Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Universitas Muslim Maros e-Journals

A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon


Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama
Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur

RESPON BEBERAPA VARIETAS TERHADAP PENYAKIT UTAMA


JAGUNG DI KABUPATEN KEDIRI JAWA TIMUR

Response of Five Corn Varieties to Main Corn Diseases In Kediri District


of East Java

A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe1)


e-mail: andi.haristalanca@gmail.com
1)
Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRACT

One of the most important limiting factors of corn development is plant disease.
Downy mildew, leaf spot, and leaf rust are major diseases of corn in Indonesia. Downy
mildew is a devastating disease of corn and can cause a total loss to the farmer,
especially when the infection occurs on susceptible crops during the early stage of plant
growth (10-14 days after planting). Although the leaf spot and rust diseases have not
been reported causing serious damages to crop in many corn-producing areas in
Indonesia, the farmers have to be aware that those diseases can cause severe damages
with substantial yield loss when susceptible plants grown in an environment suitable for
the diseases’ development. The research was conducted in Kediri District, East Java
during the dry season 2014. Treatments consisted of five corn varieties: Bima-3,
Lagaligo, Sukmaraga, Lamuru, and Yellow Srikandi. Each treatment had four
replications of one plot (4 x 7 m) each. Seeds were planted with a planting space of 75
cm between rows and 25 cm within a row. Plants were fertilized using urea (200 kg/ha)
and Ponskha (300 kg/ha). Ponskha and urea were applied on 10 and 35 days after
planting, respectively. Infection rates of leaf spot and rust diseases were recorded using
scoring system (0 – 5) at 60 and 72 days after planting while infection rates of downy
mildew were determined based on the percentage of plants infected at 14, 24, and 36
days after planting. The results show that Bima-3, Lagaligo, Lamuru, and Sukmaraga
had lower downy mildew infection which are categorized as moderately resistance
against the disease. On the other hand, Yellow Srikandi tend to be susceptible to the
disease with infection rate of 95.25%. All varieties tested had low infection rates of leaf
spot and rust diseases, ranging from 1.9 to 2.4% and 2.0 to 2.25%, respectively. The
varieties’ responses to the leaf spot and leaf rust diseases ranged from moderately
resistant to resistant.
Keywords: downy mildew, leaf spot, leaf rust, and varieties

ABSTRAK

Penyakit bulai, bercak daun, dan karat merupakan penyakit utama pada
pertanaman jagung di Indonesia. Salah satu masalah dalam usahatani jagung adalah
gangguan penyakit terutama penyakit bulai. Penyakit ini sangat membahayakan bila
menyerang pertanaman jagung karena dapat mengakibatkan gagal panen. Hal ini dapat
terjadi bila penyakit bulai menyerang tanaman jagung varietas rentan pada umur muda
(10-14 HST). Selanjutnya penyakit bercak daun dan karat di beberapa penghasil jagung
di Indonesia belum menjadi masalah serius seperti penyakit bulai. Namun demikian
kedua penyakit ini tetap perlu diwaspadai karena bila kondisi lingkungan sesuai dengan
perkembangannya dan varietas jagung yang di tanam rentan, maka akan terjadi

67
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

serangan berat yang dapat menurunkan hasil. Penelitian ini dilakukan di kabupaten
Kediri, Jawa Timur pada musim kemarau (MK. 2014). Sebagai perlakuan adalah lima
jenis varietas Bma-3, Lagaligo, Sukmaraga, Lamuru, dan Srikandi kuning, yang
ditanam pada petak ukuran 4 x 7 m dengan jarak tanam 20 x 75 cm dan empat ulangan.
Pupuk yang digunakan adalah urea 200 kg/ha, dan Ponskha 300 kg/ha. Pemupukan
pertama dilakukan pada umur 10 HST sebanyak 300 kg/ha Ponskha, selanjutnya pada
umur 35 HST dilakukan pemupukan kedua yaitu urea 200 kg/ha. Hal yang diamati
adalah persentase serangan penyakit bercak daun dan karat dengan sistem skoring 0 – 5,
serta persentase serangan penyakit bulai. Pengamatan intensitas serangan penyakit bulai
dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST., penyakit bercak daun dan karat pada 10 dan 12 MST.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Bima-3, Lagaligo, Lamuru, dan
Sukmaraga mempunyai persentase serangan bulai rendah dengan tingkat ketahanan
adalah agak tahan, sementara varietas Srikandi kuning mempunyai persentase serangan
tinggi yaitu 95 25% (rentan). Selanjutnya nilai skoring serangan bercak daun dan karat
pada lima varietas yang diuji menunjukkan rendah yaitu masing-masing antara 1,90-
2,40 (tahan-agak tahan), dan 2,00-2,25 (agak tahan).

Kata kunci: Penyakit bulai, bercak daun, karat dan varietas.

PENDAHULUAN letusan gunung merapi (gunung Kelud


Kabupaten Kediri merupakan dan deretan gunung Tengger). Kondisi
salah satu penghasil jagung utama di ini yang menyebabkan lahan pertanian
Propinsi Jawa Timur, dan komoditas ini di daerah tersebut menjadi subur untuk
menjadi primadona dalam usaha berbagai jenis tanaman termasuk
agribisnis jagung, sehingga hampir tanaman jagung. Hal ini yang
semua petani menanam jagung setelah mendorong bertambahnya luas dan
padi rendengan. Hal ini memungkinkan intensitas pertanaman jagung di kab.
karena beberapa industri besar pakan Kediri. Akibat dari pertanaman jagung
ternak yang ada di Surabaya dan yang intensif dan tidak tertib tanam
industri perbenihan di Malang menjadi menyebabkan timbulnya masalah dalam
penjamin pasokan jagung yang usaha tani jagung yaitu adanya
dihasilkan dari kabupaten Kediri, gangguan beberapa jenis penyakit
sehingga petani sangat giat menanam utama khususnya penyakit bulai.
jagung. Penyakit bulai pada tanaman
Dukungan lain yang memicu jagung disebabkan oleh tiga spesis
minat petani untuk menanam jagung cendawan yaitu Peronosclerospora
menurut Prabowo et al (2011) adalah maydis, P. phillipinensis, dan P. sorghi.
kondisi agroekologi kab. Kediri yang Hasil identifikasi menunjukkan bahwa
sebagian besar merupakan buangan jenis cendawan penyebab penyakit bulai

68
A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon
Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama
Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur

yang menyerang pertanaman jagung di berkesinambungan dilapangan sehingga


kab. Kediri adalah spesis P. maydis, menjadi laten (endemik), yang dapat
sementara di beberapa daerah di menjadi sumber infeksi pada
Sulawesi Selatan seperti kab. Maros, pertanaman jagung berikutnya.
Gowa, Takalar, dan Jeneponto adalah Penyakit utama lainnya yang
jenis P. phillipinensis, serta di Tanah dijumpai pada pertanaman jagung di
Karo (Sumatera Utara) dan Batu- kab. Kediri adalah penyakit bercak daun
Malang (Jawa Timur) termasuk jenis yang disebabkan oleh jenis cendawan
spesis P. sorghi (Wakman, W., dan Bipolaris maydis, dan karat oleh
Hasanuddin. 2003; Wakman W. 2005). cendawan Puccinia polysora dengan
Penyakit bulai merupakan intensitas serangan rendah, sehingga
penyakit utama pada tanaman jagung di tidak berpengaruh terhadap penurunan
kab. Kediri, dan keberadaannya hasil jagung. Gejala penyakit karat
termasuk laten (endemik) oleh karena umumnya muncul setelah terbentuknya
setiap musim selalu didapatkan adanya bunga jantan (fase generatif), sementara
serangan penyakit bulai pada penyakit bercak daun mulai muncul
pertanaman jagung petani. Gejala setelah tanaman jagung berumur sekitar
serangan penyakit bulai akan meningkat 2 minggu setelah tanam. Kedua
terutama pada penanaman jagung penyakit ini yaitu karat dan bercak daun
diakhir musim hujan sampai masuk perlu diwaspadai oleh karena pada
musim kemarau (periode Meil - kondisi iklim terutama kelembaban dan
Oktober), terutama bila varietas jagung suhu yang sesuai dengan
yang ditanam adalah varietas rentan perkembangannya, maka penyakit ini
bulai. Selain itu juga dipicu oleh sistem akan dapat menginfeksi pertanaman
pola tanaman jagung yang dilakukan jagung, terutama bila varietas yang
oleh petani dengan tidak menanam ditanam adalah rentan.
secara serempak dalam hamparan yang Penyakit bercak daun sudah
luas, baik di musim hujan maupun menyebar di seluruh sentra penghasil
musim kemarau, yang menyebabkan jagung di Indonesia seperti di Jawa,
adanya pertanaman jagung mulai umur Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.
muda sampai panen. Hal ini berakibat Beberapa spesis cendawan ini diketahui
pada ketersediaan sumber inokulum dapat menyerang pertanaman jagung
cendawan P maydis secara yaitu B. maydis, B. turcicum, dan B.

69
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

carbonum (Dicson, 1956 dalam Pakki, perkembangan penyakit akan optimal.


2005). Penyakit ini pernah menyerang Beberapa laporan yang
pertanaman jagung yang menyebabkan menyebutkan bahwa kehilangan hasil
kerugian pada petani jagung di Propinsi akibat serangan penyakit karat di
Lampung di tahun 1973. Selanjutnya beberapa negara penghasil jagung
menurut Poy, (1970) dalam Pakki, seperti di Amerika Serikat mencapai
(2005) kehilangan hasil akibat serangan 45%, (Rodael, et al., 1988). Nigeria
penyakit bercak daun pada tanaman sebesar 50%, dan Afrika Barat
jagung dapat mencapai 59%. mencapai 70%, sementara di Indonesia
Selanjutnya penyakit karat juga kehilangan hasil akibat penyakit ini
perlu mendapat perhatian oleh karena masih tergolong rendah.
keberadaan penyakit ini sewaktu-waktu Upaya pengendalian penyakit
dapat menjadi ancaman pertanaman bulai, bercak daun, dan karat dapat
jagung, sebab merupakan penyakit dilakukan dengan berbagai cara seperti
endemis. Perkembangan penyakit ini penggunaan varietas tahan, waktu
sangat dipengaruhi oleh kondisi tanam yang serentak, sanitasi
lingkungan terutama suhu dan lingkungan tanaman jagung, dan
kelembaban. Suhu optimal untuk penggunaan fungisida. Cara yang paling
perkembangan penyakit karat adalah mudah untuk dilakukan oleh petani dan
28° C, dengan kelembaban udara yang tanpa pengaruh negatif terhadap
tinggi, serta varietas jagung rentan. lingkungan adalah penggunaan varietas
Menurut Pakki, (2008) dalam tahan. Varietas tahan penyakit masih
Burhanuddin, (2011) intensitas kurang dipasaran, sehingga penelitian
serangan penyakit karat lebih tinggi di ini dilakukan dengan tujuan untuk
Batukaropa yang mempunyai menguji tingkat ketahanan beberapa
kelembaban udara tinggi dibanding varietas jagung terhadap serangan
dengan di Lanrang yang mempunyai penyakit utama jagung di kabupaten
kelembaban yang rendah. Selain itu Kediri, Jawa Timur.
juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat METODOLOGI
yaitu diatas 1.220 m dpl., maka Penelitian ini dilakukan di
perkembangan penyakit karat akan kabupaten Kediri, Jawa Timur pada
terhambat, dan sebaliknya pada musim kemarau (MK 2014). Sebagai
ketinggian di bawah 900 m dpl. perlakuan adalah lima jenis jagung

70
A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon
Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama
Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur

varietas Bima-3, Lagaligo, Sukmaraga, standard skoring 1 - 5 menurut Ahuya


Lamuru, dan Srikandi kuning, yang dan Payak (1983) yaitu:
ditanam pada petak ukuran 4 x 7 m Skor 0. = tidak ada serangan;
dengan jarak tanam 20 x 75 cm dan Skor >1-2 = tahan ; Skor >2- 3. =
empat ulangan. agak tahan ; Skor >3- 4. = agak
Pupuk yang digunakan adalah rentan ; >4-5. = rentan
urea 200 kg/ha, dan Ponskha 300 kg/ha. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemupukan pertama dilakukan pada A. Penyakit bulai
umur 10 HST sebanyak 300 kg Hasil pengamatan menunjukkan
ponskha, selanjutnya pada umur 35 bahwa terdapat beberapa jenis penyakit
HST dilakukan pemupukan kedua yaitu utama menginfeksi tanaman jagung
urea 200 kg/ha, sekaligus dilakukan yang menampakkan gejala seperti
pembumbunan dan penyiangan. Hal penyakit bulai (Peronosclerospora
yang diamati adalah intensitas serangan maydis), bercak daun (Bipolaris
penyakit bulai pada 2, 4, dan 6 MST., maydis), dan karat (Puccinia polysora).
serta penyakit bercak daun dan karat Penyakit ini mempunyai tingkat
pada 10 dan 12 MST. Intensitas serangan yang berbeda-beda pada
serangan penyakit bulai dihitung beberapa varietas, akan tetapi penyakit
dengan rumus: bulai masih menunjukkan tingkat
I = A : (A + B) x 100% serangan tinggi dibanding dengan
I. = Persentase serangan penyakit penyakit lainnya. Hal ini dapat dilihat
bulai pada varietas Srikandi kuning dengan
A. = Jumlah tanaman sakit intensitas serangan mencapai 95,25%
B. = Jumlah tanaman sehat (Tabel 1).
Intensitas serangan penyakit
bercak daun dan karat menggunakan

71
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

Tabel 1. Rata-rata tingkat serangan penyakit bulai pada beberapa varietas


di kabupaten Kediri, Jawa Timur, MK. 2014.

Persentase serangan bulai (%)


No. Jenis varietas
2 (MST) 4 (MST) 6 (MST)

1. Bima-3 4,00 32,00 35,00


2. Lamuru 8,00 31,00 35,00
3. Srikandi kuning 80,00 91,50 95,25
4. Sukmaraga 19,25 33,00 36,25
5. Lagaligo 6,00 32,25 31,25

Gambar 1. Gejala serangan penyakit bulai pada tanaman jagung

Pada pengamatan pertama merupakan sumber inokulum untuk


nampak gejala penyakit bulai pada daun infeksi pada pertanmaan jagung
jagung yang terinfeksi cendawan P. berikutnya. Gejala lainnya adalah
maydis berwarna khlorotik tanaman jagung akan mengalami
dan .memanjang sejajar tulang daun pertumbuhan yang terhambat dan
dengan batas yang jelas antara bagian pembentukan tongkol (Gambar 1).
yang non khlorotik, serta pada daun Pada Tabel 1. terlihat bahwa
yang sehat akan berwarna hijau normal. pada pengamatan 2 MST. intensitas
Selanjutnya pada pagi hari nampak jelas serangan penyakit bulai pada beberapa
dibagian bawah daun jagung terlihat varietas yang diuji berbeda-beda dengan
spora warna putih seperti tepung kisaran 4,00 - 19,25%, kecuali pada
(konidia dan tangakainya), yang varietas Srikandi kuning dengan

72
A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon
Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama
Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur

persentase serangan mencapai 79,75%. normal sehingga berpengaruh terhadap


Perbedaan tingkat serangan penyakit penurunan hasil.
bulai sangat ditentukan oleh iklim, Sebaliknya pada tanaman
terutama suhu dan kelembaban udara, jagung yang mempunyai tingkat
termasuk tingkat ketahanan varietas, ketahanan terhadap penyakit bulai dapat
dan ketersediaan sumber inokulum di disebabkan oleh adanya sejumlah gen
lapangan. tahan penyusun khromosom yang
Selanjutnya pada pengamatan 4 disebut dengan ketahanan horizontal.
MST. terjadi peningkatan persentase Selain itu juga ditentukan oleh adanya
serangan bulai di lima varietas yang produksi metabolisme berupa racun
diuji dengan intensitas serangan yang dihasilkan oleh tanaman yang
berkisar 31 - 33%, sementara pada dapat menetralisir fitoaleksin yang
varietas Srikandi kuning juga terjadi dihasilkan oleh cendawan P. maydis
peningkatan intensitas serangan (Talanca, 2009)..
mencapai 91,50%. Demikian pula pada Salah satu faktor tingginya
pengamatan terakhir 6 MST. mengalami intensitas serangan penyakit bulai di
peningkatan intensitas serangan bulai kabupaten Kediri adalah kuatnya
dengan kisaran 33,25 - 95,25%. tekanan sumber inokulum bulai yang
Tingginya intensitas serangan tersedia dilapangan dan bersifat laten.
penyakit bulai pada tanaman jagung Hal ini terjadi oleh karena sebagian
dapat mengakibatkan turunnya produksi besar petani jagung di daerah tersebut
jagung baik dari segi kuantitas maupun melakukan usahatani dengan lahan yang
kualitas, bahkan pada kondisi serangan disewa, sehingga lahan mereka tidak
berat dapat menjadi gagal panen dan hal dibiarkan tanpa tanaman seperti
ini terjadi pada varietas Srikandi tanaman jagung, akibatnya waktu
kuning. Menurut Farrar dan Lewis, tanaman jagung tidak serempak yang
(1987) bahwa setiap tanaman yang menyebabkan adanya beberapa variasi
terinfeksi penyakit, maka secara umur tanaman jagung. Kondisi ini
fisiologis akan mengalami penurunan sangat sesuai untuk kelangsungan hidup
khlorofil, hormon, laju fotosintesis, dan dan berkembangnya inokulum bulai
laju respirasi yang diikuti oleh karena adanya tanaman jagung (inang)
meningkatnya enzim oksidase yang yang selalu tersedia. Hal lain yang
menyebabkan tanaman tidak tumbuh berpengaruh terhadap penyebaran dan

73
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

infeksi penyakit bulai pada musim menentukan waktu tanam tepat dan
kemarau adalah adanya pengaruh angin serempak, termasuk pemilihan jenis
yang merupakan wadah spora berpindah benih jagung unggul varietas tahan
ketanaman jagung yang sehat, dan bulai.
adanya air guttasi pada corong daun Ketersediaan benih jagung
jagung sehat yang merangsang unggul tahan bulai dipasaran masih
percepatan perkecambahan cendawan P. sangat terbatas, oleh karena itu perlu
maydis. mendapat perhatian terutama untuk
Kondisi ini menjadi tantangan kegiatan penelitian yang diarahkan pada
dalam upaya pengendalian penyakit pembentukan galur-galur elit tahan
bulai di kabupaten Kediri, Jawa Timur, bulai sebagai bahan perakitan calon
termasuk pula adanya resistensi varietas unggul baru tahan bulai. Badan
cendawan P. maydis terhadap fungisida Litbang Pertanian telah melepas
dengan bahan aktif metalaksil (Talanca beberapa varietas jagung unggul, baik
et al., 2010), termasuk di kabupaten dari jenis bersari bebas maupun hibrida.
Bengkayang, Kalimantan Barat Untuk jagung bersari bebas tahan bulai
(Wakman et al., 2008), sehingga benih seperti varietas Lagaligo, dan jenis
dipasaran yang telah diberi perlakuan hibrida yaitu varietas Bima-3, Bima-9,
metalaksil oleh produsen benih menjadi dan Bima-14.
kurang efektif. B. Penyakit bercak daun dan karat
Menghadapi masalah ini maka Gejala visual penyakit bercak
alternatif pengendalian penyakit bulai daun menurut (Wakman dan
adalah menanam jagung secara Burhanuddin, 2007) adalah adanya lesio
serempak dalam hamparan yang luas pada daun jagung biasanya memanjang
dengan tenggang waktu penanaman diantara tulang daun dengan warna
tidak lebih dari 2 minggu, dan coklat muda dengan ukuran mencapai
menggunakan benih jagung varietas 1,2 x 2,7 cm, berbentuk elips, dan lesio
tahan bulai. Hal ini tidaklah mudah sering dikelilingi oleh warna coklat dan
untuk dilakukan, karena perlu adanya dapat juga muncul pada bagian batang
pendekatan khusus kepada para (Gambar 2A).
kelompok tani, dan juga pemilik
lahan.agar terjadi kesepakatan untuk
Selanjutnya gejala serangan penyakit karat pada tanaman jagung

74
A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon
Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama
Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur

ditandai oleh adanya bercak-bercak Hasil pengamatan intensitas


kecil berbentuk bulat sampai oval pada serangan penyakit bercak daun dan
permukaan daun atas dan bawah yang karat pada beberapa varietas jagung
disebut sebagai uredia. Uredia ini yang diuji menunjukkan reaksi berbeda-
menghasilkan urediospora yang beda (Tabel 2). Pada Tabel 2 terlihat
berperan penting sebagai sumber intensitas serangan penyakit bercak
inokulum dalam proses infeksi pada daun masih dalam kategori serangan
tanaman jagung, dan penyebarannya rendah dengan nilai skoring antara 1,90
oleh angin. (Gambar 2B). - 2,50 pada pengamatan 10 MST.

A B

Gambar 2. Gejala serangan penyakit bercak daun (A) dan


gejala penyakit karat pada jagung (B).

Tabel 2. Rata-rata nilai skoring intensitas serangan penyakit bercak daun dan
karat pada beberapa varietas jagung (MK. 2014).

Skoring persentase serangan Skoring persentase

No. Jenis varietas bercak daun jagung serangan karat

10 (MST) 12 (MST) 10 (MST) 12 (MST)

1. Bima-3 1,90 2,25 1,65 2,40


2. Lamuru 2,00 2,00 1,10 1,90
3. Srikandi kuning 2,50 2,00 1,85 2,00
4. Sukmaraga 2.00 2,00 2,00 2,15
5. Lagaligo 2,00 2,00 1,95 2,00

Selanjutnya pada pengamatan


12 MST. nilai skoring intesitas serangan

75
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

penyakit bercak daun juga masih rendah menunjukkan bahwa penyakit karat
yaitu sekitar 2,00-2,25. Rendahnya nilai tingkat serangannya masih rendah
skoring intensitas serangan penyakit ini sehingga belum berpengaruh dari segi
sangat dipengaruhi oleh kondisi penurunan hasil jagung. Hal ini
lingkungan terutama suhu dan disebabkan karena kondisi lingkungan
kelembaban saat penelitian berlangsung yang kurang kondusif, terutama
yaitu pada musim kemarau (Mei- kelembaban udara yang rendah akibat
Oktober). Curah hujan yang rendah (6,0 kemarau.
- 16,5 mm/bulan) maka intensitas Peyakit karat biasanya
serangan penyakit bercak daun rendah menyerang tanaman jagung setelah
dibanding dengan pada musim hujan umur generatif dengan menampakkan
(210 - 480 mm/bulan). Menurut gejala pada daun yaitu adanya timbul
Shurtleft, (1980) suhu optimum untuk bisul (pustul atau sori). Bisul ini
perkembangan cendawan B. maydis terbentuk dan tersebar pada kedua
adalah antara 20°-30° C dengan permukaan daun bagian atas dan bawah
kelembaban udara >90%. dengan warna coklat kemerahan
Proses infeksi cendawan B. kemudian berubah warna menjadi hitam
maydis pada tanaman jagung dimulai kecoklatan setelah teliospora
dengan sporulasi dipermukaan daun, berkembang dan pada tingkat serangan
lalu spora lepas dan disebarkan oleh yang berat, maka daun jagung akan
angin sampai pada permukaan daun menjadi kering (mati).
jagung lainnya dan terjadi adhesi, Namun demikian penyakit ini
kemudian malakukan penetrasi melalui tetap harus diwaspadai oleh karena
stomata masuk dalam jaringan tanaman berbagai laporan di beberapa negara
dan berkembang sehingga penghasil jagung seperti di Amerika
menimbulkan gejala bercak pada daun Serikat menunjukkan bahwa kehilangan
jagung. hasil akibat serangan penyakit karat
Hal yang sama juga terjadi pada mencapai 45% (Rodael et al., 1988), di
pengamatan intensitas serangan Nigeria 50% (Shurtleft, 1980), dan
penyakit karat pada beberapa varietas lebih besar lagi di Afrika mencapai
jagung umur 10 dan 12 MST dengan 70%.
nilai skoring masing-masing antara 1,05 KESIMPULAN
- 2,00 dan 1,90 - 2,40. Hal ini Varietas Bima-3 dan Lagaligo

76
A. Haris Talanca dan A. Tenrirawe : Respon
Beberapa VarietasTerhadap Penyakit Utama
Jagung di Kabupaen Kediri Jawa Timur

mempunyai persentase serangan bulai penelitian dan pengembangan


rendah yaitu 35 dan 31% (agak tahan), Pertanian. Departemen
pertanian. 24(3) 101-108.
dan varietas Srikandi kuning
mempunyai persentase serangan tinggi Prabowo, A., S.S. Arif, L. Sutiarso, dan
yaitu 95,25% (rentan). sementara B. Purwantana. 2011. Analisis
kebutuhan pompa irigasi untuk
persentase serangan penyakit bercak
usahatani jagung; Studi kasus di
daun dan karat pada semua varietas kabupaten Kediri. Jurnal
yang di uji mempunyai nilai skoring Enjiniring Pertanian.
Kementerian Pertanian , Badan
rendah masing-masing antara 2,00 –
Penelitian dan Pengembangan
2,25 dan 1,90 - 2,40 yaitu tahan sampai Pertanian, Balai Besar
agak tahan. Pengembangan Mekanisasi
DAFTAR PUSTAKA Pertanian: 9(1) 11-20..

Ahuya, S.C., dan M.M. Payak. 1983. A Rodael, R.A., G.E. Scot and S. B. King.
rating scale for banded leaf and 1988. Maize yield losses cause
sheath blight of maize. Indian by viticola. Indian
Phytopathology. 36:338-340. Phytophatology: 39(6)812-814.

Burhanuddin. 2011. Komponen Shurtleft, M.C. 1980. A Compendium of


teknologi pengendalian penyakit corn diseases. 2nd Edition, St.
karat (puccinia polysora) pada Paul, Minnesota, USA.
tanaman jagung. Prosiding American Phytopathology
seminar nasional serealia. Pusat Society.
Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Badan Talanca, A.H. 2009. Resistensi
Penelitian dan Pengembangan varietas/galur plasmanutfah
Pertanian. Kementerian jagung terhadap penyakit bulai.
Pertanian. Hlm. 427-434. Prosiding Seminar Nasional dan
Workshop. Inovasi teknologi
Farrar, J.F., and Lewis , D. H. 1987. pertanian yang berkelanjutan
Nutrition relation in biotripic mendukung pengembangan
infection dalam Fungi infection agribisnis dan agroindustry di
of plant. Cambridge University. pedesaan. Departemen
New York, Sidney, Meulbourne. Pertanian. Badan Penelitian dan
Pp. 92-132. Pengembangan Pertanian. Balai
Besar Pengkajian dan
Pakki, S. 2005. Epidemiologi dan Pengembangan Teknologi
pengendalian penyakit bercak Pertanian. Hlm. 21-26.
daun (Bipolaris sp) pada
tanaman jwgung. Jurnal Talanca, A.H., Burhanuddin, A.

77
Jurnal Agrotan Vol.1 No.1 Maret 2015

Tenrirawe. 2010. Uji resistensi Penyakit bulai


cendawan (Peronosclerospora (Peronosclerospora sorghi)
maydis) terhadap fungisida pada jagung di dataran tinggi
saromil 35 SD (bahan aktif Karo, Sumatera Utara. Makalah
metalaksil). Prosiding Seminar pada Seminar Nasional PFI dan
Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI di Bandung. 10 Hlm.
PFI, PEI, Balai Penelitian
Tanaman Serealia, dan Dinas
Perkebunan porpinsi Sulawesi
Selatan. 7 Hlm.

Wakman, W. 2005. Bentuk morfologi


konidia Peronosclerospora
sorghi penyebab penyakit bulai
pada jagung di Kec. Junrejo
Batu, Malang. Risalah
Penelitian Jagung dan Serealia.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Balai
Penelitian Tanaman Serealia.
Hlm. 27-32.

Wakman, W., A. H. Talanca, Surtikanti,


dan Azri. 2008. Pengendalian
penyakit bulai pada tanaman
jagung di kabupaten
Bengkayang, Propinsi
Kalimantan Barat. Seminar
mingguan Balitsereal 8 Hlm.

Wakman, W. dan Burhanuddin. 2007.


Pengendalian penyakit
prapanen jagung. Jagung:
Teknik Produksi dan
Pengembangan. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman
Pangan. Hlm. 305 - 335.

Wakman, W., dan Hasanuddin. 2003.

78

Anda mungkin juga menyukai