Anda di halaman 1dari 17

PENYESUAIAN DIRI

Dosen Pengampu:
Dra. Nurhasanah, M. Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Adek Herawaty 2006104030004


Nur Khadimah 2006104030013
Cut Natasya 2006104030103
Febby indrian 2106104030098

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur mari sama-sama kita panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang mana oleh Allah atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang berupa nikmat iman
dan nikmat sehat, sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shawalat bermahkotakan salam tak lupa pula kita sanjung sajikan ke pangkuan Baginda
Nabi Besar Muhammad SAW. yang mana oleh beliau telah membawa kita daripada
alam jahiliyah yaitu alam kegelapan yang penuh dengan kebodohan, kepada alam
Islamiah yaitu alam terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Makalah berjudul “Penyesuaian Diri” kami buat dalam rangka untuk memenuhi
tugas daripada Mata Kuliah “Kesehatan Mental”, dengan dosen pengampu ibu Dra.
Nurhasanah, M.Pd. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi
kita semua terkait materi ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung serta membantu dalam proses penyelesaian penyusunan makalah
ini. Begitu besar harapan kami supaya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Kritik yang terbuka dan membangun sangat kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini. Demikian kata pengantar ini tim penyusun sampaikan.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam membantu
penyusunan dan para pembaca makalah ini.

Banda Aceh, 21 September 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Penyesuaian Diri ............................................................................................... 3

2.2 Ketidakmampuan Menyesuaikan Diri Dan Abnormalitas .................................................. 4

2.3 Ciri-Ciri Penyesuaian Diri Yang Tidak Efektif ................................................................... 5

2.4 Tanda – Tanda Keadaan Sejahtera Dan Bahagia ................................................................ 7

2.5 Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa ...................................................................................... 9

BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 12

3.2 Saran.................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya


kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu
mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuan dalam menyesuaikan
diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada
umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi
disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri dengan kondisi
penuh tekanan. Sesuai dengan pengertiannya, maka tingkah laku manusia dapat
dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat
individu hidup. Semua makhluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan,
agar dapat bertahan hidup. Namun pada kenyataannya, banyak individu yang gagal
dalam penyesuaian diri karena individu belum tentu tahu apa yang dinamakan dengan
proses penyesuaian diri, selain itu individu tidak memiliki konsep penyesuaian diri dan
tidak melakukan penyesuaian diri dengan baik. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kehidupan individu dalam menghadapi segala tatangan dan perubahan-perubahan yang
akan terjadi nanti. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah
Biologi) disebut dengan istilah adjustment. Davidoff (Mujiono, 2010: 47), adjustment
itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri
dan tuntutan lingkungan. Penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan individu dalam
menghadapi tuntutan-tuntutan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungan, sehingga
terdapat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkungan dan
tercipta keselarasan antara individu dengan realitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyesuaian diri?
2. Apa saja ciri ciri penyesuaian diri yang tidak efektif?
3. Bagaimana tanda tanda sejahtera dan bahagia?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri ciri penyesuaian diri yang tidak efektif
2. Untuk mengetahui gambaran Bagaimana tanda tanda sejahtera dan bahagia
3. Untuk mengetahui mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan
untuk adaptasi yang efektif terhadap berbagai perubahan dan tantangan dalam
kehidupan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyesuaian Diri


Dalam istilah psikologi, penyesuaian diri disebut dengan istilah adjusment yang
berarti suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan
lingkungan (Davidoff, 1991). Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang
bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai
antara diri individu dengan lingkungannya (Mu’tadin, 2002).
Schneiders (1964) mendefinisikan penyesuaian diri yaitu proses yang melibatkan
respon-respon mental serta perilaku dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan
dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, kekecewaan, dan konflik-konflik untuk
mencapai keadaan yang harmonis antara dorongan pribadi dengan lingkungannya.
Penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam memenuhi salah satu
kebutuhan psikologis dan mampu menerima dirinya serta mampu menikmati hidupnya
tanpa jenis konflik dan mampu menerima kegiatan sosial serta mau ikut berpartisipasi
dalam kegiatan sosial di dalam lingkungan sekitarnya (Khatib, 2012).
Menurut Arkoff (Vidyanindita, dkk., 2015), mendefinisikan penyesuaian diri
perguruan tinggi mencerminkan seberapa mampu mahasiswa melalui dan adanya efek
pada pertumbuhn pribadinya (Sharma, 2012). Menurut Mappiare, penyesuaian diri
merupakan sebuah upaya individu untuk diterima didalam suatu lingkungan dan
mengabaikan kepentingan pribadinya demi kepentingan kelompok sehingga merasa
dirinya adalah bagian penting dari kelompoknya (Ahyani, 2012).
Menurut Hurlock (2008) penyesuaian adalah seberapa jauh kepribadian individu
berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Calhoun & Acocella (Wijaya, 2012)
menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi individu yang terus-menerus
dengan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar tempat individu hidup.
Kartono (2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa
permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan emosi negatif yang
lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis.

3
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan penyesuaian diri
adalah proses yang terjadi secara terus menerus yang dilakukan oleh seseorang dengan
dirinya sendiri kepada orang lain, serta lingkungannya untuk mengatasi konflik,
kesulitan, dan rasa frustasi sehingga tercipta suatu hubungan yang serasi antara dirinya
dengan lingkungan.

2.2 Ketidakmampuan Menyesuaikan Diri Dan Abnormalitas


Orang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan baik disebut dengan istilah
malajusted. Namun pemahamana mengenai maladjusted ini sering kali dikacaukan
dengan pemahana mengenai abnormalitas. Banyak yang berpendapat bahwa
ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan baik (maladjusted) itu sama dengan
abnormal, padahal sebenarnya orang yang maladjusted tidak selalu abnormal.
Sebaliknya, orang yang abnormal pasti maladjusted. Kesulitan dalam membedakan
pemahaman mengenai maladjusted dengan abnormalitas ini tampaknya juga dipicu
dengan kecenderungan memahami penyesuaian diri sebagai suatu hasil daripada
melihat penyesuaian diri sebagai suatu proses.
Ketidakmampuan menyesuaikan diri dan abnormalitas dapat mengacu pada
kondisi atau situasi di mana seseorang atau sesuatu tidak mampu beradaptasi atau
berfungsi dengan cara yang dianggap normal atau diharapkan.
Misalnya dalam konteks sosial ketidakmampuan menyesuaikan diri dapat
mengacu pada individu yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang
lain mengikuti norma sosial atau menjalani kehidupan sehari-hari dengan cara yang
dianggap wajar dalam masyarakat. Mereka mungkin memiliki keterbatasan dalam
kemampuan komunikasi keterampilan sosial atau memahami dan mengikuti aturan
yang berlaku.
Abnormalitas di sisi lain merujuk pada bentuk perilaku pola pikir atau
karakteristik yang secara signifikan berbeda dari apa yang dianggap sebagai kisaran
normal atau rata-rata dalam populasi. Ini dapat mencakup penyimpangan dari norma
sosial regulasi emosi yang tidak seimbang pola tidur yang tidak teratur serta gejala
atau tanda yang tidak umum dalam konteks kesehatan fisik atau mental.

4
Ketidakmampuan menyesuaikan diri dan abnormalitas sering kali bisa
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi mental perkembangan yang terhambat
trauma gangguan neurologis atau situasi lingkungan yang tidak kondusif. Penting
untuk diingat bahwa setiap individu bisa mengalami tantangan ini dalam tingkat yang
berbeda dan dapat membutuhkan dukungan dan perhatian yang sesuai untuk
membantu mereka beradaptasi dan berkembang.
Dalam banyak kasus ketidakmampuan menyesuaikan diri dan abnormalitas
dapat diatasi melalui pendidikan terapi dukungan sosial dan upaya kolaboratif dari
individu itu sendiri keluarga dan profesional yang terkait.

2.3 Ciri-Ciri Penyesuaian Diri Yang Tidak Efektif


Penyesuaian diri yang tidak efektif dapat memiliki beberapa ciri khas. Berikut
adalah beberapa ciri-ciri penyesuaian diri yang tidak efektif:
1. Ketidakmampuan mengatasi perubahan: Individu yang tidak efektif dalam
penyesuaian diri sering mengalami kesulitan dalam menghadapi perubahan.
Mereka mungkin merasa cemas terjebak dalam rutinitas yang lama atau tidak
mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan baru.
2. Menolak perubahan: Individu yang tidak efektif dalam penyesuaian diri
cenderung menolak perubahan dalam hidup mereka. Mereka mungkin
mempertahankan cara lama berpikir dan bertindak bahkan ketika perubahan
tersebut dapat membawa manfaat yang jelas.
3. Ketidakmampuan menghadapi tekanan: Individu yang kurang efektif dalam
penyesuaian diri mungkin sulit mengatasi tekanan atau stres dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka mungkin mudah stres tidak mampu mengelola emosi dengan
baik dan cenderung menunjukkan reaksi negatif yang tidak sehat.
4. Rasa tidak aman: Orang yang memiliki penyesuaian diri yang tidak efektif sering
kali merasa tidak aman dengan diri mereka sendiri atau situasi sekitar mereka.
Mereka mungkin memiliki rasa rendah diri tidak percaya diri dan ketakutan yang
berlebihan terhadap perubahan atau ketidakpastian.
5. Ketergantungan pada cara lama: Individu yang tidak efektif dalam penyesuaian
diri sulit untuk meninggalkan cara lama berpikir dan bertindak. Mereka cenderung
bergantung pada pola perilaku yang sudah dikenal bahkan ketika pola tersebut
tidak lagi relevan atau membawa manfaat yang positif.

5
6. Tidak fleksibel: Orang dengan penyesuaian diri yang tidak efektif sering kali tidak
fleksibel dalam menghadapi situasi baru atau berbeda. Mereka mungkin memiliki
pola pikir yang kaku sulit menerima pandangan yang berbeda dan tidak bersedia
mencoba pendekatan yang baru.
7. Kesulitan dalam mengambil tanggung jawab: Individu yang tidak efektif dalam
penyesuaian diri mungkin cenderung menyalahkan orang lain atau lingkungan
eksternal ketika menghadapi tantangan atau kesulitan. Mereka mungkin kesulitan
dalam mengambil tanggung jawab pribadi atau membuat perubahan yang
diperlukan.
8. Ketidakmampuan untuk belajar dari pengalaman: Orang yang tidak efektif dalam
penyesuaian diri sering kali kesulitan dalam belajar dari pengalaman hidup
mereka. Mereka mungkin terjebak dalam pola-pola yang sama tidak mampu
mengidentifikasi pola yang tidak sehat dan tidak melihat peluang untuk tumbuh
dan berkembang.
9. Kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat: Individu yang tidak efektif
dalam penyesuaian diri sering kali mengalami kesulitan dalam membentuk
hubungan yang sehat dengan orang lain. Mereka mungkin cenderung menghindari
konflik tidak mampu berempati dengan perasaan dan kebutuhan orang lain atau
memiliki masalah dalam membangun kedekatan dan kepercayaan.
10. Ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan: Orang dengan penyesuaian diri yang tidak
efektif sering kali merasa tidak puas dan tidak bahagia dengan kehidupan mereka.
Mereka mungkin merasa terjebak dalam situasi yang tidak diinginkan tidak
mampu mencapai tujuan dan impian mereka dan tidak memiliki perasaan
keseimbangan atau keberhasilan dalam hidup.

Namun penting untuk dicatat bahwa penyesuaian diri yang tidak efektif adalah
sesuatu yang dapat diubah. Melalui kesadaran pembelajaran dukungan dan upaya yang
tetap individu mungkin dapat mengembangkan keterampilan penyesuaian diri yang
lebih efektif dan mencapai kehidupan yang lebih baik.

6
2.4 Tanda – Tanda Keadaan Sejahtera Dan Bahagia
Tanda-tanda kesejahteraan dan kebahagiaan dapat bervariasi bagi setiap individu
tetapi ada beberapa tanda umum yang dapat dilihat. Berikut adalah beberapa tanda-
tanda kesejahteraan dan kebahagiaan yang sering diamati:

1. Hidup mereka memiliki arti dan arah


Makna hidup dan arah hidup adalah subjek yang kompleks dan filosofis yang
telah dipertanyakan oleh manusia sejak zaman purba. Tidak ada satu jawaban pasti
yang dapat menggambarkan makna hidup bagi setiap individu karena hal itu sangat
subjektif dan dapat berbeda-beda bagi setiap orang.
Beberapa orang mungkin mencari makna hidup melalui pencapaian pribadi
seperti karier kekayaan atau kesuksesan dalam berbagai bidang. Sementara itu orang
lain dapat menemukan makna hidup melalui hubungan sosial menciptakan ikatan
yang kuat dengan keluarga teman atau komunitas. Ada pula yang menemukan makna
hidup dalam pencarian spiritual menjalankan agama atau menjalani hidup sesuai
dengan prinsip-prinsip moral dan etika.
Arah hidup di sisi lain merujuk pada tujuan visi atau tujuan hidup yang
seseorang ingin capai. Hal ini melibatkan pemikiran tentang apa yang ingin dicapai
dalam hidup bagaimana cara mencapainya dan apa yang dirasakan sebagai hal yang
berarti.
Penting untuk diingat bahwa makna hidup dan arah hidup adalah hal yang sangat
personal dan dapat berubah seiring waktu. Perjalanan hidup seringkali menuntun kita
pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan apa yang benar-benar
penting bagi kita. Oleh karena itu penting bagi setiap individu untuk merenungkan
dan mengeksplorasi apa yang benar-benar membuat hidup mereka bermakna dan
memberikan arah pada kehidupan mereka. Ini adalah perjalanan yang penuh dengan
pertanyaan eksplorasi dan pertumbuhan dan dapat membantu kita menemukan
bagaimana hidup kita memiliki arti dan mengarah pada sesuatu yang lebih besar dari
diri kita sendiri.

7
2. Kesehatan fisik yang baik
Mereka yang sehat secara fisik cenderung merasa lebih bahagia dan memiliki
stamina yang lebih baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka mungkin
memiliki tingkat energi yang tinggi tidur yang baik dan memiliki kebiasaan hidup
sehat.

3. Pikiran yang positif


Orang yang bahagia sering memiliki pola pikir yang positif. Mereka mampu
mencari sisi baik dalam setiap situasi dan lebih mampu mengatasi tantangan. Mereka
juga cenderung bersyukur dan menghargai apa yang dimiliki.

4. Hubungan yang positif


Hubungan yang sehat dan positif dengan orang-orang di sekitar kita dapat
meningkatkan perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan. Orang yang bahagia
cenderung memiliki hubungan yang erat dengan keluarga teman dan pasangan
mereka.

5. Aktivitas yang memperkaya


Melibatkan diri dalam kegiatan yang memperkaya menyenangkan atau
bermakna dapat menambah rasa bahagia dan kesejahteraan. Hal-hal seperti hobi
olahraga kesenian atau pekerjaan yang memenuhi dapat memberikan rasa pencapaian
dan kepuasan.

6. Keseimbangan kehidupan
Menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah tanda
kesejahteraan yang penting. Makna dan kesenangan dalam kehidupan pribadi seperti
waktu untuk bersantai menjaga hubungan dan menikmati waktu luang berkontribusi
pada perasaan bahagia.

7. Rasa tanggung jawab dan pencapaian


Merasa memiliki tujuan hidup tanggung jawab dan meraih pencapaian pribadi
merupakan faktor penting dalam kesejahteraan dan kebahagiaan. Orang yang bahagia
cenderung merasa puas dengan diri mereka sendiri dan dapat mengejar cita-cita

8
mereka dengan semangat dan tekad. Tetapi perlu diingat bahwa setiap orang
memiliki definisi bahagia yang berbeda-beda. Setiap individu dapat memiliki tanda-
tanda kesejahteraan dan kebahagiaan yang unik tergantung pada nilai-nilai minat dan
pengalaman mereka.

2.5 Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa


Penyesuaian diri merupakan proses psikologis dimana seseorang mengatur atau
mengatasi berbagai tuntutan dan tekanan. Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri
adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu
berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan di dalam dirinya,
ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan frustasi yang dialaminya, sehingga
terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa
yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal.
Bentuk penyesuaian diri di Perguruan Tinggi menurut Baker & Siryk (1984)
sebagai berikut:
1) Penyesuaian Diri Akademik
Penyesuaian akademik adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan perkuliahannya dan dapat mencapai prestasi akademik. Hal ini
dapat dilihat dari motivasi untuk mencapai prestasi akademik, mendapatkan nilai
yang bagus, dan puas terhadap hasil yang dicapai.

2) Penyesuaian Diri Sosial


Penyesuaian sosial adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan kampus. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan mahasiswa dalam
kegiatan kampus. Misalnya ikut organisasi kampus, kepanitiaan, dan punya
kelompok belajar. Selain itu mahasiswa juga memiliki hubungan pertemanan yang
baik serta merasa nyaman di lingkungan kampus.

3) Penyesuaian Diri Emosional


Penyesuaian emosional adalah kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan diri
terhadap masalah emosional dan masalah fisik yang dihadapi sebagai mahasiswa
baru. Tidak dapat dipungkiri sebagai mahasiswa baru, akan ada tuntutan hidup yang

9
baru, seperti berpisah dengan keluarga dan hidup di kost, perubahan gaya hidup,
banyak menemui karakteristik teman yang lebih beragam. Hal itu dapat
memunculkan masalah emosional seperti cemas, sedih, stres dan sebagainya jika
mahasiswa tidak dapat menyesuaikan diri secara emosional.

4) Kelekatan pada Institusi


Kelekatan dengan institusi ini disebut juga dengan Komitmen,yaitu kemampuan
mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan diperkuliahan yang
mungkin saja membuat mahasiswa kesulitan menjalani perkuliahan. Namun ada rasa
kepuasan terhadap jurusan yang dijalani, fasilitas kampus, dan peraturan yang ada di
kampus.

Keempat bentuk penyesuaian diri tersebut bisa saja tidak semuanya berjalan
dengan baik. Akan ada saat dimana mahasiswa mengeluhkan perkuliahan yang padat,
tugas yang banyak, Sulit mencari teman yang cocok, kangen rumah, dan lainnya.
Namun hal itu merupakan proses yang wajar saja terjadi pada mahasiswa baru. Bentuk
keberhasilan penyesuaian diri setiap mahasiswa pun akan berbeda. Ada yang dapat
menyesuaikan diri secara akademik namun mengalami kesulitan dalam hubungan
sosial dengan orang lain di lingkungan kampus begitu juga sebaliknya. Ada juga yang
hanya mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri secara emosional.

Menurut Baker, McNeil & Siryk (1985, dalam Waller 2009) mahasiswa dapat
dikatakan berhasil menyesuaikan diri di Perguruan Tinggi, antara lain:
 Mahasiswa dapat mencapai performa akademis yang sesuai rata-rata atau bahkan
sangat baik.
 Mahasiswa memanfaatkan sarana bantuan psikologis dan konseling yang ada di
kampus saat diperlukan.
 Menyelesaikan masa studi dalam rentang waktu yang sudah ditetapkan oleh
kurikulum yang berlaku.

10
Baker & Siryk (1984) mengungkapkan bahwa proses penyesuaian diri
mahasiswa selama tahun pertama di universitas, dapat menjadi landasan kemampuan
adaptasi mahasiswa terhadap peristiwa-peristiwa berikutnya selama mereka di
perguruan tinggi. Nah keberhasilan di Perguruan Tinggi tidak hanya dikaitkan dengan
kurikulum dan jumlah waktu belajar saja, faktor lingkungan dari perguruan tinggi pun
ikut mempengaruhi keberhasilan. Misalnya pola interaksi dosen pengajar dengan
mahasiswa, mahasiswa dengan teman sebaya, dan lain-lain. Dengan kata lain, aspek
perguruan tinggi turut berperan terhadap pencapaian prestasi mahasiswa. Oleh karena
itu, penting bagi mahasiswa untuk melewati proses penyesuaian diri dengan baik.
Terkait hal ini mahasiswa tentu saja memerlukan dukungan dari orang terdekat
terutama orang tua.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyesuaian diri adalah proses di mana individu mengadaptasi dirinya dengan


lingkungan atau situasi baru. Ini melibatkan perubahan dalam perilaku pemikiran dan
emosi untuk menjadi lebih cocok atau efektif dalam lingkungan tersebut. Penyesuaian
diri adalah kemampuan penting yang diperlukan untuk menghadapi perubahan dan
tantangan dalam kehidupan. Tanpa penyesuaian diri yang tepat individu cenderung
mengalami stres ketidaknyamanan atau bahkan kegagalan dalam menghadapi situasi
baru. Penyesuaian diri melibatkan penilaian dan pemahaman terhadap lingkungan baru
serta memahami ekspektasi dan norma-norma yang ada di dalamnya. Individu perlu
belajar tentang aturan nilai-nilai dan kebiasaan yang berlaku dalam lingkungan baru
untuk dapat berintegrasi dengan baik.
Proses penyesuaian diri juga dapat melibatkan perubahan dalam pikiran dan
emosi. Individu mungkin perlu mengubah pandangan atau keyakinan mereka terhadap
sesuatu agar lebih sesuai dengan lingkungan baru. Mereka juga mungkin mengalami
perubahan emosi seperti kecemasan frustrasi atau kegembiraan selama proses
penyesuaian tersebut. Penyesuaian diri adalah proses yang berkelanjutan. Setiap
lingkungan atau situasi baru dapat menghadirkan tantangan yang berbeda dan individu
perlu terus menerus belajar dan beradaptasi. Penyesuaian diri yang efektif dapat
meningkatkan kesejahteraan individu dan membantu mereka mencapai tujuan mereka
dalam lingkungan baru tersebut.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.
Penulis sendiri mengakui masih terdapat banyak kesalahan serta jauh dari nilai
kesempurnaan. Penulis akan selalu memperbaiki bagian laporan tersebut dengan terus
berpedoman pada berbagai banyak sumber serta masukan, kritik yang cukup
membangun dari pembaca

12
DAFTAR PUSTAKA

Acocella, J.R., dan Calhoun, J.F. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan
Kemanusiaan. Semarang: IKIP Press.

Mutammimah. 2014. Hubungan Konsep Diri dan Kecerdasan Emosi dengan


Kemampuan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Persona, Jurnal
PsikologiIndonesia, Vol.3, No.01.

Sunarto dan Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Agustiani, H. 2009. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aditama.

Baker, R., & Siryk, B. (1984). Measuring Adjustment to College. Journal of Counseling
Psychology, Vol. 31 (2).

Estiane, Uthia. (2015). Pengaruh Dukungan Sosial Sahabat terhadap Penyesuaian Sosial
Mahasiswa Baru di Lingkungan Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi Klinis
dan Kesehatan Mental. 4, (1).29- 40

Schneiders, A.A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York : Holt,
Reinhart & Winstonn Inc.

Waller, Tremayne. O. (2009). A mixed method approach for assessing the adjustment of
incoming first-year engineering students in a summer bridge program.
Dissertation: Graduate Faculty of The Virginia Polytechnic Institute and
State University.

Davidoff. (1991). Adjustment. Dalam Fatimah. (2006). Tinjauan Pustaka. Universitas


Muhammadiyah Aceh.

Khatib. (2012). Penyesuaian Diri. Dalam A. Ahyani. (2012). Tinjauan Pustaka.


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Arkoff. (Vidyanindita, dkk., 2015). Penyesuaian Diri Perguruan Tinggi. Dalam S.


Sharma. (2012). Tinjauan Pustaka. Universitas Pendidikan Ganesha.

Mappiare. Penyesuaian Diri. Dalam A. Ahyani. (2012). Tinjauan Pustaka. Universitas

13
Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Hurlock. (2008). Penyesuaian. Dalam T. S. Wijaya. (2012). Tinjauan Pustaka.


Universitas Kristen Satya Wacana.

Calhoun & Acocella. (Wijaya, 2012). Penyesuaian Diri. Dalam T. S. Wijaya. (2012).
Tinjauan Pustaka. Universitas Kristen Satya Wacana.

Kartono. (2008). Penyesuaian Diri. Dalam A. Ahyani. (2012). Tinjauan Pustaka.


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

14

Anda mungkin juga menyukai