Anda di halaman 1dari 41

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ABORTUS

Dosen Pembimbing :
Ns. Peni Perdani Juliningrum, S.Kep., M.Kep.

oleh:
Kelompok (3)
1. Ridha Nilna Salsabilla 212310101154
2. Suci Nur Ramadhani 212310101155
3. Maya Mustika Sari 212310101156

KELAS D 2020

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Abortus” dengan baik untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Oleh karen itu, kami sampaikan
terima kasih kepada:
1. Dr. Iis Rahmawati, SKp.,M.Kes. selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Maternitas.
2. Ns. Peni Perdani Juliningrum, S.Kep., M.Kep. selaku dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Maternitas.
3. Teman-teman yang ikut serta membantu dalam penyelesaian makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

Jember, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Tujuan ...................................................................................................... 2

1.3. Manfaat .................................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN TEORI .............................................................................. 3

2.1. Definisi ..................................................................................................... 3

2.2. Faktor penyebab ...................................................................................... 3

2.3. Epidemiologi ............................................................................................ 6

2.4. Klasifikasi ................................................................................................ 6

2.5. Patofisiologi ............................................................................................ 10

2.6. Komplikasi ............................................................................................. 11

2.7. Penatalaksanaan .................................................................................... 11

2.8. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 13

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................. 14

3.1. Kasus ...................................................................................................... 14

3.2. Identitas ................................................................................................. 14

3.3. Riwayat Kesehatan ................................................................................ 14

3.4. Pemeriksaan laboratorium .................................................................... 18

3.5. Pemeriksaan Diagnostik Lain ............................................................... 18

3.6. Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 18

3.7. Analisa data ........................................................................................... 19

ii
3.8. Diagnosa Keperawatan Prioritas .......................................................... 20

3.9. Intervensi Keperawatan ........................................................................ 21

3.10. Implementasi Keperawatan ................................................................ 26

3.11. Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 29

BAB 4. PENUTUP ........................................................................................... 35

4.1. Kesimpulan ............................................................................................ 35

4.2. Saran ...................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 36

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrazi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukkan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
Pada masa ini ada beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan
perdarahan pada kehamilan, salah satunya adalah abortus (Heryanti, 2018).
Abortus merupakan masalah dunia yang sangat mempengaruhi kesehatan,
kesakitan dan kematian ibu hamil. Abortus merupakan pengeluaran hasil
konsepsi yang terjadi pada umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan
janin ≤ 500 gram. Dampak dari abortus jika tidak mendapatkan penanganan
langsung yang cepat dan tepat akan menambah angka kematian ibu.
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita
meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia
Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia. Sedangkan frekuensi
abortus spontan di Indonesia adalah 10-15 % dari 6 juta kehamilan setiap 1,5
juta setiap tahunnya, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian.
Penyebab terjadinya abortus menurut Mitayani (2009) yaitu kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi seperti kelainan kromosom, lingkungan nidasi
kurang sempurna, dan pengaruh luar.; infeksi akut pneumonia, pielitis,
demam tifoid, toksoplasmosis dan HIV; abnormalitas saluran genital, serviks
inkompeten, dilatasi serviks berlebihan serta kelainan plasenta. Sebagian
besar abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian
diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-
perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut
dan akhirnya perdarahan per vaginam yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu vili korialis belum menembus desidua secara dalam jadi

1
hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan (Dhewi & Anwary, 2020).

1.2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum tentang ibu hamil dengan abortus dan
bagaimana asuhan keperawatannya.
2) Tujuan Khusus
1. Dapat menjelaskan definisi abortus
2. Dapat menjelaskan faktor penyebab abortus
3. Dapat menjelaskan epidemiologi abotus
4. Dapat menjelaskan klasifikasi abortus
5. Dapat menjelaskan patofisiologi abortus
6. Dapat menjelaskan komplikasi abortus
7. Dapat menjelaskan penatalaksanaan abortus
8. Dapat menjelaskan pemeriksaan penunjang abortus
9. Dapat membuat asuhan keperawatan ibu hamil dengan abortus

1.3. Manfaat
1) Bagi Pembaca
Dapat menjadikan sumber pengetahuan dan pembelajaran
mengenai ibu hamil dengan abortus.
2) Bagi Penulis
Dapat membiasakan mahasiswa dalam penulisan makalah serta
memahami materi tentang ibu hamil dengan abortus.

2
BAB 2. TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan (Haswari, et al., 2019).
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan sampai saat ini janin yang terkecil yang dilaporkan yang
dapat hidup diluar kandungan mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir.
Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan
dibawah 500 gram dapat hidup terus maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang
dari 20 minggu (Hikmah & Sari, 2017).

2.2. Faktor penyebab


a. Faktor janin
Dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio, atau plasenta.
Penyebab abortus salah satunya yaitu kelainan kariotipe embrio. Paling
sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan
sitogenik. dan kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen tunggal
(kelainan mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus (gangguan
poligenik dan multifaktor) yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan
kariotip(Haswari, et al., 2019).
b. Faktor penyakit ibu
Penyakit secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan melalui plasenta yaitu penyakit infeksi seperti, typhus
abdominalis, malaria, syphilis, toksin, bakteri, virus atau plasenta modium
sehingga menyebabkan kematian janin dan terjadi abortus (Haswari, et al.,
2019).
c. Faktor eksternal

3
Dapat disebabkan oleh radiasi obat-obatan dan bahan kimia. Pada awal
abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti nekrosis
jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus
(Haswari, et al., 2019).
d. Faktor Usia
Wanita hamil pada umur muda (<20 tahun) dari segi biologis
perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal, dari
segi pisikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moral,
emosional dan dari segi medis sering mendapat gangguan. Sedangkan
pada usia lebih dari 35 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan
sekitarnya serta alat–alat reproduksi pada umumnya mengalami
kemunduran, semakin lanjut umur wanita semakin tipis cadangan telur
yang ada, indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan 3
gonadotropin. Dan risiko terjadi abortus semakin meningkat karena
menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian
kelainan kromosom (Gumayesty, 2017).
e. Faktor Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup, pada paritas yang rendah (paritas 1) ibu belum memiliki
pengalaman sehingga tidak mampu dalam menangani komplikasi yang
mungkin terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Semakin sering
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan (paritas lebih dari 3) maka
uterus semakin lemah sehingga semakin besar risiko komplikasi
kehamilan salah satunya yaitu abortus (Sari et al., 2020).
f. Anemia
Anemia pada saat hamil dapat memberikan efek yang buruk bagi ibu
maupun janin. Anemia dapat mempengaruhi terjadinya abortus,
IUFD(Intra Uterin Fetal Death) yaitu kematian janin dalam kandungan,
Stillbirth¸ prematur, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang. Agar ibu
hamil trimester pertama melakukan pemeriksaan Hb untuk mengetahui

4
kadar hemoglobin didalam darahnya dan serta rutin mengkonsumsi tablet
Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan dan menganjurkan ibu makan
makanan yang bergizi (Maliana, 2016).
g. Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang terlalu dekat dengan sebelumnya akan memberikan
dampak buruk dikarenakan bentuk organ dan fungsi organ reproduksi
belum kembali dengan sempurna. Jarak kehamilan normal agar organ
reproduksi berfungsi dengan baik minimal 24 bulan, sedang kan pada jarak
kehamilan yang terlalu jauh akan memiliki dampak pada penurunan fungsi
organ reproduksi dikarenakan oleh penambahan usia ibu sehingga beresiko
mengalami abortus.
h. Faktor Pendidikan
Wanita yang bekerja biasanya berisiko mengalami abortus karena
memiliki beban ganda sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai wanita
karir, dan akibat beban kerja yang terlalu berat dan menguras banyak
tenaga serta keadaan fisik ibu yang lemah akibat kurangnya istirahat dapat
menyebabkan status kesehatan pada ibu hamil menurun dan
mengakibatkan terjadinya keguguran.
i. Faktor Pekerjaan
perempuan dengan berbagai jenis pekerjaannya memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami abortus, peningkatan risiko abortus pada ibu hamil
yang bekerja disebabkan oleh beban ganda ibu rumah tangga sekaligus
sebagai wanita karir. Beban kerja yang berlebihan pada ibu hamil dapat
menyebabkan kelelahan pada ibu.
j. Faktor Nutrisi
Malnutrisi yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus, akan tetapi belum ditemukan bukti yang menyatakan
bahwa defisiensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan
satu penyebab abortus (Sukmiati et al, 2017).
f. Faktor ayah

5
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus
spontan. Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus
dimana abnormalitas kromosom pada sperma berhubungan dengan
abortus.
g. Hipertensi
Hipertensi berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian abortus dan
jika hipertensi dapat dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan
komplikasi pada kehamilan dan tidak menjurus kepada kejadian pre-
eklamsia. Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua
basalis danperubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan
dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya
dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang
kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.

2.3. Epidemiologi
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa di dunia kira-kira 20 juta kasus abortus menyebabkan
70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya pada tahun 2014 dan
hampir semua kasus abortus terjadi di negara-negara berkembang. pada tahun
2014 angka kejadian abortus di Asia Tenggara 4,2 juta pertahun termasuk
indonesia. Di indonesia abortus spontan 10-15% dari dari 6 juta kehamilan
setiap 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang diantaranya berakhir dengan
kematian, sedangkan pada abortus provokatus terjadi sekitar 750.000-1,5 juta
kasus setiap tahun. Survey Demografis dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2014 angka kejadian abortus yaitu 16% (Silitonga et al., 2017).

2.4. Klasifikasi
a. Klasifikasi Abortus Berdasarkan Terjadinya
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut atau
abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan.

6
Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (Miscarriage).
sedangkan yang termasuk dalam abortus spontan yaitu:
1. Abortus Iminens
Abortus iminens, disebut juga sebagai abortus spontan tingkat
permulaan. Bercak per vaginam atau perdarahan yang lebih berat
terjadi selama kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa
hari atau minggu sehingga pemeriksaan USG diperlukan untuk
mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan plasenta apakah sudah
terjadi pelepasan. Dalam kondisi yang seperti ini, kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan. Pengelolaan penderita dengan
mengobservasi perdarahan, penderita harus istirahat atau tirah baring
sampai perdarahan berhenti, dan tidak boleh berhubungan seksual
dulu sampai kurang lebih 2 minggu.

Gambar 2.1 abortus iminens

2. Abortus Insipiens
Perdarahan Insipiens intrauterin sebelum kehamilan lengkap 20
minggu dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa pengeluaran
product of conception (POC). Pada abortus ini mungkin terjadi
pengeluaran sebagian atas seluruh hasil konsepsi dengan cepat.
Abortus dianggap inspiens jika ada tanda-tanda berikut : penipisan
serviks derajat sedang, dilatasi serviks > 3 cm, pecah selaput ketuban,
perdarahan > 7 hari, kram menetap meskipun sudah diberikan
analgetik narkotik, dan tanda-tanda penghentian kehamilan.

7
Gambar 2.2 abortus insipiens

3. Abortus Inkompletus
Abortus inkompletus, adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang
tertinggal dalam uterus dan terjadinya perdarahan pervaginam yang
diikuti keluarnya janin tanpa plasenta jika tidak tertangani dengan baik
dapat menyebabkan perdarahan hebat hingga mengakibatkan kematian
pada ibu.

Gambar 2.3 abortus inkompletus

4. Abortus Kompletus
Proses abortus saat keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui
jalan lahir. Tanda dan gejalanya yaitu ditemukan perdarahan sedikit,
ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah mengecil. pada kasus ini
ibu tidak memerlukan pengobatan khusus.

8
Gambar 2.3 abortus kompletus

5. Abortus Tertunda
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,
tetapi janin mati tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

Gambar 2.3 Missed abortion

6. Abortus Habitualis
Abortus habitualis termasuk abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih secara berturut-turut. Penderita abortus habitualis pada
umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilannya
berakhir dengan keguguran atau abortus secara berturut-turut.
7. Abortus septik
Abortus infeksiolus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke
dalam peredaran darah atau peritoneum
8. Abortus Buatan

9
Abortus buatan merupakan abortus yang terjadi akibat intervensi yang
terjadi bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan yang termasuk
abortus provokatus yaitu abortus medisnalis, kriminalis abortus:
1. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) adalah abortus karena
atas dasar indikasi vital ibu hamil dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim
dokter ahli.
2. Abortus Kriminalis adalah yang terjadi dikarenakan kehamilan
yang tidak diinginkan dan tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis sehingga menimbulkan
komplikasi (Purwaningrum & Fibriana, 2017).

2.5. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya abortus mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin
kekurangan nutrisi dan oksigen. Bagian yang terlepas dianggap benda asing,
sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi pengeluaran
tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal yang
menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu, abortus memiliki gejala
umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai
pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Pada abortus spontan terjadi setelah kematian janin, diikuti oleh
perdarahan ke dalam desidua basalis. lalu selanjutnya, terjadi perubahan
nekrotik di daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan berakhir
dengan perdarahan pervaginam. Pelepasan hasil konsepsi baik seluruhnya
maupun sebagian, dan diinterpretasi sebagai benda asing dalam rongga rahim
sehingga uterus mulai berkontraksi untuk mendorong benda asing keluar
rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan,
kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan
sehingga pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika

10
perdarahan sudah sedemikian banyak karena abortus tidak akan dapat
dihindari.

2.6. Komplikasi
a. pendarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
b. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada setiap abortus dan
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis.
c. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika perforasi terjadi penderita perlu dilakukan
observasi dan pengamatan secara teliti. jika muncul tanda bahaya maka
penderita harus segera dilakukan laparotomi dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu hosterektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang yang bukan
tenaga medis menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus
biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau
usus. dengan dugaan adanyaperforasi maka laparotomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera.
d. Syok
syok biasanya terjadi karena pendarahan atau syok hemoragik dan karena
infeksi berat akibat abortus buatan maupun abortus spontan (Melese,
2017).

2.7. Penatalaksanaan
a. Tirah baring

11
Istirahat baring atau bedrest bertujuan untuk menambah aliran darah ke
uterus dan mengurangi perangsangan mekanis, Ibu (pasien) dianjurkan
untuk istirahat baring (Purwaningrum & Fibriana, 2017).
b. Hindarkan intercose.
c. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
d. Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari untuk mencegah infeksi terutama
saat masih mengeluarkan cairan coklat.
e. Tatalaksana Umum
1. Lakukan pemeriksaan secara cepat mengenai keadaan umum ibu
termasuk tanda-tanda vital meliputi nadi, tekanan darah, pernapasan,
suhu.
2. Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin,pucat, takikardi, tekanan
sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok lakukan tatalaksana awal
syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok tetap lakukan obeservasi
pada kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan
cepat.
f. Tatalaksana medikamentosa
Metode medikamentosa pada keguguran adalah misoprostol. Efek yang
muncul setelah pemberian obat-obatan tersebut mirip dengan yang terjadi
pada keguguran spontan, termasuk kram uterus dan perdarahan seperti
pada menstruasi. Pendarahan terjadi selama kira-kira 9 hari, namun dapat
berlanjut hingga 45 hari pada beberapa kasus yang jarang terjadi. Efek
samping meliputi mual, muntah dan diare.
g. Tatalaksana operatif
Tatalaksana operatif yang direkomendasikan untuk evakuasi hasil konsepsi
yaitu berupa aspirasi vakum. Untuk evakuasi hasil konsepsi dengan tata
laksana operatif kehamilan ukuran uterus di bawah 13 minggu, dilakukan
aspirasi vakum dengan aspirasi vakum manual (AVM). Untuk ukuran
uterus 13 minggu atau lebih, dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E), yaitu
prosedur evakuasi hasil konsepsi yang juga menggunakan aspirasi vakum

12
manual namun lebih kompleks karena melibatkan persiapan serviks dan
prosedur lainnya, dan dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan
ginekologi yang telah terlatih. Tingkat keberhasilan tata laksana operatif
dengan aspirasi vakum adalah sekitar 99%.
h. Kolaborasi dalam pemberian sedativa yang bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit dan rasa cemas, pemberian tokolisis dan progesterone dan
preparat hematik (seperti sulfat ferosus atau tablet besi) (Kemenkes, 2020).

2.8. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan untuk memeriksa letak,
kondisi, dan usia kehamilan.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pengukuran beta hCG bila kehamilan belum dikonfirmasi, pengukuran
kadar Hb jika dicurigai anemia, pemeriksaan golongan darah dan Rh,
pemeriksaan HIV, skrining IMS bila ditemukan tanda infeksi genitalia,
skrining kanker serviks, serta pemeriksaan lain yang sesuai dengan riwayat
dan pemeriksaan medis (seperti fungsi hati dan ginjal).
c. Pemeriksaan Jaringan
Jika terdapat jaringan, dapat dikirim ke laboratorium patologi anatomi
untuk mengkonfirmasi bahwa keguguran telah terjadi dan gejala tidak
berhubungan dengan penyebab (Kemenkes, 2020).
d. Pemeriksaan Ginekologi
1) Inpeksi vulva: pendarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi yang tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2) Inspekulo: pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3) Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang (WHO, 2018).

13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Kasus
Pasien wanita Ny. N GIIP1001 A0 Umur 36 tahun usia kehamilan 13
minggu dengan abortus imminens di bawa ke RSUD Sumbawa Besar. pada
tanggal 14 Maret 2019 jam 08.00 Wita Ny. N terjatuh di kamar mandi pada saat
mau BAK dan merasakan sedikit nyeri pada perut dan pinggang bawah,dan
mengeluarkan darah sedikit-sedikit dari kemaluannya. Kemudian Ny. N langsung
di bawa ke RS di ruang poli kandungan dan dilakukan pemeriksaan TTV , TFU,
Porsio utuh dan USG oleh dr. SPOG.

Diagnosa Medis : Abortus Imminens

3.2. Identitas

Inisial Klien : Ny. N Nama Suami :-


Usia : 36 Tahun Usia :-
Suku / Bangsa : Suku / Bangsa :-
Agama : Agama :-
Pendidikan : Pendidikan :-
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :-
Alamat :- Alamat :
Status Perkawinan : Menikah Status Perkawinan :-

3.3. Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama
Ny. N mengatakan hamil dengan usia kehamilan 13 minggu anak kedua,
jam 08.00 Wita keluar darah seperti flek-flek hitam dari kemaluannya
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ny. N mengatakan pada tanggal 14 Maret 2019 jam 08.00 wita terjatuh
di kamar mandi pada saat mau BAK dan merasakan nyeri pada pinggang
bawah, dan mengeluarkan darah seperti flek-flek hitam sedikit-sedikit

14
dari kemaluannya, serta merasa lemas dan Ny. N tidak mempunyai
riwayat keguguran. Kemudian Ny. N langsung di bawa ke RSUD
Sumbawa Besar di ruang poli kandungan dan dilakukan pemriksaan TTV
, TFU, Porsio utuh dan USG oleh dr. SPOG.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. N Mengatakan tidak memiliki riwayat keguguran
4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak terkaji
5. Riwayat Psikososial : Tidak terkaji
6. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat : Tidak terkaji
b. Pola nutrisi & metabolisme : Tidak terkaji
c. Pola aktivitas : Tidak terkaji
d. Pola eliminasi : Tidak terkaji
e. Pola persepsi sensoris : Tidak terkaji
f. Pola konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola hubungan & peran : Tidak terkaji
h. Pola reproduksi & seksual
Ny. N hamil anak kedua dengan usia kehamilan 13 minggu
i. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stres : Tidak terkaji
7. Riwayat Pengkajian Obstetri, Prenatal dan Intranatal
a. Riwayat penggunaan kontrasepsi : Tidak terkaji
b. Riwayat mentruasi
Menarche :-
Banyaknya : 80 cc
Lamanya : 7 Hari
Siklus : Teratur
Hari pertama haid terakhir : 16 - 12 – 2018
Dismenorhoe :-
Fluor albus :-

c. Riwayat kehamilan terdahulu : Tidak terkaji

15
d. Riwayat kehamilan sekarang
Ny. N hamil anak kedua dengan usia kehamilan 13 minggu
e. Riwayat persalinan lalu
Ny. N mengatakan bahwa tidak mempunyai riwayat keguguran
f. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan :-
Jenis Persalinan :-
Tempat persalinan :-
Ditolong oleh :-
Lama persalinan
Kala I : 1 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 5 menit
8. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi )
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis
b. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 36,4 °C
Denyut Nadi : 84 x/menit
Tensi : 90/70 mmHg
Respirasi : 20 x/menit
TB / BB :-

c. Kepala & leher


Inspeksi : Tidak ada benjolan atau massa pada kepala dan leher,
tidak ada pembesaran vena jugularis
Palpasi : Tidak nyeri saat ditekan
Perkusi :-
Auskultasi :-

d. Thorax / Dada : Tidak terkaji


e. Pemeriksaan payudara

16
Inspeksi : Tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Auskultasi
f. Abdomen
Inspeksi : tidak ada benjolan atau massa
Palpasi : ada nyeri tekan bagian bawah perut, leopold 1
teraba balottment
Perkusi :-
Auskultasi :-
TFU : 2 jari diatas simpisis
Kontraksi :-
Diastasis Rectus : -
Abdominus

g. Genetalia
Keluar darah seperti darah menstruasi dan flek-flek hitam kurang lebih
10 cc
Episiotomi (tanda REEDA) :-
Lochea : Lochea rubra (berwarna merah dan
hitam)
Anus : Tidak terkaji

h. Punggung : Tidak terkaji


i. Ekstremitas
Ektremitas atas terpasang infus RL 20 tpm
Homan Sign : Tidak terkaji
Varises : Tidak terkaji

j. Integumen : Tidak terkaji

17
3.4. Pemeriksaan laboratorium
Urine : Tidak terkaji
Darah :-
Feces : Tidak terkaji

3.5. Pemeriksaan Diagnostik Lain


Hb : 12 gr%
HbSAg :-

3.6. Penatalaksanaan Medis

Injeksi Asam tranexsamat 1 gr atau 10 mg/3 hari( Iv),

Presmaton 5 mg 2x1 (oral)

Vit C 1x1 (oral)

Infus Rl 20tetes/menit

Amoxcilin 3x1 (oral)

Asam mefenamat 3x1 (oral)

Fe 1x1 (oral)

18
3.7. Analisa data

No. Data penunjang Etiologi Masalah

1. DS : Ny. N mengatakan nyeri Kejadian terjatuh di kamar Nyeri akut


tekan pada perut bagian bawah mandi
dan pinggang bawah

pendarahan nekrosis
DO :
P : Ny. N jatuh di kamar mandi
saat mau BAK
serviks terbuka
Q:-
R : Perut dan pinggang bagian
bawah
S : Nyeri kram/nyeri perut bagian

T:- bawah

Suhu Tubuh : 36,4


°C Respirasi : 20
intra uteri/uterus lunak
x/mnt

Denyut Nadi : 84
x/mnt Tensi / Nadi : Nyeri akut
90/70 mmHg

19
2. DS : Ny. N mengatakan jatuh di pendarahan nekrosis Resiko syock
kamar mandi saat mau BAK (Hipovolemia)

serviks terbuka
DO :
1. Tensi / Nadi : 90/70 mmHg
Suhu Tubuh : 36,4 °C Resiko syock
2. Terjadi perdarahan flek-flek (hipovolemia)
hitam sedikit-sedikit dari
kemaluannya,
3. Pasien memakai softex
4. keluar darah seperti
menstruasi kurang lebih 10 cc

DS
2. : Intoleransi
Pendarahan
Ny. N mengatakan merasa lemas aktivitas
DO :
1. Pasien lemah gangguan rasa nyaman
(kelemahan)
2. Respirasi : 20 x/mnt
3. Denyut Nadi : 84 x/mnt
4. Tensi / Nadi : 90/70 mmHg Intoleransi aktivitas

3.8. Diagnosa Keperawatan Prioritas


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Resiko syock (Hipovolemia) berhubungan dengan perdarahan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

20
3.9. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Rencana Keperawatan (SIKI)
(SDKI)

1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)


dengan agen cedera fisik keperawatan selama 3x24 jam 1. observasi
diharapkan nyeri dapat teratasi - lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
1. Kemampuan mengontrol nyeri - identifikasi skala nyeri
(penyebab nyeri, mampu - Identifikasi respon nyeri non verbal
menggunakan teknik - Identifikasi faktor yang memperberat dan
nonfarmakologi untuk memperingan nyeri
mengurangi nyeri, mencari - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
bantuan) meningkat (5) tentang nyeri
2. Mampu melaporkan bahwa - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
nyeri berkurang dengan hidup
menggunakan manajemen nyeri - Monitor efek samping penggunaan analgetik
(5) 2. terapeutik
3. mampu mengenal nyeri (skala, - Berikan teknik nonfarmakologis untuk

21
intensitas, frekuensi dan tanda mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
nyeri) meningkat (5) hypnosis, akupresur, terapi musik,
4. mampu mengatakan rasa biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
nyaman setelah nyeri berkurang teknik imajinasi terbimbing, kompres
(5) hangat/dingin)
- Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat

22
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Resiko syock (Hipovolemia) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia (I.03116)


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Observasi
perdarahan diharapkan hipovolemia tidak - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
terjadi, dengan kriteria hasil: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
1. Denyut nadi membaik (5) lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
2. Tekanan darah membaik (5) menyempit,turgor kulit menurun, membrane
3. Irama jantung dibatas yang mukosa kering, volume urine menurun,
diharapkan (5) hematokrit meningkat, haus dan lemah)
4. Asupan cairan meningkat (5) - Monitor intake dan output cairan
2. Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

23
- Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis
(mis. cairan NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah

3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Managemen Energi (I. 05178)


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. Observasi
kelemahan diharapkan pasien dapat melakukan - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
aktifitas sesuai dengan toleransinya, melakukan aktivitas
dengan kriteria hasil: 2. Terapeutik
1. Frekuensi nadi meningkat (5) - Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
2. Kemudahan dalam melakukan - Berikan aktivitas distraksi yang
aktivitas sehari-hari meningkat menyenangkan

24
(5) - Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak
3. Keluhan lelah menurun (5) dapat berpindah atau berjalan
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

25
3.10. Implementasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Paraf

14 Maret 2019 Nyeri Akut berhubungan 08.30 WITA - Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan agen cedera fisik frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
£
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
09.00 WITA - Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
- Memonitor efek samping penggunaan analgetik
- Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (terapi musik, aroma terapi)
- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
09.15 WITA nyeri (mengatur suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

26
pemilihan strategi meredakan nyeri
- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
09.30 WITA - Menjelaskan strategi meredakan nyeri
- Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

14 Maret 2019 Resiko syock 08.40 WITA - Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
(Hipovolemia) (frekuensi nadi, nadi teraba lemah, tekanan darah,
£
berhubungan dengan tekanan nadi menyempit,turgor kulit, membrane
perdarahan mukosa, volume urine, hematokrit, haus dan
lemah)
09.10 WITA - Memonitor intake dan output cairan
- Menghitung kebutuhan cairan
- Memberikan asupan cairan oral
09.30 WITA - Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Menganjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak

27
14 Maret 2019 Intoleransi aktivitas 08.45 WITA - Mengobservasi lokasi dan ketidaknyamanan
berhubungan dengan selama melakukan aktivitas
£
kelemahan - Memfasilitasi latihan rentang gerak pasif dan/atau
aktif
09.05 WITA - Memberikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
- Menganjurkani duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
- Menganjurkan untuk tirah baring
09.25 WITA - Menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara
bertahap
- Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

28
3.11. Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


Keperawatan

14 Maret Nyeri Akut S : Ny. N mengatakan perut dan pinggang bagian bawah
2019 berhubungan dengan masih terasa nyeri
£
agen cedera fisik
O : Tensi / Nadi : 90/70 mmHg
Suhu Tubuh : 36,4 °C
Denyut nadi : 84 x/menit
Terbaring ditempat tidur

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

29
14 Maret 2019 Resiko syock S : Ny. N Mengatakan masih lemas
(Hipovolemia)
£
berhubungan dengan O : Keluar darah seperti menstruasi kurang lebih 10 cc
perdarahan Terbaring ditempat tidur

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

14 Maret 2019 Intoleransi aktivitas S : Ny. N mengatakan badannya masih lemas


berhubungan dengan
£
kelemahan O : Tensi / Nadi : 90/70 mmHg
Suhu Tubuh : 36,4 °C
Denyut nadi : 84 x/menit
Terbaring di tempat tidur

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

30
15 Maret Nyeri Akut S : Ny. N mengatakan perut dan pinggang bagian bawah 15 Maret 2019
2019 berhubungan dengan masih terasa nyeri tapi sudah berkurang
agen cedera fisik
O : Tensi / Nadi : 100/70 mmHg
Suhu Tubuh : 36,4 °C
Denyut nadi : 84 x/menit
Pasien Terbaring ditempat tidur

A : Masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

15 Maret 2019 Resiko syock S : Ny. N Mengatakan masih sedikit lemas 16 Maret 2019
(Hipovolemia)
berhubungan dengan O : Keluar darah seperti menstruasi sedikit berkurang
perdarahan Pasien Terbaring ditempat tidur

A : Masalah teratasi sebagian

31
P : lanjutkan intervensi

15 Maret 2019 Intoleransi aktivitas S : Ny. N mengatakan badannya masih lemas tapi sudah 16 Maret 2019
berhubungan dengan mampu beraktivitas sendiri
kelemahan
O : Tensi / Nadi : 100/70 mmHg
Suhu Tubuh : 36,4 °C
Denyut nadi : 84 x/menit
Terbaring di tempat tidur

A : Masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

16 Maret 2019 Nyeri Akut S : Ny. N mengatakan perut dan pinggang bagian bawah
berhubungan dengan tidak nyeri
£
agen cedera fisik
O : Tensi / Nadi : 100/70 mmHg
Suhu Tubuh : 36,4 °C

32
Denyut nadi : 84 x/menit
Terbaring ditempat tidur

A : Masalah teratasi

P : hentikan intervensi

16 Maret 2019 Resiko syock S : Ny. N Mengatakan sudah tidak lemas


(Hipovolemia)
£
berhubungan dengan O : darah sedikit yang keluar
perdarahan
A : Masalah teratasi

P : hentikan intervensi

16 Maret 2019 Intoleransi aktivitas S : Ny. N mengatakan badannya sudah tidak lemas
berhubungan dengan
£
kelemahan O : Tensi / Nadi : 100/70 mmHg
Suhu Tubuh : 36,4 °C

33
Denyut nadi : 84 x/menit
Terbaring di tempat tidur

A : Masalah teratasi

P : hentikan intervensi

34
BAB 4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan.
Terjadinya abortus mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan
plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi
dan oksigen. Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim
berusaha untuk mengeluarkan dengan kontraksi pengeluaran tersebut dapat
terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal yang menyebabkan
berbagai penyulit. Oleh karena itu, abortus memiliki gejala umum sakit perut
karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan disertai pengeluaran seluruh
atau sebagian hasil konsepsi.
Pada abortus spontan terjadi setelah kematian janin, diikuti oleh
perdarahan ke dalam desidua basalis. lalu selanjutnya, terjadi perubahan
nekrotik di daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan berakhir
dengan perdarahan pervaginam. Pelepasan hasil konsepsi baik seluruhnya
maupun sebagian, dan diinterpretasi sebagai benda asing dalam rongga rahim
sehingga uterus mulai berkontraksi untuk mendorong benda asing keluar
rongga rahim (ekspulsi). Faktor penyebab abortus antara lain: faktor janin,
faktor penyakit ibu, faktor eksternal, faktor Usia, faktor Paritas, anemia, jarak
kehamilan, faktor Pendidikan, faktor Pekerjaan, dan faktor Nutrisi.

4.2. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca
supaya makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca
sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.

35
DAFTAR PUSTAKA

Gumayesty, Y. (2017). Abortus Inkomplit Dan Faktor Yang Berhubungan Di


Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 33-39.

Haswari, D., Fatmawati, I. & Anjasari, W., 2019. Asuhan Kebidanan Pada Ny. N
GIIP1001A0 Dengan Abortus Imminens Ruang Poli Kandungan RSUD
Sumbawa Besar. Jurnal Akademika Husada, 1(2), pp. 1-13.

Hikmah, K., & Sari, D. P. (2017). Faktor Risiko Umur Ibu Yang Berisiko Tinggi
Terhadap Kejadian Abortus. jurnal kebidanan stikes kudus, 113-118.

Kemenkes. (2020). Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran Yang


Komprehensif. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Maliana, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus


Inkomplit Di Ruang Kebidanan Rsud Mayjend. Hm. Ryacudu Kota Bumi.
jurnal kesehatan, 17-25.

Melese, T. (2017). High Levels of Post-Abortion Complication in a Setting Where


Abortion Service Is Not Legalized. journal pone, 1-13.

Purwaningrum, E. D., & Fibriana, A. I. (2017). FAKTOR RISIKO KEJADIAN


ABORTUS SPONTAN. jurnal unnes.

Sari, M. H., Apriyanti, F., & Isnaeni, L. M. (2020). Hubungan Usia Dan Paritas
Dengan Kejadian Abortus Inkomplit Di Rsud Tengku Rafi’an Siak. Jurnal
Doppler, 61-70.

Silitonga, J. M., Sitorus, R. J., & Yeni. (2017). Faktor-Faktor Penyebab Kejadian
Abortus Spontan Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 100-198.

Sukmiati, E., Khoirunnisa, M., & Sugiarti, S. (2017). Hubungan Umur Dengan
Kejadian Abortus Di Rsud Cibabat Kota Cimahi Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Aeromedika, 23-29.

36
WHO. (2018). Medical management of abortion. Geneva: World Health
Organization.

Heryanti. (2018). Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
Abortus Inkomplit Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun
2017. Jurnal Kesehatan Palembang, 21-27.

37

Anda mungkin juga menyukai