Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


SYSTEM MUSKULOSKELETAL : AMPUTASI

KEPERAWATAN BEDAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawayan bedah dengan dosen
Pengampu Ns. Akhmad Zainur Ridla, S.Kep., MAdvN

Disusun oleh:

Kelompok 10
Vivo Rachma Dona 202310101150
Vanisha Amanda Putri 202310101155
Jesica Mega Daryanti 202310101156
Ridha Nilna Salsabilla 212310101154
Mohammad Wavy Azkiya 212310101148

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada System Muskuloskeletal: Amputasi”
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Bedah.
Kami juga turut berkontribusi dengan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Akhmad Zainur Ridla, S.Kep., MAdvN. selaku dosen pembimbing


mata kuliah keperawatan bedah.
2. Teman-teman kelas C 2020 yang turut serta memberikan informasi.

Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun makalah ini menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
senantiasa mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah yang saya susun ini.

Jember, Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN TEORI ................................................................................... 3
1.1 Definisi .......................................................................................................... 3
1.2 Klasifikasi ...................................................................................................... 3
1.3 Etiologi .......................................................................................................... 9
1.4 Patofisiologi................................................................................................. 10
1.4 Patways ................................................................................................... 11
1.6 Indikasi Dan Kontraindikasi ........................................................................ 12
1.7 Komplikasi .................................................................................................. 12
1.8 Penatalaksanaan ........................................................................................... 13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................. 22
3.1 Pengkajian ................................................................................................... 22
3.2 Riwayat Kesehatan ...................................................................................... 22
3.3 Pengkajian Fungsi Kesehatan (Pola Gordon) .............................................. 23
3.4 Pengkajian Fisik (Head To Toe).................................................................. 23
3.5 Pemeriksaan diagnostic ............................................................................... 27
3.6 Analisis Data ............................................................................................... 28
BAB 4. PENUTUP ............................................................................................... 42
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2 Saran ............................................................................................................ 42

iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tindakan amputasi merupakan salah satu tindakan tertua. Amputasi


merupakan suatu tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh meliputi
tulang, sendi dan bagian tubuh yang mengalami kerusakan (Markatos et al.,
2019). Tindakan amputasi terbagi menjadi dua jenis yaitu amputasi ekstemitas
atas dan amputasi ekstremitas bawah. Umumnya amputasi merupakan langkah
terakhir untuk menyelematkan nyawa pasien. Namun tindakan amputasi
menyebabkan kehilangan tubuh secara pemanen, serta seringkali menyebabkan
terjadinya trauma mental (Grzebień et al., 2017).

Pada tahun 2017 diperkirakan sekitar 57,7 juta orang menjalani amputasi
akibat dari trauma di seluruh dunia. Penyebab traumatis utama amputasi
ekstremitas adalah jatuh (36,2%), cedera jalan (15,7%), cedera transportasi
(11,2%), dan akibat lain (10,4%). Jumlah tertinggi dari amputasi traumatis yang
lazim terjadi di Asia Timur dan Asia Selatan diikuti oleh Eropa Barat, Afrika
Utara, dan Timur Tengah, Amerika Utara dan Eropa Timur (McDonald et al.,
2021).

Penyebab amputasi dan kondisi medis yang berhubungan dengannya sering


menjadi pertimbangan yang penting untuk mengembangkan program manajemen
pasien dengan amputasi. Umumnya amputasi merupakan akibat komplikasi dari
penyakit sebelumnya. Klien pasca amputasi sering kali merasakan ketidaknyaman
sosial terkait perubahan citra tubuh, body esteem negatif, kurangnya dukungan
sosial dan meningkatnya depresi dan gangguan stres pasca-trauma. Orang-orang
dengan amputasi biasanya melaporkan kemarahan, kesedihan, tidak berdaya,
frustasi, kecemasan dan rasa bersalah, serta kekhawatiran tentang keluarga,
pekerjaan, hubungan sosial dan seksual (Maya Santi and Rachmad, 2018).

Dalam tindakan amputasi sangat berkaitan erat pada citra tubuh yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap citra diri penampilan seseorang baik secara psikis
maupun psikologis. Penilaian individu terhadap tubuh dan penampilannya disebut
dengan istilah citra tubuh/ citra diri (body image).

1
Mengacu uraian diatas maka perlunya peran serta perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang komperhensif. Untuk mencapai tujuan dalam mengatasi
masalah – masalah keperawatan akibat dari tindakan amputasi yang tejadi pada
klien.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah konsep teori dari amputasi?


1.2.2 Bagaimanakah asuhan keperawatan dari amputasi?

1.3 Manfaat

1.3.1 Untuk mengetahui konsep teori dari amputasi


1.3.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari amputasi

2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh


sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi
pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan
tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi (healthy enthusiast) (Santi & Rachmad, 2018).
Amputasi adalah pembedahan yang melibatkan pemotongan sebagian atau
seluruh anggota badan. Amputasi ekstremitas bawah dilakukan lebih sering dari
pada ekstremitas atas, pada umumnya amputasi disebabkan oleh kecelakaan,
gangguan congenital dan penyakit, termasuk penyakit Peripheral Artery Disease
(PAD) (Pratama, 2018).

1.2 Klasifikasi

A. Jenis amputasi pada ekstremitas atas :

Gambar 2.1 Macam amputasi pada ekstremitas atas (Rajaratnam, 2015)

3
Gambar 2.2 Macam amputasi pada ekstremitas atas (Rajaratnam, 2015)

1. Forequarter amputation (FQ) atau shoulder disarticulation yaitu amputasi


lengan, scapula dan ½ clavicula.

a. Indikasi amputasi forequarter adalah:

1) High grade osteosarcoma unresectable pada proksimal humerus atau


scapula
2) Sarkoma di aksila yang melibatkan plexus brachialis
3) Sarkoma yang residif dan tidak memungkinkan untuk limb sparing
4) Sarkoma induced radiation pada sendi bahu
5) Amputasi paliatif karena kanker, infeksi, atau bleeding
6) Kanker payudara rekuren yang melibatkan plexus brachialis
7) Fraktur patologis karena high grade sarcoma yang tidak respons
kemoterapi

b. Kontraindikasi: bila tumor telah meluas ke dinding dada, paraspinal,


dan trigonum posterior colli karena sulit mencapai radikalitas

2. Shoulder disarticulation (SD)

4
3. Above-elbow amputation (AE) atau transhumeral
4. Elbow disarticulation (ED)
5. Below-elbow amputation (BE) atau forearm amputation/transradial
6. Wrist disarticulation (WD)
7. Carpal disarticulation (CD)
8. Amputasi transmetacarpal
9. Amputasi digiti
10. Krukenberg procedure (Gambar 2.3) : yaitu stump forearm diubah menjadi
pincer. pada prosedur amputasi ini bergantung pada kekuatan m. pronator
teres.

Gambar 2.3 Krukenberg procedure (Netter et al, 2012)

B. Jenis amputasi pada ekstremitas bawah :

5
Gambar 2.4 Level amputasi pada ekstremitas bawah

Gambar 2.5 Level amputasi pada ekstremitas bawah (Erti, 2016)

6
Jenis amputasi pada ekstremitas bawah (Ardhiansyah, 2017):

1. Hemipelvectomy/transpelvic amputation. Hemipelvectomy aada dua jenis,


yaitu:
a. External hemipelvectomy/hindquarter amputation yaitu amputasi
pelvis dan seluruh tungkai
b. Internal hemipelvectomy yaitu pengambilan pelvis di satu sisi tanpa
mengambil tungkai
2. Hip disarticulation
3. Van-ness rotation/rotationplasty, yaitu kaki diputar dan diletakkan
sedemikian rupa hingga ankle joint dapat berfungsi sebagai lutut
4. Above knee amputation-transfemoral
5. Knee disarticulation memakai Teknik gritti/gritti-stokes
6. Below knee amputation (BKA) memakai burgess and kingsley Robison
technique-transtibial. Anterior flap dibuat pada jarak 10 cm dari
tuberositas tibia. Posterior flap dibuat lebih Panjang daripada anterior flap
sekitar 14 cm

Gambar 2.4 Posterior flap BKA (Sabzwari, 2015)


7. Ankle disarticulation
a. Syme’s amputation. Amputasi syme memotong tibia pada kedua
malleolus. Syme’s prothesis dapat menggunakan tipe konvensional,
Canadian syme’s prothesis dan closed expandable syme’s prothesis.
Masalah yang sering muncul pada tipe amputasi ini adalah:
1) Heel pad yang salah posisi
2) Potongan tibia yang terlalu miring
3) End bearing stump yang terlalu kecil

7
4) Heel pad yang goyah
5) Gangrene yang terjadi di tepi luka
6) Nyeri pada heel pad
b. Hindfoot disarticulation seperti boyd dan pyrogoff pada calcaneo-tibial
fusion
8. Partial foot amputation
a. Chopart (midtarsal amputation) pada mediotarsal joint. Pada amputasi
ini calcaneus dan talus dipertahankan. Tarsal yang tersisa termasuk
metatarsal dan jari-jari dipotong. Masalah yang sering muncul adalah
equinus contracture. Prosthesis berupa high collar shoe dengan toe
filler atau memakai syme’s model prothesis
b. Lisfranc (tarsometatarsal amputation) pada lisfranc’s joint. Pada
amputasi ini semua tarsal dipertahankan sedangkan metatarsal dan
jari-jari akan dipotong. Masalah yang sering muncul adalah equinus
contracture. Prothesis berupa sepatu berisi sol dalam yang kaku.

Gambar 2.5 Anatomi tulang pedis (Gore and Spencer, 2004)

8
Gambar 2.6 Level amputasi pedis (Abbas, 2015)

9. Amputasi transmetatarsal
Pada amputasi ini, weight bearing metatarsal head akan hilang dan bentuk
kaki menjadi flat sehingga menyulitkan berjalan. Protesis berupa sepatu
boot dengan lapisan besi pada cruris, metatarsal pad, dan sol dalam yang
kaku.
10. Amputasi digiti

1.3 Etiologi

Penyebab bedah amputasi adalah sebagai berikut (Pratama, 2018) :


1. Kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah
Penyakit terdiri dari ada penyakit peripheral vascular, penyakit
yang menyebabkan amputasi, penyakit pembuluh darah dengan sirkulasi
yang buruk adalah yang paling umum. Penyakit ini membatasi aliran darah
arteri untuk ekstremitas bawah menyebabkan bisul dan gangren, yang
dapat menyebabkan amputasi. Diabetes adalah penyebab umum lain dari
kehilangan anggota tubuh. Ada diperkirakan 135.000.000 orang dengan
diabetes di dunia. Komplikasi diabetes menurunkan sirkulasi dan sensasi
pada tungkai. Hal ini dapat mengakibatkan bisul dan infeksi yang dapat
menyebabkan amputasi.
2. Trauma

9
Trauma merupakan penyebab utama amputasi di seluruh dunia.
Jumlah orang yang di amputasi adalah karena trauma bervariasi dari
negara ke negara. Di negara-negara maju, trauma biasanya terjadi sebagai
akibat kecelakaan industri, kecelakaan pertanian, atau kendaraan bermotor
kecelakaan, yang meliputi mobil, sepeda motor dan kereta api. Trauma
menyumbang sekitar 30% dari amputasi baru
3. Tumor ganas
Tumor merupakan ekstremitas yang terkena tumor di angkat untuk
mencegah penyebaran kanker dan menghindari kematian. Kusta dapat
menyebabkan hilangnya sensasi di tangan dan kaki. Bisa terjadi terinfeksi
dan, jika tidak diobati dapat menyebabkan amputasi. Kongenital Adanya
deformitas sejak bayi. Dari seluruh kasus, sekitar 1% penyebab amputasi
yang disebabkan oleh bawaan sejak lahir terjadi karena adanya deformitas.
1.4 Patofisiologi

Ketika tulang patah, maka sel-sel tulang mati, perdarahan biasanya


disekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut,
jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat
timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan
fibrin (hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel
baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur
yanv disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara
perlahan megalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati
menggantukan kalus dan secara perlahan mengalami klasifikasi.
Penyembuhan memerlukam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematom fraktur atau
kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru
rusak selama proses klasifikasi dan pengerasan.
Penyembuhan tulang akan terhambat atau tidak terjadi, hal ini dikarenakan
terlalu banyak tulang yang rusakpada cedera, sehingga tidak ada yang

10
menjembatani fragmen untuk pembentukan callus, atau terjadi nekrosa tulang
karena tidak ada aliran darah (Risnanto & Insani, 2014).

1.4 Patways

11
1.6 Indikasi Dan Kontraindikasi

1. Indikasi
Amputasi adalah pengobatan pilihan untuk anggota badan yang sakit dan
cedera ekstremitas bawah yang menghancurkan yang upaya penyelamatan
dan rekonstruksi mungkin lama, memiliki biaya emosional dan keuangan
yang tinggi, dan menghasilkan hasil yang kurang memuaskan. Amputasi
ekstremitas bawah dapat dilakukan karena alasan berikut :
a) Penyakit pembuluh darah perifer (PVD)
b) Trauma
c) Tumor
d) Infeksi
e) Defisiensi anggota gerak bawaan
f) Apapun indikasi untuk amputasi, tujuannya tetap mempertahankan
panjang dan rekonstruksi bedah yang mempertahankan ekstremitas
yang paling fungsional mungkin.
2. Kontraindikasi
Keputusan untuk melakukan amputasi seringkali datang setelah semua
pilihan lain telah habis. Ini adalah keputusan akhir yang tidak dapat
dibatalkan setelah dimulai. Satu-satunya kontraindikasi untuk amputasi
adalah kesehatan yang buruk yang mengganggu kemampuan pasien untuk
menoleransi anestesi dan pembedahan. Namun, anggota tubuh yang sakit
sering menjadi pusat penyakit pasien, yang menyebabkan status medis
terganggu. Pengangkatan anggota tubuh yang sakit diperlukan untuk
menghilangkan racun sistemik dan menyelamatkan nyawa pasien.
1.7 Komplikasi

1) Edema
2) Hematoma
3) Infeksi
4) Nekrosis, ulserasi dan gangrene
5) Kontraktur sendi
6) Neuroma
7) Nyeri dan sensasi phatom

12
8) Thrombosis vena dan emboli paru

Gambar 2.7 Komplikasi amputasi

1.8 Penatalaksanaan

Tindakan amputasi dilakukan pada bagian kecil sampai bagian besar tubuh.
Metodenya terbuka dan tertutup.

1. Teknik terbuka dilakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang,


kemudian dipasang drainase agar luka bersih. Kulit ditutup setelah infeksi
teratasi (sembuh).
2. Teknik tertutup, kulit penutup ditarik sampai ke bagian yang diamputasi
tertutup oleh kulit.
a) Penatalaksanaan medis

a. Penanganan preprostetik (preposthetic management)

1) Mulai :

a) Dibuatnya keputusan untuk amputasi

b) Evaluasi awal setelah amputasi traumatic

c) Anak lahir dengan congenital skeletal deficiency sampai


fitting dengan prostesis

13
2) Evaluasi preprostetik : pre dan post operatif (status fungsional
dan fitting prostetik)

3) Goal

Membantu pasien mencapai fungsional mandiri dalam ADL


(Activity of Daily Living) dengan menggunakan anggota gerak
normal yang tersisa

b. Perawatan paska operasi (postoperative care)

1) Goal

a) Penyembuhan luka

b) Mengontrol nyeri

c) Mempertahankan ROM khususnya bagian proksimal sendi


dari ekstremitas yang diamputasi

d) Penguatan otot-otot untuk kompensasi biomekanik

e) Menyiapkan stump untuk fitting prostetik

f) Pencapaian ADL dan mobilitas mandiri tanpa prostetik

g) Penerangan tentang proses fitting prostetik dan outcome


fungsional yang diharapkan

h) Support psikososial untuk beradaptasi terhadap akibat


amputasi

c. Penanganan stump

1) Goal

a) Mengendalikan nyeri dan edema

b) Mempertahankan kekuatan dan ROM

c) Mempercepat penyembuhan luka dan maturasi stump

2) Penanganan luka – Dressing

14
a) Goal

- Proteksi luka operasi sehingga luka insisi tidak terbuka

- Mempertahankan luka bersih dan mencegah infeksi

- Control swelling pasca operasi

- Mencegah kontraktur atau spasme otot yang membatasi


gerak persendian

- Membentuk stump sehingga bekerja lebih baik dalam


fitting socket

b) Tipe dressing

Soft dressing

- Bahan elastic, dipakai 24 jam/hari kecuali mandi, dan


dijaga tetap bersih, Teknik figure of 8 wrapping

- Luka operasi dapat sering diperiksa

- Tersedianya bahan bandage, 4 inchi untuk BKA dan 6


inchi untuk AKA

15
3) Perawatan kulit:

Goal:

- Mencegah infeksi dan iritasi kulit

- Mempertahankan mobilitas kulit

- Mengurangi sensitivitas kulit pada stump

- Hygiene dan lubrikasi

- Inspeksi

- Mobilisasi

- Desensitisasi

16
4) Exercise

Goal:

- Meningkatkan atau mempertahankan ROM semua


anggota gerak

- Meningkatkan kekuatan anggota gerak

- Meningkatkan ketahanan ADL

d. Fitting prosthetic dan training (prosthetic fitting and training)

Fitting prosthetic :

1) Preparatory/temporary prosthetic

- Desain sederhana

- Terdiri dari socket, pylon dan foot

- Ambulasi dini

- Membantu penyusutan stump

- Memfasilitasi maturase stump

- Sampai3-6 bulan setelah amputasi

2) Definitive/permanent prosthesis

- Stump matur 3-9 bulan setelah amputasi

- Rata-rata jangka waktu 3-5 tahun

- Dibuat khusus secara kosmetik sesuai kebutuhan ADL,


vocational dan avocational (anak-anak sesuai usia
perkembangan motoric menurut milestones)

Training :

3) Exercises sebelum berjalan

- Mampu menggerakkan berat badan secara tepat diatas


prosthesis dan keseimbangan pada prosthesis
17
- Dilakukan didepan cermin sehingga pasien dapat
melihat postur dan pergerakan lebih baik

4) Berjalan pada lantai datar menggunakan alat bantu:

18
5) Naik dan turun

19
e. Follow-up jangka Panjang (long-term follow-up care)

1) Tiap 3 bulan (18 bulan pertama), problem (+) lebih sering

2) Selanjutnya tiap 6 bulan

3) Problem amputasi:

- Masalah kulit: edema, dermatitis kontak, folikulitis,


adheren scar, ulserasi

- Nyeri : nyeri insisi (sembuh 4-5 hari) rigid dressing


post-operatif

- Neuroma : modifikasi socket, eksisi pembedahan

- Nyeri phantom : TENS, modifikasi perilaku, konseling


psikososial, antidepresan, dan antikonsultif

- Kontraktur : stretching dengan atau tanpa US, gips


serial, dynamic splint, pembedahan

- Problem tulang

- Scoliosis : koreksi Panjang protesa

- Iskemi stump

- Masalah penyesuaian psikososial : konseling psikologis

20
- Masalah aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan
penyesuaian pekerjaan

Problem kulit Kemungkinan Penanganan


penyebab

Edema Jepitan proksimal Modifikasi


stump oleh socket protesa

Dermatitis kontak Sensitifitas Kompres dingin,


terhadap krem antiprurutic lotion
kulit, sock wool
stump, plastic resin
pada socket
protesa

Folikulitis Staphylococcus Pakai sarung


nylon tipis antara
kulit stump dan
socket, merubah
stump socket

Adherens scar Gesekan konstan Massage,


terhadap jaringan modifikasi socket
parut pada protesa protesa

Ulserasi Penekanan socket Modifikasi socket


berlebihan atau
gerakan stump
dalam socket

21
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang laki-laki usia Tn. R usia 28 tahun dikonsul oleh bagian bedah plastic
dengan diagnosis medis post amputasi et causa luka bakar listrik derajat III luas
25%. Keluhan utama asupan makan kurang 16 hari terakhir karena nafsu makan
kurang akibat nyeri pada luka dan luka post amputasi serta luka bakar yang
lambat sembuh. Ada nyeri ulu hati dan demam menggigil. Ada penurunan berat
badan dalam ±2 minggu terakhir, besarnya tidak diketahui tapi dirasakan turun
drastis

3.1 Pengkajian

Identitas diri klien


Nama : Tn. R
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMP
Alamat :-
No. RM :-
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan :-
Sumber informasi : Pasien
Tanggal MRS :-
3.2 Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka pada bekas amputasi serta pada bagian
luka bakar yang dialami.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan bahwa sekitar 2 minggu yang lalu dirinya terksengat
listrik. Lalu mengalamai luka bakar pada tangannya dan kakinya harus
diamputasi setinggi lutut. Hingga saat ini masih merasakan sakit pada
bekas amputasi dan luka bakar pada tangannya.

22
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit terdahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita
penyakit keturunan dan penyakit yang sama dengannya.
3.3 Pengkajian Fungsi Kesehatan (Pola Gordon)

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


2. Pola nutrisi/metabolic
Saat sehat : pasien mengatakan makan 3-4 kali sehari, porsi 1-2 piring,
sayur dan lauk bervariasi dan jarang makan buah
Saat sakit : pasien mengatakan makan 3 kali sehari akan tetapi
setengah porsi biasanya
3. Pola eliminasi
Tidak terkaji
4. Pola aktivitas dan latihan
Tidak terkaji
5. Pola istirahat dan tidur
Tidak terkaji
6. Persepsi dan kognitif
Tidak terkaji
7. Pola peran dan hubungan
Tidak terkaji
8. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Tidak terkaji
9. Pola reproduksi
Tidak terkaji
10. Pola keyakinan dan nilai
Tidak terkaji

3.4 Pengkajian Fisik (Head To Toe)

1. Keadaan / penampilan / kesan / umum klien :

23
Keadaan umum klien composmentis, terdapat infus pada tangan kiri, tangan
kanan terdapat luka bakar grade III, terdapat bekas operasi amputasi pada
ekstemitas bawah yang terbalut

2. Tanda-tanda vital :
- Suhu Tubuh : 37,8 oC
- Denyut Nadi : 80 kali / menit
- Tekanan Darah : 130/80mmHg
- Respirasi : 22 kali / menit

3. Pemeriksaan Fisik :
a. Kepala Dan Leher :
Kepala : kepala normal, tidak ada lesi
Rambut : Rambut tampak bersih
Wajah : Mukosa bibir pucat
Mata
Palpebra : normal
Conjungtiva : anemis
Sclera : tidak icterus
Cornea&refleks kornea : normal
Pupil & refleks cahaya : tidak terkaji
Fungsi otot : tidak terkaji
TIO, visus : tidak terkaji
Hidung
Warna, kesimetrisan, : tidak terkaji
deformitas : tidak terkaji
Pernafasan cuping
hidung : tidak terkaji
Obstruksi, sekret : tidak terkaji
Perubahan suara, …………………………………
afasia, dysfonia
Telinga
Inspeksi

24
Telinga luar, MAE : tidak terkaji
Sekret
Palpasi : tidak terkaji
Nyeri tekan telinga dan
tulang mastoid
Mulut
Gigi Geligi : tidak terkaji
Faring : tidak terkaji
Tonsil : tidak terkaji

Leher
JVP : tidak terkaji
Thyroid : tidak terkaji
Trachea : tidak terkaji

b. Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku :


Inspeksi : terdapat luka bakar grade III pada tangan kanan.
Palpasi : Tidak terkaji

c. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak : tidak terkaji


d. Pemeriksaan Paru :
Inspeksi
Bentuk thoraks, : bentuk dada normalchest, simetris
struktur, antara kanan dan kiri
Pergerakan dinding : tidak ada retraksi dinding dada
dada,
Stridor : tidak terdapat stidor
Palpasi
Nyeri tekan, tactile : tidak ada nyeri tekan
fremitus : tactile fremitus teraba keras di paru
paru kanan
Perkusi
Suara perkusi : paru kanan dan kiri sonor

25
Batas paru hepar
Auskultasi
Vocal fremitus, Suara : tidak terkaji
nafas (trakeal,
bronkhial,
bronkovesikular)
Suara tambahan (rhonci,
wheezing, rales)

e. Pemeriksaan Jantung :
Inspeksi
Ictus cordis : tidak terkaji
Palpasi
Ictus cordis
Heart rate : tidak terkaji
(bandingkan dg nadi)
Thrill (+) / (-)

Perkusi
Batas atas
Batas kanan : Tidak terkaji
Batas kiri
Batas bawah
Auskultasi : tidak terkaji

f. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi
Bentuk : tidak terkaji
Bayangan vena : tidak terkaji
Benjolan / massa : tidak terkaji
Auskultasi

26
Peristaltik usus : tidak terkaji
Bruit aorta/a renal/a : tidak terkaji
femoralis
Perkusi
Suara perkusi : tidak terkaji
abdomen
Perkusi ginjal : tidak terkaji
Ascites
Palpasi
Tanda nyeri : tidak terkaji
Massa : tidak terkaji
Hidrasi kulit : tidak terkaji
Hepar : tidak terkaji
Lien : tidak terkaji
g. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas Atas Dan Bawah) :
Inspeksi :
ekstemitas atas terdapat luka bakar regio brachial dextra grade III,
ekstremitas bawah terdapat luka bekas amputasi setinggi lutut pada ke
dua kaki.

3.5 Pemeriksaan diagnostic

1. Pemeriksaan laboratorium
Parameter (unit) Hasil Batas normal
hemoglobin 9,7 g/dL 13-17 g/dL
leukosit 20,900 µ/L 5,000-10,000 µ/L
albumin 2,6 mg/dL 3,8-5,1 g/dL
2. Pemeriksaan Antopometri
Pengukuran Lingkar lengan atas (LILA) : 25,7 cm

x 100%

x 100%

= 80,7% (Gizi Kurang)

27
3.6 Analisis Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS: Agen pencedera Nyeri akut
P: Nyeri timbul terus fisik (D.0077)
menerus
Q: Nyeri seperti ditusuk
tusuk dan terbakar
R: Nyeri pada luka bakar
regio brachial dextra dan
bekas operasi amputasi
pada kedua ekstremitas
bawah
S: Skala 8 (1-10)
T: Waktu terus menerus

DO:
1. Terdapat luka bakar
pada regio brachial dextra
dan bekas operasi
amputasi pada
ekstremitas bawah
2. wajah menyeringai

2. DS : Faktor Psikologis Deficit nutrisi


1. Klien mengatakan (D.0019)
sesudah sakit porsi makan
menjadi setangah
2. nafsu makan menurun
3. Nyeri pada ekstremitas
DO:

28
1. %Lila : 80,7% (gizi
kurang)
2. Mukosa bibir pucat
3. Albumin : 2,6 mg/dL
(kurang dari normal)

3.1 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen cedera fisik (luka bakar)
ditandai dengan nyeri pada luka bakar regio brachial dextra dan bekas
operasi amputasi pada kedua ekstremitas, nyeri timbul terus menerus,
nyeri seperti ditusuk-tusuk dan terbakar, skala nyeri 8, wajah menyeringai
2. Deficit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan factor psikologis ditandai
dengan saat sakit porsi makan menjadi setengah, nafsu makan menurun,
nyeri pada ekstremitas, % LILA : 80,7 % (kategori gizi kurang), albumin :
2,6 mg/Dl (kurang dari normal), mukosa bibir pucat)

29
3.2 Intervensi Keperawatan

No Diagnose (SDKI) Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Paraf


1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan intervensi 3x24 MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
£
Pencedera Fisik jam, diharapkan tingkat nyeri
1. Observasi Kel 10
menurun. Dengan kriteria hasil :
- lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
Tingkat Nyeri (L.08066)
intensitas nyeri
1. Menurunnya keluhan nyeri (5)
- Identifikasi skala nyeri
2. Membaiknya frekuensi nadi
(5) - Identifikasi respon nyeri non verbal

3. Membaiknya pola nafas (5) - Identifikasi faktor yang memperberat dan


memperingan nyeri

- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang


nyeri

- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang


sudah diberikan

30
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

2. Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis. Napas dalam, terapi
relaksasi benson)

- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri


(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam


pemilihan strategi meredakan nyeri

3. Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

31
mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Defisit Nutrisi b.d factor Setelah dilakukan intervensi 3x24 MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
£
psikologis jam, diharapkan kebutuhan nutrisi
1. Observasi Kel 10
tercukupi. Dengan kriteria hasil :
- Identifikasi status nutrisi
1. Asupan gizi dipertahankan
skala 2 (banyakmenyimpang) - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

ditingkatkan ke skala 5 (tidak - Identifikasi makanan yang disukai


menyimpang)
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
2. Asupan makanan
- Monitor asupan makanan
dipertahankan pada skala 2
(banyak menyimpang) - Monitor berat badan
ditingkatkan ke skala 5 (tidak
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
menyimpang)
2. Terapeutik
3. Asupan cairan dipertahankan
pada skala 2 (banyak - Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

menyimpang) ditingkatkan ke - Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.

32
skala 5 (tidak menyimpang) Piramida makanan)

4. Rasio berat badan/tinggi - Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
dipertahankan pada skala 2 sesuai
(banyak menyimpang)
- Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
ditingkatkan ke skala 5 (tidak
konstipasi
menyimpang)
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

- Berikan suplemen makanan, jika perlu

3. Edukasi

- Anjurkan posisi duduk, jika mampu

- Ajarkan diet yang diprogramkan

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan


(mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan


jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlU

33
3.1 Implementasi Keperawatan
Tanggal No. Pukul Implementasi Respon Paraf
Dx
Kep
8 Mei 1 07.00 - Melakukan identifikasi lokasi, - Pasien mengatakan nyeri luka dan luka
£
2022 karakteristik, durasi, frekuensi, post amputasi serta luka bakar yang
Kel 10
kualitas, intensitas nyeri lambat sembuh.
- Skala nyeri pasien 8 (1-10)
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Nyeri timbul terus menerus
- Mengidentifikasi respon nyeri non - Nyeri seperti ditusuk tusuk dan terbakar
verbal - Nyeri pada luka bakar regio brachial

- Mengidentifikasi faktor yang dextra dan bekas operasi amputasi pada


memperberat dan memperingan kedua ekstremitas bawah

nyeri - Pasien memahami factor pencetus nyeri


tersebut
- Mengidentifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri

- Mengidentifikasi pengaruh
budaya terhadap respon nyeri

- Mengidentifikasi pengaruh nyeri


34
pada kualitas hidup

9 Mei 1 07.30 - Memonitor keberhasilan terapi - Pasien mempraktikkan Teknik relaksasi


£
2022 komplementer yang sudah (mis. Napas dalam, terapi relaksasi
Kel 10
diberikan benson) untuk meredakan nyeri
- Pasien mengatakan pola istirahat tidurnya
- Memonitor efek samping
nyaman
penggunaan analgetik

- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Napas dalam, terapi relaksasi
benson)

- Mengontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

- Memfasilitasi istirahat dan tidur

35
10 Mei 1 08.00 - Mempertimbangkan jenis dan - Pasien mampu mengendalikan nyeri
£
2022 sumber nyeri dalam pemilihan secara mandiri
Kel 10
strategi meredakan nyeri - Pasien memahami cara untuk
mengurangi nyeri
- Menjelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri

- Menjelaskan strategi meredakan


nyeri

- Menganjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

- Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

- Menganjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

- Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

36
8 Mei 2 07.10 - Mengidentifikasi status nutrisi - Pasien mengatakan bahwa ia tidak
£
2022 memiliki alergi makanan
- Mengidentifikasi alergi dan Kel 10
- Semua makanan ia sukai
intoleransi makanan
- pasien mengatakan makan 3 kali sehari
- Mengidentifikasi makanan yang akan tetapi setengah porsi biasanya
disukai

- Mengidentifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient

9 Mei 2 07.40 - Memonitor asupan makanan - Pasien mengatakan sesudah sakit porsi
£
2022 makan menjadi setangah
- Memonitor berat badan Kel 10
- Nafsu makan menurun karena nyeri pada
- Memonitor hasil pemeriksaan ekstremitas
laboratorium - Didapatkan hasil % Lila : 80,7% (gizi

- Melakukan oral hygiene sebelum kurang)

makan, jika perlu - Mukosa bibir pucat


- Albumin : 2,6 mg/dL (kurang dari
- Memfasilitasi menentukan
normal)
pedoman diet (mis. Piramida
- Pasien mengatakan makan makanan yang
makanan)
telah disediakan
- Menyajikan makanan secara

37
menarik dan suhu yang sesuai

- Memberikan makan tinggi serat


untuk mencegah konstipasi

- Memberikan makanan tinggi


kalori dan tinggi protein

- Memberikan suplemen makanan,


jika perlu

10 Mei 2 08.10 - Menganjurkan posisi duduk, jika - Menu makanan yang dianjurkan oleh tim
£
2022 mampu ahli gizi sesuai dengan diit pada pasien
Kel 10
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan

- Berkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan

- (mis. Pereda nyeri, antiemetik),


jika perlu

- Berkolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah kalori

38
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

39
3.1 Evaluasi Keperawatan

Tanggal No. Dx Evaluasi Paraf

10 Mei 2022 1 S : pasien mengatakan masih nyeri tetapi tidak separah yang sebelumnya
£
O : wajah terlihat masih kurang tenang, menyeringai, skala nyeri dari skala 8 Kel 10
menjadi skala 4,

TD : 120/80 mmHg

Suhu Tubuh : 36,9 oC

Denyut Nadi : 70 kali / menit

Respirasi : 18 kali / menit


A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi (melakukan implementasi ulang dan memberikan health
education kepada pasien dan keluarga tentang cara mengontrol nyeri)

10 Mei 2022 2 S : pasien mengatakan nafsu makan sedikit membaik tetapi makan masih
£
sedikit, nyeri juga agak mendingan
Kel 10
O : porsi makan tidak habis, mukosa bibir lembap

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi (berikan health education kepada pasien dan keluarga


40
tentang manajemen nutrisi supaya pola nutrisi pasien tetap stabil guna untuk
mempercepat kesembuhan luka bakar dan bekas operasi amputasi

41
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh


sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi
pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan
tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi. Perlunya peran perawat dalam memberikan
asuhan komperhensif dalam perawatan pasien pasca amputasi dengan tujuan
mencapai keseimbangan kondisi fisik maupun psikis pasien.

4.2 Saran

Sebaiknya pasien yang mengalami operasi amputasi membuatkan alat gerak


ganti untuk mengembalikan bagian yang telah hilang. Karena selain untuk
menambah citra tubuh menjadi lebih baik, pembuatan prosthesis juga membantu
secara anatomis dan dalam aktivitas fungsional.

42
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiansyah, A. O. (2017). Kanker Kulit Dan Sarkoma Jaringan Lunak. In


Surgery Mapping Seri Onkologi (p. 122 hlm). Surabaya: Airlangga
University Press.

Pratama, A. D. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Amputasi


Transtibial Akibat Chronic Limb Ischemia di RSPAD Gatot Soebroto.
Jurnal Vokasi Indonesia, 6(2), 33-40.

Risnanto, & Insani, U. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.

Santi, M. D. M. & Rachmad, N., 2018. Gambaran Body Image Pasien Pasca
Amputasi Transtibial Setelah Menggunakan Transtibial Prothesis. Jurnal
Keterapian Fisik, 3(2), pp. 58-111.

Grzebień, A., Chabowski, M., Malinowski, M., Uchmanowicz, I., Milan, M. and
Janczak, D., 2017. Analysis of selected factors determining quality of life
in patients after lower limb amputation- a review article. Polish Journal of
Surgery, 89(2), pp.57–61.

Markatos, K., Karamanou, M., Saranteas, T. and Mavrogenis, A.F., 2019.


Hallmarks of amputation surgery. International Orthopaedics, 43(2),
pp.493–499.

Maya Santi, M.D. and Rachmad, N., 2018. Gambaran Body Image Pasien Pasca
Amputasi Transtibial Setelah Menggunakan Transtibial Prosthesis. Jurnal
Keterapian Fisik, 3(2), pp.89–99.

McDonald, C.L., Westcott-McCoy, S., Weaver, M.R., Haagsma, J. and Kartin, D.,
2021. Global prevalence of traumatic non-fatal limb amputation.
Prosthetics and orthotics international, [online] 45(2). Available at:
<https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33274665/> [Accessed 13 Apr. 2022].

43

Anda mungkin juga menyukai