Anda di halaman 1dari 40

Asuhan

keperawatan
pada klien dengan
benigna prostat
hiperplasia

Dr. Rondhianto, S.Kep., Ns., M.Kep

School of Nursing
University of Jember
2022
Kompetensi Dasar

 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep


dasar benigna prostat hiperplasia, meliputi :
 Definisi
 Epidemiologi
 Etiologi
 Patofisiologi
 Manifestasi klinis
 Penatalaksaan

 Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan


keperawatan pada klien dengan benigna prostat
hiperplasia
Kasus
 Seorang laki-laki (56 tahun) saat ini
sedang dirawat di R. Mawar RS Jember
Nursing Center dengan keluhan sulit
kencing sejak 2 hari, kencing menetes,
dan terasa tidak tuntas. Hasil pemeriksaan
fisik dan penunjang menunjukkan klien
mengalami BPH.
Beningna Prostat Hiperplasia ???

 Moslty urinary tract disease on adult


man ; cells growth abnormallity and
uncontrolled on prostatic glands

 Tjd Pembesaran kelenjar prostat


 hiperplasia kelenjar periuretra yg
mendesak jaringan prostat yg asli ke
perifer dan kmdn mjd kapsul bedah

 Prostat mengalami pembesaran :


memanjang ke atas ke dlm
kandung kemih, dan m’sumbat
aliran urin dgn menutup orifisium
uretra
Epidemiologi ???

 Prevalensi BPH di USA : 5,5 juta orang


 Di Inggris dan Asia diperkirakan lebih banyak lagi

 Insidensi >>> BPH ---- sesuai umur


 Peningkatan usia (< 40 tahun : 10 % BPH dan > 40
tahun : 80 % BPH)
 laki-laki menikah
 Resiko genetik keluarga
 Diet : lemak dari daging merah dan kurang sayuran
Prostat ???

 Scr anatomis :
 Terletak di sebelah inferior V.U
 Tdr dr smooth muscle cells (fibromuskuler), glandular cells, dan sel-
sel yg membentuk struktur kelenjar prostat (stromal cells).
 Jar. fibrous yg padat akan membentuk kapsul yg mengelilingi
kelenjar prostat.
 Berat normal : ± 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior, ± 2,5
cm

 Fiksasi :
 Bagian anterior : ligamentum puboprostatikum
 Bagian inferior : diafragma urogenitale.

 Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yg


berjalan miring dan berakhir pada verumontanum pd dasar
uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksterna.
Cont’d :

 Fisiologis :
 Glandular cells  produksi cairan kental (milky fluid);
bercampur dgn cairan seminularis dan sperma membentuk
cairan semen.
 Kelenjar prostat juga m’produksi hormon : DHT yg berdampak
pada perkembangan brbagai kelenjar.

 Perkembangan prostat :
 Baru lahir : ukuran sebesar biji kacang
 Pubertas : ukuran normal ketika berusia 20 th (ukuran wallnut).
 Ukuran kelenjar prostat akan tetap stabil sampai dengan usia
40 tahunan.

 Masalah muncul pada usia 40 tahun ini :


 Multiplikasi sel ---- kelenjar membesar --- akibat jumlah sel
bertambah --- hiperplasia
Etiologi ???

 Penyebab dari BPH belum diketahui dengan jelas.

 Ada faktor resiko :


 Umur
 Hormon androgen
 Trauma berulang (ex : Koitus, kerja yang terlalu berat)

 Teori penyebab mutakhir yang diyakini :


 Teori DHT (dihidrostestosteron)
 DHT adl hormon yg disintesis oleh kelenjar prostat.
 Hormon ini disintesis dari testosteron oleh enzim 5-alpha
reductase.
Patofisiologi ???

 Awalnya tjd perubahan hormonal : hiperplasia jaringan


penyangga stromal dan elemen glandular pada prostat

 Mula-mula tjd perubahan mikroskopik pada prostat pd


usia 30-40 tahun  Bila terus berkembang pada usia 50
tahun akan terjadi perubahan patologi anatomi

 Proses pembesaran prostat perlahan-lahan shg


perubahan pd saluran kemih juga terjadi scr perlahan-
lahan.
Lanjutan….
 Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran
prostat tjd resistensi pada leher buli-buli dan
daerah prostat meningkat, serta otot destrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul
sakulasi atau divertikel.

 Fase penebalan destrusor ini disebut fase


kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka
destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang
selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis
dan disfungsi saluran kemih atas.
Teori DHT
 Tjd aksis hormonal, yaitu Hipofisis-Testis menyebabkan :
 Reduksi testosteron  Dehidrosteron (DHT) dlm sel prostat
menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam inti sel
 Tjd inskripsi pada RNA  sintesa protein >>>
 Prostat membesar akibat hiperplasia

Teori Hormonal :
 Sekresi hormon androgen <<<, selain itu tjd peningkatan
estrogen relatif atau aabsolut
 Estrogen menyebabkan kemunculan dan
perkembangan hiperplasi prostat
Faktor interaksi stroma dan epitel
 Dipengaruhi o/ Growth factor.
 Basic fibroblast growth factor (-FGF) menstimulasi sel
stroma dan ditemukan dengan konsentrasi yang lebih
besar pada pasien dengan pembesaran prostat jinak.
 Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5-a-reduktase. -
FGF dapat dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi,
ejakulasi dan infeksi.

Teori kebangkitan kembali (reawakening)


 Tjd reinduksi kemampuan mesenkim sinus urogenital
untuk berploriferasi dan membentuk jaringan prostat.
Manifestasi Klinis ???
Gejala umum :
keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa
tidak nyaman pd epigastrik.
Gejala BPH dsb :LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms)

Ada 2 gejala : Iritatif dan Obstruktif

Gejala iritatif :
 Peningkatan frekuensi berkemih
 Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
 Perasaan ingin miksi yg sangat mendesak/tidak
dapat ditunda (urgensi)
 Nyeri pada saat miksi (disuria)
Lanjut LUTS…

Gejala obstruktif :
 Pancaran urin melemah
 Rasa tidak puas sehabis miksi (kandung kemih tidak
kosong dgn baik)
 Kalau mau miksi harus menunggu lama
 Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih
 Aliran urin tidak lancar/terputus-putus
 Urin terus menetes setelah berkemih
 Waktu miksi memanjang  retensi urin dan inkontinensia
karena penumpukan berlebih.
 Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia
(akumulasi produk sampah nitrogen) dan gagal ginjal
dengan retensi urin kronis dan volume residu yang besar
Berdasarkan keluhan ???
 Derajat I :
penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih,
kencing tak puas, frekuensi kencing bertambah
terutama pada malam hari

 Derajat II :
adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita
akan mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan
kencing malam bertambah hebat.

 Derajat III :
timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini
maka bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi
ascenden
PATHWAY
Faktor resiko umur Trauma berulang Perubahan hormonal

Perubahan mikroskopik Hiperplasia jaringan


penyangga Stromal dan
prostat
glanduler pada prostat

BPH

Mual, muntah Lobus hipertropi menyumbat kolom vesikal/uretra prostatik


Tidak nafsu makan
Rasa tidak nyaman di
epigastrik
Pengosongan urin inkomplit atau retensi urin
Retensi urin pada leher buli-buli prostat meningkat
Otot detrusor menebal dan menegang
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan
Timbul sakulasi atau
divertikel

Lama kelamaan otot detrusor lelah dan tjd dekompensasi

Tidak mampu berkontraksi

Terjadi dilatasi Retensi urin


ureter/hidroureter
dan hidronefrosis Disfungsi saluran kemih atas

Resiko infeksi
 Kalau berkemih harus
menunggu lama
 Kencing terputus-putus
Sering berkemih  Berkemih pada malam hari
Keinginan miksi yang  Merasa tidak puas setelah
disuria berkemih
mendesak
 Urin terus menetes setelah
berkemih
 Berkurangnya pancaran urin
Nyeri akut Inkontinensia
urin fungsio nal
Pemeriksaan Colok dubur

 Gambaran :
 keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan
lain seperti benjolan dalam rektum dan prostat.
 Pada perabaan melalui colok dubur dapat
diperhatikan konsistensi prostat, adakah asimetri,
adakah nodul pada prostat ?
 Apakah batas atas dapat diraba.

 Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan


menentukan jumlah sisa urine setelah miksi spontan.
 Sisa miksi ditentukan :
 Ukur urine lewat kateter
 USG kandung kemih setelah miksi
Derajat Hipertrofi prostat
Derajat Colok dubur Sisa volume urin
I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba < 50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai 50 – 100 ml
III Batas atas prostat tidak dapat dicapai > 100 ml
IV Retensi urin total
Pemeriksaan penunjang
 Urinalisa
 leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi

 Pemeriksaan darah lengkap :


 Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT, golongan darah, Hmt,
trombosit, BUN, kreatinin serum

 Pemeriksaan radiologis :
 foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan sitoskopi, BNO IVP
 7-an : memperkirakan volume BPH, derajat disfungsi buli, dan volume
residu urin

 PSA (prostate spesific antigen )  deteksi keganasan


 Kadar < 4 ng/ml tidak perlu biopsi.
 Kadar 4-10 ng/ml, dihitung Prostate specific antigen density (PSAD)
yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15,
sebaiknya dilakukan biopsi prostat
 Kadar PSA > 10 ng/ml – lakukan PSAD
Tatalaksana

 Jika pasien masuk RS dengan kondisi darurat karena ia


tidak dapat berkemih maka kateterisasi segera dilakukan
(bisa dengan kateter logam) atau pungsi VU

1. Observasi (watchfull waiting)


 Pasien dgn keluhan ringan.
 Penkes :
 kurangi minum setelah makan malam -- cegah nokturia
 hindari obat-obat dekongestan
 kurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum
alkohol agar tidak terlalu sering miksi
 Setiap 3 bulan dilakukan kontrol keluhan, sisa kencing,
dan pemeriksaan colok dubur
2. Terapi medikamentosa

 Penghambat adrenergik 
 Ex : (prazosin, tetrazosin) : menghambat reseptor
pada otot polos di leher vesika, prostat sehingga
terjadi relaksasi.
 Hal ini akan menurunkan tekanan pada
uretra pars prostatika sehingga gangguan
aliran air seni dan gejala-gejala berkurang.

 Penghambatenzim 5--reduktase :
pembentukan DHT diinhibisi  prostat yg
membesar akan mengecil.
Terapi bedah

 Tergantung pada beratnya gejala dan komplikasi.

 Indikasi absolut untuk terapi bedah yaitu :


 Retensi urin berulang
 Hematuri
 Tanda penurunan fungsi ginjal
 Infeksi saluran kemih berulang
 Tanda obstruksi berat seperti hidrokel
 Ada batu saluran kemih.
Jenis pembedahan

Open prostatectomy
a. Supra pubis (incisi V.U, sederhana, kerusakan
sfingter VU)
b. Retro pubis (tdk ada incisi V.U. lebih baik dari
pada supra pubis)
c. Perineal (jarang, mudah terjadi infeksi post op,
resiko inkontinensia, impotensi, cedera rectal))

Trans Uretral
a. TURP ( < 80 gram)
b. TUIP (< 30 gram)
 Komplikasi : kekambuhan, trauma uretral
(striktur)
Metode TURP
Indikasi Open Prostatectomy

 Adanya BPH dengan prostat > 80 gram


 Metode Trans Uretral tidak dapat digunakan
 Infeksi saluran kencing yang recurrent atau
menetap
 Distensi urinary akut
 Obstruksi kandung kemih
 Hematuria
 Perubahan patologi dari kandung kemih,
ureter atau ginjal oleh karena obstruksi
prostat. Seperti ; divertikel, hidroureter,
hidronefrosis.
Ukuran ???

 Colok dubur : konsistensi (kenyal/tidak),


simetris/tidak, nodul pada prostat,
apakah batas atas teraba ?
 Jika batas atas masih dapat teraba maka
secara empiris besar prostat < 60 gram
Retro pubic
Luka incisi
KOMPLIKASI PASCA PEMBEDAHAN
 Urgensi
 Inkontinensia
 Gangguan ereksi (3-5 % pasien)
 Retrograde ejakulation (50-80 % pasien), dan
 Ganguan non urologic seperti : embolisme
pulmonal, infark miokard, stroke (1 %)
 Infeksi
 Perdarahan
 Obstruksi kateter akibat bekuan darah
 Trombosis pada vena profunda dan
 Embolisme pulmoner
PENGELOLAAN PASIEN ???

 Pre operasi :
 Pemeriksaan darah lengkap (Hb minimal
10g/dl, Golongan Darah, CT, BT, AL)
 Pemeriksaan EKG, GDS mengingat penderita
BPH kebanyakan lansia
 Pemeriksaan Radiologi: BNO, IVP, Rongen
thorax
 Persiapan sebelum pemeriksaan BNO puasa
minimal 8 jam.
 Sebelum pemeriksaan IVP pasien diberikan
diet bubur kecap 2 hari, lavemen puasa
minimal 8 jam, dan mengurangi bicara untuk
meminimalkan masuknya udara
Post Operasi

 Perawatan di rumah sakit (4 - 7 hari)


 Transfusi darah sesuai indikasi
 Monitor ketat urine output dan Balance cairan
(imbalance  obstruksi)
 24 jam I : urine kemerahan
 Irigasi : drainase tertutup, kateter threeway
 Obat diuresis : Furosemid/lasix
 H 1 post op : tirah baring, diet parenteral,
 Diet bertahap ; bising usus
 Analgesik : IV atau IM, oral
 Drain : dilepas jika produksi cairan sudah serous dengan
jumlah < 75 cc/hari. Biasanya H3 post Op.
 Kontrol infeksi : perawatan luka
 Latihan Keagel Exercise
 Aktivitas bertahap (normal dalam 6-8 minggu)
Post operasi ???
 Tirah baring selama 24 jam pertama.
 Mobilisasi setelah 24 jam post operasi

 Irigasi/Spoling dengan NaCl


 Hari ke 0 post operasi : 80 tetes/menit
 Hari ke 1 post operasi : 60 tetes/menit
 Hari ke 2 post operasi : 40 tetes/menit
 Hari ke 3 post operasi : 20 tetes/menit
 Hari ke 4 post operasi : diklem
 Hari ke 5 post operasi : dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin
dalam kateter bening)
 Hari ke 6 post operasi : dilakukan aff drain bila tidak ada masalah
(cairan serohemoragis < 50cc)

 Pasang IV Line :
 Maintenance balance cairan
 Terapi obat injeksi, usually 2 days
 Bila pasien sudah mampu makan dan minum dengan baik obat
injeksi bisa diganti dengan obat oral.
Lanjutan post op…..

 Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3


post oprasi dengan betadin
 Anjurkan banyak minum (2-3l/hari)
 DC bisa dilepas hari ke-9 post operasi
 Hecting Aff pada hari k-10 post operasi.
 Cek Hb post operasi bila kurang dari 10 berikan tranfusi
 Jika terjadi spasme kandung kemih :
 pasien dapat merasakan dorongan untuk berkemih,
merasakan tekanan atau sesak pada kandung kemih dan
perdarahan dari uretral sekitar kateter.
 Berikan medikasi utk melemaskan otot polos dan atau
Kompres hangat pada pubis dapat membantu
menghilangkan spasme.
Lanjutan post op

 Jika pasien dpt bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan


tapi tidak duduk terlalu lama (dpt meningkatkan tekanan abdomen,
perdarahan)

 Latihan perineal dilakukan untuk membantu mencapai kembali


kontrol berkemih.

 Drainase diawali sbg urin berwarna merah muda kemerahan


kemudian jernih hingga sedikit merah muda dalam 24 jam setelah
pembedahan.

 Perdarahan merah terang dengan kekentalan yg meningkat &


sejumlah bekuan biasanya menandakan perdarahan arteri.

 Darah vena tampak lebih gelap dan kurang kental. Perdarahan vena
diatasi dengan memasang traksi pada kateter sehingga balon yang
menahan kateter pada tempatnya memberikan tekanan pada fossa
prostatik.
Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai