PROPOSAL BOS 1 Ok
PROPOSAL BOS 1 Ok
PENDAHULUAN
1
2
Aset daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang
berwujud maupun barang tak berwujud. Barang Daerah adalah semua barang
berwujud milik daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber
seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah. Barang berwujud atau disebut dengan aktiva tetap adalah barang yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva tetap antara
lain terdiri dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan,
gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, meubeleur dan perlengkapanserta buku-
buku perpustakaan.3
yang telah dibeli, berapa biayanya, aset mana saja yang sedang digunakan dan
bagaimana pemanfaatannya, tetapi juga dapat mencegah hilangnya atau pencurian
aset dan yang paling penting memudahkan proses pertanggungjawabannya,
terutama oleh instansi-instansi yang bertanggungjawab kepadadaerah.
Namun, pengelolaan aset daerah selama ini belum terlaksana sebagaimana
yang diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal,
sehingga diperlukan peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengelolaan aset daerah. Selama ini pengelolaan barang inventaris daerah
dilaksanakan atas dasar ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7
Tahun 1997 sebagai peraturan pokok terhadap aturan barang inventaris
pemerintahdaerah.
dapat teratur dan tertib administrasi sesuai aturan yang berlaku.Standar Akuntansi
Pemerintahan PSAP No. 7 dan PP No. 71 tahun 2010 merupakan penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang didalamnya mengatur penyajian aset
dalam neraca dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemanfaatan adalah pendayagunaan barang
milik daerah yang tidak digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan, bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan.
BAB II. Dalambab ini menguraikan tinjauan pustaka yang meliputi landasan
teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis serta hipotesis.
BAB IV. Menguraikan analisis data dan pembahasan yang meliputi penyajian
data, analisis data dan pembahasan.
BAB V. Merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari
pembahasan dan saran-saran yang dapat dijadikan masukan bagi
berbagai pihak yang berkepentingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
4
Siregar Doli D., Menagement aset strategi penataan konsep pembangunan berkelanjutan
secara nasional dalam konteks kepala daerah sebagai CEO’s pada era globalisasi dan otonomi
daerah, Jakarta: Gramedia pustaka utama, 2004, Hal. 178.
5
https://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file_storage_1386152400.pdf .hal 26
di akses tanggal 6/4/2020.
10
6
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2006/6TAHUN2006PP.htm di akses tanggal
6/4/2020.
11
7
Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: Karya Tulis Widyaiswara
Pundiklat Pegawai BPK, 2000, Hal. 151.
8
Muhammad Yusuf, Delapan langkah pengelolaan aset daerah menuju pengelolaan
keuangan daerah terbaik, Jakarta: Salemba Empat, 2013, Hal. 198.
9
Ibid, Hal. 198.
12
11
Siregar Doli D. Op. Cit, Hal. 178.
12
Perubahan kedua peraturan bupati Kendal nomor 61 tahun 2017, Hal. 10.
13
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
15
15
Gima Sugiama, Manajemen Aset Pariwisata, Bandung: Guardaya Intimarta, 2013, Hal.
15.
19
aset tetap dan revaluasi aset tetap yang disesuaikan dengan nilai
wajar. Sedangkan menurut Siregar Manajemen Aset merupakan
salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya
berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan maupun
di satuan kerja atau instansi.16
Siklus manajemen aset daerah secara umum meliputi
tahap-tahap sebagai berikut ini:17
1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Penggunaan, pemanfaatan
4. Pengamanan, pemeliharaan, dan rehabilitas
5. Penghapusan, pemindahtanganan
Konsep Manajemen Aset, di dunia internasional
manajemen aset telah berkembang cukup pesat, namun di
Indonesia hal ini khususnya dalam konteks pengelolaan aset
pemerintah daerah sepenuhnya belum dipahami oleh para
pengelola daerah. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa manajemen aset adalah ilmu yang
mengatur tentang pengelolaan aset mencakup proses
merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan aset,
menginventarisasikan, melakukan legal audit, menilai aset,
mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau
menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan
efesien.
Manajemen aset pemerintah daerah dapat dibagi dalam
empat tahap kerja, yang meliputi; inventarisasi aset, legal
audit, penilaian aset, pengawasan dan pengendalian aset.
Keempat tahapan kerja manajemen aset pemerintah daerah ini
saling berhubungan dan terintegrasi.18
16
Siregar Doli D, Op. Cit., Hal. 518
17
Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Erlangga, 2009, Hal. 151.
18
Siregar Doli D, Op. Cit., Hal. 518
20
Sumbe
r: Siregar (2004)
19
Ibid. Hal. 518
22
20
Ibid. Hal. 519.
23
2. Legal Audit
21
Gima Sugiama, Op. Cit., Hal. 173.
22
Siregar Doli D, Op. Cit., Hal. 519
24
23
Permendagri No. 17 tahun 2007 pasal 45
25
3. Penilaian aset
24
Siregar Doli D, Op. Cit., Hal. 518.
26
a) Akuntabilitas
b) Manajemen
c) Transparansi
d) Keseimbangan
e) Evaluasi kerja
29
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Pemerintah, Jakarta: Penerbit Salemba
Empat, 2010, Hal. 4.
30
3) Neraca;
30
Peraturan Presiden No.71 Tahun 2010
31
informasi ini.
31
Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat,
2002, Hal. 7.
34
d) tepat waktu
e) Lengkap
a) penyajian jujur
b) dapat diverifikasi
c) Netralitas
35
6) Pemahaman Akuntansi.32
32
Haryanto, Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
dalam Peningkatan Kualitas Pelaporan Aset Daerah. Buku Pengelolaan Akuntansi Keuangan
Daerah–UNDIP, 2013, Hal. 15.
36
33
https://kendalkab.go.id/instansi/detail/INS0226/dinas_daerah/dppkad. di akses pada
tanggal 9/4/2020.
34
Risqi Khoirunisak, Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kendal, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, 2019, Hal. 61.
37
35
Luthfina Hamidayanti, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta. 2018. Hal.
89.
36
Alfian Noor Izzat, Kinerja Organisasi Bidang Pengelolaan Aset Daerah Badan
Keuangan Daerah Kabupaten Semarang Dalam Pengelolaan Aset Tetap, Jurusan Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang, 2017. Hal. 127.
38
37
Agnes Evira, Pengaruh Manajemen Aset Daerah Terhadap Kewajaran Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Menurut PP no. 71 tahun 2010 dan PSAP no. 07 (Studi Kasus pada
Pemerintah Kabupaten Grobogan), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2016.
38
Siti Nur Rokhmah Hidayati, Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset RSUD Pandan Arang Boyolali, Jurusan Magister Manajemen Sekolah UMS,
Surakarta, 2016, Hal. 50.
39
X 1 = Inventarisasi Aset
X 2 = Legal audit
X 4= Pengawasan dan
pengendalian
2.2. Hepotesis
Hipotesis diartikan suatu jawaban yang sementara terhadap suatu
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.39
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori maka hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H 1: Inventarisasi Aset berpengaruh positif terhadap Kualitas LKPD di
BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.
H 2: Legal audit berpengaruh positif terhadap Kualitas LKPD di
BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.
H 3: Penilaian Aset berpengaruh positif terhadap Kualitas LKPD di
BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.
H 4 : Pengawasan dan pengendalian berpengaruh positif terhadap Kualitas
LKPD di BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.
39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002, Hal. 64.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
Pembantu sejumlah sekitar 696 orang yang tersebar di 49 OPD yang berada
di Pemerintah Kabupaten Kendal. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara purpossive sampling. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan, sampel yang diambil hanya kepada Pengurus Barang
yang tersebar di 49 OPD di Kabupaten Kendal. 46
1. Angket (Questionnaire)
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan
yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh
responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan
kepada petugas atau peneliti.48 Angket dalam penelitian ini diberikan
kepada Pengurus Barang Pengguna yang tersebar di 49 OPD di
Kabupaten Kendal. Saat melakukan penelitian, peneliti membagikan
angket ke Pengurus Barang Pengguna yang tersebar di 49 OPD di
Kabupaten Kendal untuk diisi dan di kembalikan ke peneliti. Kuesioner
yang dipakai disini adalah model tertutup karena jawaban telah
disediakan dan pengukurannya menggunakan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Sebelum membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu dibuat kisi-
kisi instrumen dengan menjabarkan variabel menjadi sub variabel yang
akan diukur, hal ini digunakan sebagai patokan untuk menyusun
instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan instrumen yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai
sangat positif dengan 5 (lima) alternatif jawaban, dengan jawaban
masing-masing berikut:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Dengan menggunakan skala likert masing-masing instrumen
jawaban memiliki nilai (SS : 5), (S: 4), (N: 3), (TS: 2), dan (STS : 1).
2. Wawancara (Interview)
48
Burhan Bungin, Op. Cit, Hal.123.
44
3. Pengamatan (Observation)
Pengamatan (Observation) adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra
lainnya.50 Peneliti melakukan pengamatan langsung di Bidang
Pengelolaan Aset Daerah Di kabupaten Kendal yang beralamat di
Gedung A Lantai 2 Jl. Soekarno-Hatta No. 193 Kendal.
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dan membagikan
angket ke Pengurus Barang OPD di Kabupaten Kendal.
4. Dokumentasi (Dokumentation)
Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.51 Metode
ini digunakan sebagai pelengkap guna memperoleh data sebagai bahan
informasi yang berupa latar belakang kantor, tugas pokok dan tata kerja,
struktur organisasi, presentasi serta data lain yang mendukung.
49
Ibid, Hal.126.
50
Ibid, Hal.133.
51
Suharsimi Arikunto, Op. Cit, Hal. 274.
45
undangan yang
telah ditetapkan
oleh pemerintah
daerah.
Kualitas Laporan suatu data yang Relevan Skala likert
LKPD Keuangan menyajikan Andal
(Y) (Neraca Aset) beberapa Dapat
informasi yang
dipahami
terdiri atas
Dapat
berbagai elemen
dibandingkan
struktur
kekayaan dan
struktur
finansial yang
dapat
menggambarkan
mengenai
kondisi dan
kinerja
keuangan entitas
tersebut
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.53
Validitas data diukur dengan rnenggunakan r hitung dengan
r tabel (r product moment). Jika r hitung > r tabel , dan nilai positif maka
butir atau pertanyaan atau indikator terdebut dinyatakan valid.54
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
koesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu.55
Pengukuran reliabilitas dengan cara one shot atau
pengukuran sekali saja. Di sini pengukuran hasil hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban peryataan. Pengujian
reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan formula Cronbach
alpha (·) > 0, 60.56
53
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multinariate Dengan Program SPSS, Semarang:
Undip, Cetakan IV, 2006, Hal 45.
54
Ibid.
55
Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS (Untuk Analisis Data dan Uji Statistik),
Yogyakarta: MediaKom, 2008, Hal. 39.
56
Imam Ghozali, Op. Cit. Hal. 41.
49
b. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji suatu model apakah
antara variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling
mempengaruhi.58 Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak
adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang
sering digunakan adalah pengujian uji Durbin-Watson (uji DW).
Nilai Uji statistik Durbin-Watson berkisar antara 0 dan 4. Sebagai
pedoman umum, bila nilai uji statistik Durbin-Watson <1 atau >
dari 3, maka residuals atau error dari model regresi berganda
tidak terjadi autokorelasi.59
c. Uji Heterokedasitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas,
yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi.60
d. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
populasi data berdistribusi normal atau tidak.61
57
Dwi Priyatno, Op. Cit., Hal. 39.
58
Husein Umar, Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, Hal.
188.
59
Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006, Hal. 248.
60
Husein Umar, Op. Cit., Hal. 41.
61
Dwi Priyatno, Op. Cit., Hal. 28.
50
62
Imam Ghozali, Op. Cit, Hal. 76.
63
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik I, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Hal. 269.
51
64
Dwi Priyatno, Op. Cit., Hal. 81.
65
Ibid, Hal. 83.