
Meninggal
lain )
Dijemput
KAMAR JENAZAH

Catatan :

 Diantar / dijemput s/d pintu keluar / masuk ICU


 Pasien dari luar mengikuti ketentuan dari Rumah Sakit

1
PENERIMAAN PASIEN ICU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT

ANNA

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Di tetapkan


OPERASIONAL
Kepala Rumah Sakit ANNA

PENGERTIAN Suatu tata cara menerima pasien untuk dirawat di ICU yang mengalami kegawatan.

TUJUAN Pasien yang mengalami kegawatan terancam jiwanya sewaktu – waktu agar dapat
memperoleh pengobatan, perawatan dan pemantauan intensif sesuai dengan kondisi
yang dialami pasien.

KEBIJAKAN 1. Pasien dirawat di ICU harus memenuhi persyaratan / indikasi yang telah
ditentukan.

2. Dokter jaga ICU berhak untuk menyetujui adanya indikasi tersebut.

3. Penolakan pasien masuk ICU hanya oleh konsulen ICU yang bertanggung jawab
saat itu.

PROSEDUR 1. Ruangan yang akan mengirim pasien ( ruangan lain, UGD, IMC, RR )
PELAKSANAAN memberi tahu terlebih dahulu ke ICU bahwa akan ada pasien masuk dan
dokter ICU sendiri memberi persetujuan.

2. Menyiapkan perlengkapan peralatan pasien dan bed ICU dilengkapi dengan


status pasien dan trolley emergency.

3. Menerima pasien, timbang terima beserta catatan medik yang lengkap.

4. Memasang oksigen, bed side monitor, ventilator ( jika diperlukan )

5. Mengganti pakaian pasien dengan pakaian ICU

6. Observasi tanda vital : tekanan darah, heart rate, pernafasan dan suhu.

7. Observasi keadaan lainnya seperti tingkat kesadaran, pupil, fungsi motorik, dll.

8. Cek kepatenan seluruh peralatan yang telah terpasang sebelumnya.

9. Memasang dan atau mengalirkan dower khateter, NGT, drain, dll.

10. Mengambil sample darah untuk pemeriksaan laboratorium.

11. Melaporkan dokter ICU jika terjadi perubahan.

12. Memberitahukan keluarga tentang keadaan pasien dan tata

2
PENERIMAAN PASIEN ICU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT

ANNA

13. Membuat renpra


14. Memasukkan data pasien ke register rekam medis
15. Membuat terapi sesuai program
16. Mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien minimal sekali dalam sehari
( terutama pada waktu kunjungan keluarga )

Unit Terkait 1. IGD


2. Rawat inap

3
PEMINDAHAN PASIEN DARI ICU KE RAWAT INAP

RUMAH SAKIT No. Dokumen No. Revisi Halaman

ANNA / / / 2022

Tanggal Terbit Di tetapkan


STANDAR Kepala Rumah Sakit ANNA
PROSEDUR
OPERASIONAL
April 2022
PENGERTIAN Suatu prosedur memindahkan pasien dari ICU pada pasien yang kondisinya sudah

terbebas dari kegawatan.

TUJUAN 1. Supaya proses pengobatan dan perawatan pasien yang sudah tidak memerlukan
lagi fasilitas ICU dapat dilanjutkan di ruang rawat inap biasa.
2. Perlu diupayakan kelangsungan proses pengobatan dan perawatan di rawat inap
berkesinambungan dengan pengobatan dan perawatan di ICU, agar dapat dicegah
berulangnya kegawatan atau deteksi dini keadaan tersebut.
KEBIJAKAN Pemindahan pasien dari ICU ke rawat inap dilakukan oleh petugas ruang dan dilakukan

timbang terima di ICU.

PROSEDUR 1. Memberitahu rawat inap, bahwa akan ada pasien pindah dari ICU dan meminta
persetujuan pihak rawat inap tersebut.
PELAKSANAAN
2. Meminta konfirmasi rawat inap tentang waktu kesiapan untuk menjemput pasien
dari ICU.
3. Menyiapkan pasien dan kelengkapannya.
4. Pasien dijemput ke rawat inap dengan memperhatikan sarat – sarat tranportasi
pasien.
5. Melakukan serah terima pasien dengan perawat rawat inap, yang di serah
terimakan adalah :
a. Kelengkapan catatan medik dan keperawatan pasien.
b. Masalah yang perlu diperhatikan dalam perawatan dan pengobatan
selanjutnya sehingga dapat dilakukan deteksi dini apabila timbul kegawatan
kembali.
c. Semua hasil pemeriksaan ( yang telah dikerjakan ) baik yang sudah selesai
maupun yang belum.
6. Terapi dan perawatan lanjutan sesuai dengan pengantar dari dokter ICU.

7. Memberikan pesan agar menghubungi ICU kembali apabila terdapat hal – hal

yang belum jelas atau atau terjadi kegawatan ulang.

8. Selanjutnya perawatan terhadap pasien menjadi tanggung jawab perawat dan

dokter ruang rawat inap.

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Inap

4
RESUSITASI JANTUNG PARU

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RUMAH SAKIT

ANNA

STANDAR Tanggal Terbit Di tetapkan


PROSEDUR Kepala Rumah Sakit ANNA
OPERASIONAL

PENGERTIAN Suatu tindakan emergensi untuk mengatasi keadaan henti jantung dan atau henti nafas.

TUJUAN Menyelamatkan kehidupan :

1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau respirasi melalui pengenalan dan intervensi


segera.

2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi melalui RJP.

3. Memberikan oksigenasi kepada otak, jantung dan organ – organ vital lainnya serta
mengembalikan fungsi jantung dan ventilasi yang normal.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigenasi

PROSEDUR 1. Pastikan adanya henti nafas dan atau henti jantung.


PELAKSANAAN
2. Mintalah pertolongan.

3. Posisikan pasien terlentang.

4. Pasang pengalas keras.

5. Atur posisi penolong :

a. Penanganan airway ( posisi pada bagian atas kepala )

b. Penanganan sirkulasi ( posisi bagian samping bahu kanan pasien )

c. Penyedia obat ( posisi dekat dengan emergensi troli )

d. Leader

6. Beri bantuan nafas dengan ambubag

7. Lakukan kompresi jantung ( 30 : 2 )

8. Berikan obat – obat emergensi sesuai ketentuan.

9. Lakukan tindakan sesuai algoritm.

10. Jika berhasil siapkan untuk penanganan lebih lanjut.

11. Dokumentasikan tiap langkah kegiatan.

UNIT TERKAIT 1. ICU


2. IGD
3. Rawat Inap

5
TERAPI OKSIGEN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT
ANNA

STANDAR Tanggal Terbit Di tetapkan


Kepala Rumah Sakit ANNA
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan


oksigenasi.

TUJUAN 1. Mengatasi keadaan hipoksia

2. Menurunkan kerja pernafasan

3. Menurunkan beban kerja otot jantung ( miocard )

Indikasi :

1. Pasien dengan kadar O2 yang diketahui melalui hasil AGD / BGA.

2. Pasien dengan peningkatan kerja napas dimana tubuh berrespon terhadap


keadaan hipoksia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernapasan, serta
adanya kerja otot – otot tambahan pernapasan.

3. Pasien dengan peningkatan kerja jantung dimana jantung berusaha untuk


mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang lebih
kuat.

4. Pada pasien selama dan sesudah pembedahan.

Kontra Indikasi :

1. Mutlak tidak ada.

2. Untuk PPOM berat pemberian O2 dimulai dengan 2 LPM dinaikkan secara


bertahap.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen

PROSEDUR Persiapan alat :


PELAKSANAAN
1. Sentral oksigen, tabung O2, manometer set, flow meter, humidifier.

2. Catheter nasal / kanul nasal / sungkup muka sederhana / sungkup muka


dengan kantong udara / sungkup muka dengan parsial rebreathing.

Langkah – langkah :

1. Kateter nasal / Kanul nasal :

a. Cuci tangan.

b. Memberi tahu pasien.

6
c. Isi tabung humufider dengan water for irigation batas yang tertera.

d. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen / sentral oksigen.

e. Cek fungsi flow meter dan humufider dengan memutar pangatur


konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam tabung
flow meter.

f. Menghubungkan kateter nasal / kanul nasal dengan flow meter.

g. Alirkan oksigen ke :

 Kateter nasal dengan aliran antara 1 – 6 lt/mnt.

 Kanul nasal dengan aliran antara 1 – 6 lt/mnt.

h. Cek aliran kateter nasal / kanul nasal dengan menggunakan panggung


tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen.

i. Pasang alat kateter nasal / kanul nasal pada klien.

j. Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir sesuai yang di


inginkan.

k. Cuci tangan.

l. Rapikan peralatan kembali.

m. Dokumentasikan pada status klien.

2. Sungkup muka partial rebreathing :

a. Cuci tangan.

b. Memberi tahu pasien.

c. Isi tabung humidifier dengan water for irigation setinggi batas yang
tertera.

d. Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen / sentral oksigen.

e. Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar konsentrasi O2


dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam tabung flow meter.

f. Menghubungkan sungkup muka partial rebreathing dengan flow meter.

g. Alirkan oksigen ke sungkup muka partial rebreathing dengan aliran udara


8 – 12 lt/mnt.

h. Cek aliran oksigen ke sungkup dengan cara menutup sungkup dengan


salah satu tangan dan amati aliran oksigen yang masuk ke dalam kantong.

i. Pasang alat sungkup muka partial rebreathing pada klien.

j. Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir sesuai dengan yang
diinginkan.

k. Cuci tangan.

l. Rapikan peralatan kembali.

m. Dokumentasikan pada status klien.

3. Hal – hal yang harus diperhatikan :

a. Bandingkan hasil PaO2, SaO2, SpO2 klien sebelum dan sesudah pemberian

7
O2.

b. Kaji dan bandingkan status pernapasan sebelum dan sesudah pemberian


O2.

c. Cek kulit dan membran mukosa klien.

d. Cek kepatenan alat.

e. Observasi adanya keluhan terutama mual dan muntah.

f. Tanyakan kenyamanan terhadap terapi O2.

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. ICU
3. Rawat Inap
4. Instalasi farmasi

8
MONITOR SATURASI OKSIGEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT
ANNA

Tanggal Terbit Di tetapkan

STANDAR Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Monitor saturasi oksigen merupakan tekhnik monitoring non invasive untuk
mengukur saturasi oksigen arteri dan fungsi hemoglobin, nilai normal 97 –
100 %

TUJUAN Diagnostik :
1. Menilai data dasar saturasi oksigen yang merupakan bagian pengakajian
oksigenasi.
2. Deteksi dini terhadap perubahan saturasi yang sering berubah terutama
pada keadaan kritis.
3. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas oksigenasi pasien seperti
suction, reposisi, merubah konsentrasi O2.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen.

PROSEDUR 1. Persiapan alat : Pulse oximeter beserta sensornya.


PELAKSANAAN
2. Cara kerja :
a. Cuci tangan.
b. Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah / kotoran lain.
c. Pilih sensor yang tepat sesuai lokasi tempat sensor.
d. Sambungkan oximeter dengan menekan tombol power on / off.
e. Set alarm secara tepat dan cek fungsi lainnya.
f. Untuk mematikan tekan kembali tombol power on / off.
g. Sambungkan sensor lempeng / klip pada tangan / kaki / telinga.
3. Hal – hal yang harus diperhatikan :
Lokasi tempat penempatan sensor.
a. Sensor klip ditempatkan pada jari telunjuk tangan atau telinga.
b. Sensor lempeng di tempatkan pada jari – jari, ibu jari kaki, hidung.

UNIT TERKAIT 1. ICU


2. IGD
3. Kamar Bedah

9
ASISTENSI INTUBASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman

RUMAH SAKIT
ANNA
Tanggal Terbit Di tetapkan
Kepala Rumah Sakit ANNA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Suatu tindakan memasukkan pipa endotrachea ke dalam trachea.

TUJUAN 1. Membebaskan jalan nafas.


2. Untuk pemberian pernafasan mekanik.
3. Untuk mempermudah penghisapan sekresi.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen.

PROSEDUR Persiapan alat :


PELAKSANAAN 1. Laringoscope dengan bilah yang sesuai.
2. Magills untuk membantu memasukkan pipa.
3. Maudrin ( bila ada kesulitan saat memasukkan tube )
4. OTT / NTT sesuai dengan kebutuhan pasien
5. Xylocain jelly
6. Sarung tangan
7. Obat – obatan untuk persiapan intubasi antara lain :
 Sedasi : midazolam, propofol, pentotal
 Muscle relaxan : Succinyl cholin, rocuronium, atracurium, vecuronium.
7. Xylocain spray / semprot.
8. Pressure cuff / spuit cuff.
9. Guedell / mayo.
10. Stetoscope.
11. Suction catheter untuk menghisap sekresi.
12. Emergency trolly yang berisi obat – obat emergency.
13. Air viva, face mask untuk oxigenasi.
14. Plester / pita untuk fiksasi.
15. Suction dinding / sentral / manual.

Cara Kerja :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur pada pasien.
3. Cek suction sentral dan atur tekanan antara 100 – 200 mmHg atau suction
manual dan sambungkan selang catheter steril.

10
4. Nilai kesadaran pasien, bila sadar diberitahu.
5. Bersihkan jalan nafas dengan cara suctioning.
6. Sambungkan pasien ke EKG monitor dan ukut tensi, nadi dan pernafasan ulang,
saturasi oksigen.
7. Posisi pasien terlentang / flat dan ekstensikan leher pasien ( sesuaikan dengan
kondisi pasien ).
8. Bantu tindakan intubasi sesuai dengan tahapannya.
9. Ikat selang trakea / trakeostomi dengan tali / plester.
10. Bereskan peralatan dan dokumentasikan tindakan.

Hal – hal yang perlu di perhatikan :


1. Keadaan umum pasien, terutama tensi, nadi dan pernafasan, saturasi, oksigen.
2. Monitoring EKG
3. Pengisian cuff ( balon )
4. Fiksasi
5. Penghisapan sekresi dengan tehnik yang semestinya.
UNIT TERKAIT 1. ICU
2. IGD
3. Kamar Bedah

11
EXTUBASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

RUMAH SAKIT
ANNA

Tanggal Terbit Di tetapkan

STANDAR Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Pengangkatan pipa endotrachea dari trachea.

TUJUAN 1. Sebagai tahap akhir proses penyapihan dari ventilator.

2. Pasien sudah tidak mengalami sumbatan ( potensial sumbatan jalan nafas )

3. Supaya pasien dapat bernafas seperti semula.

4. Dapat berbicara dan menelan seperti biasa.

5. Supaya pasien dapat batuk dengan efektif dan dapat mengeluarkan sputum
sendiri.

Indikasi :

1. Pasien sudah kompos mentis dan kooperatif.

2. Tensi nadi dan pernafasan normal.

3. Suhu badan tidak panas karena bila sebelum panas kebutuhan oksigen
meningkat dan metabolisme naik.

4. Bisa batuk secara efektif.

5. Hasil thorax foto terakhir keadaannya bersih, tidak ada retensi sputum.

6. Tidak ada gejala hypoxia, hiperkarbi dan tachikardi.

7. Tidal volume cukup.

8. Hasil AGD normal individual.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan.

PROSEDUR Persiapan alat :


PELAKSANAAN
1. Laringoscope

2. Peralatan suction yang lengkap

3. Spuit cuff.

12
4. Pinset, spirometer

5. Alat – alat untuk memberikan pelembaban dan oksigen. misal = O2 + NRM

O2 + binasal

6. Peralatan lengkap untuk intubasi

Cara kerja :

1. Pertama ukur nadi, tensi, suhu dan pernafasan, kesadaran.

2. Ukur TV pasien

3. Periksa AGD

4. Bila ada instruksi dokter ( misal : dexametason )

5. Beritahu pasien untuk pengangkatan pipa pernafasan.

6. Lakukan penghisapan sekresi sampai bersih dan cuff dikempeskan.

7. Lepaskan fikasasi tube

8. Waktu pengangkatan tube, suction katheter yang baru harus berada di dalam
sambil tube diangkat ( jangan dipakai suction katheter bekas untuk
membersihkan mulut )

9. Selesai pengangkatan tube pasang NRM.

10. Satu jam kemudian periksa AGD ulang.

Hal – hal yang harus diperhatikan :

1. Terutama keadaan umum pasien.

2. Ukur tensi, nadi dan pernafasan, kesadaran.

3. Perhatikan apakan ada stridor dan kelainan pernafasan lain.

UNIT TERKAIT 1. ICU

2. IGD

3. Kamar Bedah

13
WEANING PADA T – PIECE DINDING

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT
ANNA

Tanggal Terbit Di tetapkan

STANDAR Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Proses weaning pada T – Piece dinding adalah salah satu usaha penyapian dari
respirator, dimana pasien langsung dilepas dari alat Bantu tetapi tube masih tetap
terpasang.

TUJUAN 1. Menghindarkan pasien adri rasa ketergantungannya terhadap alat bantu nafas.
Melatih pasien agar dapat bernafas sendiri secara spontan.

2. Diharapkan pasien secara berangsur – angsur dapat bernafas seperti sediakala.

3. Mengembalikan pasien pada keadaan semula.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan.

PROSEDUR Persiapan alat :


PELAKSANAAN
1. Spirometri untuk mengukur tidal volume

2. Humidifier untuk O2 dan udara.

3. Slang inspirasi

4. Kantong plastik untuk penampung.

5. Konektor untuk ke tube.

Persiapan pasien pada waktu akan melakukan weaning pada T – Piece


Dinding :

1. Siapkan alat – alat yang akan dipakai

2. Jangan melakukan weaning apabila pasien kelihatan lemah karena habis


dimandikan, fisioterapi atau habis foto thorax.

3. Terangkan pada pasien dan tenangkan jiwanya bila pasien sebelumnya sudah
memakai alat bantu napas dalam jangka lama, karena pasien akan merasa takut
untuk di lepas dari alat bantu napas.

4. Atur posisi pasien ( posisi tidur ) supaya pengembangan paru lebih bagus.

5. Terangkan bahwa dengan proses weaning ini akan membantu pasien agar

14
dapat bernafas seperti sedia kala.

6. Sebelum tindakan di kerjakan ambil pemeriksaan analisa gas darah untuk lebih
meyakinkan lagi.

Cara kerja :

1. Beritahu pasien tentang tindakan apa yang akan di lakukan.

2. Ukur tidal volume.

3. Observasi tanda vital pasien : T, N, P, S

4. Alat – alat di cek apakah sudah siap dipakai.

5. Sekresi atau sumbatan lainya dibersihkan

6. Setelah pemasangan selesai pasien di observasi kembali.

Hal – hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan weaning pada T – Piece
dinding :

1. Penyakit utama sudah teratasi.

2. Pasien merasa kuat ( tidak lemah ) jalan napas bebas dari sumbatan, apabila
pasien dengan trachestomi dalam keadaan baik.

3. Suhu badan normal apabila suhu badan mengalami kenaikan maka kebutuhan
O2 akan meningkat.

4. Pasien dapat batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekresi.

5. Frekwensi napas kurang dari 30 kali per menit.

6. Tidak ada gejala hypoxia / kebingungan

7. Test fungsi paru normal, tidal volume mencukupi.

8. Hasil pemeriksaan analisa gas darah normal

9. Pasien dapat bernapas secara spontan.

UNIT TERKAIT 1. ICU


2. IGD
3. Kamar Bedah

15
PERAWATAN BALON ( CUFF )
DI ENDOTRACHEA ( ETT )

RUMAH SAKIT No. Dokumen No. Revisi Halaman


ANNA

Tanggal Terbit Di tetapkan


STANDAR Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR
OPERASIONAL

PENGERTIAN Pengertian balon pipa trachea merupakan cara untuk mempertahankan tekanan pada
balon ETT tetap normal ( 15 – 25 mmHg )
TUJUAN 1. Mempertahankan posisi tube dan oksigenasi jaringan.
2. Mencegah aspirasi dan kerusakan jaringan mukosa sekitar cuff.

Indikasi :
Dilakukan pada pasien yang terpasang pipa trachea atau pipa tracheostomy dengan
cuff.
KEBIJAKAN 1. Pemenuhan kebutuhan oksigen
2. Pemenuhan kebutuhan keamanan.
PROSEDUR 1. Persiapan :
PELAKSANAAN Persiapan alat :
a. Personalia : 1 orang perawat.
b. Perlengkapan :
o Cuff inflator ( portex )
o Selang konektor ( dipakai untuk monitoring tekanan cuff secara
kontinyu )

2. Cara kerja :
Pengisian balon ETT :
a. Cuci tangan
b. Suctioning pasien dan suruh pasien untuk batuk
c. Sambungkan katup pilot balon dengan alat cuff inflator, kempeskan cuff
dengan menekan tombol merah sampai mencapai nilai nol.
d. Untuk pengisian balon ETT, pompakan alat cuff inflator dengan memijat
balon karret inflator sampai mencapai angka dibawah tanda merah ( 30
mmHg ) kemudian turun sedikit sampai pada angka normal ( tekanan
normal 15 – 25 mmHg )

16
3. Monitoring tekanan balon ETT ( Cuff ) secara terus menerus:
a. Cuci tangan.
b. Sambungkan katup pilot balon dari pipa tracheostomy atau endotracheal
ke slang konektor.
c. Sambungkan ujung slang konektor lainnya ke alat cuff inflator.
d. Pompakan cuff inflator secara cepat sampai batas nilai normal ( tanda
hijau 15 – 25 mmHg ) kemudian lepaskan.
e. Gunakan pengait belakang cuff inflator untuk menempatkan cuff inflator
pada tempat yang aman dan untuk dimonitor.

Perhatian :
1. Untuk mengempeskan balon ETT, tekan tombol merah untuk menurunkan
tekanan.
2. Pada tekanan cuff diatas 25 mmHg dapat menyebabkan iskhemik jaringan
sekitar cuff.
UNIT TERKAIT 1. ICU
2. PICU
3. NICU
4. IGD

17
SPIROMETRI INTENSIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT
ANNA

Tanggal Terbit Di tetapkan

STANDAR Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Terapi latihan pernafasan dengan menggunakan alat ukur untuk menambah
kemampuan inspirasi pernapasan pasien.
TUJUAN Terapi untuk mencegah atelektesis, meningkatkan oksigenasi dan expansi paru.
KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan oksigen.
PROSEDUR 1. Cuci tangan
PELAKSANAAN 2. Beri tahu pasien
3. Persiapkan pasien dan beri posisi yang nyaman ( lebih diutamakan posisi
duduk atau semi fowler )
4. Instruksikan pasien untuk meletakkan selang spirometri di mulut dan tarik
nafas dalam selama 3 detik.
5. Instruksikan pasien untuk expansi secara lambat dan bernapas secara normal
kembali.
6. Instruksikan pasien untuk nafas dalam kembali dan usahakan agar kekuatan
inspirasi bertambah 100 ml – 250 ml tiap kali nafas dalam.
7. Setelah volume maximum tercapai instruksikan pasien untuk latihan napas
dalam 10 kali. Anjurkan pasien untuk latihan ini minimal 3x /hari.
8. Bereskan peralatan dan dokumentasikan tindakan.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi
2. Poli paru

18
PENGUKURAN VOLUME TIDAL DAN
TEKANAN NEGATIF INSPIRASI

RUMAH SAKIT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
ANNA

Tanggal Terbit Di tetapkan

STANDAR Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Merupakan cara untuk mengukur kapasitas tidal paru dan tekanan negatif inspirasi
pasien saat bernapas dengan menggunakan alat ukur.

TUJUAN 1. Mengevaluasi kekuatan otot – otot pernafasan pasien.

2. Mengevaluasi adekuasi volume tidal

3. Mengkaji kemampuan napas spontan, misalkan pada pasien post operasi.

4. Menentukan apakah pasien memerlukan intubasi dengan dan atau menggunakan


ventilator mekanik.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan oksigen.

PROSEDUR Persiapan alat :


PELAKSANAAN
Spirometer portable ( respirometer portable )

Langkah – langkah :

1. Cuci tangan

2. Sambungkan konektor ke jalan napas pasien.

3. Hubungkan spirometer portable ke jalan napas pasien.

4. Anjurkan pasien untuk napas dalam sebisa mungkin, dan 0 kan spirometer dan
suruh pasien untuk mengeluarkan napas.

5. Untuk menempatkan jarum pada titik 0 tekan tombol yang berwarna putih.

6. Untuk mengunci hasil pengukuran yang di dapat, tekan tombol merah.

7. Untuk mengembalikan jarum pengukuran setelah penguncina ( menekan tombol


merah ) tekan tombol hijau sehingga spirometer dapat untuk mengukur kembali.

UNIT TERKAIT Instalasi farmasi.

19
FISIOTERAPI DADA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT
ANNA

Tanggal Terbit Di tetapkan


Kepala Rumah Sakit ANNA

PENGERTIAN Suatu tindakan yang diberikan pada penderita dengan jalan latihan bernapas,
menepuk daerah dinding dada, menggetarkan daerah dinding dada serta
menghisap sekresi yang dikeluarkan untuk memperlancar pernapasan.

TUJUAN 1. Untuk mempertahankan, memperbaiki dan


mencapai ke efektifan dari seluruh bagian paru.

2. Mencegah kolaps dari pada paru yang disebabkan


karena terhambatnya sekresi untuk keluar.

3. Menghindarkan terjadinya komplikasi, misal :


bronkopneumonia.

4. Untuk mempertahanan kelancaran sirkulasi darah.

5. Untuk mencegah atropi otot – otot.

Indikasi :

1. Pasien dengan ventilator

2. Pasien dengan retensi sputum / reflek batuk, tidak


baik namun tidak aktif.

3. Pasien tidak aktif.

Kontra indikasi :

1. Pasien dalam keadaan shock

2. Relatif : fraktur iga

3. Pasien dengan TIK meningkat

4. Pasien dengan miocard infark

20
KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN Cara kerja :

1. Cuci tangan.

2. Beritahu pasien.

3. Jika pasien sadar anjurkan pasien untuk latihan


napas dalam dengan cara memegang perut pasien
dengan kedua tangan kemudian tarik napas dalam
lewat hidung, tahan, kemudian keluarkan lewat
mulut. Lakukan tindakan tersebut minimal 10 kali,
jika pasien masih mampu lakukan lagi dalam 1
periode ( 10 x ).

4. Auskultasi seluruh lapang paru.

5. Posisikan pasien tidur dengan miring kiri atau


kanan.

6. Tempatkan handuk diatas dada pasien.

7. Lakukan penepukan / claping dengan kedua tangan


di seluruh lapang paru dalam waktu 1 – 3 menit.

8. Lakukan vibrasi saat pasien ekspirasi dalam waktu 1


– 3 menit.

9. Lakukan claping dan vibrasi pada dada yang satunya


dengan lama waktu yang sama.

10. Jika pasien sadar lakukan postural drainage dan


posisikan pasien sesuai daerah paru dimana sekret
akan dialirkan.

11. Jika pasien mampu batuk efektif anjurkan pasien


untuk batuk efektif.

12. Jika pasien tidak mampu batuk efektif lakukan


suctioning dengan tekanan 60 – 100 mmHg untuk
bayi, 100 – 120 mmHg untuk anak – anak, 100 – 300
mmHg untuk dewasa, jika pasien dengan VM
berikan O2 100 pre, post dan diantara tindakan
suctioning.

13. Catat jumlah, warna dan konsistensi sputum.

14. Kembalikan pasien pada posisi semula.

15. Rapihkan peralatan dan dokumentasikan tindakan.

Hal – hal yang harus diperhatikan :

Didalam melakukan fisioterapi dada harus melihat keadaan umum penderita,


sehingga kita dapat mencegah komplikasi lebih lanjut.

Tindakan yang berhubungan dengan fisioterapi dada :


1. Latihan bernapas / breathing exercise

21
2. Penepukan / clapping
3. Menggetarkan / vibrating
4. Drainage posisi
5. Penghisapan / Suction

UNIT TERKAIT 1. Instalasi rehabilitasi medik

2. Sijangmed

INHALASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/2

22
Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Terapi inhalasi adalah terapi penghirupan partikel udara yang


mengandung obat selama inspirasi.

TUJUAN 1. Hidrasi, dan pembersihan jalan nafas.

2. Mengencerkan sekret.

3. Pemberian obat.

KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan oksigen

2. Ada instruksi medis tentang program


pemberian terapi inhalasi.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan :

1. Persiapan alat :

a. Hansel mask ( masker inhalasi )

b. Oksigen sentral / tabung

c. Flow meter yang berisi air

d. Obat bronkodilator ( misal : ventolin, bisolvon, solution,


alupent )

e. Aqua for injection

2.
Persiapan pasien :

a. Jelaskan tujuan dan langkah prosedur


kepada pasien / keluarga.

b. Posisikan pasien semi fowler.

Langkah – langkah :

1. Cuci tangan

2. Tempatkan obat bronkodilator


pada reservoar masker ( pada
obat tertentu memerlukan
pengenceran dengan aqua for

23
injection )

3. Sambungkan selang oksigen ke


flow meter, alirkan oksigen
6 – 8 lt/menit.

4. Cek adanya penguapan obat,


bila ada letakkan masker
menutupi mulut dan hidung
pasien.

5. Instruksikan pasien untuk nafas


dalam – dalam, lambat sambil
menghirup partikel uap obat
sampai obat habis.

6. Observasikan pengembangan
dada pasien, lakukan
auskultasi.

7. Setelah obat habis, lepaskan


masker dan anjurkan pasien
untuk membatukkan sekret
yang ada atau dilakukan
penghisapan dengan lembut.

8. Monitoring adanya sesak napas


dan perubahan tanda vital
selama terapi.

Hal – hal yang perlu di perhatikan :

Perubahan tanda vital pasien.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi laboratorium

2. Instalasi farmasi

24
BRONCHIAL WASHING

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/2

25
Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Bronchial washing adalah tindakan untuk membantu mengencerkan


sekresi yang terdapat pada dinding bronchus dengan menggunakan
cairan NaCL 0,9 %, perasat ini dikerjakan pada pasien yang memakai
ETT dan TT.

TUJUAN 1. Membantu mengencerkan sputum kental,


untuk mempermudah mengeluarkan sputum
dari paru – paru.

2. Mengurangi penumpukan CO2 di paru – paru


sehingga mencegah obstruksi jalan napas.

3. Mencegah terjadinya bronchopneumonia.

4. Memperlancar sirkulasi dan perfusi


keseluruhan jaringan.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :

1. Peralatan oksigenasi → self inflating bag.

2. Spuit cuff

3. Cairan NaCL 0,9 %

4. Peralatan suction yang lengkap

5. Pinset, bengkok

6. Ember yang berisi larutan salvon untuk


tempat suction kateter bekas.

7. Handuk untuk alas dada.

Cara kerja :

1. Sebelum melakukan bronchial washing harus


observasi dulu : saturasi, nadi, pernafasan,
tekanan darah, monitoring EKG.

2. Berikan oksigenasi dengan konsentasi tinggi


melalui air viva.

26
3. Tuangkan NaCL 0,9 % ke dalam mangkok /
wadah yang steril secukupnya lalu hisap
dengan spuit 10 cc.

4. Semprotkan cairan NaCL 0,9 % yang ada


dalam spuit kedalam bronchus melalui ETT /
TT sebanyak 5 cc dan pada waktu
memasukkan cairan, posisi pasien disebut
flower / ditinggikan.

5. Lakukan secepatnya pemompaan dengan air


viva beberapa kali supaya cairan menyebar
pada bagian – bagian bronchus.

6. Buat posisi drainage ( bila pasien


memungkinan ) kemudian lakukan
penghisapan secepatnya.

7. Berikan kembali oksigen dengan konsentrasi


tinggi melalui air viva.

8. Perasat ini boleh diulang sampai sekresi


benar – benar sudah bersih / banyak
berkurang.

9. Pada penghisapan terakhir kita kempeskan isi


cuff, lamanya pemasangan cuff sesuai dengan
diisi kembali secukupnya.

10. Setelah perasat ini selesai cuff diisi kembali


secukupnya.

11. Kalau ada ukur volume dengan menggunakan


wright spirometer.

12. Alat – alat dirapikan kembali.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1. Bronchial washing dilakukan sesudah chest


fisioterapi.

2. Perawat harus cuci tangan.

3. Dikerjakan sebelum makan

4. Dikerjakan oleh 3 orang perawat :

a. Memasukkan cairan NaCL 0,9 % dan melakukan


suction.

b. Memompa dengan self inflating bag setelah cairan


masuk.

c. Merubah posisi tempat tidur penderita.

UNIT TERKAIT Instalasi farmasi.

27
SUCTIONING

No. Dokumen No. Revisi Halaman

28
PT / / / 2008 1 1/2

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Suctioning merupakan tindakan mengangkat sekresi yang terdapat


pada dinding bronchus atau trachea. Tindakan ini dilakukan pada pasien
yang terpasang ET, TT.

TUJUAN 1. Mengangkat secret yang tidak bisa


dikeluarkan sendiri atatu dibatukkan oleh
pasien.

2. Mengurangi penumpukan CO2 di paru – paru.

3. Mencegah terjadinya bronchopneumonia.

4. Memperlancar sirkulasi dan perfusi ke


seluruh jaringan.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan oksigen.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :

1. Peralatan oksigenasi : air viva, oksigen +


selang.

2. Peralatan suction yang lengkap : suction


dinding, selang suction, tubing / kateter
suction steril yang sesuai dengan usia dan
nomor.

3. Sarung tangan steril atau pinset steril.

4. Ember yang berisi larutan savlon untuk


tempat suction kath bekas.

5. Handuk untuk alas dada.

Cara kerja :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur pada pasien.

3. Observasi saturasi, nadi, pernapasan, tekanan


darah, dan irama EKG.

29
4. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi
melalui air viva atau ventilador.

5. Atur tekanan pada suction, bayi = 60 – 100


mmHg, Dewasa = 120 – 200 mmHg.

6. Gunakan sarung tangan atau pinset steril.

7. Pilih kateter suction yang sesuai dengan umur


pasien dan ukur ETT / TT ( 1/3 diameter ERR /
TT ).

8. Sambungkan kateter suctioning pada selang


suction.

9. Lakukan ventilasi dengan air viva 3 x, dengan


oksigen 12 – 15 lt / menit.

10. Masukkan kateter dalam keadaan terbuka,


jika ada reflek trachea angkat katheter 1 – 2
cm kemudian tutup kateter dan angkat
kateter dengan gerakan memutar ( lama
tindakan 5 – 15 detik )

11. Berikan kembali oksigen dengan konsentrasi


tinggi 12 – 15 lt/menit melalui air viva.

12. Perasat ini boleh diulangi sampai bersih /


banyak berkurang.

13. Monitor kembali hemodinamik dan tana vital


pasien.

14. Jika akan suction hidung dan mulut lakukan


suctioning ETT / TT dahulu sampai selesai,
kemudian suctioning hidung dan yang
terakhir adalah mulut.

15. Bilas selang kateter dengan air yang asa


diember, matikan suction dan buang suction
pada ember penampung tersebut.

16. Alat – alat dirapikan kembali dan


dokumentasikan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi

2. Laboratorium

3. Sijangmed

30
PENGAMBILAN DARAH ARTERI

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/2

Tanggal Terbit Di tetapkan

31
Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Suatu tindakan pengambilan darah arteri untuk pemeriksaan AGD.

TUJUAN 1. Diagnostik

2. Mengetahui oksigenasi dan CO2

3. Membedakan status keseimbangan asam basa tubuh pasien.

Indikasi :

Pemeriksaan AGD diambil pada pasien yang mengalami gangguan


pernapasan dan keseimbangan asam basa.

Kontra indikasi :

1. Pasien dengan terapi antikoagulan

2. Riwayat gangguan pembekuan darah

3. Penyakit pembuluh darah perifer yang berat

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan oksigen

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan :

1. Persiapan etiket :

a. Nama pasien

b. Tanggal dan jam pengambilan

c. Pemakaian O2 pada waktu pengambilan AGD

2. Persiapan alat :

a. Spuit ukuran 2 ½ cc ( untuk dewasa ), jarum ukuran 23


G

b. Karet atau jenis lainnya

c. Desinfektan : kapas alkohol 70 % steril

d. Heparin

Cara kerja :

1. Cuci tangan

32
2. Spuit terlebih dahulu dibasahi dengan heparin,
kemudian heparin dikeluarkan dari spuit.

3. Lakukan Allen test

4. Tentukan tempat penusukan / pengambilan darah


arteri

5. Desinfektan daerah tusukan dengan alkohol 70 % steril

6. Darah arteri yang diambil cukup ½ - 1 cc

7. Kemudian setelah cukup, jarum langsung di cabut,


dikeluarkan udara yang ada didalam spuit, posisi jarum
diatas tegak lurus ( cara mengeluarkan harus hati – hati,
jangna tercampur dengan udara luar atau memasukkan
udara luar ke spuit dapat mempengaruhi hasil,
terutama PCO2 ), langsung di tutup dengan karet.

8. Pada arteri bekas tusukan pengambilan langsung di


tekan dengan kapas alkohol 70 % steril dalam waktu
lebih kurang lima menit dan tekan yang lebih kuat,
sampai darah berhenti keluar.

9. Beri etiket kuat, spuit yang berisi darah arteri tersebut


kemudian periksa.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1. Lokasi :

Arteri radialis ( diutamakan ), arteri brakhialis, arteri femoralis, arteri


dorsopedis.

2. Bila darah baru bisa diperiksa setelah lebih


dari 15 menit maka darah harus di simpan
dulu di lemari es atau termos es, agar
komponen darah tidak rusak dan mencapai
hasil yang aktual.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi laboratorium

2. Instalasi Farmasi

33
PENGAMBILAN BAHAN PEMERIKSAAN

KULTUR DAN SENSITIVITAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/2

34
Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Suatu cara pengambilan baik berupa urin, darah, sputum ataupun ujung
kateter vena sentral, guna pemeriksaan biakan kuman dan uji
sensitivitas antibiotik dari bahan tersebut.

TUJUAN Diagnostik : Mencari data pengkajian guna menegakkan diagnosa


medis keperawatan.

Terapi : Mengevaluasi efisiensi tindakan atau terapi kedokteran /


keperawatan.

Indikasi :

1. Pasien yang dirawat di ICU selama 3 hari


atau lebih.

2. Pasien yang terpasang kateter CVC,


peralatan invasif dan non invasif lainnya.

3. Pasien dengan infeksi sistemik atau lokal.

4. Penggunaan antibiotik sebelumnya tidak


adekuat.

5. Ada instruksi medis tentang pemeriksaan


kultur dan sensitivitas.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

PROSEDUR PELAKSANAAN KULTUR DAN SENSITIVITAS DARAH

1. Persiapan alat dan bahan :

a. Spuit 5 cc

b. Alkohol 70 % steril

c. Botol kultur / batek

d. Kapas / kassa steril

e. Torniquet / karet pembendung

35
2. Cara kerja :

a. Cuci tangan dan persiapkan alat.

b. Instruksikan pasien untuk meletakkan


tangan dan pilih vena yang baik untuk
ditusuk.

c. Letakkan torniquet diatas tempat


penusukkan.

d. Lihat dan palpasi vena dan bersihkan


daerah tersebut dengan alkohol 70 %
kemudian keringkan.

e. Tekan vena yang akan ditusuk dengan


jari., kemudian tusuk dibawahnya
dengan ketinggin 5 – 350, masukkan
jarum kedalam vena.

f. Lepaskan torniquet.

g. Arsipkan spuit sampai didapat darah


minimal 5 cc.

h. Tarik jarum dan tekan daerah tusukan


dengan kassa steril selama 2 – 4 menit.

i. Masukkan darah tersebut sebanyak 5


cc kedalam botol kultur / batek.

Catatan :

Tindakan ini dilakukan dengan tehnik steril.

KULTUR DAN SENSITIVITAS SPUTUM

1. Persiapan alat :

a. Sarung tangan steril

b. Mucus extractor steril ( selang suction dengan


kontainer ) atau jika tidak tersedia dengan selang
suction steril dan spuit steril 10 cc.

c. Peralatan suction.

d. Personal : 2 orang perawat.

e. Lokasi : suctioning melalui endotrakeal tube,


tracheostomy tube, hidung.

f. NaCL 0,9 % steril, 2 – 6 cc.

2. Cara kerja :

a. Cuci tangan

b. Hidupkan mesin suction

c. Beri oksigen 100 %

36
d. Gunakan sarung tangan steril, tangan kiri memegang
selang dari alat suction.

e. Instruksikan perawat lain untuk memegang selang dari


alat suction.

f. Instruksikan perawat lain untuk membuka mucus


extractor dan pegang dengan tangan dan jaga tetap
steril.

g. Instruksikan perawat lain untuk memegang ET / ETT


dan membuka jalan nafas pasien ( jika menggunakan
ventilator atau oksigen, dilepas terlebih dahulu )

h. Masukkan selang mucus refractor ke dalam jalan nafas


dalam keadaan menghisap dan setelah sampai diatas
karina sedot sputum secara perlahan dengan arah
memutar.

i. Jika sputum sulit diangkat karena sputum sangat kental


atau sedikit, terlebih dahulu beri NaCL 0,9 % 2 cc,
kemudian di bagging dengan O2 100 %, baru dilakukan
penghisapan.

j. Jika selang mikus refractor tidak cukup panjang atau


terlalu besar, dapat dilakukan penghisapan dengan
selang suction steril yang sesuai kemudian selang
dipotong dengan gunting steril dan dimasukkan ke
dalam spuit 10 cc steril.

k. Jika sudah didapat sputum dalam extractor, ikat kedua


selangnya dan siap dikirimkan.

l. Turunkan konsentrasi oksigen sesuai dosis semula.

3. Hal – hal yang harus diperhatikan :

Tindakan ini dilakukan dengan tekhnik steril.

KULTUR DAN SENSITIVITAS URINE :

1.Persiapan alat : bahan

a. Spuit steril 10 cc → 2 buah

b. Alkohol 70 % atau betadin

c. Kassa steril

d. Sarung tangan steril

e. Klem

f. Bengkok

2.Cara kerja :

37
a. Klem kateter urine 1 jam

b. Cuci tangan dan persiapan alat

c. Gunakan sarung tangan

d. Bersihkan ujung kateter dengan alkohol 70 % atau


betadine

e. Aspirasi urine sebanyak 10 cc dengan spuit steril untuk


bahan kultur

f. Alat – alat dibereskan dan tangan

3. Hal – hal yang harus diperhatikan :

Tindakan ini dilakukan dengan tekhnik steril

KULTUR DAN SENTIVITAS KATETER CVP

1.Persiapan alat :

a. Sarung tangan steril

b. Alkohol 70 %

c. Spuit steril 10 cc

d. Forceps steril

e. Gunting steril

f. Bengkok

2. Cara Kerja :

a. Cuci tangan, alat disiapkan

b. Bersihkan kulit disekitar tusukan dan daerah tusukan


dengan alkohol 70 % tidak dengan betadine

c. Tarik kateter dengan forceps steril, hindari ujung


kateter mengenai kulit.

d. Kateter bagian distal ( ujung ) dipotong sepanjang 5 cm


dengan gunting steril dan dimasukkan ke dalam spuit
dan dikirim ke mikrobiologi.

UNIT TERKAIT 1.Instalasi laboratorium

2.Instalasi Farmasi

38
CHALLENGE TEST

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/2

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

39
April 2008

PENGERTIAN Penambahan cairan extra untuk meningkatkan volume cairan tubuh /


preload yang tidak identik dengan tekanan atrium kanan sebagai testing
atas keadaan hemodinamik.

TUJUAN Untuk mengukur kekurangan / deficit cairan melalui tekanan vena


sentral.

Indikasi :

Hypovolemik oleh karena kehilangan banyak cairan atau darah atau


juga oleh karena pemberian obat – obatan vasodilator.

Kontra indikasi :

 Dekompensasi jantung

 Edema paru ( relatif )

Ada instruksi medis untuk melakukan challenge test.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1.Persiapan alat : cairan koloid / kristaloid

2.Cara kerja :

a. Memberikan cairan melalui infus selama 10 menit

b. Bila : CVP < 8 cm H2O → guyur cairan ( RL ) 200 cc

c. Bila : CVP 8 – 14 cm H2O → guyur cairan ( RL )100


cc

d. Bila : CVP > 14 cm H2O → guyur cairan ( RL ) 50 cc

3. Hal – hal yang harus


diperhatikan :

a. Bila CVP naik 0 – 2 cm H2O → coba


guyur sebanyak jumlah semula

b. Bila CVP naik 2 – 5 cm H2O → guyur ½


dosis

c. Bila CVP naik 5 cm H2O → tidak perlu

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi

40
KOREKSI ALBUMIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/1

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Menambahkan sejumlah albumin ke dalam tubuh untuk mencapai


kadar normal albumin ke dalam darah ( nilai normal : > 2,5 gr % )

TUJUAN Untuk mengikat dan membawa sari makanan dan kompertemen yang
lain dalam tubuh yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi tubuh /
faal tubuh.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

Ada instruksi medis tentang pemberian therapy albumin.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1.Persiapan

a. Pasien dipasang infus

b. Cairan albumin

c. Jarum udara

2.Cara kerja

a. Cuci tangan kemudian beritahu pasien

41
b. Cek kondisi dan tanggal kadaluarsa albumin

c. Cairan albumin dipasang dan dihubungkan ke infus set

d. Pasang jarum udara pada tutup botol albumin

e. Atur tetesan infus, kecepatan infus max 2 cc/mnt atau


4 jam/btl.

f. Monitor pasien adanya reaksi alergi pada albumin

g. Rapihkan peralatan dan dokumentasikan tindakan.

3. Hal – hal yang harus diperhatikan

Perhitungan kebutuhan albumin :

( D – A ) ( BW x 40 ) x 2 = x gr alb

100

D : Desired Albumin Level ( Level albumin yang diinginkan )

A : Actual Albumin Level ( Level albumin yang ada )

UNIT TERKAIT Instalasi Farmasi dan Laboratorium

KOREKSI KALIUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/1

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

42
April 2008

PENGERTIAN Memberikan sejumlah kalium ke dalam tubuh untuk mencapai kadar


normal kalium dalam darah ( nilai normal : 3,5 – 5,5 mEq/ml )

TUJUAN Untuk mencegah terjadinya gangguan listrik jantung dan gangguan


sistemik lain.

KEBIJAKAN 1.Memenuhi kebutuhan pengobatan dan


membantu proses penyembuhan

2.Ada Instruksi medis tentang pemberian therapy.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1.Hitung kekurangan kalium dengan rumus =


Delta K x BB x ⅓

2.Encerkan KCl dalam D5% ( Pengenceran


disesuaikan ) atau jika memakai syringe
pump tidak perlu diencerkan.

3.Biarkan KCl dalam cairan D5% drip / dalam


syringe pump.

4.Sambungkan selang infus / perfusor yang


berisi KCl pada CVC atau vena besar, hindari
pemberian pada vena kecil.

5.Atur kecepatan pemberian max 20 mEq


kcl/jam, pemberian konstan.

6.Apabila defisit > 30 mEq KCl, berikan dalam


cairan 150 cc D5 % selama 2 jam.

7.Monitor nadi, tekanan darah dan cek


adanya phlebitis / terbakarnya vena.

8.Labeling KCl pada infus set / perfusor.

9.Dokumentasikan pemberian dan rapihkan


peralatan.

UNIT TERKAIT 1.Instalasi farmasi

2.Instalasi Laboratorium

43
PEMAKAIAN SYRINGE DAN INFUS PUMP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/2

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

44
PENGERTIAN Merupakan alat pengontrol pemberian infuse secara volume yang
menggunakan tekanan positif dalam mengalirkan cairan ke tubuh
pasien ( Non Gravitasi )

TUJUAN Untuk dapat memberikan volume cairan dan dosis obat pada pasien
dengan tepat.

Indikasi :

1.Pemberian cairan atau obat – obatan secara


infus dengan kecepatan yang konstan dan
akurat.

2.Memfiltrasi obat – obat / cairan.

3.Pemberian cairan atau obat – obat dalam jumlah


yang sangat kecil.

4.Pemberian infus jangka lama.

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

PROSEDUR PELAKSANAAN Cara kerja pemakaian syringe pump :

1.Cek instruksi dokter tentang cairan atau obat –


obatan yang akan diberikan.

2.Cuci tangan.

3.Oplos obat dan tempatkan obat atau cairan pada


syringe ukuran 20, 30, 50 ml sesuai dengan
kebutuhan khusus untuk perfusor Braun
gunakan syringe Braun 50 cc.

4.Sambungkan syringe ke tube / selang syringe.

5.Sambungkan perfusor ke sumber listrik.

6.Tekan tombol ON / OFF pada bagian belakang


perfusor untuk menghidupkan alat ( pada layar
akan tampak pengaman FT syringe type printer
setelah alat berfungsi )

7.Lepaskan knop putar, letakkan syringe dan kunci


knop putar.

8.Sambungkan selang syringe ke jalur intra vena.

9.Tentukan kecepatan pemberian obat / cairan


dengan menekan tombol angka sesuai nilai yang
diinginkan, kemudian tekan tombol START /
STOP, kemudian tekan tombol C sampai tampak
nilai 00,0 di layar. Tekan tombol angka untuk
menentukan volume yang akan diberikan
kemudian tekan tombol START / STOP.

45
10. Untuk mematikan alat tekan tombol
ON / OFF.

11. Fungsi – fungsi spesial :


Suara alarm yang akan berbunyi selama 2 menit.

CC
Pakai untuk pengguna external

Gambaran / memberi informasi mengenai cairan yang telah masuk

Cara kerja pemakaian infus pump :

1.Cek instruksi dokter tentang obat / cairan yang


akan diberikan.

2.Cuci tangan

3.Sambungkan infus set kebotol infus dan isi infus


set dengan cairan tersebut untuk menghilangkan
udara kemudian klem infus set ( gunakan infus
set / intravix khusus untuk infus pump jika
menggunakan infusomat Braun ).

4.Buka infus pump, masukkan chamber drop ( bilik


tetesan dari infus set ) kedalam sensor tetesan
dari infus pump ( khusus untuk infusomat
braun ).

5.Sambungkan infus pump ke sumber listrik.

6.Gunakan tombol ON / OFF untuk menyalakan


alat.

7.Sambungkan set infus ke pasien.

8.Tetapkan kecepatan pemberian tetesan dengan


menekan tombol angka ( lihat nilainya pada layar
infus pump )

9.Gunakan tombol start / stop untuk memulai


pemberian infus.

10. Jika alarm berbunyi tekan tombol


alarm ( ♫ ) yang dapat berbunyi selama 2 menit.

11. Jika ingin merubah / membatalkan


cairan yang akan diberikan tekan tombol start /
stop kemudian tekan tombol C sampai tampak
angka 0000 pada layar atas. Kemudian tekan
tombol untuk menentukan kecepatan pe,berian
cairan yang baru.

12. Untuk mematikan alat ini tekan dan

46
tahan tombol ON / OFF.

Fungsi Khusus :

1. Layar bawah yang akan menginformasikan data jika


tombol dibawah ini difungsikan.

2. Tombol ml ( volume ) digunakan untuk memasukkan


data volume cairan yang akan diberikan.

3. Tombol time, digunakan untuk memasukkan data


waktu yang dibutuhkan untuk pemberian cairan,
caranya : tekan tombol time, kemudian tekan tombol
angka untuk menentukan waktu yang dibutuhkan ( Jika
waktu yang dibutuhkan 3 jam, 30 menit maka tekan
angka 330 sedangkan jika waktu yang dibutuhkan 1 jam
7 menit maka tekan angka 107 ).

4. Tombol ml/h, digunakan untuk memastikan volume


cairan yang diberikan perjamnya.

5. Tombol fungsi / model khusus, digunakan untuk fungsi :

a. Stand By

b. Seleksi obat

c. Model CC

d. Adanya tekanan karena sumbatan

e. Kontrol tetesan

f. Kapasitas akumulator

g. Mengunci data

UNIT TERKAIT Sijangmed

PEMANTAUAN TEKANAN INVASIF

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/2

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

47
April 2008

PENGERTIAN Pemantauan tekanan invasif adalah pengukuran secara langsung


tekanan darah atau cairan terhadap dinding dari suatu ruangan atau
pembuluh.

TUJUAN Untuk mengukur tekanan dari pasien dan memproduksi signalnya


secara visual pada layar monitor dengan distorsi yang minimal.

KEBIJAKAN Monitoring sesudah menjalani operasi besar dan selama kondisi kritis.

PROSEDUR PELAKSANAAN Pemantauan arteri secara invasif

Daerah pemasangan kateter arteri :

1.Arteri Radialis

2.Arteri Brakhialis

3.Arteri Femoralis.

Persiapan alat :

1.Tranduser

2.Holter tranduser

3.Monitor tekanan

4.Diafragma dome

5.Flush device

6.Pressure bag

7.Cairan Nacl 0,9 %

8.Cairan anti septik

9.Kapas alkohol

10. Sarung tangan steril

11. Kassa steril

12. Benang, jarum

13. Administration set

14. Manometer line

15. Three Way Stop Cock

16. Kateter angiocath

17. Xylocain 2 %

18. Heparin

48
19. Spuit 2,5 cc, 1 cc

20. Salep anti septik

21. Gunting

22. Plester

23. Spalk

24. Duk steril

25. Bengkok

Langkah – langkah :

1.Kerjakan dengan cara aseptis.

2.Lakukan desinfeksi di daerah pemasangan


dengan cairan antiseptik.

3.Pasang duk steril

4.Anesthesi dengan xylocain 2 %

5.Masukkan dalam arteri secara perkutan,


kemudian jarum di tarik biasanya, keteter
terletak 4 – 6 cm dalam arteri.

6.Hubungkan kateter arteri dengan sistem


tranduser.

7.Fiksasi kateter kemudian di tutup dengan kassa


yang diberi salep anti septik.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1.Pantau tekanan arteri setiap jam atau setiap ada


perubahan.

2.Ganti sistem tranduser setiap 24 jam

3.Kalibrasi setiap 4 jam atau setiap ada perubahan


posisi.

4.Observasi adanya komplikasi.

Komplikasi :

1.Thrombosis

2.Kehilangan darah

3.Emboli udara

4.Infeksi sistemik

5.Spasme arteri

6.Hematom

UNIT TERKAIT Instalasi farmasi.

49
PEREKAMAN EKG

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/2

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

50
PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Suatu tindakan merekam perubahan potensial listrik jantung dengan


menggunakan alat elektrokardiograf.

TUJUAN Dengan EKG dapat diketahui :

1.Penyakit jantung koroner.

2.Gangguan irama jantung / aritmia.

3.Hipertropy dari atrium dan ventrikel

4.Gangguan elektrolit ( hipokalemia dan


hiperkalemia )

5.Efek obat jantung ( digitalis )

KEBIJAKAN Pemenuhan kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan penderita :

1. Penerangan tujuan pemeriksaan.

2. Reaksi selama pemeriksaan :

a. Hindari gerakan – gerakan anggota tubuh.

b. Tidak diajak bicara.

3. Persiapan sebelum pencatatan.

Kulit dibersihkan dari lemak dan rambut.

Persiapan alat :

1.Mesin EKG.

2.Kertas Grafik / Kertas EKG.

3.Plat ekstremitas elektrode

4.Jelly

5.Tissue

6.Tempat tidur

7.Pena / spidol

Cara kerja :

1.Cuci tangan

51
2.Siapkan peralatan dan lingkungan, jaga
privasi pasien.

3.Jelaskan prosedur pada pasien

4.Instruksikan pasien tidur refleks ( tangan,


tungkai tidak bersentuhan )

5.Instruksikan pasien tidak menyentuh tepi


tempat tidur.

6.Pasang flat dan elektroda pada dada


pasien dengan ketentuan :

a. Kabel merah
( R ) : Pasang di tangan kanan ( RA )

b. Kabel kuning ( K )
: Pasang di tangan kiri ( LA )

c. Kabel hijau ( F ) :
Pasang di tungkai kiri ( RL ), kabel dapat dipasang lain bila
ada petunjuk khusus dari alat EKG yang di pakai.

d. Kabel hitam
( G ) : Pasang ditungkai kanan (Grounding)

e. V1 : Ruang
Intercostal IV garis sternal kanan.

f. V2 : Ruang
Intercostal IV garis sternal kiri.

g. V3 : Di tengah
antara V2 dan V4

h. V4 : Ruang
Intercostal V garis mid clavícula.

i. V5 : Setinggi V4
garis axila depan kiri.

j. V6 : Setinggi V4
garis axila tengah kiri.

k. V7 : Setinggi V4
axila belakang kiri.

l. V8 : Setinggi V4
garis spacula kiri

m. V9 : Setinggi V4
garis columna vertebra kiri.

n. V3R : Sama
seperti V3 tapi sebelah kanan.

7.Mesin di ON kan : untuk pemanasan

8.Mulai kalibrasi.

9.Pilih lead selector diputar pada hantaran : I, II,


III, Arf, Avf, VI sampai V6 min direkam 3 – 4 QRS
kompleks.

52
10. Setelah selesai kalibrasi kembali.

11. Lepaskan kabel dan electrode dari


tubuh pasien bersihkan tubuh pasien dari jeli /
air.

12. Jika perlu : voltage diperkecil atau


diperbesar ( beri tanda sebelum dan
sesudahnya dengan kalibrasi )

13. Beri :

a. Nama lead
masing – masing.

b. Nama
pasien

c. Tanggal
dan jam pembuatan.

d. Nama
pembuat perekaman.

14. Rapihkan peralatan dan dokumentasikan tindakan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi

2. Sijangmed.

KOREKSI Na BIKARBONAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

53
PT / / / 2008 1 1/1

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Menambah sejumlah Na Bikarbonat ke dalam tubuh untuk mencapai


nilai normal Na Bikarbonat dalam darah. Nilai normal = 22 – 26

TUJUAN Untuk memperbaiki keseimbangan asam basa dalam darah.

KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

2. Ada instruksi dari medis tentang pemberian therapi.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Hitung kekurangan buffer tubuh dengan rumus = 1/3 x BB X BE (


base defisit ).

2. Berikan setengah dosis atau sesuai instruksi dokter ( dosis


maksimal dewasa 100 mEq/ hari )

3. Jika Na Bikarbonat dalam kemasan 25 cc = 25 mEq, sedot obat


tersebut dengan spuit sesuai dengan jumlah yang dikehendaki
kemudian campurkan dengan cairan pengencer dalam plabot
atau masukkan dalam botol / plabot steril tanpa pengenceran.

4. Jika obat dalam kemasan botol siap pakai ( produk 100 cc = 100
mEq ) cek dan tentukan jumlah yang akan diberikan.

5. Sambungkan kemasan obat dengan CVC atau vena besar.

6. Atur tetesan pemberian, berikan minimal dalam waktu 30


menit dan tidak dibolus.

7. Monitor tensi, nadi, pernafasan sert akeadaan pasien secara


keseluruhan.

8. Dokumentasikan pemberian obat dan rapikan peralatan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi.

2. Laboratorium.

54
PEMBERIAN DOPAMIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

55
PT / / / 2008 1 1/1

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Suatu pemberian obat dopamine dengan dosis tertentu dengan


menggunakan syringe pump.

TUJUAN 1. Untuk meningkatkan kekuatan kontraklitit otot jantung


( inotropik jantung )

2. Memperbaiki fungsi ginjal.

KEBIJAKAN Ada instruksi medis tentang pemberian therapy dopamine.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :

1. Obat dopamine 200 mg

2. Spuit 50 cc : 2

3. Extention tube 1

4. D5% RL atau Nacl

5. Syringe pump

Cara kerja :

1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien dalam


hitungan ml/jam

2. Sambungkan infus set / selang perfusor dengan CVP atau vena


besar.

3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada infus /


perfusor.

4. Monitor hemodinamik pasien.

5. Dokumentasikan tindakan dan rapihkan peralatan pasien.

Nama Pasien : ............................. Nama Pasien : .............................

BB : .......................Kg BB : .......................Kg

DOPAMIN 200 mg / 50 cc DOPAMIN 400 mg / 50 cc

1 cc = 200 mg/50 = 4 mg = 4000 1 cc = 400 mg/50 = 8 mg = 8000


mcg mcg

56
Dosis = ............. Meg / KgBB / Dosis = ............. Meg / KgBB /
Menit Menit

1 meg = 1 x BB X 60 = ........... 1 meg = 1 x BB X 60 = ...........


cc / jam cc / jam

4000 8000

2 meg 2 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

3 meg 3 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

4 meg 4 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

5 meg 5 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

6 meg 6 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

7 meg 7 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

8 meg 8 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

9 meg 9 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

10 meg 10 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

TTD TTD

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi.

2. Sijangmed

PEMBERIAN DOBUTAMIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

57
PT / / / 2008 1 1/1

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Suatu pemberian obat dobutamine dengan dosis tertentu dengan


menggunakan syringe pump.

TUJUAN 1. Untuk meningkatkan kekuatan kontraklitas otot jantung


( inotropik jantung )

2. Memperbaiki fungsi ginjal.

KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

2. Ada instruksi medis tentang pemberian therapy dobutamin.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :

1. Obat dobutamin 250 mg

2. Spuit 50 cc : 2

3. Extention tube 1

4. D5% RL atau Nacl

5. Syringe pump

Cara kerja :

1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan


pasien dalam hitungan ml atau tetesan.

2. Sambungkan infus set / selang perfusor dengan


CVP atau vena besar.

3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada


infus / perfusor.

4. Monitor hemodinamik pasien.

5. Dokumentasikan tindakan dan rapihkan peralatan


pasien.

Nama Pasien : ............................. Nama Pasien : .............................

BB : .......................Kg BB : .......................Kg

DOBUTAMIN 250 mg / 50 cc DOBUTAMIN 500 mg / 50 cc

1 cc = 250 mg/50 = 5 mg = 5000 1 cc = 500 mg/50 = 10 mg =

58
mcg 10000 mcg

Dosis = ............. Meg / KgBB / Dosis = ............. Meg / KgBB /


Menit Menit

1 meg = 1 x BB X 60 = ........... 1 meg = 1 x BB X 60 = ...........


cc / jam cc / jam

4000 8000

2 meg 2 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

3 meg 3 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

4 meg 4 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

5 meg 5 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

6 meg 6 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

7 meg 7 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

8 meg 8 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

9 meg 9 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

10 meg 10 meg
= ............cc / jam = ............cc / jam

TTD TTD

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi.

2. Sijangmed

59
60
PEMBERIAN ADRENALIN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/1

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Suatu pemberian obat adrenalin dengan dosis tertentu dengan


menggunakan syringe pump.

TUJUAN 1. Untuk meningkatkan retensi vascular.

2. Untuk meningkatkan kontraktilitas jantung.

KEBIJAKAN 1. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses


penyembuhan.

2. Ada instruksi medis tentang pemberian therapy adrenalin.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan alat :

1. Obat adrenalin 1 mg / ampul, diperlukan 4 ampul.

2. Spuit 50 cc : 2

3. Extention tube 1

61
4. D5% RL atau Nacl

5. Syringe pump

Cara kerja :

1. Cek instruksi dokter dan konfersikan kebutuhan pasien dalam


hitungan ml /jam.

2. Sambungkan infus set / selang perfusor dengan CVP atau vena


besar.

3. Labeling dan tempelkan perhitungan dosis pada infus /


perfusor.

4. Monitor hemodinamik pasien.

5. Dokumentasikan tindakan dan rapihkan peralatan pasien.

Nama Pasien : ............................. Nama Pasien : .............................

BB : .......................Kg BB : .......................Kg

ADRENALIN 4 mg / 50 cc ADRENALIN 8 mg / 50 cc

1 cc = 4 mg/ 50 = 80 mcg 1 cc = 4 mg/ 50 = 80 mcg

Dosis = ............. Meg / KgBB / Dosis = ............. Meg / KgBB /


Menit Menit

0,1 meg = 0,1 x BB X 60 = ....... cc 0,1 meg = 0,1 x BB X 60 = ....... cc


/ jam / jam

80 160

0,2 meg = ............cc 0,2 meg = ............cc


/ jam / jam

0,3 meg = ............cc 0,3 meg = ............cc


/ jam / jam

0,4 meg = ............cc 0,4 meg = ............cc


/ jam / jam

0,5 meg = ............cc 0,5 meg = ............cc


/ jam / jam

0,6 meg = ............cc 0,6 meg = ............cc


/ jam / jam

0,7 meg = ............cc 0,7 meg = ............cc


/ jam / jam

0,8 meg = ............cc 0,8 meg = ............cc


/ jam / jam

0,9 meg = ............cc 0,9 meg = ............cc


/ jam / jam

1 meg = ............cc 1 meg = ............cc


/ jam / jam

TTD TTD

62
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi.

2. Sijangmed

UJI AIR

No. Dokumen No. Revisi Halaman

63
PT / / / 2008 1 1/1

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Uji air adalah suatu test absorbsi terhadap gastro intestinal

TUJUAN Untuk mengetahui fungsi absorbsi dan peristaltik usus, indikasi :

1. Pada penderita dengan penurunan kesadaran.

2. Pada penderita setelah di puasakan pada waktu tertentu.

3. Pada penderita yang sesudah dilakukan tindakan operasi.

4. Pada penderita yang terpasang ventilasi mekanik invasif.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektolit.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan :

1. NGT

2. Spuit 50 cc

3. Air putih ( Dextrose 5 % )

4. Lap Makan

Langkah – langkah :

1. Cek posisi NGT

2. Aspirasi isi lambung

3. Berikan pada :

a. Jam I → 30 ml
air putih ( Dextrose 5 % )

b. Jam II → 30 ml
air putih ( Dextrose 5 % )

c. Jam III → 30 ml
air putih ( Dextrose 5 % )

64
d. Jam IV → 30 ml
air putih ( Dextrose 5 % )

4.- Klem NGT, tunggu 1 jam – aspirasi, bila


jumlah residu > 60 ml, tunda enteral, jika
Jumlah residu < 60 ml coba enteral 25 ml / jam
selama 4 jam.

- Klem NGT, tunggu 1 jam – aspirasi, bila = cairan aspirasi > 50 ml, stop
enteral. Jika cairan aspirasi < 50 ml, teruskan enteral.

5.Tingkatkan enteral sesuai kebutuhan.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi gizi

2. Instalasi farmasi.

ASISTENSI PEMASANGAN CVC dan

PEMANTAUAN CVP

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/3

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Suatu tindakan pemasangan kateter vena sentral dan pengukuran


tekanan darah di atrium kanan atau vena kava dengan menggunakan
kateter vena. Tekanan vena sentra diukur dalam cm H 2O dengan
menggunakan manometer air atau dalam mmHg dengan memakai
tranduser tekanan.

Nilai normal CVP ( nafas spontan ) :

65
- 4 s/d 15 cm H2O

- 3 s/d 11 mmHg

TUJUAN Untuk mengetahui secara tidak langsung keadaan :

1.Hypovolemik

2.Hypervolemik

3.Gagal jantung

4.Tamponade jantung

Indikasi :

1.Mengukur tekanan darah di atrium


kanan / vena kava.

2.Parameter volume darah / cairan.

3.Efektivitas jantung sebagai pompa.

4.Keadaan tonus pembuluh darah.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

PROSEDUR PELAKSANAAN Persiapan

Daerah pemasangan :

1.Vena jugularis

2.Vena subklavia

3.Vena femoralis

4.Vena antekubital / brakhialis

Persiapan alat

Untuk pemasangan :

1.Kateter ukuran sesuai daerah


pemasangan.

2.Cairan Nacl 0,9 %

3.Infus set

4.Xylocain 2 %

5.Spuit 2,5 cc, 20 cc

6.Cairan antiseptik

7.Kapas alkohol

8.Kassa steril

9.Duk steril

66
10. Gunting

11. Standar cairan

12. CVP monometer

13. Three way stopcock

14. Masker, sarung tangan

15. Benang steril dan jarum

16. Bila memakai sistem tranduser


siapkan : monitor, tranduser, manometer
line, pressure bag

17. Bengkok

Untuk pencabutan :

1.Gunting

2.Pinset anatomi

3.Pinset chirrugi

4.Kassa steril

5.Kassa alkohol

6.Plester

7.Sarung tangan steril

8.Bak instrumen

9.Bengkok

Langkah – langkah pemasangan CVC :

1.Prosedur dikerjakan dengan tekhnik


aseptic setelah dokter memakai sarung
tangan, bersihkan lokasi penusukan
dengan cairan antiseptic.

2.Lakukan lokal anestesi, pasang duk lubang


steril.

3.Kepala pasien dimiringkan ke arah yang


berlawanan.

4.Dokter melakukan pungsi vena.

5.Jarum intraduser dicabut dan hubungkan


kateter dengan cairan dan infus set.

6.Perhatikan tanda perdarahan selama


pemasangan.

7.Fikasasi, tutup kassa steril dan salep →


tutup dengan plester hypavik.

8.Foto thorak untuk mengetahui posisi


kateter.

67
Langkah – langkah pemantauan CVP :

1.Posisi pasien terlentang, tentukan titik nol


dengan membuat garis setinggi atrium
kanan yaitu garis mid axillaries daerah
intercosta ke – 5 atau kurang lebih 5 cm
dibawah sternum, kemudian samakan
garis atrium kanan dengan titik nol pada
manometer dengan water ring.

2.Isi manometer dengan cairan Nacl 0,9 %


sambil membuka three way stopcock ke
pasien dibuka.

3.Nilai CVP diambil pada keadaan cairan


dalam manometer stabil, sambil
memperhatikan fluktuasi cairan
manometer.

4.Undulasi fluktuasi cairan dalam


manometer dipengaruhi irama penafasan.

5.Perubahan nilai CVP harus di


interprestasikan sesuai dengan gambaran
klinis pasien.

6.Kalibrasi setiap 4 jam atau setiap


perubahan posisi pasien.

Hal – hal yang harus diperhatikan :

1.Pneumothoraks / hemathoraks

2.Dysritmia

3.Infeksi

4.Emboli udara

5.Thrombophlebitis

6.Tamponade pericard

7.Lesi saraf

UNIT TERKAIT 1.Instalasi farmasi

2.Instalasi radiologi

68
69
PENGISIAN DOKUMENTASI MONITORING HARIAN

( FLOW SHEET )

No. Dokumen No. Revisi Halaman

PT / / / 2008 1 1/1

Tanggal Terbit Di tetapkan

Kepala Rumah Sakit ANNA

PROSEDUR TETAP

April 2008

PENGERTIAN Bagian dari clinical record ( rekam medis ), merupakan kumpulan data
komprehensif yang menggambarkan kondisi pasien, kebutuhan
perawatan, pelayanan kesehatan yang diberikan dan respon terhadap
perawatan.

TUJUAN 1.Sarana komunikasi bagi semua staf di IRI

2.Legal proteksi bagi rumah sakit

3.Media pembelajaran bagi staf dan peserta


didik di IRI

4.Dasar pemberi asuhan dan pendidikan


bagi pasien dan keluarga.

70
5.Salah satu data kendali mutu dan
penelitian.

6.Sebagai dasar perhitungan biaya.

KEBIJAKAN Memenuhi kebutuhan keamanan.

PROSEDUR PELAKSANAAN 1. a. Masuk : di isi tanggal pasien masuk ke IRI

b. Dari : di isi bangsal / instalasi asal pasien sebelum masuk


ke IRI

c. Keluar : di isi tanggal pasien keluar dari IRI

d. Ke : di isi bangsal / instalasi dipasien dipindah dari IRI.

2. Identitas

a. No. Dok.
Med : di isi rekam medik pasien ( No. RM )

b. Tanggal :
di isi tanggal saat instruksi harian dibuat.

c. Nama : di
isi nama pasien.

d. Umur : di
isi umur pasien dalam tahun / bulan atau hari.

e. Diagnosa
: di isi diagnosa medis saat masuk dan selama di IRI.

f. Hari ke :
di isi hari keberapa pasien di rawat di IRI dihitung
mulai pasien masuk IRI.

g. Dr. ICU :
di isi dokter yang merawat dan bertanggung jawab
di IRI.

3. Intake

a. Enternal :
di isi jenis makanan, jumlah dan cara pemberian / 24
jam

b. Volume :
di isi volume enteral ( cc ) dalam 24 jam

c. Kalori : di
isi total kalori dari karbohidrat dan lemak yang
terkandung dalam diit enteral.

d. Protein :
di isi jumlah protein yang terkandung dalam diit
enteral.

e. Parenteral

71
: di isi jenis, jumlah dan cara pemberian nutrisi
parenteral dalam 24 jam.

f. Volume :
di isi volume parenteral ( cc ) dalam 24 jam.

g. Kalori : di
isi total kalori dari karbohidrat dan lemak yang
terkandung dalam nutrisi parenteral.

h. Protein :
di isi jumlah gram protein yang terkandung dalam
nutrisi parenteral.

4. Pola ventilasi, di isi jenis ventilasi pasien, yaitu :

a. Spontan
tanpa / dengan oksigen binasal / NRM / RM beserta
alirannya.

b. Alat
bantu ( ventilasi mekanik ) : jika menggunakan
ventilasi mekanik ( ventilator ) harus dituliskan mode
yang digunakan dan FiO2.

c. Ventilator
: di isi merk dan seri ventilator yang digunakan,
misalkan : Servo 900 C.

5. Obat

a. Enteral /
lain – lain : di isi nama, dosis, cara dan jadwal
pemberian obat dalam 24 jam.

b. Parenteral
: di isi nama, dosis, cara dan jadwal pemberian obat
dalam 24 jam.

6. Laboratorium dan foto thorax : di isi jenis pemeriksaan


laboratorium dan rontgen thorax yang di programkan
pada hari tersebut.

7. Lain – lain : di isi instruksi dokter yang tidak terprogram


sebelumnya, misalkan fisiotherapi, brain protection,
drassing, balance cairan negatif atau positif.

8. Jam : jelas

9. SSP ( Susunan Saraf Pusat )

a. Kes : di isi
kesadaran pasien secara kualitatif ( compos mentis /

72
cm, somnolen, apatis, soporous coma, coma )

b. Pupil :
kolom ini diganti menjadi pengisian kesadaran GCS
( Kualitatif ).

c. Ref : di isi
ukuran pupil dalam bentuk gambar lingkaran atau
besar pupil dalam cm serta refleksi pupil terhadap
cahaya ( - / + / ± - / lambat / cepat ).

d. GCS :

NILAI

1) Buka mata ( E )

a) Spontan 4

b) Respon perintah lisan 3

c) Respon rangsang sakit 2

d) Tidak ada respon 1

2) Respon motorik terbaik ( M )

a) Sesuai perintah 6

b) Terlokasi pada sakit 5

c) Menarik terhadap rangsang sakit 4

d) Fleksi abnormal 3

e) Respon ekstensor 2

f) Tidak respon 1

3)

UNIT TERKAIT

73
74
TATA CARA / PROSEDUR

PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP )

No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 dari 2

PETUNJUK

PELAKSANAAN

Tanggal terbit

Disetujui,

PENGERTIAN

Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidak

disengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atau

berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :

1. Diagnostik : kesalahan atau keterlambatan diagnosis

2. Treatment : kesalahan pada operasi, prosedur atau tes, pelaksanaan

terapi

3. Preventive : tidak memberikan terapi profilaktif, monitoring atau follow

up yang tidak sesuai pada suatu pengobatan

4. Other : gagal melakukan komunikasi, gagal alat atau sistem lain

TUJUAN

1. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan

pasien

2. Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar

masalah

3. Untuk memperoleh data / angka insiden keselamatan pasien

4. Upaya pencegahan terjadinya kejadian / insiden keselamatan pasien

berikutnya

75
5. Didapatkannnya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien

KEBIJAKAN

Surat Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang penunjukkan

sebagai Tim Keselamatan Pasien RS

PROSEDUR

1. Siapapun yang mengetahui / melihat terjadinya IKP terutama dapat

melaporkan kepada Sekretariat Tim Keselamatan Pasien

2. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan formulir yang

tersedia atau dapat membuat laporan di Sekretariat Tim Keselamatan

Pasien paling lambat 2 x 24 jam

3. Laporan meliputi : kejadian tidak diharapkan ( KTD ), kejadian nyaris

cedera ( KNC / Near Miss ), kejadian sentinel dan lain – lain

76
77

Anda mungkin juga menyukai