Hk. Investasii
Hk. Investasii
Di Susun
Oleh :
KELOMPOK 6
A. Latar Belakang
Tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut dengan Corporate Social
Responsibility (disingkat dengan CSR) pada prinsipnya merupakan kegiatan yang
berawal dari kesadaran perusahaan dan bersifat sukarela. Secara konseptual CSR
adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam
operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Dalam Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 (selanjutnya
disingkat UUPM), dinyatakan bahwa “ Penanaman modal adalah segala bentuk
kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia”. Sedangkan tujuan dari dikeluarkannya UUPM adalah untuk memberikan
kepastian hukum serta adanya transparansi dan tidak membeda-bedakan serta
memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar negeri.
Kewajiban untuk melaksanakan CSR bagi setiap penanam modal diatur dalam Pasal
15 huruf b UUPM No. 25 Tahun 2007 yang menyatakan “Setiap penanam modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Penjelasan pasal ini
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan
adalah tanggung jawab yang melekat pada perusahaan penanaman modal untuk
tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,
nilai, norma, dan budaya masyarakat. Apabila tidak dilakukan maka dapat diberikan
sanksi administrasi berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha,
pembekuan, hingga pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal
(Pasal 34 ayat 1 UUPM).
Kewajiban untuk melaksanakan CSR juga diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang
Perseroan Terbatas (selanjutnya ditulis UUPT) Nomor 40 Tahun 2007 sebagai
berikut:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
(2) Kewajiban tersebut diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutann dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat 1
dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab penanam modal di
PT. Manna Berkat Sejati?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam memberikan keringanan baik itu
keringanan fiskal maupun keringanan non fiskal terhadap PT. Manna Berkat
Sejati?
C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya setiap penelitian diharapkan mempunyai hasil yang bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang memerlukan. Hal ini menjadi
tanggung jawab penulis dalam berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas ilmu
pengetahuan yang terus berkembang. Adapun tujuan penelitian dari penulisan ini
adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pelaksanaan kewajiban dan
tanggung jawab penanam modal di PT. Manna Berkat Sejati.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana peran pemerintah dalam
memberikan keringanan baik itu keringanan fiskal maupun keringanan non
fiskal terhadap PT. Manna Berkat Sejati.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keringanan Fiskal
Pada dasarnya menurut Pasal 19 Perka BKPM No. 12/2009, bagi
Perusahaan penanaman modal dalam negeri yang bidang usahanya dapat
memperoleh fasilitas fiskal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya
memerlukan fasilitas fiskal, wajib memiliki Izin Prinsip. Sedangkan bagi
Perusahaan penanaman modal dalam negeri yang bidang usahanya tidak
memperoleh fasilitas fiskal dan/atau dalam pelaksanaan penanaman
modalnya tidak memerlukan fasilitas fiskal, tidak diwajibkan memiliki Izin
Prinsip.
Permohonan Izin Prinsip tersebut diajukan ke PTSP BKPM, PTSP
PDPPM, atau PTSP PDKPM sesuai dengan kewenangannya. Bagi Perusahaan
penanaman modal dalam negeri yang dalam pengurusan perizinan
pelaksanaan penanaman modalnya wajib memiliki akta dan pengesahan
pendirian perusahaan atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi perusahaan
perorangan, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Perusahaan penanaman
modal dalam negeri tersebut dapat melakukan Pendaftaran apabila
diperlukan dalam pengurusan perizinan pelaksanaan penanaman modalnya.
Adapun yang dimaksud dengan fiskal dan non fiskal yang tidak hanya
berlaku bagi PMDN maupun PMA sebagaimana ketentuan Pasal 18 Perka
BKPM No. 12/2009 adalah sebagai berikut :
a) Fasilitas bea masuk atas impor mesin;
b) Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan; dan
c) Usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) badan.
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL
Putu Eka Trisna Dewi, Ni Ketut Wiratny. 2018. Urgensi Kebijakan Penanaman Modal
Non Fiskal Terkait Fasilitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Ptsp) Di Bidang
Keimigrasian Di Indonesia. Jurnal Aktual Justice. Vol.3, No.1
Maradona, Ian. 2013. Implikasi Ketentuan Insentif Pajak (Tax Holiday/ Tax
Allowance) terhadap Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta : Program
Magister Hukum Universitas Indonesia