Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota


merupakan penentu dalam pembangunan daerahnya.Dalam pelaksanaan otonomi
daerah terkait dengan implikasi kebijakan pengelolaan barang milik daerah maka
pemerintah daerah memiliki peranan penting dalam mengelola aset. Hal ini sesuai
dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (berbasis akrual) yang wajib dilaksanakan seluruh
pemerintah daerah kabupaten/kota pada tahun 2015.1 Hal ini menjadi tantangan
baru, yaitu membutuhkan sebuah pedoman yang dapat mensukseskan proses
pembangunan sistem akuntansi berbasis akrual secara detail agar berjalan dengan
baik. Aset daerah memiliki peranan penting bagi pemerintah daerah sehingga
memerlukan pengelolaan yang benar karena merupakan salah satu indikator dalam
penerapan sistem akuntansi berbasis akrual, yaitu dengan penyajian laporan aset
yang benar dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).Manajemen
aset yang memadai akan membantu memberikan informasi mengenai aset suatu
daerah sehingga laporan keuangan terhindar dari opini disclaimer.

Menurut George R. Terry (1972), Organisasi yang baik dapat terwujud


apabila komponen-komponen di dalamnya dapat berfungsi secara maksimal.
Suatu organisasi yang baik terdapat fungsi-fungsi manajerial yaitu: planning,
organizing, actuating dan controlling.2

Masing-masing fungsi harus saling berkaitan di dalamnya dan merupakan


satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Suatu organisasi dapat mencapai
tujuan dengan baik apabila mampu merencanakan program-program secara
matang dengan memperhitungkan masa yang akan datang dan melaksanakan
rencana yang telah dibuat. Perencanaan dalam suatu organisasi merupakan proses
1
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
2
Muchtar Hidayat, Manajemen Aset (Privat dan Publik). Yogyakarta: Laks Bang
PRESSindo, 2012, Hal. 3

1
2

dasar di dalam manajemen untuk merumuskan tujuan dan cara mencapainya.


Bentuk organisasi menuntut kemampuan manajemen yang lebih baik, terutama
kemampuan teknis, karena semua pekerjaan dalam organisasi tidak dapat
dilakukansendiri.

Setiap organisasi termasuk juga organisasi pemerintah memiliki tujuan


yang hendak dicapai.Untuk mencapai tujuan organisasi pemerintah, diperlukan
strategi yang dijabarkan dalam bentuk program-program atau aktivitas. Organisasi
pemerintah memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk dapat
memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan
efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Untuk mencapai tujuan
organisasi pemerintah diperlukan pemerintahan yang jujur. Dimana pemerintahan
merupakan sekumpulan orang-orang yang mengelola kewenangan-kewenangan
melaksanakan kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan serta pembangunan
masyarakat dari lembaga-lembaga dimana mereka ditempatkan.

Pemerintahan sebagai sekumpulan orang-orang yang mengelola berbagai


kewenangan dalam mengelola negara/pemerintah memerlukan adanya kesiapan
diberbagai aspek dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan,
terutama kesiapan dalam ketersediaan berbagai penunjang dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan maupun yang akan
dilakukan.
Tabel 1.1
Hasil Pemeriksaan BPK terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Kendal dalam Lima Tahun Anggaran 2014-2018
No Tahun Opini
1 2014 WDP (Wajar Dengan Pengecualian)
2 2015 WDP (Wajar Dengan Pengecualian)
3 2016 WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
4 2017 WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
5 2018 WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)
Sumber :BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah
3

Terkait dengan hal tersebut maka pemerintah daerah perlu menyiapkan


instrumen yang tepat untuk melakukan pengelolaan atau manajemen aset daerah
secara profesional, transparan, akuntabel, efisien dan efektif mulai dari tahap
perencanaan, pendistribusian dan pemanfaatan serta pengawasannya. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 17 Tahun 2007 manajemen aset digunakan
di lingkungan pemerintah daerah maupun perguruan tinggi. Sistem informasi aset
berfungsi untuk melakukan pencatatan mengenai pengadaan, pengesahan,
penggunaan, perawatan, status, serta kondisi aset tersebut.

Aset daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang
berwujud maupun barang tak berwujud. Barang Daerah adalah semua barang
berwujud milik daerah yang berasal dari pembelian dengan dana yang bersumber
seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah. Barang berwujud atau disebut dengan aktiva tetap adalah barang yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan digunakan untuk
penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik. Aktiva tetap antara
lain terdiri dari tanah, jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi dan jaringan,
gedung, mesin dan peralatan, kendaraan, meubeleur dan perlengkapanserta buku-
buku perpustakaan.3

Peranan pengelolaan yang baik dan benar sangat diperlukan terutama di


dalam manajemen aset.Karena kebutuhan informasi mengenai data dan informasi
suatu aset sangatlah penting guna untuk memperbaiki kinerja atau efisiensi di
dalam suatu instansi ataulembaga.
Aset merupakan komponen yang nilainya paling besar dan kekayaan yang
vital bagi berjalannya sebuah organisasi baik itu di sebuah pemerintahan maupun
di perusahaan swasta. Aset tetap adalah investasi yang dilakukan oleh sebuah
organisasi jangka panjang dan bukan untuk dijual kembali, sehingga dibutuhkan
manajemen aset yang tepat. Manajemen aset yang tepat dapat membantu instansi
dalam mengidentifikasi daftar kekayaan, tidak hanya untuk melihat aset mana saja
3
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 “tentang pedoman
pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan
penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah”.
4

yang telah dibeli, berapa biayanya, aset mana saja yang sedang digunakan dan
bagaimana pemanfaatannya, tetapi juga dapat mencegah hilangnya atau pencurian
aset dan yang paling penting memudahkan proses pertanggungjawabannya,
terutama oleh instansi-instansi yang bertanggungjawab kepadadaerah.
Namun, pengelolaan aset daerah selama ini belum terlaksana sebagaimana
yang diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang maksimal,
sehingga diperlukan peraturan-peraturan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengelolaan aset daerah. Selama ini pengelolaan barang inventaris daerah
dilaksanakan atas dasar ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7
Tahun 1997 sebagai peraturan pokok terhadap aturan barang inventaris
pemerintahdaerah.

Dari beberapa fakta dapat disebutkan beberapa kelemahan dalam


penyajian aset tetap antara lain belum lengkapnya dokumen, bahkan tidak ada
sama sekali. Tidak jarang pula aset daerah tersebut hilang akibat berbagai alasan
tertentu.Artinya, posisi aset daerah relatif lemah dalam aspek
pengamanannya.Oleh karenanya diperlukan upaya pengamanan aset daerah
melalui pendataan dan peng-legalisasiannya dalam bentuk dokumen dilengkapi
dengan identitas fisik.Pengelolaan aset negara yang profesional dan modern
dengan mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan mampu
meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat atau
stakeholder.
Dalam Islam dijelaskan untuk selalu menjaga amanah dalam QS Al-Anfal
ayat 27 yang berbunyi:
       
   
Terjemah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui”.

Penjelasan ayat tersebut menganjurkan umat muslim untuk selalu bersifat


amanah. Sifat amanah merupakan syarat pokok bagi setiap pemimpin karena jika
tidak memiliki sifat tersebut, niscaya akan membawa kepada kerusakan
masyarakat atau bangsa dan negara.

Bidang pengelolaan aset daerah sangat berperan dalam pengadaan serta


5

pengelolaan sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan


fungsi organisasi, karena faktor-faktor lain seperti sumber daya manusia dan
sistem kerja yang tidak dapat dioptimalkan penggunaannya tanpa dukungan
sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu, sistem pengelolaan aset
daerah senantiasa dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan prinsip pada
transparansi dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi
kelancaran tugas pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

Masalah utama pemerintah daerah dalam pengelolaan aset daerah adalah


ketidaktertiban administrasi dalam pengendalian inventarisasi aset seperti tidak
dipasangnya tanda kepemilikan yang sesuai, tidak termonitornya
pemindahtanganan aset, batas akhir penguasaan aset, status penguasaan aset yang
lemah, tidak diperpanjangnya Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor bahkan
hilangnya Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (sumber: Bidang Pengelola
aset daerah). Padahal, inventarisasi aset merupakan jantung di dalam siklus
pengelolaan aset. Kondisi ini jelas menyebabkan pemerintah daerah mengalami
kesulitan untuk mengetahui secara pasti seberapa besar aset yang dimiliki, aset-
aset mana saja yang telah dikuasai atau bahkan yang sebenarnya memiliki potensi
dan memiliki peluang investasi tinggi.

Pengelolaan aset yang tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan


akan menimbulkan kerugian bagi daerah karena aset yang digunakan tidak sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.Masalah yang dihadapi oleh Badan Keuangan
Daerah Kabupaten Kendal Bidang Pengelolaan Aset adalah ketidaktertiban
administrasi di dalam pengendalian inventarisasi aset seperti tidak dipasangnya
tanda kepemilikan, tidak termonitornya pemindahtanganan/mutasaiaset, status
penguasaan aset yang lemah, batas akhir penguasaan, banyaknya pengguna
kendaraan dinas yang tidak memperpanjang Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor atau bahkan hilang (sumber: Bidang Pengelolaan Aset).

Oleh karena itu perlu dilakukan analisis yang mendalam tentang


pengelolaan barang milik daerah di Kabupaten Kendal agar dalam pengelolaannya
6

dapat teratur dan tertib administrasi sesuai aturan yang berlaku.Standar Akuntansi
Pemerintahan PSAP No. 7 dan PP No. 71 tahun 2010 merupakan penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual yang didalamnya mengatur penyajian aset
dalam neraca dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemanfaatan adalah pendayagunaan barang
milik daerah yang tidak digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama
pemanfaatan, bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan.

Perbup No. 11 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati


Kendal Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Kabupaten Kendal menjadi komitmen pemerintah untuk melaksanakan reformasi
di bidang akuntansi dan pengelolaan BMD terutama untuk penerapan akuntansi
berbasis akrual pada setiap instansi pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.

Atas dasar pemikiran di atas peneliti akan melakukan penelitian untuk


mengetahui sejauhmana hubungan pengelolaan BMD dengan kewajaran penyajian
neraca Aset sehingga menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang
berkualitas di Kabupaten Kendal dengan judul: “Pengaruh Pengelolaan Barang
Milik Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Kendal (Studi pada Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal Bidang
Pengelolaan Aset”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Inventarisasi Barang Milik Daerah (BMD) berpengaruh terhadap
kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Kendal?
2. Apakah Legal audit berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
Pemerintah Kabupaten Kendal?
7

3. Apakah Penilaian Barang Milik Daerah (BMD) berpengaruh terhadap


kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Kendal?
4. Apakah Pengawasan dan pengendalian berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Kendal?
5. Apakah Invetarisasi, Legal Audit, Penilaian BMD, Pengawasan dan
Pengendalian secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kualitas laporan
keuangan Pemerintah Kabupaten Kendal?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan
apakah variabel-variabel Pengelolaan BMD yang terdiri dari Invetarisasi, Legal
Audit, Penilaian BMD, Pengawasan dan Pengendalian berpengaruh secara
signifikan terhadap Kualitas laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Kendal
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan manfaat tambahan pengetahuan
tentang bagaimana sebuah Organisasi menyusun sebuah Administrasi
Pengelolaan Barang Milik Daerah untuk mencapai tujuan daripada Organisasi
tersebut.
2. Lembaga / Almamater
Untuk mengetahui dan menilai kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh dari bangku kuliah. Penelitian ini
juga dapat dijadikan referensi terhadap penelitian selanjutnya.
3. Pihak Instansi
Penelitian ini dapat dijadikan bahan petimbangan dalam mengambil
kebijakan dalam upaya meningkatkan Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Di samping itu juga untuk mengevaluasi berhasil tidaknya Manajemen
Pengelolaan Barang Milik Daerah yang diterapkan oleh Instansi dalam upaya
meningkatkan manajemen pengelolaan BMD sehingga menghasilkan LKPD
yang berkualitas.
8

1.4 Sistematika Penelitian


Secara keseluruhan, skripsi ini secara sistematis terbagi menjadi lima bab
dan diuraikan dalam beberapa sub bab:
BAB I. Pada bagian ini menguraiakan latar belakang penelitian ini, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II. Dalambab ini menguraikan tinjauan pustaka yang meliputi landasan
teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis serta hipotesis.

BAB III. Menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penulisan


skripsi ini meliputi: jenis penelitian, jenis dan sumber data, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan
pengukuran serta teknik analisis data.

BAB IV. Menguraikan analisis data dan pembahasan yang meliputi penyajian
data, analisis data dan pembahasan.

BAB V. Merupakan penutup yang berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari
pembahasan dan saran-saran yang dapat dijadikan masukan bagi
berbagai pihak yang berkepentingan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
9

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Pengelolaan Aset Tetap (Barang Milik Daerah)

2.1.1.1. Definisi Pengelolaan

Kata “Pengelolaan” merupakan arti kata dari manajemen,


secara etimologi kata manajemen berasal dari bahasa Inggris to
manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan,
mengelola, dan memperlakukan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, manajemen diartikan sebagai proses penggunaan
sumberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran. Aset
merupakan thing (barang) atau anything (sesuatu barang) yang
memiliki economic value (nilai ekonomi) atau exchange value
(nilai tukar) yang dipunyai oleh suatu badan usaha,
instansi atau perorangan (individu).4
Berdasarkan pasal 48 ayat (2) dan penjelasan atas pasal 49
ayat (6) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2004 Tendang Perbendaharaan Negara dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa Presiden Repubik Indonesia, ketentuan
mengenai pedoman teknis dan administrasi pengelolaan barang
milik negara/daerah diatur dengan peraturan pemerintah 5
meliputi penjualan barang melalui pelelangan dan
pengecualiannya, perencanaan kebutuhan, tata cara penggunaan,
pemanfaatan, pemeliharaan, penatausahaan, penilaian,
penghapusan dan pemindahtanganan. Rumusan tersebut
merupakan siklus minimal atas seluruh mata rantai siklus
pengelolaan barang milik negara/daerah (asset management
cycle).

4
Siregar Doli D., Menagement aset strategi penataan konsep pembangunan berkelanjutan
secara nasional dalam konteks kepala daerah sebagai CEO’s pada era globalisasi dan otonomi
daerah, Jakarta: Gramedia pustaka utama, 2004, Hal. 178.
5
https://www.bpk.go.id/assets/files/storage/2013/12/file_storage_1386152400.pdf .hal 26
di akses tanggal 6/4/2020.
10

Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud


dalam Peraturan Pemerintah RI (PERMEN RI ) Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.6 Bahwa
dalam pengelolaan BMD tidak sekedar administrasi semata,
tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset negara, dengan
bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan
nilai tambah dalam mengelola aset. Oleh karena itu, lingkup
pengelolaan aset Negara mencakup perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan,
dan pengendalian. Proses tersebut merupakan siklus logistik
yang lebih terinci yang didasarkan pada pertimbangan perlunya
penyesuaian terhadap siklus perbendaharaan dalam konteks yang
lebih luas (keuangan negara).
Berdasarkan pasal peraturan pemerintah Nomor 27
Tahun 2014 tentang pengelolaan aset daerah adalah tidak
sekedar administrasi semana, tetapi lebih maju berfikir dalam
menangani asset daerah dengan bagaimana meningkatkan
efiensi, efektifitas, dan menciptakan nilai tumbuh dalam
mengelola aset. Pengelolaan Aset Tetap (Barang milik Daerah)
merupakan bagian dari Pengelolaan Keuangan Daerah. Selain
itu, Barang Milik Daerah merupakan salah satu unsur penting
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, pengelolaan barang milik
daerah yang baik akan mencerminkan pengelolaan keuangan
daerah yang baik. Tentu saja pengelolaan barang milik daerah
harus dilakukan dengan baik dan benar.

6
http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2006/6TAHUN2006PP.htm di akses tanggal
6/4/2020.
11

Menurut Basuki pengelolaan barang milik daerah


merupakan bagian dari pengelolaan keuangan daerah, barang
milik daerah disini adalah barang berwujud, yakni semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD dan barasal dari
perolehan lainnya yang sah.7
Aset daerah menurut PSAP (pernyataan standar akutansi
pemerintah), ialah segala sumber daya ekonomi yang dimiliki
dan/atau dikuasai oleh pemerintah sebagai dampak peristiwa
masa lalu, serta diharapkan dapat memberikan manfaat baik
untuk pemerintah maupun masyarakat pada masa yang akan
datang. Adapun sumber daya yang tergolong aset dari yang
dapat diukur dengan satuan uang dan juga termasuk yang non
keuangan yang dirawat karna nilai sejarahnya maupun yang
untuk kebutuhan pelayanan jasa umum untuk publik.8
Pengelolaan aset bertujuan untuk membantu suatu
organisasi dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara
efektif dan efisien. Meliputi petunjuk cara perangcangan aset,
pengoperasian/ penggunaan aset sampai pada penghapusan aset
serta resiko yang mungkin ada selama siklus hidup aset.
Sedangkan sasaran dari pengelolaan aset adalah untuk mencapai
kecocokan atau kesesuaian antara aset dengan strategi
penyediaan pelayanan, sehingga penyediaan pelayanan bisa
optimal dengan biaya terendah. Terdapat tiga tujuan utama dari
pengelolaan aset secara garis besar yakni: untuk mengefisiensi
penggunaan dan kepemilikan, menjaga nilai ekonomis serta
untuk mewujudkan objektivitas dalam pengawasan,
pengendalian, penggunan dan pengalihan penguasaan.9

7
Basuki, Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta: Karya Tulis Widyaiswara
Pundiklat Pegawai BPK, 2000, Hal. 151.
8
Muhammad Yusuf, Delapan langkah pengelolaan aset daerah menuju pengelolaan
keuangan daerah terbaik, Jakarta: Salemba Empat, 2013, Hal. 198.
9
Ibid, Hal. 198.
12

Pengelolaan aset berdasarkan peraturan daerah (PERDA)


kabupaten Kendal nomor 12 tahun 2007 tentang pengelolaan
barang milik daerah.10 Yaitu :
1. Maksud pengelolaan barang milik Daerah adalah
untuk:
a) mengamankan barang milik Daerah;
b) menyeragamkan langkah-langkah dan tindakan dalam
pengelolaan barang milik Daerah; dan
c) memberikan jaminan/kepastian dalam pengelolaan
barang milik Daerah.
2. Tujuan pengelolaan barang milik Daerah adalah
untuk:
a) menunjang kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah;
b) mewujudnya akuntabilitas dalam pengelolaan barang;
c) mewujudnya pengelolaan barang milik Daerah yang
tertib, efektif, dan efisien.
Asas Pengelolaan barang milik Daerah dilaksanakan
berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi,
keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
Pertama, azas fungsional ialah penentuan atau
pengambilan keputusan dan solusi dari masalah di bagian
pegelolaan aset daerah yang diselenggrakan oleh kuasa
pengguna barang, pengelola barang dan Walokota/bupati
pengelola barang dan Kepala Daerah sebagaimanai wewenang,
fungsi dan tanggungjawab masing-masing.
Kedua, azas kepastian hukum, merupakan pengelola aset
daerah mesti diselenggarakan sebagaimana hukum dan peraturan
perundang-undangan.
10
https://jdih.kendalkab.go.id/produk_hukum/id/PERDA.2007.017/
pengelolaan_barang_milik_daerah__seri_e_no_11_pengundangan_tgl_10_desember_2007 hal. 7-
8 di akses tanggal 7/4/2020.
13

Ketiga, azas transparansi adalah penyelenggaraan


manejemen aset daerah harus transparan pada hak masyarakat
untuk mendapatkan informasi yang akurat.
Keempat, azas efesiensi merupakan pengelola aset daerah
yang upayakan supaya aset daerah penggunaanya sesuai dengan
standar kebutuhan yang dibutuhkan. Hal ini juga bertujuan untuk
menunjang penyelenggaraan tupoksi pemerintahan secara
maksimal.
Ke lima, azas akuntabilitas yaitu pada tiap kegiatan
pengelolaan aset daerah mesti mampu dipertanggung jawabkan
pada masyarakat.
Terakhir yang Keenam, azas kepastian nilai maksudnya
ialah pengelolaaan aset daerah harus didukung oleh keakratan
nilai dan jumlah barang agar dalam penggunaanya optimal dan
membantu dalam penyusunan neraca keuangan Pemerintah
Daerah.

2.1.1.2. Definisi Aset Tetap

Aset adalah semua kekayaan yang dimiliki oleh suatu


pemerintah, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud
yang dapat dinilai dengan satuan mata uang dan digunakan
dalam operasional pemerintahan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintah Aset adalah sumber
daya ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dengan satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang
diperlakukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
14

sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan


budaya.
Pengertian aset secara umum menurut Siregar adalah
barang atau sesuatu barang yang mempunyai nilai ekonomi,
nilai komersial atau nilai tukar yang dimiliki oleh badan usaha,
instansi atau individu.11
Sedangkan Aset Tetap menurut Pernyataan Standar
Akuntasi Pemerintah (PSAP) 07 Aset tetap adalah aset
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan, dalam kegiatan pemerinta atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.12
Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset
pemerintah dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca.
Aset tetap terdiri dari tanah, gedung, bangunan, peralatan dan
mesin, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, serta
kontruksi dalam pengerjaan. Dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah menyebutkan bahwa pengelolaan barang
milik negara/daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan
dan pengendalian.13
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah, pengelolaan barang milik daerah
meliputi: perencanaan kebutuhan dan penganggaran,

11
Siregar Doli D. Op. Cit, Hal. 178.
12
Perubahan kedua peraturan bupati Kendal nomor 61 tahun 2017, Hal. 10.
13
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah.
15

pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran,


penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan
pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan
tuntutan ganti rugi.
Berdasarkan Kerangka Konseptual Akuntasi Pemerintah
(KKAP), aset di klasifikasikan kedalam aset lancar dan non
lancar:
1. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka
pendek, piutang dan persediaan.
2. Aset non lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang
yaitu meliputi investasi jangka panjang, aset tetap, dana
cadangan dan lainnya.
Jadi Aset Tetap merupakan salah satu jenis Aset Non
Lancar yang digunakan lebih dari jangka waktu dua belas bulan.
Secara umum dapat disimpulkan Aset tetap diklasifikasikan
berdasarkan kesamaan dalam sifat dan fungsinya dalam
aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap sebagai berikut:
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah
tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai. Tanah merupakan aset pemerintah yang sangat vital
dalam operasional pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat.
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan
kendaraan bermotor, alat elektonik, inventaris kantor, dan
peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi
siap pakai.
16

3. Gedung dan Bangunan


Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung
dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai
dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai.
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi,
dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki
dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.
5. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang
diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai. Yang terdiri atas
buku perpustakaan, buku terbitan berkala, barang-barang
perpustakaan, barang bercorak kesenian/kebudayaan, serta
hewan/ternak dan tumbuh-tumbuhan.
6. Konstruksi dalam Pengerjaan
Golongan barang ini dicatat sebesar biaya yang
dikeluarkan sampai dengan akhir masa pengerjaan pada tahun
yang bersangkutan.
Berdasarkan PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap,
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat
diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Berwujud;
b) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
c) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
d) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas; dan
17

e) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk


digunakan.14
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Aset daerah termasuk di dalamnya aset tetap (Barang Milik
Daerah) merupakan semua kekayaan daerah yang dimiliki
maupun dikuasai oleh pemerintah daerah yang dibeli atas beban
APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), atau atas dasar
perolehan lainnya yang sah. yang bersifat jangka panjang dan
digunakan untuk kegiatan opersional serta memiliki masa
manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
2.1.1.3. Pengertian Pengelolaan Aset Tetap (Barang Milik Daerah)

Dalam penyelenggaraan pemerintah Negara/daerah aset


merupakan salah satu unsur penting yang harus dikelola dengan
baik untuk menunjang kegiatan operasional pemerintah.
Pengertian aset ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam
peraturan tersebut, barang yang diberi nama aset lebih tepatnya
disebut aset tetap. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 6 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, yang diberi nama aset adalah barang.
Pengertian Barang menurut Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 adalah setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh
Pengguna Barang. Namun demikian pengertian barang pada
manajemen pengelolaan BMN/BMD sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 hanya dibatasi yang berwujud
(tangible) sebagaimana dimaksud Bab VII Pasal 42 sampai
dengan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
14
Perubahan kedua peraturan bupati Kendal nomor 61 tahun 2017. Op. Cit., hal. 10-12.
18

Menurut Pasal 1 Ayat (1) dan Ayat (2) Peraturan


Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 ini yang dimaksud dengan:
1. Barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
2. Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
Adapun Ruang Lingkup Barang Milik Negara/Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 meliputi:
1. Barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D.
2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, yaitu:
a) Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang
sejenis;
b) Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian atau kontrak;
c) Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-
undang;
d) Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Manajemen Aset adalah ilmu dan seni untuk memandu
pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan
kebutuhan aset, mendapatkan aset, menginventarisasikan,
melakukan legal audit, menilai aset, mengoperasikan,
memelihara, membaharukan atau menghapuskan hingga
mengalihkan aset secara efektif dan efesien.15
Manajemen Aset diartikan sebagai suatu kegiatan
manajemen dalam mengelola penggunaan dana yang ditujukan
dalam rangka meningkatkan control atau pengawasan terhadap

15
Gima Sugiama, Manajemen Aset Pariwisata, Bandung: Guardaya Intimarta, 2013, Hal.
15.
19

aset tetap dan revaluasi aset tetap yang disesuaikan dengan nilai
wajar. Sedangkan menurut Siregar Manajemen Aset merupakan
salah satu profesi atau keahlian yang belum sepenuhnya
berkembang dan populer di lingkungan pemerintahan maupun
di satuan kerja atau instansi.16
Siklus manajemen aset daerah secara umum meliputi
tahap-tahap sebagai berikut ini:17
1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Penggunaan, pemanfaatan
4. Pengamanan, pemeliharaan, dan rehabilitas
5. Penghapusan, pemindahtanganan
Konsep Manajemen Aset, di dunia internasional
manajemen aset telah berkembang cukup pesat, namun di
Indonesia hal ini khususnya dalam konteks pengelolaan aset
pemerintah daerah sepenuhnya belum dipahami oleh para
pengelola daerah. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa manajemen aset adalah ilmu yang
mengatur tentang pengelolaan aset mencakup proses
merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan aset,
menginventarisasikan, melakukan legal audit, menilai aset,
mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau
menghapuskan hingga mengalihkan aset secara efektif dan
efesien.
Manajemen aset pemerintah daerah dapat dibagi dalam
empat tahap kerja, yang meliputi; inventarisasi aset, legal
audit, penilaian aset, pengawasan dan pengendalian aset.
Keempat tahapan kerja manajemen aset pemerintah daerah ini
saling berhubungan dan terintegrasi.18
16
Siregar Doli D, Op. Cit., Hal. 518
17
Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta: Erlangga, 2009, Hal. 151.
18
Siregar Doli D, Op. Cit., Hal. 518
20

sebagaimana yang dilihat pada gambar 2.1.

Sumbe
r: Siregar (2004)

1. Tahapan Kerja Pengelolaan Aset Daerah

Melihat gambar alur dari Manajemen Aset tersebut di


atas, memang sepenuhnya belum dipahami oleh para pengelola
aset daerah. Manajemen Aset sendiri merupakan salah satu
profesi yang memang belum sepenuhnya berkembang dan
populer di masyarakat. Manajemen Aset dapat dibagi dalam
lima tahapan kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian
aset, optimalisasi aset dan pengembangan SIMA (Sistem
Informasi Manajemen Aset). Manajemen Aset mencakup
rantaian kegiatan dari; perencanaan penyusunan kebutuhan dan
penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran,
pengendalian, pemakaian / penggunaan, pemeliharaan,
pemanfaatan/ penggunausahaan, penatausahaan, pengendalian,
penghapusan dan pemindahtanganan. Sedangkan manajemen
aset kedepan meliputi 5 (lima) kegiatan yaitu; inventarisasi,
legal audit, Penilaian Aset, Optimalisasi Aset dan
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA).
Sedangkan menurut Siregar (2004:518) kegiatan
pengelolaan barang milik daerah terdiri dari empat tahapan
21

yaitu : 1. Inventarisasi aset; 2. Legal audit; 3. Penilaian aset; 4.


Pengendalian dan pengawasan.19 Hal ini juga menjadi variabel
dalam penelitian ini. Berikut penjelasan dari ke empat tahapan
kerja pengelolaan Aset tersebut.
2.1.2.1. Pengertian Variabel-Variabel Pengelolaan Aset
1. Inventarisasi aset

Permendagri No. 17 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 31


tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah
menyatakan inventariasi adalah kegiatan atau tindakan untuk
melakukan perhitungan, pengurusan, penyelenggaraan,
pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang dalam
pemakaian. Barang inventarisasi adalah seluruh barang yang
dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah yang
penggunaannya lebih dari satu tahun dan dicatat serta didaftar
dalam buku Inventarisasi.

Para pengguna/kuasa pengguna barang (aset) dalam


melakukan pendaftaran dan pencatatan sesuai dengan format:
1. Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah;
2. Kartu Inventaris Barang (KIB) B Peralatan dan Mesin;
3. Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung dan Bangunan;
4. Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, Irigasi dan
Jaringan;
5. Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya;
6. Kartu Inventaris Barang (KIB) F Konstruksi dalam
pengerjaan.

Buku inventaris tersebut memuat data meliputi lokasi,


jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian, asal
barang, dan sebagainya. Adanya buku inventaris yang
lengkap, teratur dan berkelanjutan mempunyai fungsi dan

19
Ibid. Hal. 518
22

peran yang sangat penting dalam rangka:


1. Pengendalian, pemanfaatan, pengamanan dan pengawasan
setiap barang;
2. Usaha untuk menggunakan dan memanfaatkan setiap
barang secara maksimal sesuai dengan tujuan dan
fungsinya masing-masing;
3. Menunjang pelaksanaan tugas Pemerintah.

Agar buku inventarisasi dapat digunakan sesuai


dengan fungsi dan perannnya, maka pelaksanaanya harus
lebih tertib, teratur, dan berkelanjutan, berdasarkan data yang
benar, lengkap, dan akurat sehingga dapat memberikan
informasi yang tepat dalam: Perencanaan kebutuhan dan
penganggaran, Pengadaan, Penerimaan, penyimpanan dan
penyaluran, Penggunaan, Penatausahaan, Pemanfaatan,
Pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian, Penghapusan,
Pemindahtanganan, Pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian, Pembiayaan dan Tuntutan ganti rugi.

inventarisasi aset terdiri atas dua aspek yaitu


inventariasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas
bentuk, luas lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-
lain. Aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal
yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses
kerja yang dilakukan adalah pendataan, kodifikasi/labling,
pengelompokkan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan
tujuan manajemen aset. Inventarisasi aset merupakan suatu
kegiatan melaksanakan pengaturan, pencatatan aset-aset,
menyusun daftar aset yang bersangkutan ke dalam suatu
daftar inventaris aset secara teratur, dan mengurus aset
menurut ketentuan yang ada.20

20
Ibid. Hal. 519.
23

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat


disimpulkan bahwa inventarisasi aset adalah suatu kegiatan
yang mencakup pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil
pendataan. Kegiatan inventarisasi disusun dalam buku
inventaris yang menunjukkan semua kekayaan daerah yang
bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak.

2. Legal Audit

Legal audit adalah kegiatan pengauditan tentang


status aset, sistem dan prosedur pengadaan, sistem dan
prosedur pengalihan, pengidentifikasian adanya indikasi
permasalahan legalitas, pencarian solusi untuk memecahkan
masalah legalitas yang terjadi atau terkait dengan penguasaan
dan pengalihan aset.21

Legal audit merupakan satu lingkup kerja Manajemen


Aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem
dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi
dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi
untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait
dengan penguasaan atau pengalihan aset. Permasalahan legal
sering ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah,
aset dikuasai pihak lain, pemindahtangaan aset yang tidak
termonitor dan lain- lain.22

Legal audit dipandang dapat mengeliminasi atau


meminimalissi resiko hukum atau menurunkan biaya perkara
yang harus dikeluarkan karena diakibatkan oleh
defisiensi/kekosongan dokumen-dokumen tertulis. Lebih

21
Gima Sugiama, Op. Cit., Hal. 173.
22
Siregar Doli D, Op. Cit., Hal. 519
24

lanjut dalam Permendagri No. 17 tahun 2007 pasal 45


dijelaskan bahwa23 :

“Legal audit juga merupakan tindakan pengamanan atau


tindakan pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan
barang daerah secara fisik, administrasi dan tindakan hukum.
Pengamanan tersebut menitik beratkan pada penertiban
pengamanan secara fisik dan secara administrasi, sehingga
barang daerah tersebut dapat dipergunakan/dimanfaatkan
secara optimal serta terhindar dari penyerobotan pengambil
alihan atau kalim dari pihak lain. Pengamanan secara fisik
terhadap barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dapat
dilakukan dengan pemagaran, pemasangan papan tanda
kepemilikan dan penjagaan. Pengamanan secara administratif
dapat dilakukan dengan cara penyelesaian bukti kepemilikan
seperti IMB, berita acara serah terima, surta perjanjian, akte
jual beli, dan dokumen pendukung lainnya”.

Tahapan legal audit adalah sebagai lingkup kerja


pengelolaan aset yang berkaitan dengan inventarisasi status
penguasaan aset, prosedur penguasaan atau pengalihan
barang milik daerah atau aset. Kemudian mengidentifikasi
dan mencari penyelesaian atas permasalahan legal, serta
strategi untuk menyelesaikan berbagai persoalan legalitas
penguasaan dan pengalihan aset. Persoalan yang biasa timbul
pada tahapan ini menyangkut status penguasaan yang lemah,
bukti kepemilikan yan tidak ada, aset dikuasai oleh pihak lain
serta tidak termonitornya pemindahan aset.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat


disimpulkan bahwa legal audit adalah suatu kegiatan atau
tindakan pengamanan dan pengendalian, penertiban dalam

23
Permendagri No. 17 tahun 2007 pasal 45
25

upaya pengurusan barang daerah secara fisik, administrasi


dan tindakan hukum.

3. Penilaian aset

Penilaian adalah suatu proses kerja untuk melakukan


penilaian atas aset yang dikuasai, mengetahui nilai kekayaan
daerah, dan penetapan harga bagi aset yang ingin dijual. 24
Biasanya penilaian ini dikerjakan oleh konsultan penilaian
yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun
informasi untuk penerapan harga bagi aset yang ingin dijual.

Berdasarkan Permendagri No.17 Tahun 2007 Pasal 1


ayat 32 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah,
penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca pemerintah daerah, pemanfaatan dan
pemindahtanganan barang milik daerah. Penilaian barang
(aset) berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah
Daerah, kegiatan penilaian barang milik daerah harus
didukung dengan data yang akurat atas seluruh kepemilikan
barang milik daerah (aset) yang tercatat dalam daftar
inventarisasi barang milik daerah (aset).

Penilaian aset merupakan upaya untuk menghitung


nilai dari barang atau aset yang dimiliki oleh daerah.
Kegiatan penilaian dapat dilakukan secra independen oleh
petugas pengelola aset tau oleh konsultan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui nilai kekayaan dari aset tersebut serta
sebagai acuan dalam menentukan harga aset tertentu apabila
akan dijual.

24
Siregar Doli D, Op. Cit., Hal. 518.
26

Dalam melakukan penilaian terdapat beberapa jenis


pendekatan yakni: pendekatan data pasar (market data
approach) dengan metode perbandingan secara langsung.
Kemudian pendekatan biaya (cost approach) dengan metode
biaya pengganti baru yang disusutkan.

Pelaksanaan penilaian barang milik daerah ini


dilakukan oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan
Kepala Daerah dan dapat melibatkan dengan lembaga
independen bersertifikat (surat Keputusan) dibidang penilaian
aset, misal penilaian barang milik daerah khusus untuk tanah
dan/atau bangunan, dilakukan dengan estimasi terendah
dengan menggunakan Nilai Jual Pajak (NJOP) sehingga
diperoleh nilai wajar.

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat


disimpulkan bahwa penilaian aset adalah suatu kegiatan
untuk mengetahui nilai kekayaan aset daerah, dalam
penyusunan neraca pemerintah daerah, pemanfaatan aset, dan
dapat menetapkan nilai aset yang akan dijual.

4. Pengawasan dan Pengendalian aset

Pengendalian dan pengawasan adalah satu


permasalahan yang sering menjadi hujatan kepada
pemerintah daerah saat ini. Satu sarana yang efektif untuk
meningkatkan kinerja aspek ini adalah pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Aset (SIMA). Melalui SIMA kalau di
Pemerintah Kabupaten Kendal dikenal dengan Aplikasi SIM
Aset, transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat
terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan
dan pengendalian yang lemah.25 Dengan adanya Aplikasi
25
Ibid. Hal. 519.
27

SIM Aset setiap penanganan terhadap satu aset termonitor


jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga siapa yang
bertanggungjawab menanganinya. Hal ini yang diharapkan
akan meminimalkan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme)
dalam tubuh pemerintah daerah.

Berdasarkan Permendagri No. 19 Tahun 2016 Pasal


481 dan Pasal 482 (pembaruan Permendagri No. 17 Tahun
2007) tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah,
pengawasan dan pengendalian barang milik daerah dilakukan
untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan
barang milik daerah secara berdayaguna dan berhasilguna,
maka fungsi pengawasan dan pengendalian sangat penting
untuk menjamin tertib administrasi pengelolaan barang miliki
daerah. Pengendalian merupakan usaha atau kegiatan untuk
menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Sedangkan pengawasan merupakan usaha atau kegiatan
untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
mengenai pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan, apakah
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.26

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat


disimpulkan bahwa pengendalian dan pengawasan aset
adalah suatu usaha atau kegiatan untuk mengarahkan dan
menilai serta mengawasi apakah kegiatan pengelolaan aset
telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah.
2.1.2. LKPD
2.1.3.1. Definisi LKPD
26
Permendagri No. 19 Tahun 2016 Pasal 481 dan Pasal 482 (pembaruan Permendagri No.
17 Tahun 2007) tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Daerah.
28

Pelaporan keuangan adalah catatan informasi tambahan


atas laporan keuangan dari suatu entitas pada suatu periode
akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
entitas tersebut.Laporan keuangan merupakan laporan yang
terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.Pelaporan
keuangan dapat dikatakan sebagai data juga dapat dikatakan
sebagai informasi.Data dapat berubah menjadi informasi jika
diubah kedalam konteks yang memberikan makna.27

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk


melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang
dicapai dalam pelaksaan kegiatan secara sistematis
danterstruktur pada suatu periode pelaporan untuk
kepentingan:28

a) Akuntabilitas

Mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber daya


serta pelaksanaan kebijakan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.

b) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi


pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode
pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan
ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

c) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur


kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
27
Anonim, Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba empat, 2010, Hal.10.
28
Erlina, et. Al., Pengelolaan dan Akuntansi Keuangan Daerah, Medan: USUPress,
2012, Hal. 72.
29

masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan


menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan
ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

d) Keseimbangan

AntargenerasiMembantu para pengguna dalam


mengetahui kecakupan penerimaan pemerintah pada periode
pelaporan untuk mmbiayai seluruh pengeluaran yang
dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut.

e) Evaluasi kerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam


penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah
untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai


peranan prediktif dan prospektif,menyediakan informasi yang
berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya dibutuhkan
untuk operasi yang berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan
dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian
yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi
bagi pengguna mengenai indikasi apakah sumber daya telah
diperoleh dan digunakan sesuaidengan anggaran.29

Komponen laporan keuangan menurut Peraturan


Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yakni:

1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

29
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Pemerintah, Jakarta: Penerbit Salemba
Empat, 2010, Hal. 4.
30

2) Laporan Perubahan Saldo Angaran Lebih (Laporan


Perubahan SAL);

3) Neraca;

4) Laporan Operasional (LO)

5) Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

6) Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).30

Pembuatan laporan keuangan dilakukan oleh masing –


masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dalam
pelaksanaannya, Kepala SKPD selaku pengguna anggaran
menyusun laporan keuangan yang terdiri dari LRA, Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban
APBD pada SKPD yang bersangkutan. Pejabat pengelola
keuangan daerah selaku Bendahara Umum Daerah (BUD)
menyusun laporan keuangan berupa LRA, Neraca, Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai
pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah.
Laporan keuangan dari SKPD dan BUD kemudian
direkonsiliasi, prosedur rekonsiliasi ini sangat diperlukan
karena merupakan bagian dari sistem pengendalian intern.

Pihak yang menjalankan sistem pengendalian intern


adalah inspektorat kabupaten/kota yang memiliki kegiatan
melakukan pengawasan. Dalam pengawasan intern, salah satu
tugas inspektorat mereview atas laporan keuangan dan kinerja
dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan
sebelum disampaikan kepada Bupati/Walikota. Review ini
sangat penting karena untuk meyakinkan keandalan informasi
atas laporan keuangan keuangan dan kinerja yang disampaikan
kepada bupati/Walikota selaku kepala daerah. Bupati/Walikota

30
Peraturan Presiden No.71 Tahun 2010
31

memerlukan inspektorat untuk meyakinkan bahwa transaksi


keuangan tersebut telah dicatat dan disajikan secara benar
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP) yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010. Laporan
keuangan yang telah direviu kemudian diupdate oleh SKPD dan
BUD. Laporan keuangan SKPD yang telah diupdate kemudian
diserahkan kepada BUD. Oleh BUD laporan keuangan SKPD
dan laporan keuangan BUD dikompilasi menjadi laporan
keuangan pemerintah daerahyang belum diaudit. LKPD yang
belum diaudit kemudian diserahkan kepada Bupati/Walikota
sebagai penanggungjawab laporan keuangan pemerintah
daerah. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah
bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah.Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan gabungan
dari laporan keuangan SKPD yang ada dalam pemerintahan
daerah disusun untuk menyediakan informasi relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi dilakukan oleh suatu
entitas pemerintah daerah selama satu periode pelaporan.
Laporan keuangan pemerintah daerah digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dan
pembiayaan dengan anggaran yang ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas
pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa laporan
keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitaspelaporan.Entitas pelaporan dalam pemerintah adalah
unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan perundang-undangan wajib
32

menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan


keuangan.Laporan keuangan pemerintah daerah dikeluarkan 2
kali dalam satu tahun anggaran yaitu (1) semester, yang dimulai
dari periode januari –juni, (2) tahunan, yang dimulai dari
periode januari –desember. Setiap pemerintah daerah
mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode
pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen dan
transparansi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan


Keuangan Pemerintah Daerah merupakan suatu data yang
menyajikan beberapa informasi yang terdiri atas berbagai
elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang dapat
menggambarkan mengenai kondisi dan kinerja keuangan entitas
tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara disebutkan dengan jelas bahwa setiap kepala
instansi pemerintah wajib menyusun dan melaporkan laporan
keuangan (LK) atas instansi yang dipimpinnya yang nantinya
akan diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Lebih
lanjut lagi Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006
menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah wajib menyusun
dan menyajikan laporan keuangan dan laporan kinerja. Sejalan
dengan wewenang yang diberikan, informasi mengenai
pelayananyang dilakukan serta pelaksanaan aktivitas dari
wewenang yang diperoleh harus dipertanggungjawabkan karena
luasnya cakupan principal yang harus diberikan informasi
pertanggungjawaban, maka instansi pemerintah diwajibkan
untuk membuat laporan pertanggungjawaban yang terbuka bagi
seluruh masyarakat sebab sebagai stakeholder terbesar bagi
pemerintah, masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan
33

informasi ini.

2.1.3.2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kualitas LKPD

Berdasarkan PPNo.71 Tahun 2010,laporan keuangan


adalah laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan.Dengan kata lain, laporan keuangan adalah output
dari sistem akuntansi yang bermanfaat pemberian informasi
bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi keuangan
sebagai dasar pembuatan keputusan yang dilaksanakan di
tingkat SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan di tingkat
PPKD (Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah).

Karakteristik yang diperlukan agar laporan keuangan


pemerintah berkualitas, yaitu31:
1. Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan apabila keputusan


pengguna dipengaruhi oleh informasi yang termuat didalamnya
dengan membantupenggunauntukmengevaluasi peristiwa masa
laluatau masa kini, memprediksi masa depan, serta mengoreksi
hasil evaluasi tersebut. Selain itu, informasi dapat dikatakan
relevan jika disajikan memiliki

a) Manfaat umpan balik

b) informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau


mengoreksi ekspekstasi mereka di masa lalu.

c) memiliki manfaat prediktif

informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi


masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan

31
Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat,
2002, Hal. 7.
34

kejadian masa kini.

d) tepat waktu

informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh


dan berguna dalam pengambilan keputusan.

e) Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan


selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi
yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan
memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang
melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat
dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar
kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat
dicegah.
2. Andal

Laporan keuangan andalberartiinformasi dalam


laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan
dan kesalahan material, menyajikan fakta secara jujur, serta
diverifikasi. Informasi yang andal memilikikarakteristik :

a) penyajian jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta


peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan untuk disajikan.

b) dapat diverifikasi

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat


diuji,dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali
oleh pihak yang berbeda,hasilnya tetap menunjukan
simpulan yang tidak bebeda jauh.

c) Netralitas
35

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak


berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
3. Dapat dibandingkan

Dapat dibandingkanartinyainformasi dalam laporan


keuangan akan berguna jika dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.Apabila
entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi
yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi sekarang,
perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya
perubahan.
4. Dapat dipahami

Laporan keuangan maksudnya dapat


dipahamipengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta
istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna.

Kualitas laporan keuangan pemerintah dipengaruhi oleh


berbagai faktor yaitu:

1) Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah;

2) Sistem Pengendalian Intern;

3) Kompetensi Sumber Daya Manusia;

4) Pemanfaatan Teknologi Informasi;

5) Penerapan Sistem Pengendalian Intern;

6) Pemahaman Akuntansi.32

2.1.3. Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal (BAKEUDA)

32
Haryanto, Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi Informasi
dalam Peningkatan Kualitas Pelaporan Aset Daerah. Buku Pengelolaan Akuntansi Keuangan
Daerah–UNDIP, 2013, Hal. 15.
36

Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal (BAKEUDA)


dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 6
Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kendal dan Peraturan Daerah
Kabupaten Kendal Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kendal.
Kedudukan Badan merupakan unsur pelaksana fungsi penunjang
urusan pemerintahan di bidang keuangan yang menjadi kewenangan
Daerah dan Badan dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.33
2.1.4. Penelitian Terdahulu
Dalam rangka pencapaian penulisan skripsi yang maksimal,
sebagai bahan perbandingan penelitian yang sudah dilakukan oleh
beberapa mahasiswa antara lain:
1. Penelitian dari Risqi Khoirunisak dengan judul Perlakuan
Akuntansi Aset Tetap Pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Kendal menghasilkan kesimpulan bahwa Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kendal memperoleh aset tetap melalui transfer masuk
dan belanja modal, dan untuk pengurangan asset tetap dilakukan
dengan cara transfer keluar. Nilai aset tetap diungkapkan kedalam
neraca berdasarkan nilai wajar yang dimilikinya. Secara
keseluruhan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan. 34
2. Penelitian dari Luthfina Hamidayanti dengan judul Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Opini Audit Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel kelemahan

33
https://kendalkab.go.id/instansi/detail/INS0226/dinas_daerah/dppkad. di akses pada
tanggal 9/4/2020.
34
Risqi Khoirunisak, Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kendal, Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang, 2019, Hal. 61.
37

SPI dan tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan berpengaruh


terhadap opini audit laporan keuangan pemerintah daerah.
Sedangkan, variabel ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio efisiensi
tidak berpengaruh terhadap opini audit laporan keuangan
pemerintah daerah.35
3. Penelitian oleh saudari Alfian Noor Izzat dengan judul Kinerja
Organisasi Bidang Pengelolaan Aset Daerah Badan Keuangan
Daerah Kabupaten Semarang Dalam Pengelolaan Aset Tetap.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja
organisasi Bidang Pengelolan Aset Daerah BKUD Kabupaten
Semarang dalam pengelolaan aset tetap perlu ditingkatkan lagi. Hal
ini dikarenakan masihterdapat beberapa kendala dalam pengelolaan
aset tetap seperti, lemahnya koordinasi Bidang Pengelolaan Aset
Daerah dengan OPD lain, belum punya tempat penyimpanan aset
tetap, masih kurang transparan, minimnya jumlah pegawai dan
kompetensi pegawai yang rendah, serta kurang memadainya sarana
dan prasarana.Saran yang diberikan peneliti yaitu peningkatan
koordinasi berkelanjutan dengan pihak-pihak eksternal (OPD-OPD,
BPN, dan Perangkat Desa yang lama kaitannya dengan proses
sertifikasi tanah), penambahan SDM yang berkompeten, perlunya
diklat pegawai mengenai IT, mencari tempat alternatif untuk
penyimpanan aset, peningkatan transparansi, serta pengadaan
penambahan sarana prasarana.36
4. Penelitian oleh saudari Agnes Evira dengan judul pengaruh
manajemen aset daerah terhadap kewajaran laporan keuangan
pemerintah daerah menurut pp no. 71 tahun 2010 dan PSAP no. 07

35
Luthfina Hamidayanti, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Surakarta. 2018. Hal.
89.
36
Alfian Noor Izzat, Kinerja Organisasi Bidang Pengelolaan Aset Daerah Badan
Keuangan Daerah Kabupaten Semarang Dalam Pengelolaan Aset Tetap, Jurusan Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang, 2017. Hal. 127.
38

(Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Grobogan),


menghasilkan kesimpulan bahwa Pengujian data kuantitatif
menunjukkan bahwa, secara teoritis, perencanaan, pelaksanaa,
penatausahaan dan pengawasan berpengaruh secara signifikan
terhadap kewajaran penyajian aset di laporan keuangan pemerintah
daerah. Meskipun demikian, hasil data kualitatif, yaitu wawancara,
menunjukkan beberapa permasalahan di lapangan terkait aspek
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pengawasan.37
5. Penelitian oleh saudari Siti Nur Rokhmah Hidayati dengan judul,
Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan
Aset RSUD Pandan Arang Boyolali, menghasilkan kesimpulan
bahwa: 1). Optimalisasi aset dipengaruhi oleh variabel
inventarisasi aset, identifikasi aset, legal audit dan penilaian aset
sebesar 65,4%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel
lainnya, 2). variabel inventarisasi aset, dan legal audit
berpengaruh positif dan signifikan pada alpha 5% terhadap
optimalisasi aset, dan 3). variabel identifikasi aset, dan penilaian
aset berpengaruh positif tetapi tidak signifikan pada alpha 5%
terhadap optimalisasi aset.38

2.1.5. Kerangka Teoritik

Badan Keuangan Daerah Kabupaten Kendal Bidang


pengelolaan Aset dalam rangka menyusun LKPD yang berkualitas
yaitu dengan melaksanakan manajemen bauran pengelolaan Aset
dengan menganalisa mengenai pengaruh variabel-variabel yang terdiri
dari Inventarisasi Aset (X₁), Legal audit (X₂), Penilaian Aset (X₃),

37
Agnes Evira, Pengaruh Manajemen Aset Daerah Terhadap Kewajaran Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Menurut PP no. 71 tahun 2010 dan PSAP no. 07 (Studi Kasus pada
Pemerintah Kabupaten Grobogan), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2016.
38
Siti Nur Rokhmah Hidayati, Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset RSUD Pandan Arang Boyolali, Jurusan Magister Manajemen Sekolah UMS,
Surakarta, 2016, Hal. 50.
39

dan Pengawasan dan pengendalian (X₄) yang mempengaruhi Kualitas


LKPD (Y). Maka model konseptual penelitian dapat dijelaskan melalui
kerangka pemikiran teoritis, sebagai berikut:

Gambar 2.2: Kerangka Pemikiran Teoritik.

X 1 = Inventarisasi Aset

X 2 = Legal audit

Kualitas LKPD (Y)


X 3 = Penilaian Aset

X 4= Pengawasan dan
pengendalian

2.2. Hepotesis
Hipotesis diartikan suatu jawaban yang sementara terhadap suatu
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.39
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori maka hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
H 1: Inventarisasi Aset berpengaruh positif terhadap Kualitas LKPD di
BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.
H 2: Legal audit berpengaruh positif terhadap Kualitas LKPD di
BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.
H 3: Penilaian Aset berpengaruh positif terhadap Kualitas LKPD di
BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.
H 4 : Pengawasan dan pengendalian berpengaruh positif terhadap Kualitas
LKPD di BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.

39
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002, Hal. 64.
40

H 5: Inventarisasi Aset, Legal audit, Penilaian Aset, dan Pengawasan dan


pengendalian berpengaruh positif terhadap Kualitas LKPD di
BAKEUDA Bidang Aset Kabupaten Kendal.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data


Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yakni
pengamatan langsung ke objek yang diteliti guna mendapatkan data yang
41

relevan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dimana peneliti dapat


menentukan hanya beberapa variabel saja dari objek yang diteliti kemudian
dapat membuat instrumen untuk mengukurnya.40
Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari
hasilnya. Demikian juga pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih
baik apabila juga disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan
lain.41
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli yaitu Pengelola dan Pengurus
Barang Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Kendal. Untuk
memperoleh data ini peneliti menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah alat
pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk memperoleh
keterangan dari sejumlah responden.42 Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang
dibutuhkan.43 Yaitu dari literatur, buku-buku, jurnal-jurnal penelitian,
majalah ilmiah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau nilai
test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu di dalam suatu penelitian.44 Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.45
Populasi yang digunakan adalah Pengurus Barang Pengelola Dan
Pengurus Barang Pengguna sejumlah sekitar 70 orang dan Pengurus Barang
40
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2008, Hal. 17.
41
Suharsini Arikunto, Op. Cit, Hal. 27.
42
Sugiyono, Op. Cit, Hal. 142.
43
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana, 2006, Hal.122.
44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2009, Hal. 80.
45
Ibid, Hal. 81.
42

Pembantu sejumlah sekitar 696 orang yang tersebar di 49 OPD yang berada
di Pemerintah Kabupaten Kendal. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara purpossive sampling. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan, sampel yang diambil hanya kepada Pengurus Barang
yang tersebar di 49 OPD di Kabupaten Kendal. 46

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan


sample non probability sampling dengan metode accidental sampling, yaitu
teknik pengambilan sample secara kebetulan, dengan cara membagikan
koesioner kepada responden yang dianggap sesuai untuk dijadikan data
penelitian.

Berdasarkan rumus slovin jumlah sampel dapat dihitung sebagai


berikut:
N
n=
1+¿ ¿
Keterangan:
N = Ukuran populasi
n = Ukuran sampel
e = 10 % kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan.47
300
n= 2
=75
1+300.(0,1)
766
n=
1+¿ ¿
Sampel yang diambil dari penelitian ini berjumlah 88
orang/responden setelah pembulatan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara:
46
Sumber Bidang Pengelolaan Aset BAKEUDA Kabupaten Kendal.
47
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008, Hal. 180.
43

1. Angket (Questionnaire)
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan
yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh
responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau dikembalikan
kepada petugas atau peneliti.48 Angket dalam penelitian ini diberikan
kepada Pengurus Barang Pengguna yang tersebar di 49 OPD di
Kabupaten Kendal. Saat melakukan penelitian, peneliti membagikan
angket ke Pengurus Barang Pengguna yang tersebar di 49 OPD di
Kabupaten Kendal untuk diisi dan di kembalikan ke peneliti. Kuesioner
yang dipakai disini adalah model tertutup karena jawaban telah
disediakan dan pengukurannya menggunakan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Sebelum membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu dibuat kisi-
kisi instrumen dengan menjabarkan variabel menjadi sub variabel yang
akan diukur, hal ini digunakan sebagai patokan untuk menyusun
instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan instrumen yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai
sangat positif dengan 5 (lima) alternatif jawaban, dengan jawaban
masing-masing berikut:

SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Ragu-Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Dengan menggunakan skala likert masing-masing instrumen
jawaban memiliki nilai (SS : 5), (S: 4), (N: 3), (TS: 2), dan (STS : 1).

2. Wawancara (Interview)

48
Burhan Bungin, Op. Cit, Hal.123.
44

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh


keterangan untuk tujuan peneliti dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan
atau tanpa menggunakan pedoman wawancara.49 Peneliti melakukan
wawancara dengan Pengelola Bidang Aset dan Pengurus Barang
Pengguna di Kabupaten Kendal untuk mendapatkan informasi mengenai
Manajemen pengelolaan Aset di Kabupaten Kendal.

3. Pengamatan (Observation)
Pengamatan (Observation) adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra
lainnya.50 Peneliti melakukan pengamatan langsung di Bidang
Pengelolaan Aset Daerah Di kabupaten Kendal yang beralamat di
Gedung A Lantai 2 Jl. Soekarno-Hatta No. 193 Kendal.
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dan membagikan
angket ke Pengurus Barang OPD di Kabupaten Kendal.

4. Dokumentasi (Dokumentation)
Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.51 Metode
ini digunakan sebagai pelengkap guna memperoleh data sebagai bahan
informasi yang berupa latar belakang kantor, tugas pokok dan tata kerja,
struktur organisasi, presentasi serta data lain yang mendukung.

3.4 Variabel Penelitian dan Pengukuran


Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun
obyek yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

49
Ibid, Hal.126.
50
Ibid, Hal.133.
51
Suharsimi Arikunto, Op. Cit, Hal. 274.
45

dipelajari dan ditarik kesimpulannya.52 Dalam penelitian ini, operasional


variabel penelitian dan pengukuran variabel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Definisi Indikator Skala


Pengukuran
Pengelolaan Inventarisasi seluruh barang  Pendataan Skala likert
Barang Milik ( X 1 ) yang dimiliki /  Pencatatan

Daerah (X) dikuasai oleh  Pelaporan hasil


pemerintah pendataan
daerah yang
penggunaannya
lebih dari satu
tahun dan
dicatat serta
didaftar dalam
buku
Inventarisasi
Legal Audit Kegiatan  Status aset Skala likert
(X 2) pengauditan  Sistem dan
tentang status prosedur
aset, sistem dan pengadaan
prosedur  Sistem dan
pengadaan, prosedur
sistem dan pengalihan
prosedur  Identifikasi
pengalihan, permasalahan
pengidentifikasi legalitas
an adanya  Memecahkan
indikasi masalah
permasalahan legalitas dan
legalitas, tindakan
52
Sugiyono, Op. Cit, Hal. 38.
46

pencarian solusi hukum


untuk
memecahkan
masalah
legalitas yang
terjadi atau
terkait dengan
penguasaan dan
pengalihan aset.
Penilaian suatu kegiatan  Pendekatan Skala likert
Aset ( X 3 ¿ untuk data pasar
mengetahui nilai (market data
kekayaan aset approach)
daerah, dalam  Pendekatan
penyusunan biaya (cost
neraca approach)
pemerintah
daerah,
pemanfaatan
aset, dan dapat
menetapkan
nilai aset yang
akan dijual.
Pengawasan suatu usaha atau  Sistem Skala likert
dan kegiatan untuk Informasi

Pengendalian mengarahkan Manajemen


dan menilai Aset
(X ¿ ¿ 4)¿
serta mengawasi
apakah kegiatan
pengelolaan aset
telah dilakukan
sesuai dengan
peraturan
perundang-
47

undangan yang
telah ditetapkan
oleh pemerintah
daerah.
Kualitas Laporan suatu data yang  Relevan Skala likert
LKPD Keuangan menyajikan  Andal
(Y) (Neraca Aset) beberapa  Dapat
informasi yang
dipahami
terdiri atas
 Dapat
berbagai elemen
dibandingkan
struktur
kekayaan dan
struktur
finansial yang
dapat
menggambarkan
mengenai
kondisi dan
kinerja
keuangan entitas
tersebut

3.5 Metode analisis data


Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode
analisis kuantitatif. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang
telah diajukan.

3.5.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


48

a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan suatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.53
Validitas data diukur dengan rnenggunakan r hitung dengan
r tabel (r product moment). Jika r hitung > r tabel , dan nilai positif maka
butir atau pertanyaan atau indikator terdebut dinyatakan valid.54
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
koesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu.55
Pengukuran reliabilitas dengan cara one shot atau
pengukuran sekali saja. Di sini pengukuran hasil hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pernyataan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban peryataan. Pengujian
reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan formula Cronbach
alpha (·) > 0, 60.56

3.5.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik


Agar mendapatkan regresi yang baik harus memenuhi asumsi-
asumsi yang disyaratkan untuk memenuhi uji asumsi normalitas, bebas
dari multikolinieritas dan uji autokorelasi serta heterokedastisitas.
a. Uji Multikolinieritas

53
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multinariate Dengan Program SPSS, Semarang:
Undip, Cetakan IV, 2006, Hal 45.
54
Ibid.
55
Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS (Untuk Analisis Data dan Uji Statistik),
Yogyakarta: MediaKom, 2008, Hal. 39.
56
Imam Ghozali, Op. Cit. Hal. 41.
49

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau


tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu
adanya hubungan linear antar variabel independent dalam model
regresi.57

b. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji suatu model apakah
antara variabel pengganggu masing-masing variabel bebas saling
mempengaruhi.58 Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak
adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang
sering digunakan adalah pengujian uji Durbin-Watson (uji DW).
Nilai Uji statistik Durbin-Watson berkisar antara 0 dan 4. Sebagai
pedoman umum, bila nilai uji statistik Durbin-Watson <1 atau >
dari 3, maka residuals atau error dari model regresi berganda
tidak terjadi autokorelasi.59

c. Uji Heterokedasitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas,
yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi.60

d. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
populasi data berdistribusi normal atau tidak.61

57
Dwi Priyatno, Op. Cit., Hal. 39.
58
Husein Umar, Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, Hal.
188.
59
Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006, Hal. 248.
60
Husein Umar, Op. Cit., Hal. 41.
61
Dwi Priyatno, Op. Cit., Hal. 28.
50

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam


model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak.62

3.5.3. Uji Hipotesis


Untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh strategi produk
dari variabel bebas (strategi produk, harga, tempat dan promosi)
terhadap variabel terikat (jumlah Pengurus Barang) dan menguji
hipotesis, digunakan teknik analisis regresi linier berganda.
Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:63
Y =a+b1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3+ b4 X 4 +e i
Keterangan :
Y = Kualitas LKPD
X1 = Bauran Inventarisasi
X2 = Bauran Legal Audit
X2 = Bauran Penilaian
X4 = Bauran Pengawasan dan Pengendalian
Α = Konstanta
b 1 , b2 , b3 , b4 = Koefisien kolerasi berganda
ei = Variabel gangguan

Dari hasil analisis model tersebut akan diperoleh parameter-


parameter koefisien regresi tiap-tiap variabel bebas. Parameter-
parameter tersebut dapat bertanda positif atau negatif. Untuk menguji
apakah variabel independent mempunyai pengaruh yang signifikan
atau tidak terhadap variabel dependen, maka diperlukan uji koefisien.

a. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-Sama (Uji F)

62
Imam Ghozali, Op. Cit, Hal. 76.
63
Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Statistik I, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Hal. 269.
51

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel


independen (X) ( X 1 , X 2 , … X n ) secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y).64

b. Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t)


Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.65

64
Dwi Priyatno, Op. Cit., Hal. 81.
65
Ibid, Hal. 83.

Anda mungkin juga menyukai