Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari dalam
psikologi. Pada hakekatnya, semua orang sudah merasa memahami makna
intelegensi. Sebagian orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan hal yang
sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari
kita bertemu dengan banyak sekali orang-orang. Dari sekian banyak orang
yang kita temui ada begitu banyak perbedaan antara mereka. Sebagian orang
ada yang begitu mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan
sebagian lagi tidak atau kurang begitu mampu dan selalu menyalahkan
keadaan. Perbedaan itulah yang kita sebut dengan kecerdasan intelegensi.
Intelegensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang
umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu
kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau
keterampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat
atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap
kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui
lewat tes intelegensi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian intelegensi?
2. Apa saja jenis-jenis intelegensi?
3. Bagaimana kratifikasinya?
4. Bagaimana pengukuran intelegensi ?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian intelegensi.
2. Mengetahui jenis-jenis intelegensi
3. Mengetahui bagaimana kratifikasinya
4. Mengetahui pengukuran intelegensi
1
D. Manfaat
Mampu memahami tentang intelegensi dan mampu menerapkannya
dalam kehidupan.

BAB 2
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN INTELEGENSI
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir dan dianggap
sebagai kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh
manusia, yang dengan kemampuan intelegensi ini memungkinkan seseorang
berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi dapat juga dipahami sebagai
kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesesuaian terhadap suatu
situasi atau masalah kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai
jenis psikis seperti abstrak, berfikir mekanis, matematis, memahami, mengingat
bahasa, dan sebagainya.

2. MULTIPLE INTELLIGENCE (MENURUT HOWARD GARDNER)


Selain bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda,
ternyata intelegensi pun memiliki berbagai jenis. Dalam hal ini terdapat teori yang
paling mutakhir tentang jenis-jenis intelegensi, yaitu teori Multiple Intelligence
‘kecerdasan majemuk’ yang dikemukakan oleh Dr. Howard Gardner.
Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, Dr. Howard Gardner menemukan
sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan bahwa manusia lebih rumit
daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan
bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983
Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence,
1
mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan
Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1)
kecerdasan linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah
dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu
(3) kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan
kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang
tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen
kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan naturalis.

3. JENIS – JENIS INTELEGENSI


1. Kecerdasan Linguistic-Verbal
Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan
jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti
berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat
cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan
penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan
berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara,
penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:
A. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
B. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu
komunikasi verbal.
C. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya
orang lain.
D. Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
E. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau
melakukan perbaikan pada karya tulis.
F. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui
diskusi, ataupun debat.
G. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
H. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.
1
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum,
pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan
sebagainya.
2. Kecerdasan Logiko-Matematik
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi
dalam pemikiran.. Seseorang yang cerdas secara logika-matematika seringkali
tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat
operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara
logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. Kecerdasan ini amat
penting karena akan membantu mengembangkan keterampilan berpikir dan logika
seseorang. Dia menjadi mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang
keras dan belajar menemukan alur piker yang benar atau tidak benar. Di samping
itu juga kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan
hubungan, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap
bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:
A. Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
B. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
C. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
D. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman
komputer, metode riset.
E. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat
hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
F. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan
hukum.
G. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek
yang konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer komputer,
ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.
1
3. Kecerdasan Spasial-Visual
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat
secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat
memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah lukisan,
mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan
kuas, meskipu orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah
foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau
kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan
sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya
foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-
profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini
dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti
terhadap gambaran tersebut.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.
o Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.
o Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.
o Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
o Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
o Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan
manipulasi.
o Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan
warna.
o Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.
Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer
interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.
4. Kecerdasan Ritmik-Musik
Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk
menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara
emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat
yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui
1
tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat membantu
seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau
sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu
disertai dengan alunan musik.
Banyak pakar berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan
kecerdasan pertama yang harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi
(saraf) kekuatan musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, member ilham,
meningkatkan ketakwaan, meningkatkan kebanggan nasional dan mengungkapkan
kasih saying untuk orang lain.
Kecerdasan musikal dapat member nilai positip bagi siswa karena: (a)
meningkatkan daya kemampuan mengingat; (c) meningkatkan
prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan kreativitas dan imajinasi.
Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa
sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan bulan
mengalami peningkanan dalam IQ spatial sebesar 46% sementara kelompok
kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.Mungkin sering
kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar bila ada musik yang
diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini informasi akan lebih
mudah tersimpan di dalam memorinya , karena mereka mampu mengoasiasikan
irama musik dengan informasi pengetahuan yang mereka baca meskipun kadang-
kadang mereka tidak menyadarinya.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai
berikut.
A. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan
alat musik.
B. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
C. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
D. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
E. Mampu menciptakan komposisi musik.
F. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
G. Menyukai dan mampu bernyanyi.
1
H. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau
pemusik.
I. Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.
Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi musik,
penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru musik,
penulis lirik lagu, dan sebagainya.
5. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun
hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang memungkin tubuh
untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan. Secara biologi ketika lahir
semua bayi dalam keadaan tidak berdaya, kemudian berangsur-angsur
berkembang dengan menunjukkan berbagai pola gerakan, tengkurap,
“berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian berlari, bahkan pada usia remaja
berkembang kemampuan berenang dan akrobatik.
Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a) meningkatkan
kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan sosial dan sportivitas,
(c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan sudah barang tentu (d)
meningkatkan kesehatan.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.
 Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam
menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran,
perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani objek.
 Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan
dalam bergerak.
 Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play,
permainan yang menggunakan fisik.
 Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
 Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang dipelajari.
 Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap apa
yang dialami atau dilihat.
1
Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli mekanik / montir,
tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet profesional, dan
sebagainya.
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi
dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat
memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman
interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan
Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah
bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka
menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik
dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga
berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan perselihanan dengan orang lain.
Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup
sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas
tentu akan lebih mudah menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan
“bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa
yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam pekerjaan.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:
a) Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin
hubungan sosial.
b) Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
c) Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi
dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
d) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang
berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan
mampu bekerja sama dengan orang lain.
e) Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
f) Mau melihat sudut pandang orang lain.
g) Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
1
Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia /
humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga
penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.
7. Kecerdasan Intrapersonal.
Oliver Wendell Holmes berpendapat: Apa yang didepan dan apa yang ada
di belakang kita adalah hal yang kecil dibandingkan dengan apa yang ada di
dalam diri kita. Inilah kira-kirapandangan yang dianut oleh orang yang memiliki
kecerdasan intrapersonal ini. Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang
menyangkut kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan
bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian
tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu
mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan
memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.
a) Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu menyalurkan
pikiran dan perasaan.
b) Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
c) Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang
berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.
d) Mengembangkan konsep diri dengan baik.
e) Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur spiritual.
f) Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan keadaaan
saat ini.
g) Mampu menyelami / mengerti kerumitan dan kondisi manusia.
Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi, perencana
program, pengusaha, dan sebagainya.
8. Kecerdasan Naturalis.
Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta
menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya.
1
Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli
biologi atau ahli konservasi lingkungan.
Menurut Wilson dalam Anxs (2007), kecerdasan naturalis adalah
kemampuan mengenali berbagai jenis flora dan fauna serta kejadian alam,
misalnya asal-usul binatang, pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air
bagi kehidupan, tata surya, dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini
berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka terhadap
pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan mengklasifikasikan
sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat menandai pola benda-benda alam, dan
mengingat benda-benda alam yang ada di sekitarnya, maka anak dapat dikatakan
memiliki kecerdasan naturalis tinggi.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.
A. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek alam,
tanaman atau hewan.
B. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
C. Mampu mengenali pola di antara spesies.
D. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
E. Senang memelihara tanaman, hewan.
F. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop untuk
mempelajari suatu organisme.
G. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
H. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung, scuba
diving (menyelam).
Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung, pengurus
organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna / flora, penjaga museum zoologi /
botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
Other intelligences have been suggested or explored by Gardner and his
colleagues, including spiritual, existential and moral intelligence. Gardner
excluded spiritual intelligence due to what he perceived as the inability to codify
criteria comparable to the other “intelligences”. Existential intelligence (the
capacity to raise and reflect on philosophical questions about life, death, and
1
ultimate realities) meets most of the criteria with the exception of identifiable
areas of the brain that specialize for this faculty. Moral capacities were excluded
because they are normative rather than descriptive.
Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The
21st Century’ (1999), Howard Gardner, menambahkan dan menjelaskan 9
kecerdasan, yaitu:
9. Kecerdasan Eksistensial (kecerdasan makna)
Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di
sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan
kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia
dengan kebutuhan untuk belajar.

4. PENGUKURAN INTELEGENSI
Masing-masing individu berbeda-beda segi intelegensinya karena individu
satu dengan yang lain tidak sam kemampuannya dalam memecaahkan sesuatu
persoalan yang dihadapi. Mengenai perbedaaan soal intelegensi ini adanya
panadangan yang menekankan perbedaan kualitatif dan pandangan yang
menekankan kuantitatif. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaaan
intelegensi individu satu dengan yang lain memang secara kualitatif berbeda.
Sedangkan yang memberatkan pada pandangan yang kuantitatif berpendapat,
bahwa perbedaan intelegensi satu sama lainnya hanyalah bersifat kuantitatif jadi
semata-mata karena perbedaan materi yang diterima atau karena perbedaan dalam
proses belajarnya.
Perbedaan dalam proses belajar akan membawa perbedaan dalam segi
intelegensinya. Persoalan yang timbul ialah bagaimanakah dapat mengetahui taraf
intelegensi itu. Mengenai hal ini orang yang menggunakan tes intelegensi.
Dapatkah intelegensi atau kecerdasan itu diukur, bagaimanakah kita dapat
menentukan cerdas tidaknya seseorang, salah satu cara ialah dengan
menggunakan tes yang disebut tes intelegensi.
1. Test Binet-Simon
1
Orang yang berjasa menemukan tes intelgensi pertama kali ialah seorang
dokter Perancis: Alfred Binet da pembantunya Theodore Simon sehingga tesnya
terkenal dengan nama Biner-Simon. Ciri tes dari Binet-Simon ini pertama kali
diumumkan antara 1908-1911 yang diberi nama “chelle matrique del intelegece”
atau skala pengukuran kecerdasan. Tes Binet-Simon terdiri dari sekumpulan
pernyataan-pernyataan yang telah ddikelompokkan menurut umur (untuk anak-
anak 3-15) dengan tes semacam inilah usia kecerdasan seseorang diukur atau
ditentukan.
Tes Binet-simon itu memperhitungkan dua hal, yaitu :
 Umur kronologis (chronological age-disingkat CA)
 yaitu umur seseorang sebagaimana yang ditunjukkan dengan hari kelahirannya
atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya
 Umur mental (mental age – disingkat MA), yaitu umur kecerdasan
sebagaimana yang ditunjukkan oleh tes kemampuan akademik.
Menurut Dr. Nancy Bayley dari Universitas California mengemukakan
pendapat bahwa IQ anak-anak yang masih muda mengalami perubahan “turun-
naik” (tidak tetap). Ia berpendapat bahwa kapasitas mental anak yang masih
terlalu muda tidak berkembang dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan
perkembangan mental anak sebaya lainnya, meskipun mereka memiliki kekuatan
intelektual yang sama. Ini dapat berarti bahwa dalam tahapan perkembagan
tertentu bahwa, seorang anak dapat memiliki IQ di bawah rata-rata, sedangkan
dalam tahap yang lainnya ia memiliki IQ di atas rata-rata.
2. Tes Weschsler
Ini adalah tes intelegensi yang dibuat oleh Weschsler Bellevue tahun 1939.
Tes ini ada dua macam pertama untuk umur 16 tahun ke atas, yaitu Wechsler
Adult Inteligence Scale (WAIS) dan kedua untuk anak-anak yaitu Weschsler
Inteligence Scale for Children (WISC).Tes Weschsler meliputi dua subverbal dan
performance (tes lisan dan perbuatan dan keterampilan). Tes lisan meliputi
pengetahuan umum, pemahaman, ingatan, mencari kesamaan, hitungan dan
bahasa. Sedangkan tes keterampilan meliputi menyusun gambar, dan sandi (kode
angka-angka). Sistem Scoring Tes Weschsler berbeda dengan Binet-Simon, jika
1
Binet-simon menggunakan skala umur, maka weschsler dengan skala angka. Pada
tes weschsler setiap jawaban diberi skor tertentu. Jumlah skor mentah itu
dikonvensikan menurut daftar table konvensi sehingga diperoleh angka IQ.
Persamaan tes weschsler dengan Binet-simon , yaitu kedua tes tersebut
dilaksanakan secara individual (perseorangan).
3. Tes Army Alfa dan Betha
Tes ini digunakan untuk mengetes calon-calon tentara di Amerika Serikat. Tes
Army Alfa khusus untuk calon tentara yang pandai membaca. Tes ini diciptakan
pada mulanya untuk memenuhi keperluan yang mendesak dengan menyeleksi
calon tentara waktu perang dunia dua. Salah satu kelebihannya dibandingkan
dengan tes Weschsler tes Binet-Simon ini dilaksanakaan secara rombongan
(kelompok) sehingga menghemat waktu.
4. Tes Progressive Matrices
Tes intelegensi ini diciptakan oleh L.S Penrose dan J.C. Laven di Inggris
tahun 1938. Tes ini dapat diberikan secara rombongan dan perorangan. Berbeda
dengan Binet dan Weschsler, tes itu tidak menggunakan IQ tetapi menggunakan
Precentile.
Pada tahun 1904 Menteri pendidikan Perancis meminta psikolog Alfred
Binet untuk menyusun metode guna mengidentifikasi anak-anak yang tidak
mampu belajar disekolah. Para pejabat disekolahan ingin mengurangi sekolahan
yang sesak dengan cara memindahkan murid yang kurang mampu belajar di
sekolah umum ke sekolah khusus. Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon,
menyusun tes inteligensi untuk memenuhi permintaan ini. Tes itu disebut skala
1905. Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh
telinga hingga kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan dan
mendefinisikan konsep abstrak.
5. Tes binet
Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis
merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-
siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat
tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
1
Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental yakni
perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Tak
lama kemudian, pada 1912 Wiliam Stern menciptakan konsep Intelegensi
Quotient (IQ) yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis
(chronological age-CA) dikalikan 100. Jadi rumusnya,
IQ = (MA/CA)*100.
Jika usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ orang itu adalah
100. Jika usia mental di atas kronologis, maka-IQnya lebih dari 100. Misalnya,
anak enam tahun dengan usia mental 8 tahun akan mempunyai IQ 133. Jika usia
mentalnya dibawah usia kronologis, maka IQnya di bawah 100. Misalkan anak
usia 6 dengan usia mental 5 akan punya IQ 83. Berikut adalah klasifikasi IQ
menurut Binet:
KLASIFIKASI IQ
Genius 140 ke atas

Sangat cerdas 130 – 139

Cerdas (superior) 120 – 129

Di atas rata-rata 110 – 119

Rata-rata 90 – 109

Di bawah rata-rata 80 – 89

Garis Batas (bodoh) 70 – 79

Moron (lemah pikir) 50 – 69

Imbisil,idiot 49 ke bawah

Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan


banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan
indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara
mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes
Stanford_Binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang
1
psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal
dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan
untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah
bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles
Sperrman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor
yang umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih
spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes
yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult
Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale
for Children) untuk anak-anak.
Dengan melakukan tes untuk banyak orang dari usia yang berbeda dan
latar belakang yang beragam, peneliti menemukan bahwa skor pada tes Stanford-
Binet mendekati distribusi normal.
Distribusi normal adalah simetris, dengan mayoritas skor berada pada
tengah-tengah rentang skor yang mungkin muncul dan hanya ada sedikit skor
yang berada mendekati ujung dari rentang itu.
Tes Stanford binet kini dilakukan secara individual untuk orang dari usia 2
tahun hingga dewasa. Tes ini memuat banyak item beberapa diantaranya
membutuhkan jawaban verbal, yang lainnya respon non verbal.
Edisi keempat tes Stanford-Binet dipublikasikan pada 1985. Salahsatu
penambahan penting pada versi ini adalah analisis respons individual dari segi
empat fungsi: penalaran verbal, penalaran kuantitatif, penalaran visual abstrak,
dan memori jangka pendek. Skor komposit umum masih dipakai untuk
mengetahui keseluruhan inteligensi. Tes Stanford-Binet masih menjadi salah satu
tes yang paling banyak digunakan untuk menilai inteligensi murid (Aiken, 2003;
Walsh&Betz, 2001).
Skala Wechsler
Tes lainnya yang banyak dipakai untuk menilai intelegensi murid
dinamakan skala weshsler yang dikembangkan oleh David Wechsler. Tes ini
mencakup Weshsler Pre school and Primary scale of Intellegensi Revised
1
(WPPSI-R) untuk menguji anak usia 4-6,5 tahun; Weshsler Intellegensi Scale for
Children- Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja dari usia 6-16 tahun; dan
Weshsler Adult Intellegensi Scale-Revised (WAIS-R) untuk orang dewasa.
Selain menunjukan IQ keseluruhan, skala Weshsler juga menunjukan IQ
verbal dan IQ kinerja. IQ verbal didasarkan pada 6 sub skala verbal, IQ kinerja
didasarkan pada 5 sub skala kinerja. Ini membuat peneliti bias melihat dengan
cepat pola-pola kekuatan dan kelemahan dalam area intelegensi murid yang
berbeda-beda (Woolger 2001)1[16]
Berikut adalah Klasifikasi menurut Wechsler:
KLASIFIKASI IQ

Very Superior 130 ke atas

Superior 120 –129

Bright Normal 110 –119

Average 90 – 109

Dull Normal 80 – 89

Borderline 70 –79

Mental Deffective 69 ke bawah

5. FUNGSI OTAK
Kemampuan dan fungsi otak kanan adalah kecerdasan nonverbal, suatu
kecerdasan lain yang sebelumnya diabaikan para akademisi. Respons, fungsi dan
ciri belahan otak kanan lebih bersifat intuitif, holistik, kreatif dan humanis. Otak
bagian kanan berperan dalam mengatur pikiran bawah sadar, emosi dan intuisi.
Jika dijabarkan lebih lanjut, otak kanan akan mengendalikan fungsi
photografic memory, musik, seni, membaca cepat, intuisi matematika cepat,

1
1
intuisi pada kecepatan verbal, berbahasa dan logika. Sementara otak kiri mengatur
bagian tubuh sebelah kanan.
Belahan otak kiri berperan besar untuk berbicara, keterampilan berhitung, ilmiah,
dan memahami bahasa isyarat serta pikiran logis. Meski masing-masing belahan
bisa bekerja sendiri secara mandiri, kegiatan kita tidaklah didominasi satu belahan
otak saja.
Sperry menyatakan bahwa kemampuan terbaik otak adalah hasil kerja sama dari
kedua belahan otak kiri dan otak kanan secara bersamaan. Misalnya, dalam
berpikir rasional, meski diatur oleh otak kiri, otak kanan juga berperan dalam
memberikan masukan sehingga terbentuk logika berpikir rasional.
Banyak orang yang selama ini kita anggap cerdas, sesungguhnya hanyalah
setengah cerdas. Mereka ternyata hanya menunjukkan kemampuan yang
merupakan fungsi berpikir otak kiri. Mereka pandai matematika, cerdas dalam
menganalisis, dan kuat daya nalarnya. Namun tidak pandai bergaul, kurang
humanis, tidak ada kepedulian terhadap orang lain, dan rendah tingkat
spiritualitasnya (peran otak kanan).
Kondisi ini terbentuk karena sistem pendidikan formal yang kita kenal
selama ini memberi kesempatan lebih banyak kepada belahan otak kiri, sementara
fungsi otak kanan menjadi terabaikan. Untuk menyeimbangkan fungsi belahan
otak kiri dan otak kanan, selain kita memakai logika, juga harus dilatih
berimajinasi, bervisualisasi, rajin mendengarkan musik, termasuk juga permainan-
permainan yang menggembirakan.
Selain itu, untuk mencegah kualitas otak kiri dan otak kanan dari
kemunduran, juga diperlukan asupan nutrisi dan vitamin yang didapat dari
makanan-makanan bergizi, seperti vitamin B, zat besi, protein, omega-3, kedelai,
dan daun ginkgo biloba.
Untuk melatih otak kiri dan kanan melalui aktivitas dapat dilakukan dengan
berolahraga secara teratur, senantiasa berpikir positif, menjauhi stress, dsb.
Dengan berolahraga, maka jantung akan memompa darah secara maksimal ke
seluruh tubuh, termasuk ke otak.
1
1

Anda mungkin juga menyukai