Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSYCHOLOGYCAL FIRST AID

Manajemen Bencana

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Atria Dzhara Widya 1902023
Chindy Claudia Nengsih 1902025
Fadhilah Dwi Cahya Ningrum 19020
Puja Yuwingga 19020
Tifani Mardea 1902046

Dosen Pengampu :
Rifdha Wahyuni, M.Psi, Psikolog

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


hidayah, inayah-Nya dan karunianya kepada penulis. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga
makalah kelompok dengan judul “Psichological First Aid” ini dapat
diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rifdha Wahyuni, M.Psi,


Psikolog sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Bencana yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah kelompok ini, serta atas
bantuan dari berbagai pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pemikirannya dalam penulisan makalah.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Padang, 3 Mei 2023

Kelompok 3

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

Psychological First Aid..........................................................................................3

A. Definisi Psycological First Aid (PFA)..........................................................3

B. Macam-Macam Metode PFA Disituasi Bencana..........................................5

C. Core Action Of PFA......................................................................................8

BAB III..................................................................................................................10

PENUTUP.............................................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Saran............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai macam kejadian krisis dan mengancam terjadi di dunia, misalnya


perang, bencana alam, kecelakaan, kebakaran, dan kekerasaan interpersonal
(contohnya: kekerasan seksual). Orang-orang mungkin kehilangan tempat tinggal
atau orang-orang terkasihnya, terpisah dari keluarga dan komunitasnya, atau
menjadi saksi dari suatu kekerasan, kehancuran, atau kematian. Sebagai
akibatnya, kejadian krisis ini dapat berdampak terhadap kondisi hidup individu,
keluarga, atau seluruh lapisan komunitas.

Setiap orang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menghadapi


tantangan-tantangan dalam hidupnya. Namun, pada beberapa orang yang sedang
berada di posisi yang rawan karena sedang menghadapi kejadian krisis, mereka
akan membutuhkan bantuan lebih untuk menyelesaikan tantangan hidupnya.
Misalkan: sebuah kelompok berisiko akan membutuhkan bantuan tambahan
karena usia mereka (anak-anak, lanjut usia), disabilitas fisik dan mental yang
dimilikinya, atau karena mereka masuk dalam kategori kelompok yang
terpinggirkan/minoritas.

PFA telah digunakan oleh banyak organisasi bantuan kemanusiaan


internasional, termasuk IASC (Inter-Agency Standing Committee) dan Sphere
Project. PFA adalah sebuah upaya pemulihan psikologis bagi orang-orang
terdampak bencana/krisis. Pada 2009, World Health Organization (WHO) telah
mengevaluasi bukti-bukti empiris dan menjelaskan bahwa PFA lebih penting
daripada intervensi psikologis dan harus segera dilakukan untuk orang-orang yang
tertekan karena baru saja mengalami kejadian traumatis. Hal ini menunjukkan
bahwa ilmu pengetahuan menjadi dasar munculnya kesepakatan internasional
dalam tata cara pemberian pertolongan psikologis untuk orang-orang terdampak
bencana/krisis sesegera mungkin.

1
B. Rumusan Masalah

Makalah ini ini akan membahas tentang bagaimana cara memberikan


Pertolongan Psikologis Pertama (Psychological First Aid) yang dapat dipahami
dan dipedomani sebagai acuan untuk penanganan pada korban bencana.

C. Tujuan

Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas tentang cara memberikan


Pertolongan Psikologis Pertama (Psychological First Aid) yang dapat dipahami
dan dipedomani sebagai acuan untuk penanganan pada korban bencana dan dapat
menjadi acuan dalam melakukan rujukan bagi korban memerlukan rehabilitasi.

2
BAB II

Psychological First Aid

A. Definisi Psycological First Aid (PFA)

Pertolongan Pertama Psikologis (PFA) adalah pendekatan modular


berdasarkan bukti untuk membantu anak-anak, remaja, dewasa, dan keluarga
segera setelah bencana dan terorisme. Individu yang terkena dampak bencana atau
insiden traumatis, baik korban selamat, saksi, atau responden peristiwa tersebut,
mungkin berjuang dengan atau menghadapi tantangan baru setelah peristiwa
tersebut. PFA dikembangkan oleh National Child Traumatic Stress Network dan
National Center for PTSD, dengan kontribusi dari individu yang terlibat dalam
penelitian dan tanggap bencana. PFA dirancang untuk mengurangi tekanan awal
yang disebabkan oleh peristiwa traumatis dan untuk mendorong fungsi adaptif dan
koping jangka pendek dan jangka panjang.

PFA tidak berasumsi bahwa semua penyintas akan mengalami masalah


kesehatan mental yang parah atau kesulitan jangka panjang dalam pemulihan.
Sebaliknya, ini didasarkan pada pemahaman bahwa korban bencana dan orang
lain yang terkena dampak peristiwa tersebut akan mengalami berbagai reaksi awal
(misalnya, fisik, psikologis, perilaku, spiritual). Beberapa dari reaksi ini akan
menyebabkan tekanan yang cukup untuk mengganggu koping adaptif, dan
pemulihan dapat dibantu dengan dukungan dari penanggap bencana yang welas
asih dan peduli. Tindakan inti PFA merupakan tujuan dasar untuk memberikan
bantuan dini dalam beberapa hari atau minggu setelah suatu peristiwa. Penyedia
harus fleksibel, dan mendasarkan jumlah waktu yang mereka habiskan pada setiap
tindakan inti pada kebutuhan dan perhatian khusus para penyintas. Keterampilan
inti dirancang untuk membantu dalam menangani kebutuhan dan kekhawatiran
para penyintas dan responden. PFA dirancang untuk pengiriman dalam berbagai
pengaturan.

Pekerja kesehatan mental dan tanggap bencana lainnya dapat dipanggil


untuk memberikan Pertolongan Pertama Psikologis di tempat penampungan

3
populasi umum, tempat penampungan kebutuhan khusus, rumah sakit lapangan
dan area triase medis, fasilitas perawatan akut (mis., Departemen Darurat), area
persiapan atau pusat istirahat untuk responden pertama atau pekerja bantuan
lainnya, pusat operasi darurat, hotline krisis atau bank telepon, lokasi makan,
pusat layanan bantuan bencana, pusat penerimaan dan bantuan keluarga, rumah,
bisnis, dan pengaturan komunitas lainnya

Pertolongan pertama psikologis, atau biasa yang disebut sebagai PFA


(Psychological First Aid) merupakan serangkaian tindakan yang diberikan guna
membantu menguatkan mental seseorang yang mengalami krisis (WHO, 2009).
Pengertian dari peristiwa krisis itu sendiri memiliki pandangan yang berbeda bagi
setiap individu. Hal ini dikarenakan krisis merupakan insiden yang memberikan
dampak tekanan dan pengalaman traumatis pada korbannya. Krisis terjadi
berdasarkan penilaian masing-masing individu terhadap suatu peristiwa sehingga
tidak bisa disamaratakan.

PFA tidak bisa diterapkan kepada seluruh orang yang mengalami krisis.
Hal tersebut merupakan hasil dari bagaimana tiap individu menanggapi krisis
yang mereka alami. Sebagian memiliki reaksi yang cenderung ekstrem, namun
sebagian juga memiliki reaksi sebaliknya. Sebagai penolong, sangatlah penting
untuk memperhatikan kebutuhan masing-masing individu dengan tidak
memaksakan kehendak mereka. Adapun para penyintas yang memiliki reaksi
ekstrem dan tergolong membutuhkan PFA seringkali menunjukkan perilaku dan
perasaan yang sangat terpukul, mengalami cedera yang cukup serius, bahkan
hingga tidak bisa mengurus diri sendiri.

Pada dasarnya, pertolongan pertama psikologis dilakukan spesifik untuk


mengobati luka-luka batin yang membekas pada orang-orang yang baru saja
mengalami pengalaman traumatis. Hal ini diterapkan untuk dapat meringankan
beban para penyintas dengan mengurangi dampak-dampak psikologis yang
dirasakan seperti rasa stress dan tertekan. PFA dilakukan untuk membantu
individu mengembangkan koping fungsional dalam jangka pendek maupun jangka
panjang yang diakibatkan oleh stres yang mereka rasakan (National Child
Traumatic Stress Network and National Center for PTSD, 2006).

4
PFA juga turut memainkan peran untuk menumbuhkan harapan dalam diri
penyintas dengan merasa lebih tenang, aman dan terhubung. Penolong tentunya
harus memastikan bahwa seluruh penyintas yang ditolong memiliki akses
terhadap dukungan sosial, emosional, juga fisik yang memadai. PFA diberikan
ketika penolong pertama kali melakukan kontak dengan penyintas yang baru saja
mengalami peristiwa traumatis. Adapun waktu pemberiannya beragam; beberapa
memilih untuk langsung menolong, namun PFA juga bisa diberikan beberapa hari
atau minggu setelah krisis berlangsung. Pemberian PFA akan bergantung pada
tingkat keparahan serta lamanya krisis terjadi.

B. Macam-Macam Metode PFA Disituasi Bencana

Dalam pelaksanaannya, PFA memiliki tiga prinsip yang berupa proses


jalannya pertolongan pertama itu sendiri. Prinsip tersebut terdiri dari:

 Look (Amati)

Prinsip pertama mencakup bagaimana penolong mengamati


lingkungan serta kondisi yang mengelilingi para penyintas. Di sini, akan
lebih baik untuk penolong untuk bisa lebih sensitif terhadap penyintas
dengan reaksi yang cukup serius.

 Listen (Dengar)

Mendengarkan aktif merupakan komponen utama dalam prinsip ini. Di


proses kedua, penolong mendekati para penyintas dengan
membangun rapport dan mengembangkan kemampuan mendengarkan
aktif untuk memahami apa yang mereka rasakan. Dengan mendengarkan
aktif, penolong juga dapat lebih mendalami hal-hal yang menjadi
kebutuhan utama bagi para penyintas.

 Link (Hubungkan)

Prinsip terakhir ini merupakan penerapan dari prinsip sebelumnya, dimana


penolong akan membantu penyintas untuk dapat memenuhi kebutuhan
dasar serta mengatasi permasalahan yang mereka alami. Tidak hanya

5
berhenti sampai di situ, penolong juga dapat memberikan informasi yang
mereka ketahui dan mencoba menghubungkan penyintas dengan keluarga
mereka maupun pihak-pihak terkait yang memiliki bantuan yang
dibutuhkan oleh penyintas.

Ketiga prinsip diatas merupakan langkah-langkah yang membantu


penolong dalam mengaplikasikan PFA kepada para penyintas. Namun, masih
terdapat beberapa hal lain yang yang perlu diperhatikan dalam memberikan
pertolongan pertama psikologis, di antaranya adalah (National Child Traumatic
Stress Network and National Center for PTSD, 2006; WHO, 2009):

1. PFA bukan merupakan terapi.

2. PFA bisa diberikan oleh siapa saja yang sudah memahami makna serta
prinsip-prinsip yang tertera dalam PFA, terutama melalui pelatihan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan mental profesional.

3. Sangat penting bagi para penolong untuk menjaga diri sendiri terlebih
dahulu sebelum menolong yang lain. Pada saat memberikan pertolongan,
menjaga kesehatan mental diri sendiri sebagai penolong merupakan hal
yang utama.

4. Mendengarkan aktif merupakan kunci utama penolong agar dapat


memberikan PFA dengan lancar. Salah satu upayanya adalah dengan tidak
memaksakan kehendak penyintas untuk menceritakan seluruh peristiwa
yang mereka alami.

5. Merupakan hal yang wajar apabila terdapat penyintas berasal dari budaya
yang berbeda dengan penolong. Untuk itu, penolong harus
bisa menyesuaikan perilaku sesuai dengan budaya yang dianut penyintas
atau dengan penolong lainnya.

6. Salah satu perilaku yang dapat dihindari adalah dengan tidak membuat
asumsi terhadap apa yang para penyintas telah alami.

6
7. Elemen utama dalam PFA adalah untuk membantu penyintas mengatasi
permasalahan yang dialami sehingga sangat penting untuk membuat
penyintas lebih berdaya dan tidak bergantung pada penolong.

PFA atau psychological first aid hadir untuk membantu individu yang
sedang mengalami musibah dalam hidup. Tentunya, luka batin yang dialami tidak
bisa dibiarkan terus mengendap dan mengarah pada tindakan-tindakan negatif.
Oleh karena itu, sangat krusial bagi penolong untuk bisa membantu mengenali
potensi yang dimiliki penyintas agar dapat meningkatkan daya mereka dalam
mengatasi permasalahan yang akan datang.

Psychological First Aid (PFA) atau yang bisa juga disebut bantuan pertama
psikologis adalah intervensi psikologi yang diberikan pada individu atau
kelompok yang baru saja mengalami kejadian krisis. Kejadian krisis yang
dimaksud dapat berupa peristiwa kehilangan yang dialami dalam kehidupan
sehari-hari, peristiwa yang sangat mengejutkan sehingga menimbulkan kecemasan
atau ketakutan, ataupun ketika individu baru saja mengalami kecelakaan atau
bencana alam. PFA diberikan sesegera mungkin setelah individu mengalami
situasi krisis. PFA yang diberikan bersifat praktikal dan dalam waktu singkat, serta
disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu. PFA dapat dilakukan oleh siapa
saja dan tidak harus dari profesional.

C. Core Action Of PFA

Hal yang paling penting adalah memahami prinsip dasar PFA. Terdapat 6
prinsip dasar yaitu melihat, mendengar, membuat nyaman, memberikan koneksi,
memberikan rasa perlindungan, dan memberikan harapan.

1. Melihat artinya mengamati keadaan penyintas dan lingkungan sekitar.

Keadaan penyintas yang diamati termasuk emosi yang sedang


dirasakannya, dan apakah penyintas terlihat ingin berkomunikasi.

7
Sedangkan untuk lingkungan sekitar, kita harus mengamati sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penyintas.

2. Mendengar di sini adalah mendengar aktif, dimana kita berusaha agar


penyintas merasa dirinya diterima apa adanya.

3. Membuat nyaman bisa dilakukan dengan mengakomodasi kebutuhan dasar


seperti pengobatan luka fisik, memberikan sarana yang membuat rileks,
dan lain-lain.

4. Memberikan koneksi artinya mencari layanan yang sesuai dengan


kebutuhan penyintas saat itu. Misalnya saat membutuhkan transportasi
untuk menjenguk keluarga, kita memberi tahu bahwa terdapat layanan
transportasi gratis.

5. Memberikan rasa perlindungan artinya kita menjelaskan bahwa keadaan


penyintas saat ini aman sehingga ia tidak perlu khawatir.

6. Memberikan harapan yang realistis dilakukan dengan mengkomunikasikan


hal yang dapat mengurangi kecemasan berdasarkan bantuan yang telah
diterima penyintas saat ini, yang dapat mengurangi bebannya.

Selain untuk kasus paska bencana, PFA dapat diberikan kepada anak yang
mengalami kejadian kurang mengenakkan, misalnya, anak kehilangan orang tua
yang dikira menunggu pada hari pertama masuk sekolah. Tujuannya adalah untuk
memberikan rasa tenang pada anak, mengurangi kemungkinan berkembang
menjadi peristiwa traumatis, dan mencegah dampak masalah menjadi lebih besar.

Dalam PFA terdapat keterampilan yang harus dimiliki, yaitu mendengar aktif.
Terdapat tiga hal yang dilarang dalam mendengar aktif yaitu:

1. Menghakimi, yaitu tidak menarik kesimpulan atau membuat penilaian


yang membuat orang merasa mendapatkan penilaian yang kurang baik.

8
2. Menasehati, berarti tidak memberikan nasehat yang tidak perlu dalam
situasi tersebut, misalnya saat orang hanya ingin ceritanya didengarkan
atau perasaannya diterima.

3. Menginterogasi, berarti menahan diri untuk tidak menanyakan hal yang


tidak perlu diketahui dan hanya memuaskan rasa ingin tahu kita. Hal yang
harus dilakukan adalah menerima perasaan apapun yang sedang dimiliki
penyintas, terlepas dari emosi positif maupun negatif.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana memberikan dampak yang sangat merugikan, mulai dari korban jiwa,
kerusakan infrastruktur, dan kerugian material. Selain itu, bencana juga
memberikan dampak bagi psikologi orang yang terkena. Banyak upaya yang
diberikan dalam menangani dampak psikologi akibat trauma dengan bencana.
Upaya tersebut dikenal dengan PFA (Psychological First Aid). PFA dapat
diberikan untuk siapa saja, dan kapan saja.

B. Saran

Dengan dituliskan makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami PFA


yang merrupakan salah satu terapi yang masih belum banyak digunakan di
Indonesia. Selain itu, diharapakan juga bagi mahasiswa perawat untuk mengikuti
pelatihan PFA. Sehingga mampu membantu korban bencana dalam mengatasi
masalahnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Brymer, M., Jacobs, A., Layne, C., Pynoos, R., Ruzek, J., Steinberg, A., Vernberg,
E., & Watson, P. (2006). (National Child Traumatic Stress Network)
Psychological First Aid: Fields Operation Guide (2nd ed.). Retrieved
from www.nctsn.org and www.ncptsd.va.gov

WHO Universitas Airlangga. (2020). Pertolongan Psikologis Pertama: Panduan


Bagi Relawan Bencana. Airlangga University Press : Jawa Timur

11

Anda mungkin juga menyukai