Anda di halaman 1dari 13

DIMENSI KESEHATAN MENTAL DAN PENDEKATAN

KESEHATAN MENTAL

Dosen Pengampu:
Dra. Nurhasanah, M. Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Yulis Sukarwati (1906104030007)


Siti Aminah (2006104030007)
Ola Rahmina (2006104030025)
Nadiatul Rahmi (2106104030088)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur mari sama-sama kita panjatkan kehadirat Allah SWT.
yang mana oleh Allah atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang berupa nikmat iman dan
nikmat sehat, sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shawalat
bermahkotakan salam tak lupa pula kita sanjung sajikan ke pangkuan Baginda Nabi Besar
Muhammad SAW. yang mana oleh beliau telah membawa kita daripada alam jahiliyah yaitu
alam kegelapan yang penuh dengan kebodohan, kepada alam Islamiah yaitu alam terang
benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Makalah berjudul “Dimensi Kesehatan Mental dan Pendekatan Kesehatan mental”
kami buat dalam rangka untuk memenuhi tugas daripada Mata Kuliah “Kesehatan Mental”,
dengan dosen pengampu bapak Dra. Nurhasanah, M.Pd. Kami berharap semoga makalah ini
dapat menambah wawasan bagi kita semua terkait materi ini. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung serta membantu dalam proses
penyelesaian penyusunan makalah ini. Begitu besar harapan kami supaya makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Kritik yang terbuka dan membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian kata pengantar ini tim penyusun sampaikan. Terima
kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam membantu penyusunan
dan para pembaca makalah ini.

Banda Aceh, 09 September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................ 1
1.3 TUJUAN ..................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2
2.1 KONSEP SEHAT ...................................................................................................... 2
2.2 DIMENSI KESEHATAN MENTAL ....................................................................... 2
2.1.1 Dimensi fisik. ........................................................................................................2
2.1.2 Dimensi mental intelektual ....................................................................................3
2.1.3 Dimensi Emosional ............................................................................................... 4
2.1.4 Dimensi Sosial.......................................................................................................4
2.1.5 Dimensi spiritual .................................................................................................. 5
2.3 PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL ............................................................ 6
2.2.1 Orientasi Klasik .................................................................................................... 6
2.2.2 Orientasi Penyesuaian Diri ................................................................................... 7

2.2.3 Orientasi Pengembangan Potensi ......................................................................... 8
BAB III ................................................................................................................................ 9
PENUTUP ........................................................................................................................... 9
Kesimpulan ....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mental adalah hal-hal yang berhubungan dengan perasaan dan tingkah laku
manusia. WHO (World Health Organization) mendefinisikan kesehatan mental sebagai
kondisi kesejahteraan yang disadari oleh individu, yang dimana terdapat kemampuan untuk
mengelola stress yang wajar dalam kehidupan, agar bekerja secara produktif, dan turut
berperan aktif dalam kelompoknya.
Kali ini, kita akan membahas topik tentang kesehatan mental dari berbagai dimensi
yang ada dan dari berbagai pendekatan terkait kesehatan mental. Dimensi kesehatan mental
terdiri dari dimensi emosional, intelektual, sosial, fisik, mental, dan spiritual. Pendekatan
kesehatan mental terdiri dari orientasi klasik, orientasi penyesuaian diri, dan
pengembangan potensi.
Sehingga kita bisa memahami lebih jauh tentang kesehatan mental, berbagai
permasalahan kesehatan mental dan cara mencegah terjadinya gangguan mental. Kesehatan
mental merupakan salah satu hal terpenting dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja dimensi kesehatan mental?
2. Apa saja pendekatan terkait kesehatan mental?
3. Apa saja permasalahan serta cara mengatasinya berdasarkan dimensi dan pendekatan
kesehatan mental?

1.3 Tujuan
1. Memahami dimensi-dimensi kesehatan mental.
2. Memahami pendekatan-pendekatan terkait kesehatan mental.
3. Memahami berbagai permasalahan serta cara mengatasinya berdasarkan dimensi dan
pendekatan kesehatan mental.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP SEHAT


Secara umum, kesehatan diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan secara umum
seseorang dari segi semua aspek. Artinya, bahwa kesehatan merupakan tingkat keefisienan dari
fungsional dengan atau tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga termasuk manusia.
Kesehatan dapat juga diartikan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Undang-
Undang, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Seseorang dikatakan sehat apabila ia
memiliki tubuh jasmaniah yang sehat, tidak berpenyakit, gizi yang baik, psike (mental)
rohaniyah yang tenang, tidak gelisah, mempunyai kedudukan sosial yang baik, mempunyai
kehidupan dan rumah berlindung, serta dihargai sebagai manusia (WHO,1984).

2.2 DIMENSI KESEHATAN MENTAL


Konsep sehat, tidak hanya merujuk kepada sebuah keadaan saja. Ia mengandung
beberapa dimensi. Setidaknya ada lima dimensi kesehatan ini yaitu: dimensi fisik atau jasmani,
dimensi mental intelektual, dimensi emosional, dimensi sosial dan dimensi spiritual.
Baik individu atau masyarakat ketika dilihat dari perspektif kesehatan, maka kelima
dimensi itu berhubungan satu dengan yang lainnya. Berikut adalah dimensi-dimensi kesehatan
sebagaimana disarikan dari buku The Dimensions of Health: Conceptual Models karangan
John R. Hjelm:

2.1.1 Dimensi fisik


Dimensi kesehatan fisik mengacu pada aspek jasmani. Ini mengacu pada definisi
kesehatan yang lebih tradisional seperti tidak adanya penyakit dan cedera. Sehat fisik
merupakan dimensi sehat yang paling mudah dikenali karena menyangkut mekanisme dan
fungsi tubuh. Sehat fisik adalah komponen terpenting dari keadaan sehat secara keseluruhan.
Ada banyak elemen kesehatan fisik yang semuanya harus dijaga bersama. Keseluruhan
kesehatan fisik mendorong keseimbangan aktivitas fisik, nutrisi dan kesehatan mental sehingga
tubuh tetap dalam kondisi prima. Kesehatan fisik dapat meningkatkan kemampuan tubuh agar
tetap berfungsi secara optimal.

2
Kesehatan fisik dapat mempengaruhi dimensi lain dari kesehatan, misalnya penurunan
dalam kesehatan fisik dapat mengakibatkan penurunan dalam dimensi sosial dari kesehatan.
Seseorang yang tiba-tiba terserang flu akan menjadi terisolasi secara sosial untuk tidak
menulari orang lain. Isolasi secara sosial tentu saja menjadi salah satu gejala dari kesehatan
sosial yang kurang optimal.
Dimensi Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki
dimensi yang paling nyata.
a) Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh.
b) Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.
c) Kesehatan fisik terjadi apabila semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak
mengalami gangguan.
d) Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok
manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi,
berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur
nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2.1.2 Dimensi mental intelektual


Kesehatan mental intelektual mengacu pada aspek kognitif. Sering kali kesehatan
mental terkait dengan atau termasuk kesehatan emosional. Kesehatan mental lebih mengacu
kepada fungsi otak, sementara kesehatan emosional mengacu pada suasana hati seseorang yang
sering terhubung dengan hormon mereka. Kesehatan mental kemudian mencakup banyak
masalah kesehatan seperti Alzheimer dan Demensia.
Dimensi Intelektual yaitu melihat bagaimana seseorang berpikir dilihat dari nilai:
wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan pertimbangnnya. Kesehatan Intelektual
tercermin pada cara berpikir atau jalan pikiran
Dimensi intelektual mengacu pada kemampuan orang untuk menggunakan otak mereka
dan kemampuan berpikir. Kesehatan ini berhubungan dengan kemampuan memecahkan
masalah atau untuk mengingat informasi, tetapi fokusnya adalah pada aspek kognitif dari orang
bersangkutan. Perawatan kesehatan mental intelektual juga bisa memengaruhi dimensi lain dari
kesehatan.
Peningkatan kesehatan mental intelektual dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan
aktivitas fisik dan upaya-upaya peningkatan kapasitas kemampuan otak. Lemahnya kesehatan

3
mental intelektual ini bisa dikatakan sebagai kemunduran peran kognitif yang bersangkutan.
Tingkat intelijensi seseroang merupakan salah satu bentuk dari sehat secara mental intelektual.

2.1.3 Dimensi Emosional


Dimensi Emosi yaitu melihat bagaimana seseorang bereaksi dilihat dari emosinya
seperti: menangis, sedih, bahagia,depresi, optimis. Kesehatan Emosional/Afektif terlihat pada
kemampuan mengenal emosi dan mengekspresikan emosi tersebut secara tepat.
Sehat secara emosional meliputi keadaan seseorang secara umum dan secara psikologis.
Kesehatan emosional adalah kesehatan tentang suasana hati orang atau keadaan emosional
secara umum. Mood, motivasi, semangat, gembira dan aspek-aspek emosional lainnya
merupakan gambaran yang menunjukkan kesehatan emosional seseorang.
Dimensi ini adalah kemampuan kita untuk mengenali dan mengekspresikan perasaan
secara memadai. Ini berkaitan dengan harga diri serta kemampuan mengendalikan emosi untuk
mempertahankan perspektif yang realistis dalam segala situasi. Seseorang yang secara emosi
tidak sehat akan memberikan pengaruh tidak sehat pula terhadap kesehatan lainnya.
Hubungan antara kesehatan emosional dan mental adalah jelas dan karena itu beberapa
penyakit berhubungan dengan keduanya, seperti: depresi dan kecemasan. Kesehatan emosional
mempengaruhi dimensi lain dari kesehatan seperti misalnya orang dengan harga diri yang baik
lebih percaya diri dalam pengaturan sosial, mudah mendapat teman dan sering melakukan
aktivitas fisik dengan lebih baik.

2.1.4 Dimensi Sosial


Secara sosial, sehat berarti kemampuan seseorang dalam menjalin dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain. Hubungan kunci ini adalah misalnya hubungan dengan teman
dekat, jaringan sosial, teman sekolah, teman kerja atau elemen sosial lainnya. Dimensi ini juga
berkaitan dengan kesehatan yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi dan
budaya yang melingkupi kehidupan seseorang.
Adalah tidak mungkin untuk menjadi sehat dalam "masyarakat yang sakit". Masyarakat
yang sakit ini terjadi karena tidak dapat menyediakan sumber untuk pemenuhan kebutuhan
dasar. Dimensi sosial dari kesehatan mengacu pada kemampuan kita untuk membuat dan
mempertahankan hubungan yang bermakna dengan orang lain.
Kesehatan sosial yang baik termasuk tidak hanya memiliki hubungan tetapi berperilaku
dengan tepat di antara mereka dan mempertahankan standar yang dapat diterima secara sosial.

4
Unit sosial dasar dari hubungan adalah keluarga, dan hubungan-hubungan ini paling
memengaruhi kehidupan seseorang.
Kesehatan sosial memengaruhi dimensi lain dari kesehatan dalam banyak hal.
Kehidupan sosial yang buruk dapat menuntun seseorang untuk mempertanyakan tujuan
hidupnya atau merasa terisolasi dan tidak diinginkan. Perasaan seperti itu dapat menurunkan
motivasi orang dari aktivitas fisik dan menuntun mereka ke arah depresi.
Dimensi Sosial yaitu melihat bagaimana tingkah laku manusia dalam kelompok sosial,
keluarga dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku.
Kesehatan Sosial terwujud, dari:
a) kemampuan seseorang dalam membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang
lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat.
b) kemampuan seseorang dalam memelihara dan memajukan kehidupan pribadi dan
keluarganya sehingga memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada
waktunya (UU No 9: pasal 3).
c) kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain
secara baik, saling toleran dan menghargai tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya.

2.1.5 Dimensi spiritual


Sehat secara spiritual berkaitan dengan kepercayaan dan praktik spiritual keagamaan,
perbuatan baik secara pribadi, prinsip-prinsip tingkah laku dan cara mencapai kedamaian.
Sehat secara spiritual sering banyak dikaitkan dengan ketaatan kepada Tuhan yang tertuang di
dalam ajaran agama. Sehingga, mereka yang mendambakan sehat secara spiritual,
mendapatkannya dalam keyakinan keagamaan.
Dimensi spiritual menjadi komponen kesehatan yang memberikan konteks untuk semua
dimensi lain. Ini artinya tanpa adanya kesehatan spiritual, maka kesehatan yang lain seolah
menjadi tidak ada artinya. Begitu pentingnya kesehatan spiritual ini karena di dalam
pemahaman spiritual seseorang, aspek kehidupan tidak hanya terbatas kepada hal-hal yang
bersifat material semata, tetapi non material.
Kesehatan spiritual sangat penting untuk kesejahteraan. Beberapa model kesehatan
menempatkan dimensi spiritual di pusat atau di atas dimensi lain menunjukkan peran penting
yang dimainkan oleh kesehatan spiritual. Aspek spiritual ini juga mencakup pemahaman
tentang hidup setelah kematian seseorang, di mana aspek ini bukan merupakan wilayah dari
dimensi-dimensi kesehatan yang lainnya.

5
Dimensi Spiritual dilihat dari kepercayaan dan praktek keagamaan.
a) Kesehatan spiritual dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam mencapai
kedamaian hati.
b) Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah
keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang
dianutnya.
Kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa masing-masing dimensi kesehatan tersebut
memiliki peran masing-masing dan saling berhubungan serta memiliki peran penting dalam
kehidupan manusia. Masing-masing dimensi harus seimbang serta saling melengkapi satu
sama lain. Jika ada terjadi perubahan pada salah satu bagian, maka kesempurnaan tersebut akan
terganggu. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan
untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan
lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

2.3 PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL


2.2.1 Orientasi Klasik
Sehat secara mental artinya tidak ada masalah ataupun keluhan mental, artinya
seseorang dapat dikatakan dan dianggap sehat juika orang tersebut tidak mempunyai kelakukan
dan perasaan tertentu, seperti rasa rendah diri, rasa lelah, cemas, ketegangan, dll yang dapat
menimbulkan perasaan sakit atau tidak sehat yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan
sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang
yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak
ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental.
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri
mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat
adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Sehat
atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.

6
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan
standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan
sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental
didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam
masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat
mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang
absolut.

2.2.2 Orientasi Penyesuaian Diri


Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan
standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan
sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental
didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam
masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat
mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang
absolut.
Penyesuaian diri merupakan dasar bagi penentuan derajat kesehatan mental seseorang.
Orang yang dapat menyesuaikan diri secara aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan
stabilitas diri mengindikasikan adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya
mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri secara aktif, tidak realistik dan tidak stabil
dirinya menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya. Dengan kata lain kemampuan
penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam kesehatan mental. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa peningkatan derajat kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan
penyesuaian diri yang aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Kemampuan penyesuaian
diri idealnya dilatih dan dibina sejak kecil
Dalam banyak literatur psikologi kesehatan, pengembangan diri dan kemampuan
penyesuaian diri merupakan salah satu indikasi dari kepribadian yang sehat. Kita dapat melihat
di antaranya dalam uraian-uraian Gordon W. Allport, Carl Rogers, Abraham Maslow dan
Viktor Frankl. Pemikiran mereka menegaskan bahwa pribadi yang sehat selalu ditandai dengan
keinginan untuk tumbuh dan berkembang, berorientasi ke masa depan sambil tetap realistis
dan mampu melakukan inovasi bagi diri serta lingkungannya. Artinya perbaikan kemampuan

7
penyesuaian diri tidak hanya perlu dilakukan pada mereka yang mengalami gangguan mental
tetapi juga pada siapa saja.

2.2.3 Orientasi Pengembangan Potensi


Mewujudnyatakan potensi seperti bakat, kreativitas, minat dan lain-lain dalam diri
individu. Pelepasan sumber-sumber yg tersembunyi dari bakat, kreativitas, Energi dan
dorongan (Schultz, 991). Dibutuhkan fokus yang lebih untuk mencapai arah tujuan atau potensi
diri yang lebih dikembangkan. Pengembangan potensi ini juga dipengaruhi peranan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Juga adanya kesempatan yang diberikan lingkungan pada individu
baik yang potensinya masih tersembunyi maupun yang sudah ditemukan.
Keharmonisan antara pikiran dan perasaan dapat mebuat tidakan seseorang tampak
matang dan wajar, dalam mencapai beberapa taraf kesehatan jiwa, jika seseorang dapat
kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, bisa menghargai
dirinya sendiri dan bisa di hargai oleh orang lain. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata
yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal
pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan
adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran,
bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa
keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak
matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah
mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan
penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan
tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan
sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk
mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan
menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita
masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu,
dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum, kesehatan diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan secara umum
seseorang dari segi semua aspek. Artinya, bahwa kesehatan merupakan tingkat keefisienan dari
fungsional dengan atau tanpa metabolisme dari suatu organisme dan juga termasuk manusia.
Konsep sehat, tidak hanya merujuk kepada sebuah keadaan saja. Ia mengandung
beberapa dimensi. Setidaknya ada lima dimensi kesehatan ini yaitu: dimensi fisik atau jasmani,
dimensi mental intelektual, dimensi emosional, dimensi sosial dan dimensi spiritual.
Adapun pendekatan- pendekatan kesehatan mental ada 3 yaitu, Orientasi klasik,
orientasi penyesuaian diri, dan orientasi pengembangan potensi. Orientasi klasik yang
umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi
tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental
tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya. Pengembangan potensi
ini juga dipengaruhi peranan keluarga, sekolah dan masyarakat. Juga adanya kesempatan yang
diberikan lingkungan pada individu baik yang potensinya masih tersembunyi maupun yang
sudah ditemukan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Diana, dkk. 2016. Modul Guru Pembelajar Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah
Atas/ Sekolah Mennegah Kejuruan (SMA/SMK). Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
https://journal.uii.ac.id/Psikologika/article/download/272/7385/16416

https://nindyaayubunga.wordpress.com/2016/03/06/orientasi-konsep-sejarah-dan-pendekatan-
kesehatan-mental/

Riyanti, B. P. Dwi. 1998. Psikologi Umum 2 Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Gunadarma.

Setiawan, 2018. Lima Dimensi Kesehatan. Kompasiana.com


(https://www.kompasiana.com/amp/mahbub-s/5b40e8d1bde5752e9070f192/lima-
dimensi-kesehatan, diakses pada tanggal 08 Februari 2023)

Yustinus Semiunn, OFM, Kesehatan Mental 1, Penerbit Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai