Kelompok 10 - Keperawatan Bedah Amputasi - C 2020
Kelompok 10 - Keperawatan Bedah Amputasi - C 2020
KEPERAWATAN BEDAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawayan bedah dengan dosen
Pengampu Ns. Akhmad Zainur Ridla, S.Kep., MAdvN
Disusun oleh:
Kelompok 10
Vivo Rachma Dona 202310101150
Vanisha Amanda Putri 202310101155
Jesica Mega Daryanti 202310101156
Ridha Nilna Salsabilla 212310101154
Mohammad Wavy Azkiya 212310101148
Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun makalah ini menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
senantiasa mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah yang saya susun ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ................................................................................... 3
1.1 Definisi .......................................................................................................... 3
1.2 Klasifikasi ...................................................................................................... 3
1.3 Etiologi .......................................................................................................... 9
1.4 Patofisiologi................................................................................................. 10
1.4 Patways ................................................................................................... 11
1.6 Indikasi Dan Kontraindikasi ........................................................................ 12
1.7 Komplikasi .................................................................................................. 12
1.8 Penatalaksanaan ........................................................................................... 13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................. 22
3.1 Pengkajian ................................................................................................... 22
3.2 Riwayat Kesehatan ...................................................................................... 22
3.3 Pengkajian Fungsi Kesehatan (Pola Gordon) .............................................. 23
3.4 Pengkajian Fisik (Head To Toe).................................................................. 23
3.5 Pemeriksaan diagnostic ............................................................................... 27
3.6 Analisis Data ............................................................................................... 28
BAB 4. PENUTUP ............................................................................................... 42
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2 Saran ............................................................................................................ 42
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2017 diperkirakan sekitar 57,7 juta orang menjalani amputasi
akibat dari trauma di seluruh dunia. Penyebab traumatis utama amputasi
ekstremitas adalah jatuh (36,2%), cedera jalan (15,7%), cedera transportasi
(11,2%), dan akibat lain (10,4%). Jumlah tertinggi dari amputasi traumatis yang
lazim terjadi di Asia Timur dan Asia Selatan diikuti oleh Eropa Barat, Afrika
Utara, dan Timur Tengah, Amerika Utara dan Eropa Timur (McDonald et al.,
2021).
Dalam tindakan amputasi sangat berkaitan erat pada citra tubuh yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap citra diri penampilan seseorang baik secara psikis
maupun psikologis. Penilaian individu terhadap tubuh dan penampilannya disebut
dengan istilah citra tubuh/ citra diri (body image).
1
Mengacu uraian diatas maka perlunya peran serta perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang komperhensif. Untuk mencapai tujuan dalam mengatasi
masalah – masalah keperawatan akibat dari tindakan amputasi yang tejadi pada
klien.
1.3 Manfaat
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
1.2 Klasifikasi
3
Gambar 2.2 Macam amputasi pada ekstremitas atas (Rajaratnam, 2015)
4
3. Above-elbow amputation (AE) atau transhumeral
4. Elbow disarticulation (ED)
5. Below-elbow amputation (BE) atau forearm amputation/transradial
6. Wrist disarticulation (WD)
7. Carpal disarticulation (CD)
8. Amputasi transmetacarpal
9. Amputasi digiti
10. Krukenberg procedure (Gambar 2.3) : yaitu stump forearm diubah menjadi
pincer. pada prosedur amputasi ini bergantung pada kekuatan m. pronator
teres.
5
Gambar 2.4 Level amputasi pada ekstremitas bawah
6
Jenis amputasi pada ekstremitas bawah (Ardhiansyah, 2017):
7
4) Heel pad yang goyah
5) Gangrene yang terjadi di tepi luka
6) Nyeri pada heel pad
b. Hindfoot disarticulation seperti boyd dan pyrogoff pada calcaneo-tibial
fusion
8. Partial foot amputation
a. Chopart (midtarsal amputation) pada mediotarsal joint. Pada amputasi
ini calcaneus dan talus dipertahankan. Tarsal yang tersisa termasuk
metatarsal dan jari-jari dipotong. Masalah yang sering muncul adalah
equinus contracture. Prosthesis berupa high collar shoe dengan toe
filler atau memakai syme’s model prothesis
b. Lisfranc (tarsometatarsal amputation) pada lisfranc’s joint. Pada
amputasi ini semua tarsal dipertahankan sedangkan metatarsal dan
jari-jari akan dipotong. Masalah yang sering muncul adalah equinus
contracture. Prothesis berupa sepatu berisi sol dalam yang kaku.
8
Gambar 2.6 Level amputasi pedis (Abbas, 2015)
9. Amputasi transmetatarsal
Pada amputasi ini, weight bearing metatarsal head akan hilang dan bentuk
kaki menjadi flat sehingga menyulitkan berjalan. Protesis berupa sepatu
boot dengan lapisan besi pada cruris, metatarsal pad, dan sol dalam yang
kaku.
10. Amputasi digiti
1.3 Etiologi
9
Trauma merupakan penyebab utama amputasi di seluruh dunia.
Jumlah orang yang di amputasi adalah karena trauma bervariasi dari
negara ke negara. Di negara-negara maju, trauma biasanya terjadi sebagai
akibat kecelakaan industri, kecelakaan pertanian, atau kendaraan bermotor
kecelakaan, yang meliputi mobil, sepeda motor dan kereta api. Trauma
menyumbang sekitar 30% dari amputasi baru
3. Tumor ganas
Tumor merupakan ekstremitas yang terkena tumor di angkat untuk
mencegah penyebaran kanker dan menghindari kematian. Kusta dapat
menyebabkan hilangnya sensasi di tangan dan kaki. Bisa terjadi terinfeksi
dan, jika tidak diobati dapat menyebabkan amputasi. Kongenital Adanya
deformitas sejak bayi. Dari seluruh kasus, sekitar 1% penyebab amputasi
yang disebabkan oleh bawaan sejak lahir terjadi karena adanya deformitas.
1.4 Patofisiologi
10
menjembatani fragmen untuk pembentukan callus, atau terjadi nekrosa tulang
karena tidak ada aliran darah (Risnanto & Insani, 2014).
1.4 Patways
11
1.6 Indikasi Dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Amputasi adalah pengobatan pilihan untuk anggota badan yang sakit dan
cedera ekstremitas bawah yang menghancurkan yang upaya penyelamatan
dan rekonstruksi mungkin lama, memiliki biaya emosional dan keuangan
yang tinggi, dan menghasilkan hasil yang kurang memuaskan. Amputasi
ekstremitas bawah dapat dilakukan karena alasan berikut :
a) Penyakit pembuluh darah perifer (PVD)
b) Trauma
c) Tumor
d) Infeksi
e) Defisiensi anggota gerak bawaan
f) Apapun indikasi untuk amputasi, tujuannya tetap mempertahankan
panjang dan rekonstruksi bedah yang mempertahankan ekstremitas
yang paling fungsional mungkin.
2. Kontraindikasi
Keputusan untuk melakukan amputasi seringkali datang setelah semua
pilihan lain telah habis. Ini adalah keputusan akhir yang tidak dapat
dibatalkan setelah dimulai. Satu-satunya kontraindikasi untuk amputasi
adalah kesehatan yang buruk yang mengganggu kemampuan pasien untuk
menoleransi anestesi dan pembedahan. Namun, anggota tubuh yang sakit
sering menjadi pusat penyakit pasien, yang menyebabkan status medis
terganggu. Pengangkatan anggota tubuh yang sakit diperlukan untuk
menghilangkan racun sistemik dan menyelamatkan nyawa pasien.
1.7 Komplikasi
1) Edema
2) Hematoma
3) Infeksi
4) Nekrosis, ulserasi dan gangrene
5) Kontraktur sendi
6) Neuroma
7) Nyeri dan sensasi phatom
12
8) Thrombosis vena dan emboli paru
1.8 Penatalaksanaan
Tindakan amputasi dilakukan pada bagian kecil sampai bagian besar tubuh.
Metodenya terbuka dan tertutup.
1) Mulai :
13
2) Evaluasi preprostetik : pre dan post operatif (status fungsional
dan fitting prostetik)
3) Goal
1) Goal
a) Penyembuhan luka
b) Mengontrol nyeri
c. Penanganan stump
1) Goal
14
a) Goal
b) Tipe dressing
Soft dressing
15
3) Perawatan kulit:
Goal:
- Inspeksi
- Mobilisasi
- Desensitisasi
16
4) Exercise
Goal:
Fitting prosthetic :
1) Preparatory/temporary prosthetic
- Desain sederhana
- Ambulasi dini
2) Definitive/permanent prosthesis
Training :
18
5) Naik dan turun
19
e. Follow-up jangka Panjang (long-term follow-up care)
3) Problem amputasi:
- Problem tulang
- Iskemi stump
20
- Masalah aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan
penyesuaian pekerjaan
21
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang laki-laki usia Tn. R usia 28 tahun dikonsul oleh bagian bedah plastic
dengan diagnosis medis post amputasi et causa luka bakar listrik derajat III luas
25%. Keluhan utama asupan makan kurang 16 hari terakhir karena nafsu makan
kurang akibat nyeri pada luka dan luka post amputasi serta luka bakar yang
lambat sembuh. Ada nyeri ulu hati dan demam menggigil. Ada penurunan berat
badan dalam ±2 minggu terakhir, besarnya tidak diketahui tapi dirasakan turun
drastis
3.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka pada bekas amputasi serta pada bagian
luka bakar yang dialami.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan bahwa sekitar 2 minggu yang lalu dirinya terksengat
listrik. Lalu mengalamai luka bakar pada tangannya dan kakinya harus
diamputasi setinggi lutut. Hingga saat ini masih merasakan sakit pada
bekas amputasi dan luka bakar pada tangannya.
22
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit terdahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan dan penyakit yang sama dengannya.
3.3 Pengkajian Fungsi Kesehatan (Pola Gordon)
23
Keadaan umum klien composmentis, terdapat infus pada tangan kiri, tangan
kanan terdapat luka bakar grade III, terdapat bekas operasi amputasi pada
ekstemitas bawah yang terbalut
2. Tanda-tanda vital :
- Suhu Tubuh : 37,8 oC
- Denyut Nadi : 80 kali / menit
- Tekanan Darah : 130/80mmHg
- Respirasi : 22 kali / menit
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala Dan Leher :
Kepala : kepala normal, tidak ada lesi
Rambut : Rambut tampak bersih
Wajah : Mukosa bibir pucat
Mata
Palpebra : normal
Conjungtiva : anemis
Sclera : tidak icterus
Cornea&refleks kornea : normal
Pupil & refleks cahaya : tidak terkaji
Fungsi otot : tidak terkaji
TIO, visus : tidak terkaji
Hidung
Warna, kesimetrisan, : tidak terkaji
deformitas : tidak terkaji
Pernafasan cuping
hidung : tidak terkaji
Obstruksi, sekret : tidak terkaji
Perubahan suara, …………………………………
afasia, dysfonia
Telinga
Inspeksi
24
Telinga luar, MAE : tidak terkaji
Sekret
Palpasi : tidak terkaji
Nyeri tekan telinga dan
tulang mastoid
Mulut
Gigi Geligi : tidak terkaji
Faring : tidak terkaji
Tonsil : tidak terkaji
Leher
JVP : tidak terkaji
Thyroid : tidak terkaji
Trachea : tidak terkaji
25
Batas paru hepar
Auskultasi
Vocal fremitus, Suara : tidak terkaji
nafas (trakeal,
bronkhial,
bronkovesikular)
Suara tambahan (rhonci,
wheezing, rales)
e. Pemeriksaan Jantung :
Inspeksi
Ictus cordis : tidak terkaji
Palpasi
Ictus cordis
Heart rate : tidak terkaji
(bandingkan dg nadi)
Thrill (+) / (-)
Perkusi
Batas atas
Batas kanan : Tidak terkaji
Batas kiri
Batas bawah
Auskultasi : tidak terkaji
f. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi
Bentuk : tidak terkaji
Bayangan vena : tidak terkaji
Benjolan / massa : tidak terkaji
Auskultasi
26
Peristaltik usus : tidak terkaji
Bruit aorta/a renal/a : tidak terkaji
femoralis
Perkusi
Suara perkusi : tidak terkaji
abdomen
Perkusi ginjal : tidak terkaji
Ascites
Palpasi
Tanda nyeri : tidak terkaji
Massa : tidak terkaji
Hidrasi kulit : tidak terkaji
Hepar : tidak terkaji
Lien : tidak terkaji
g. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas Atas Dan Bawah) :
Inspeksi :
ekstemitas atas terdapat luka bakar regio brachial dextra grade III,
ekstremitas bawah terdapat luka bekas amputasi setinggi lutut pada ke
dua kaki.
1. Pemeriksaan laboratorium
Parameter (unit) Hasil Batas normal
hemoglobin 9,7 g/dL 13-17 g/dL
leukosit 20,900 µ/L 5,000-10,000 µ/L
albumin 2,6 mg/dL 3,8-5,1 g/dL
2. Pemeriksaan Antopometri
Pengukuran Lingkar lengan atas (LILA) : 25,7 cm
x 100%
x 100%
27
3.6 Analisis Data
DO:
1. Terdapat luka bakar
pada regio brachial dextra
dan bekas operasi
amputasi pada
ekstremitas bawah
2. wajah menyeringai
28
1. %Lila : 80,7% (gizi
kurang)
2. Mukosa bibir pucat
3. Albumin : 2,6 mg/dL
(kurang dari normal)
1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar)
ditandai dengan nyeri pada luka bakar regio brachial dextra dan bekas
operasi amputasi pada kedua ekstremitas, nyeri timbul terus menerus,
nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terbakar, skala nyeri 8, wajah menyeringai
2. Deficit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan factor psikologis ditandai
dengan saat sakit porsi makan menjadi setengah, nafsu makan menurun,
nyeri pada ekstremitas, % LILA : 80,7 % (kategori gizi kurang), albumin :
2,6 mg/Dl (kurang dari normal), mukosa bibir pucat)
29
3.2 Intervensi Keperawatan
30
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
3. Edukasi
31
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
2. Defisit Nutrisi b.d factor Setelah dilakukan intervensi 3x24 MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
£
psikologis jam, diharapkan kebutuhan nutrisi
1. Observasi Kel 10
tercukupi. Dengan kriteria hasil :
- Identifikasi status nutrisi
1. Asupan gizi dipertahankan
skala 2 (banyakmenyimpang) - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
32
skala 5 (tidak menyimpang) Piramida makanan)
4. Rasio berat badan/tinggi - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
dipertahankan pada skala 2 sesuai
(banyak menyimpang)
- Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
ditingkatkan ke skala 5 (tidak
konstipasi
menyimpang)
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
3. Edukasi
4. Kolaborasi
33
3.1 Implementasi Keperawatan
Tanggal No. Pukul Implementasi Respon Paraf
Dx
Kep
8 Mei 1 07.00 - Melakukan identifikasi lokasi, - Pasien mengatakan nyeri luka dan luka
£
2022 karakteristik, durasi, frekuensi, post amputasi serta luka bakar yang
Kel 10
kualitas, intensitas nyeri lambat sembuh.
- Skala nyeri pasien 8 (1-10)
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Nyeri timbul terus menerus
- Mengidentifikasi respon nyeri non - Nyeri seperti ditusuk tusuk dan terbakar
verbal - Nyeri pada luka bakar regio brachial
- Mengidentifikasi pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Napas dalam, terapi relaksasi
benson)
35
10 Mei 1 08.00 - Mempertimbangkan jenis dan - Pasien mampu mengendalikan nyeri
£
2022 sumber nyeri dalam pemilihan secara mandiri
Kel 10
strategi meredakan nyeri - Pasien memahami cara untuk
mengurangi nyeri
- Menjelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Menganjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
36
8 Mei 2 07.10 - Mengidentifikasi status nutrisi - Pasien mengatakan bahwa ia tidak
£
2022 memiliki alergi makanan
- Mengidentifikasi alergi dan Kel 10
- Semua makanan ia sukai
intoleransi makanan
- pasien mengatakan makan 3 kali sehari
- Mengidentifikasi makanan yang akan tetapi setengah porsi biasanya
disukai
- Mengidentifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
9 Mei 2 07.40 - Memonitor asupan makanan - Pasien mengatakan sesudah sakit porsi
£
2022 makan menjadi setangah
- Memonitor berat badan Kel 10
- Nafsu makan menurun karena nyeri pada
- Memonitor hasil pemeriksaan ekstremitas
laboratorium - Didapatkan hasil % Lila : 80,7% (gizi
37
menarik dan suhu yang sesuai
10 Mei 2 08.10 - Menganjurkan posisi duduk, jika - Menu makanan yang dianjurkan oleh tim
£
2022 mampu ahli gizi sesuai dengan diit pada pasien
Kel 10
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan
- Berkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
38
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
39
3.1 Evaluasi Keperawatan
10 Mei 2022 1 S : pasien mengatakan masih nyeri tetapi tidak separah yang sebelumnya
£
O : wajah terlihat masih kurang tenang, menyeringai, skala nyeri dari skala 8 Kel 10
menjadi skala 4,
TD : 120/80 mmHg
10 Mei 2022 2 S : pasien mengatakan nafsu makan sedikit membaik tetapi makan masih
£
sedikit, nyeri juga agak mendingan
Kel 10
O : porsi makan tidak habis, mukosa bibir lembap
41
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
Risnanto, & Insani, U. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.
Santi, M. D. M. & Rachmad, N., 2018. Gambaran Body Image Pasien Pasca
Amputasi Transtibial Setelah Menggunakan Transtibial Prothesis. Jurnal
Keterapian Fisik, 3(2), pp. 58-111.
Grzebień, A., Chabowski, M., Malinowski, M., Uchmanowicz, I., Milan, M. and
Janczak, D., 2017. Analysis of selected factors determining quality of life
in patients after lower limb amputation- a review article. Polish Journal of
Surgery, 89(2), pp.57–61.
Maya Santi, M.D. and Rachmad, N., 2018. Gambaran Body Image Pasien Pasca
Amputasi Transtibial Setelah Menggunakan Transtibial Prosthesis. Jurnal
Keterapian Fisik, 3(2), pp.89–99.
McDonald, C.L., Westcott-McCoy, S., Weaver, M.R., Haagsma, J. and Kartin, D.,
2021. Global prevalence of traumatic non-fatal limb amputation.
Prosthetics and orthotics international, [online] 45(2). Available at:
<https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33274665/> [Accessed 13 Apr. 2022].
43