MAKALAH PFA Kel 3
MAKALAH PFA Kel 3
Manajemen Bencana
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Atria Dzhara Widya 1902023
Chindy Claudia Nengsih 1902025
Fadhilah Dwi Cahya Ningrum 19020
Puja Yuwingga 19020
Tifani Mardea 1902046
Dosen Pengampu :
Rifdha Wahyuni, M.Psi, Psikolog
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang.
Kelompok 3
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
3
populasi umum, tempat penampungan kebutuhan khusus, rumah sakit lapangan
dan area triase medis, fasilitas perawatan akut (mis., Departemen Darurat), area
persiapan atau pusat istirahat untuk responden pertama atau pekerja bantuan
lainnya, pusat operasi darurat, hotline krisis atau bank telepon, lokasi makan,
pusat layanan bantuan bencana, pusat penerimaan dan bantuan keluarga, rumah,
bisnis, dan pengaturan komunitas lainnya
PFA tidak bisa diterapkan kepada seluruh orang yang mengalami krisis.
Hal tersebut merupakan hasil dari bagaimana tiap individu menanggapi krisis
yang mereka alami. Sebagian memiliki reaksi yang cenderung ekstrem, namun
sebagian juga memiliki reaksi sebaliknya. Sebagai penolong, sangatlah penting
untuk memperhatikan kebutuhan masing-masing individu dengan tidak
memaksakan kehendak mereka. Adapun para penyintas yang memiliki reaksi
ekstrem dan tergolong membutuhkan PFA seringkali menunjukkan perilaku dan
perasaan yang sangat terpukul, mengalami cedera yang cukup serius, bahkan
hingga tidak bisa mengurus diri sendiri.
4
PFA juga turut memainkan peran untuk menumbuhkan harapan dalam diri
penyintas dengan merasa lebih tenang, aman dan terhubung. Penolong tentunya
harus memastikan bahwa seluruh penyintas yang ditolong memiliki akses
terhadap dukungan sosial, emosional, juga fisik yang memadai. PFA diberikan
ketika penolong pertama kali melakukan kontak dengan penyintas yang baru saja
mengalami peristiwa traumatis. Adapun waktu pemberiannya beragam; beberapa
memilih untuk langsung menolong, namun PFA juga bisa diberikan beberapa hari
atau minggu setelah krisis berlangsung. Pemberian PFA akan bergantung pada
tingkat keparahan serta lamanya krisis terjadi.
Look (Amati)
Listen (Dengar)
Link (Hubungkan)
5
berhenti sampai di situ, penolong juga dapat memberikan informasi yang
mereka ketahui dan mencoba menghubungkan penyintas dengan keluarga
mereka maupun pihak-pihak terkait yang memiliki bantuan yang
dibutuhkan oleh penyintas.
2. PFA bisa diberikan oleh siapa saja yang sudah memahami makna serta
prinsip-prinsip yang tertera dalam PFA, terutama melalui pelatihan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan mental profesional.
3. Sangat penting bagi para penolong untuk menjaga diri sendiri terlebih
dahulu sebelum menolong yang lain. Pada saat memberikan pertolongan,
menjaga kesehatan mental diri sendiri sebagai penolong merupakan hal
yang utama.
5. Merupakan hal yang wajar apabila terdapat penyintas berasal dari budaya
yang berbeda dengan penolong. Untuk itu, penolong harus
bisa menyesuaikan perilaku sesuai dengan budaya yang dianut penyintas
atau dengan penolong lainnya.
6. Salah satu perilaku yang dapat dihindari adalah dengan tidak membuat
asumsi terhadap apa yang para penyintas telah alami.
6
7. Elemen utama dalam PFA adalah untuk membantu penyintas mengatasi
permasalahan yang dialami sehingga sangat penting untuk membuat
penyintas lebih berdaya dan tidak bergantung pada penolong.
PFA atau psychological first aid hadir untuk membantu individu yang
sedang mengalami musibah dalam hidup. Tentunya, luka batin yang dialami tidak
bisa dibiarkan terus mengendap dan mengarah pada tindakan-tindakan negatif.
Oleh karena itu, sangat krusial bagi penolong untuk bisa membantu mengenali
potensi yang dimiliki penyintas agar dapat meningkatkan daya mereka dalam
mengatasi permasalahan yang akan datang.
Psychological First Aid (PFA) atau yang bisa juga disebut bantuan pertama
psikologis adalah intervensi psikologi yang diberikan pada individu atau
kelompok yang baru saja mengalami kejadian krisis. Kejadian krisis yang
dimaksud dapat berupa peristiwa kehilangan yang dialami dalam kehidupan
sehari-hari, peristiwa yang sangat mengejutkan sehingga menimbulkan kecemasan
atau ketakutan, ataupun ketika individu baru saja mengalami kecelakaan atau
bencana alam. PFA diberikan sesegera mungkin setelah individu mengalami
situasi krisis. PFA yang diberikan bersifat praktikal dan dalam waktu singkat, serta
disesuaikan dengan kebutuhan setiap individu. PFA dapat dilakukan oleh siapa
saja dan tidak harus dari profesional.
Hal yang paling penting adalah memahami prinsip dasar PFA. Terdapat 6
prinsip dasar yaitu melihat, mendengar, membuat nyaman, memberikan koneksi,
memberikan rasa perlindungan, dan memberikan harapan.
7
Sedangkan untuk lingkungan sekitar, kita harus mengamati sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penyintas.
Selain untuk kasus paska bencana, PFA dapat diberikan kepada anak yang
mengalami kejadian kurang mengenakkan, misalnya, anak kehilangan orang tua
yang dikira menunggu pada hari pertama masuk sekolah. Tujuannya adalah untuk
memberikan rasa tenang pada anak, mengurangi kemungkinan berkembang
menjadi peristiwa traumatis, dan mencegah dampak masalah menjadi lebih besar.
Dalam PFA terdapat keterampilan yang harus dimiliki, yaitu mendengar aktif.
Terdapat tiga hal yang dilarang dalam mendengar aktif yaitu:
8
2. Menasehati, berarti tidak memberikan nasehat yang tidak perlu dalam
situasi tersebut, misalnya saat orang hanya ingin ceritanya didengarkan
atau perasaannya diterima.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana memberikan dampak yang sangat merugikan, mulai dari korban jiwa,
kerusakan infrastruktur, dan kerugian material. Selain itu, bencana juga
memberikan dampak bagi psikologi orang yang terkena. Banyak upaya yang
diberikan dalam menangani dampak psikologi akibat trauma dengan bencana.
Upaya tersebut dikenal dengan PFA (Psychological First Aid). PFA dapat
diberikan untuk siapa saja, dan kapan saja.
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Brymer, M., Jacobs, A., Layne, C., Pynoos, R., Ruzek, J., Steinberg, A., Vernberg,
E., & Watson, P. (2006). (National Child Traumatic Stress Network)
Psychological First Aid: Fields Operation Guide (2nd ed.). Retrieved
from www.nctsn.org and www.ncptsd.va.gov
11