Anda di halaman 1dari 11

HUKUM INVESTASI DAN PASAR MODAL

Di Susun
Oleh :
KELOMPOK 6

1. Wiranda Parwati (1908016175)


2.
3. Sandra Herlyana Susanto (2008016241)
4. Kezia Bakarbessy (2208016321)
5. Violeta Syalomita. D (2008016008)
6. Farhan Amin (2008016033)
7.

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut dengan Corporate Social
Responsibility (disingkat dengan CSR) pada prinsipnya merupakan kegiatan yang
berawal dari kesadaran perusahaan dan bersifat sukarela. Secara konseptual CSR
adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam
operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Dalam Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 (selanjutnya
disingkat UUPM), dinyatakan bahwa “ Penanaman modal adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia”. Sedangkan tujuan dari dikeluarkannya UUPM adalah untuk memberikan
kepastian hukum serta adanya transparansi dan tidak membeda-bedakan serta
memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar negeri.

Kewajiban untuk melaksanakan CSR bagi setiap penanam modal diatur dalam Pasal
15 huruf b UUPM No. 25 Tahun 2007 yang menyatakan “Setiap penanam modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Penjelasan pasal ini
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan
adalah tanggung jawab yang melekat pada perusahaan penanaman modal untuk
tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,
nilai, norma, dan budaya masyarakat. Apabila tidak dilakukan maka dapat diberikan
sanksi administrasi berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha,
pembekuan, hingga pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal
(Pasal 34 ayat 1 UUPM).
Kewajiban untuk melaksanakan CSR juga diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang
Perseroan Terbatas (selanjutnya ditulis UUPT) Nomor 40 Tahun 2007 sebagai
berikut:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
(2) Kewajiban tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutann dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat 1
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Untuk menarik investasi, di Indonesia telah diberlakukan berbagai insentif baik


berupa insentif fiskal maupun insentif nonfiskal. Kebijakan fiskal terutama berupa
fasilitas kepabeanan dan perpajakan, yang merupakan harapan besar bagi investor.
Harapan ini akan selalu disikapi oleh investor terkait pemberian fasilitas pembebasan
PPN, keringanan PPh, PPh Pasal 22 Impor, Bea Masuk, dan keringanan Pajak Bumi
dan Bangunan. Sedangkan kebijakan non fiskal yang diharapkan pengusaha akan
segera diimplementasikan adalah terkait masalah perijinan, pertanahan, ketersediaan
infrastruktur yang memadai serta sistem ketenaga kerjaan yang jelas. Jadi
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya tidak semata-mata karena
mengejar insentif fiskal belaka.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab penanam modal di
PT. Manna Berkat Sejati?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam memberikan keringanan baik itu
keringanan fiskal maupun keringanan non fiskal terhadap PT. Manna Berkat
Sejati?

C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya setiap penelitian diharapkan mempunyai hasil yang bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang memerlukan. Hal ini menjadi
tanggung jawab penulis dalam berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas ilmu
pengetahuan yang terus berkembang. Adapun tujuan penelitian dari penulisan ini
adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pelaksanaan kewajiban dan
tanggung jawab penanam modal di PT. Manna Berkat Sejati.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peran pemerintah dalam
memberikan keringanan baik itu keringanan fiskal maupun keringanan non
fiskal terhadap PT. Manna Berkat Sejati.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Kewajiban Dan Tanggung Jawab Penanam Modal Di PT.


Manna Berkat Sejati.
Analisis mengenai pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab penanam
modal di PT. Manna Berkat Sejati dapat dilakukan dengan merujuk pada hukum
investasi yang berlaku, dalam konteks hukum investasi sebagai berikut :
1) Peraturan Investasi :
Mengidentifikasi peraturan dan undang-undang investasi yang berlaku
di Indonesia, PT. Manna Berkat Sejati beroperasi. Ini dapat mencakup
undang-undang tentang kepemilikan saham, izin investasi, dan regulasi
sejenisnya.
Di Indonesia, hukum investasi dan regulasi yang berkaitan dengan
kepemilikan saham, izin investasi, dan sejenisnya dapat mencakup berbagai
peraturan dan undang-undang. Beberapa peraturan dan undang-undang
utama yang perlu diperhatikan adalah :
a) Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal :
Undang-Undang ini merupakan kerangka dasar yang mengatur investasi
di Indonesia. Ini mencakup ketentuan-ketentuan umum tentang investasi,
termasuk persyaratan izin, investasi asing, dan kepemilikan saham.
b) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pendaftaran
Perusahaan :
Regulasi ini mengatur prosedur dan persyaratan pendaftaran perusahaan,
termasuk yang berhubungan dengan kepemilikan saham dan izin usaha.
c) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas :
Undang-Undang ini mengatur tentang pendirian dan pengelolaan
perseroan terbatas (PT), yang merupakan bentuk perusahaan yang paling
umum digunakan untuk investasi di Indonesia. Ini mencakup ketentuan
tentang kepemilikan saham, hak pemegang saham, dan tanggung jawab
manajemen PT.
d) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) :
BKPM adalah badan pemerintah yang mengawasi investasi di Indonesia.
Mereka mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan terkait izin
investasi dan perizinan usaha.
e) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) :
OJK mengatur sektor keuangan di Indonesia dan memiliki peraturan
terkait kepemilikan saham dan investasi di perusahaan yang terdaftar di
bursa efek.
f) Perjanjian Investasi Bilateral (Bilateral Investment Treaties - BITs) :
Indonesia juga memiliki sejumlah BITs dengan negara-negara lain yang
mengatur perlindungan investasi dan hak penanam modal asing.
g) Peraturan mengenai Investasi Asing :
Investasi asing di Indonesia dapat tunduk pada persyaratan khusus yang
diatur dalam peraturan terpisah, termasuk dalam sektor-sektor tertentu
seperti pertambangan dan perkebunan.
h) Peraturan sektoral :
Selain regulasi umum di atas, sektor-sektor tertentu di Indonesia mungkin
memiliki peraturan khusus yang mengatur izin investasi, kepemilikan
saham, dan operasional.
2) Kontrak Investasi :
Penanam modal biasanya memiliki kewajiban yang diatur dalam
perjanjian investasi. Ini termasuk kontrak saham, perjanjian kemitraan,
atau dokumen lain yang mengatur hubungan antara penanam modal dan
perusahaan.
3) Kewajiban Finansial :
Penanam modal memiliki kewajiban finansial seperti menyetor modal,
pembayaran dividen, atau kontribusi tambahan sesuai dengan perjanjian
investasi.
4) Hak dan Perlindungan :
Hukum investasi biasanya memberikan hak dan perlindungan kepada
penanam modal, termasuk hak untuk informasi keuangan, partisipasi
dalam pengambilan keputusan penting, dan perlindungan hukum
terhadap penyalahgunaan oleh perusahaan.
5) Tanggung Jawab Manajemen :
Mempertimbangkan tanggung jawab manajemen perusahaan terhadap
penanam modal. Ini mencakup tugas manajemen untuk menjalankan
perusahaan dengan itikad baik dan mematuhi peraturan yang berlaku.
6) Penyelesaian Sengketa :
Jika terjadi sengketa antara penanam modal dan perusahaan, hukum
investasi biasanya memiliki mekanisme penyelesaian sengketa, seperti
arbitrase atau pengadilan.
7) Perubahan Hukum dan Kebijakan :
Perubahan dalam hukum investasi atau kebijakan pemerintah dapat
berdampak pada kewajiban dan tanggung jawab penanam modal, oleh
karena itu, mereka perlu selalu memantau perkembangan hukum.

Dari analisis yang telah disampaikan di atas, dapat diambil kesimpulan


penting tentang pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab penanam modal
di PT. Manna Berkat Sejati dalam konteks hukum investasi di Indonesia:
• Kepemilikan Saham dan Izin Investasi :
Penanam modal di PT. Manna Berkat Sejati harus mematuhi peraturan
investasi yang ketat di Indonesia, termasuk persyaratan kepemilikan
saham dan perizinan investasi yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Penanaman Modal dan peraturan lainnya. Ini menunjukkan pentingnya
memahami dan mematuhi aturan hukum terkait kepemilikan saham dan
perizinan investasi.
 Peran BKPM dan OJK :
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) adalah entitas penting yang mengawasi aspek investasi dan
keuangan di Indonesia. Mereka memiliki peran kunci dalam memberikan
izin investasi dan mengatur kepemilikan saham di perusahaan yang
terdaftar di bursa efek. Oleh karena itu, interaksi dengan entitas ini
adalah bagian integral dari pelaksanaan kewajiban penanam modal.
 Perjanjian Investasi :
Kontrak investasi, seperti kontrak saham dan perjanjian kemitraan, adalah
instrumen penting yang mengatur hak, kewajiban, dan tanggung jawab
penanam modal di PT. Manna Berkat Sejati. Penanam modal harus
memahami dengan baik isi kontrak ini dan mematuhi ketentuannya.
 Hak dan Perlindungan :
Hukum investasi memberikan hak dan perlindungan kepada penanam
modal, termasuk hak untuk informasi yang akurat, partisipasi dalam
pengambilan keputusan, dan perlindungan hukum terhadap pelanggaran
oleh perusahaan. Ini memberikan dasar penting untuk perlindungan
investasi dan kepentingan penanam modal.
 Tanggung Jawab Manajemen :
Tanggung jawab manajemen perusahaan adalah faktor penting dalam
hubungan dengan penanam modal. Manajemen harus menjalankan
perusahaan dengan itikad baik, mematuhi regulasi, dan menjaga
kepentingan penanam modal.
 Penyelesaian Sengketa :
Hukum investasi menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa jika
terjadi perselisihan antara penanam modal dan perusahaan. Ini dapat
melibatkan arbitrase atau pengadilan sesuai dengan kontrak investasi dan
hukum yang berlaku.
 Perubahan Hukum dan Kebijakan :
Perubahan dalam hukum investasi atau kebijakan pemerintah dapat
memiliki dampak signifikan pada kewajiban dan tanggung jawab
penanam modal. Oleh karena itu, penanam modal perlu selalu memantau
perubahan hukum dan kebijakan yang berlaku.

Kesimpulannya, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab penanam


modal di PT. Manna Berkat Sejati sangat dipengaruhi oleh berbagai peraturan
investasi, perjanjian investasi, hak-hak, perlindungan hukum, dan perubahan
hukum yang berlaku di Indonesia.

2. Peran Pemerintah Dalam Memberikan Keringanan Fiskal Atau


Keringanan Non Fiskal Terhadap PT. Manna Berkat Sejati.

1. Keringanan Fiskal
Pada dasarnya menurut Pasal 19 Perka BKPM No. 12/2009, bagi
Perusahaan penanaman modal dalam negeri yang bidang usahanya dapat
memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya
memerlukan fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip. Sedangkan bagi
Perusahaan penanaman modal dalam negeri yang bidang usahanya tidak
memperoleh fasilitas fiskal dan/atau dalam pelaksanaan penanaman
modalnya tidak memerlukan fasilitas fiskal, tidak diwajibkan memiliki Izin
Prinsip.
Permohonan Izin Prinsip tersebut diajukan ke PTSP BKPM, PTSP
PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai dengan kewenangannya. Bagi Perusahaan
penanaman modal dalam negeri yang dalam pengurusan perizinan
pelaksanaan penanaman modalnya wajib memiliki akta dan pengesahan
pendirian perusahaan atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi perusahaan
perorangan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Perusahaan penanaman
modal dalam negeri tersebut dapat melakukan Pendaftaran apabila
diperlukan dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman modalnya.
Adapun yang dimaksud dengan fiskal dan non fiskal yang tidak hanya
berlaku bagi PMDN maupun PMA sebagaimana ketentuan Pasal 18 Perka
BKPM No. 12/2009 adalah sebagai berikut :
a) Fasilitas bea masuk atas impor mesin;
b) Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan; dan
c) Usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) badan.

Kebijakan fiskal dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :


1. Fiskal tax allowed
Kebijakan tax allowance saat ini diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 78/2019 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)
untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau di
Daerah-Daerah Tertentu, merevisi dari PP No.9/2016 dengan perubahan
yaitu pemerintah memperluas bidang usaha yang dapat memperoleh
insentif. Dalam hal ini PT. Manna Berkat Sejati tidak mendapatkan
keringanan tax allowed.
2. Fiskal tax holiday
Kebijakan tax holiday saat ini diatur dalam PMK
No.150/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan, merevisi dari PMK sebelumnya yaitu PMK 35/2018
dengan pembaruan, yaitu industri pionir yang menanamkan modalnya
minimal Rp 100 miliar dapat memperoleh pengurangan pajak penghasilan
badan atas penghasilan yang diterima, selain itu, terjadi penambahan dua
sektor dan dua sektor yang digabungkan menjadi satu. Dalam hal ini PT.
Manna Berkat Sejati tidak mendapatkan keringanan tax holiday karena
tidak memenuhi kategori dari fiskal ini.

Ditinjau dari pemahaman tersebut serta wawancara dengan PT.


Manna Berkat Sejati maka diketahui bahwa dalam perusahaan ini tidak
mendapatkan keringan fiskal baik fiskal tax allowed atau fiskal tax holiday,
karena pada keterangan yang di dapat bahwa hingga saat ini tidak ada
penanaman modal yang dilakukan dalam PT. Manna Berkat Sejati, selain itu
sesuai kebijakan yang ada bahwa tidak termasuk dalam hal tersebut.
Sehingga pemerintah tidak memberikan keringanan pada fasilitas fiskal ini.

2. Keringanan Non Fiskal


Fasilitas non fiskal adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan
kemudahan pelayanan kepada pihak –pihak tertentu di luar fiskal. Pelayanan
non fiskal di bidang penanaman modal terdiri, meliputi :
a. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P)
b. Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
c. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA. 01)
d. Izin Mempekerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA)
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 27 tahun 2009 Pemerintah menetapkan
kebijakan yang mendasar untuk mempercepat pelayan non perizinan-non
fiskal melalui PTSP.
Namun berdasarkan hasil wawancara bahwa dalam hal ini PT. Manna Berkat
Sejati tidak mendapatkan keringanan fasilitas non fiskal, berdasarkan
peraturan yang berlaku bahwa PT. Manna Berkat Sejati tidak memenuhi
ketentuan dalam kebijakan tersebut sebab dalam hasil yang ada belum ada
proses penanaman modal di perusahaan tersebut.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL

Putu Eka Trisna Dewi, Ni Ketut Wiratny. 2018. Urgensi Kebijakan Penanaman Modal
Non Fiskal Terkait Fasilitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Ptsp) Di Bidang
Keimigrasian Di Indonesia. Jurnal Aktual Justice. Vol.3, No.1

Maradona, Ian. 2013. Implikasi Ketentuan Insentif Pajak (Tax Holiday/ Tax
Allowance) terhadap Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Program
Magister Hukum Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai