Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik Neurologi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 108

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Neurologi

Oleh:
dr. Prysta Aderlia Sitanggang, Sp.N
Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih
2022
Anamnesis

● ANAMNESIS YANG BAIK HARUS MENGACU


PADA PERTANYAAN YANG SISTEMATIS
YAITU DENGAN BERPEDOMAN PADA
●EMPAT POKOK PIKIRAN (THE
FUNDAMENTAL FOUR) DAN
● TUJUH BUTIR MUTIARA ANAMNESIS (THE
SACRED SEVEN)
EMPAT POKOK PIKIRAN (THE FUNDAMENTAL FOUR)

● SEBELUM MELAKUKAN ANAMNESIS LEBIH LANJUT,


PERTAMA YANG HARUS DITANYAKAN ADALAH
IDENTITAS PASIEN, YAITU UMUR, JENIS KELAMIN, RAS,
STATUS PERNIKAHAN, AGAMA DAN PEKERJAAN

1. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)


2. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (RPD)
3. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (RPK)
4. RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI (RPSos)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

● Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan


● Keluhan utama adalah keluhan yang membuat
seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan
untuk mencari pertolongan, misalnya: kelemahan
anggota gerak, kejang, demam, pusing berputar, nyeri
pinggang, dan lain-lain
● Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari 1 keluhan.
TUJUH BUTIR MUTIARA ANAMNESIS
(THE SACRED SEVEN)

● LOKASI: dimana? Menyebar atau tidak?


● ONSET/AWITAN: Kapan terjadinya? Berapa lama?
● KUANTITAS KELUHAN: ringan atau berat, seberapa sering terjadi?
● KUALITAS: keluhan rasanya seperti apa?
● FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERBERAT DAN MEMPERINGAN KELUHAN
● KRONOLOGIS
● KELUHAN PENYERTA
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

● Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa


sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah
berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta
mencari penyakit yang relevan dengan kejadian
sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes
mellitus, dan lain lain), perawatan lama, rawat
inap, imunisasi, pengobatan dan riwayat menstrual
(untuk wanita)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

● Anamnesis ini digunakan untuk


mencari ada tidaknya penyakit
keturunan dari pihak keluarga
(diabetes mellitus, hipertensi, tumor,
dll) atau riwayat penyakit yang
menular
RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI

● Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien


yang meliputi pendidikan, pekerjaan,
pernikaha, kebiasaan yang sering dilakukan
(pola tidur, minum alkohol, atau merokok).
Obat-obatan, aktivitas seksual, sumber
keuangan, asuransi kesehatan dan
kepercayaan.
ANAMNESIS KHUSUS NEUROLOGI

● HARUS DAPAT MEMBANTU


MENEGAKKAN DIAGNOSIS YAITU
1. DIAGNOSIS KLINIS
2. DIAGNOSIS TOPIS
3. DIAGNOSIS ETIOLOGI
DEFISIT NEUROLOGI

SSP SST

OTAK MS

SUB- BATANG
KORTEKS
KORTEKS OTAK - Kornu anterior
- Radiks
- Pleksus
- Saraf tepi
- Mesensefalo - Servikal - Neuromuscular
- Frontal
n - Torakal junction
- Parietal - Kapsula
- Pons - Lumbal - Motor end plate
- Temporal interna
- Medula - Sakral
- Oksipital
oblongata - koksigeus
KESADARAN

AROUSAL (keterjagaan diri sendiri)--


> batang otak dan talamus

ALERTNESS (kewaspadaan terhadap


rangsangan dan lingkungan eksternal)--
> kortes serebral dan nucleus
subcortical
TINGKAT KESADARAN COMPOS MENTIS

KUALITATIF
SOMNOLEN

TINGKAT KESADARAN
SOPOR/STUPOR

COMA

Glasgow Coma Scale (GCS)

KUANTITATIF

FOUR SCORE
TINGKAT KESADARAN SECARA KUALITATIF

COMPOS MENTIS Kondisi sadar penuh terhadap diri sendiri dan lingkungan eksternal

SOMNOLEN ❏ Tidak terlalu sulit dibangunkan


❏ Pasien dapat waspada penuh bila dibangunkan dengan rangsangan
suara atau nyeri, tetapi ekmbali tidak sadar saat rangsangannya
tidak ada lagi atau ditinggal sendirian

STUPOR ❖ Hilangnya sebagian kesadaran


❖ Sulit untuk dibangunkan
❖ Respon yang diberikan bersifat lambat dan inadekuat
❖ Sesaat setelah resopns diberikan pasien segera kembali tidak sadar

● Hilangnya seluruh kesadaran yang ditandai tidak adanya


respons pasien terhadap diri dan lingkungan
KOMA
● Tidak memiliki siklus bangun tidur
● Tidak ada gerakan motorik volunter
GLASGOW COMA SCALE
EYE OPENING Buka mata spontan (4)
Buka mata dengan rangsang verbal (3)
Buka mata dengan rangsang nyeri (2)
Tidak respons dengan rangsang nyeri (1)

VERBAL RESPONSE Orientasi baik (5)


Dapat berkomunikasi namun disorientasi (4)
Kata-kata tidak tepat (3)
Kata-kata tidak dapat dipahami (2)
Tidak ada respon verbal (1)

Mematuhi perintah (6)


MOTOR RESPONSE Melokalisir nyeri (5)
Fleksi normal (4)
Fleksi abnormal (dekortikasi) (3)
Ekstensi (deserebrasi) (2)
Tidak ada respons
FOUR SCORE
MENINGEAL SIGN (tanda rangsang meningeal)

• Inflamasi
Meningeal sign paling sering ditemukan
pada iritasi selaput meningen akibat: • Infeksi
• Perdarahan
Prinsip pemeriksaan ini bertujuan untuk
memberikan tekanan pada meningens
dan radiks saraf tepi yang menjadi
hipersensitif

Tekanan tersebut akan menimbulkan


reaksi kompensasi (postur/kontraksi
otot yang bersifat protektif/gerakan
tertentu yang meminimalisasi regangan
pada meningen dan radiks)
MENINGEAL SIGN TANDA KERNIG

KUDUK KAKU/
KAKU KUDUK
MENINGISMUS

TANDA BRUDZINSKI
TANDA BRUDZINSKI III
TANDA BRUDZINSKI IV
• Pasien berbaring
terlentang.
• Pasien berbaring terlentang.

• Tekan symphisis os pubis


• Tekan os zygomatikus

• Tanda Brudzinski IV positif jika sewaktu


dilakukan gerakan di atas tadi, terjadi fleksi
• Tanda Brudzinski III positif involunter pada kedua ekstremitas inferior.
jika sewaktu dilakukan
gerakan di atas tadi, terjadi
fleksi involunter pada kedua
ekstremitas inferior.
NERVUS KRANIALIS
NERVUS OLFACTORIUS (N.I)

● Fungsi : sensorik khusus ● Interpretasi Pemeriksaan N.I :


menghidu - Normal
● Persepsi, identifikasi zat
yg di tes - Anosmia : Hilang daya penghidu

Persiapan : - Hiposmia : Kurang tajam


Pasien harus sadar & - Hiperosmia : Terlambat peka
kooperatif - Parosmia : Tidak sesuai
Bahan : Tidak menggunakan
bahan yang mengiritasi - Kakosmia : Bau yg tdk
serta dapat dikenali oleh menyenangkan
pasien (kopi, teh, - Halusinasi olfactorik : Tanpa
tembakau, jeruk) perangsangan
NERVUS OLFACTORIUS (N.I)

Pemeriksaan :

• SUBYEKTIF : Keluhan
pasien
• OBYEKTIF
• Inspeksi : Periksa kedua
lubang hidung; yakinkan
jalan pernafasan & mukosa
baik.
• Identifikasi
NERVUS OPTIKUS (N.II)

Fungsi : Sensorik khusus melihat

Periksa mata secara bergantian

Pemeriksaan N.II :
• Pemeriksaan tajam pengelihatan→ VISUS.
• Pemeriksaan pengenalan warna→ WARNA.
• Pemeriksaan medan (lapangan) pengelihatan→
KAMPUS.
• Pemeriksaan FUNDUS (funduskopi).
1. Pemeriksaan Tajam Pengelihatan

● Singkirkan kemungkinan adanya


gangguan visus karena adanya penyakit
mata.
A. Tabel Snellen
● Berdiri pada jarak 6 m –Snellen

● Tiap mata ditest secara terpisah

● Visus Normal = 6/6


1. Pemeriksaan Tajam Pengelihatan
B. Jari-jari Tangan
● Bila visus penderita < 6/60
● Pasien menghitung jari dokter yang diperlihatkan kepadanya.
● Jika sejauh 6 m tidak dilihat, jarak diperpendek sampai dapat dilihat.

Normal → menghitung jari jarak 60 m


Jika dapat menghitung jari pada jarak 5 m → 5/60
C. Gerakan Tangan
● Bila visus penderita < 1/60
● Ps/ menentukan arah gerakan tangan pemeriksa (atas-bawah, kanan-kiri).
● Jarak berapa pasien dengan jelas dapat menentukan arah gerakan tangan pemeriksa.

Normal → gerakan tangan dari jarak 300 m


Jika dapat menentukan arah gerakan tangan pada jarak 3 m → 3/300
1. Pemeriksaan Tajam Pengelihatan
D. Lampu/Cahaya
● Bila visus penderita < 1/300
● Memakai rangsangan cahaya.
● Mata ps/ disinari dg cahaya lampu
→ps/ diminta menentukan gelap atau terang.

Normal → jarak tak terhingga


Jika dapat melihat cahaya pada jarak 1 m → 1/~
Jika tidak dapat melihat cahaya → visus nol (no light
perseption)
2. Pemeriksaan Pengenalan Warna

Pemeriksaan
• Menggunakan kartu tes ishihara / benang wol berwarna.
• Ps/ membaca angka berwarna dlm kartu ishihara
• Mengambil wol yang berwarna sesuai perintah.

Interpretasi
• Normal
• Buta Warna

Wol test
3. Pemeriksaan Lapangan Pengelihatan

Metode:
• Tanpa Alat : Tes Konfrontasi
• Dengan Alat : Tes Kampimeter/Perimeter
Persiapan :
• Pasien harus kooperatif
• Pasien diberi penjelasan tes yang akan dilakukan.
3. Pemeriksaan Lapangan Pengelihatan

A. Tes Konfrontasi

Interpretasi
• Normal
• Menyempit
Nasal : 600 Inferior : 70 – 750
Superior: 600 Temporal: 100 – 1100

Tes lapang pandang


dengan menghitung
jari pemeriksa
Interpretasi :
Hemianopsi
4. Pemeriksaan Fundus

Ruangan pemeriksaan gelap → sedikit pencahayaan latar


belakang

Pemeriksa memegang oftalmaskop dengan tangan kanan.

Tangan kiri pemeriksa memfiksasi dahi ps/.

Mata kanan ps/ diperiksa dg mata kanan pemeriksa, begitu


sebaliknya.

Pemeriksaan dimulai dengan jarak 10-15cm dari mata pasien.

Selanjutnya mencari papil nervus optikus → belum ditemukan →


menelusuri pembuluh darah vena pada retina.

Pemeriksa menilai retina & papil nervi optisi.


Normal Fundus

Normal :
• Latar belakang :merah keoranye-oranyean
• Papil nervi optisi : lebih muda
• Pembuluh darah berpangkal pd pusat papil
memancarkan cabang-cabangnya ke seluruh retina
• Arteri berwarna jernih & vena berwarna merah tua.
• Reflek sinar hanya tampak pd arteri
• Vena berukuran lebih besar & tampak berkelok-
kelok dibandingkan arteri
• Tampak pulsasi pada pangkal vena besar (di papil)
dan penekanan bola mata → pulsasi lebih jelas
● Papil edema : papil hiperemis, batas papil kabur,
cupping menghilang

● Papil Atropi Primer : papil pucat, batas tegas,


cupping (+)

● Papil Atropi Sekunder: papil pucat,batas tidak tegas


cupping (-)
Nervi III, IV, VI ( Nervi Okulares )
1. Saat Istirahat

Fungsi : ●
Normal : Simetris kanan-kiri
Kelainan :
1. Celah kelopak mata menyempit :
- Ptosis
• - Pergerakan bola mata - Posisi - Enoftalmus &
blefarospasmus
bola mata 2. Celah kelopak mata melebar
- Eksoftalmus & proptosis
• - Pupil dan kelopak mata
Pemeriksaan nervi okulares:
• 1. Saat istirahat :
• Kedudukan bola mata
• Observasi celah kelopak mata
• 2. Gerakan bola mata
• 3. Pemeriksaan fungsi & reaksi pupil
Test Wartenberg

● Pasien menatap sesuatu


yang berada sedikit lebih
tinggi dari matanya

● Ptosis miastenik → kedua


kelopak mata atas akan
lebih menurun setelah 1-
2 menit.
2. Gerakan Bola Mata

● Penilaian gerakan monokular


● Penilaian gerakan kedua bola mata atas perintah
● Penilaian gerakan bola mata yang mengikuti obyek yang bergerak
● Pemeriksaan gerakan konjungat reflektorik (doll’s head eye movement)
Doll’s eye movement

Dapat dilakukan pada pasien tidak sadar.

Salah satu tangan memegang bagian dahi pasien dan memfiksasi


kedua kelopak mata pasien, tangan yang lain memegang dagu pasien

Kepala dirotasikan secara cepat ke kanan dan kekiri

Intepretasinya :
•(+) → gerakan bola mata berlawanan dengan arah gerakan kepala
•(-) → bola mata mengikuti gerakan kepala
3. Pemeriksaan Fungsi & Reaksi Pupil

Pemeriksaan :

Observasi bentuk, ukuran pupil & posisi pupil

Perbandingan pupil kanan dan kiri

Pemeriksaan refleks pupil


•- Refleks cahaya langsung
•- Refleks cahaya tidak langsung atau konsensuil
•- Refleks pupil akomodatif / refleks pupil konvergensi
•- Refleks Marcus-Gunn
Normal :
● Bentuk pupil : bulat reguler
● Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm
● Posisi pupil : ditengah-tengah ● Kontraksi pupil mata yang diperiksa (+) :
● Isokor → refleks cahaya langsung (+)
● Reflek cahaya langsung (+)
● Reflek cahaya konsensuil (+)
● Kontraksi pupil mata yang sebelahnya
juga (+) :
● Reflek akomodasi/konvergensi (+)
→ refleks cahaya konsensual (+).
Refleks Pupil Akomodatif / Konvergensi

Pasien sadar dan kooperatif

Fiksasi mata pasien → meminta pasien melihat suatu objek


yang jauh

Arahkan mata pasien pada jari pemeriksa yang diletakan di


depan pandangan pasien, dan meminta pasien untuk tetap
melihat jari pemeriksa tersebut.

Dekatkan perlahan-lahan mendekati mata pasien, dan nilai


pupil pasien.

Interpretasinya

• refleks akomodatif (+) jika ada kontraksi pupil (miosis).


Refleks Marcus-Gunn
● Lakukan sama seperti pemeriksaan refleks
cahaya.

● Memberikan cahaya ke pupil mata yang


normal maka mata yang tidak normal akan
berdilatasi.

● Pindahkan penyinaran ke mata yang tidak


normal → pupil masih berdilatasi
Nervus Trigeminus (N.V)

Pemeriksaan:
● Fungsi motorik N. Trigeminus
● Fungsi sensorik N.Trigeminus
● Reflek Trigeminal
1. Fungsi Motorik N.V

● Inspeksi kening dan pipi → atrofi otot-otot masseter


dan temporalis

● Palpasi otot-otot tersebut → pasien disuruh


merapatkan giginya sekuat mungkin.
→ tonus dan kontraksi.

● Menggigit tongue depressor. Bila terdapat paralisis


otot, maka pemeriksa dapat menarik tongue depressor
tersebut dengan mudah pada sisi yang lemah.
● Membuka mulut
● Menggerakkan rahang
Interpretasi

Normal:
• Kontraksi m.masseter & m.temporalis simetris
• Rahang bawah berada ditengah tengah
• Kekuatan gigitan kayu tong spatel,
• sama dalam pada gigitan kanan dan kiri
Kelainan :
• Kontraksi m.masseter & m.temporalis
• kanan dan kiri (-) / melemah.
• Deviasi rahang bawah saat
• membuka mulut ke sisi m.pterigoideus lateralis yg lumpuh.
• Bekas gigitan pada sisi m.pterigoideus medialis
• yang lumpuh lebih dangkal.
2. Fungsi Sensorik N.V

• Pasien kooperatif
• Memberitahukan kepada pasien pemeriksaan apa yang akan kita lakukan dan apa yang harus
dijawab pasien.
• Lakukan pemeriksaan rasa raba, nyeri dan suhu.

Interpretasi :

● Normal : gangguan sensibilitas(-)

● Kelainan :

• Anestesi

• Analgesi

• Termanestesi
Reflek Kornea

● Lakukan sentuhan
secara halus
dengan ujung kapas
gulung di bagian
mata yang arahnya
berlawanan dengan
pandangan mata
● Interpretasi:
(+) jika ada gerakan
menutup mata
Refleks korneomandibular
● Lakukan sama dengan refleks kornea

(+) kontraksi dari muskulus pterygoid lateral yang


ipsilateral dan gerakan dagu ke arah yang berlawanan.

Refleks Nasal Becterew


● Menggelitik mukosa hidung

(+) terjadi kontraksi wajah ipsilateral


Refleks Masseter (R. Mandibula)
 Pasien diminta untuk sedikit
membuka mulut dan posisi dagu
dalam keadaan rileks
 Lakukan ketokan ringan dengan
menggunakan refleks hamer pada
pertengahan dagu atau dengan
perantara jari pemeriksa diatas
dagu pasien.
 Nilai respon gerakan mandibula
untuk menutup mulut.
 Interpretasi :
Abnormal jika gerakan menutup
mulutnya berlebihan.
Refleks bersin
 Stimulasi mukosa hidung pasien dengan
menggunakan kapas.
 Akan muncul kontraksi dari daerah hidung,
kedua mata menutup dan diikuti oleh axhalasi
yang kuat → bersin

Trismus
 Kejang otot-otot mengunyah yang tiba-tiba dan

kuat, dimana gigi dirapatkan sampai


menggeretak dan mulut sulit dibuka
Refleks Snout

Dilakukan rangsangan ringan berupa


ketokan menggunakan palu refleks atau
dengan goresan yang cepat dengan sudip
lidah di daerah filtrum dari bibir bagian atas.
• Interpretasi : ada gerakan mencucu dari
kedua bibir, khususnya bagian bawah.
Nervus Facialis (N.VII)

• Observasi otot wajah


ketika istirahat
• Observasi otot wajah
Pemeriksaan ketika digerakkan
Fungsi • Mengerutkan dahi
Motorik • Menutup mata
nervus • Meringis
Facialis
• Bersiul / Mencucu
• Gerakan involunter
• Gerakan fasial reflektorik
Nervus Facialis (N.VII)

● Simetris/Tidak
● Lipatan Dahi
● Celah kelopak mata
● Ujung bibir
● Sulkus nasolabialis
Gerakan Involunter :

Grimas
• Ada gerakan wajah spontan yang menyerupai
gerakan meringis-ringis, menjungur-jungurkan
bibir, memejamkan mata, mengerutkan dahi
dan kening.
Tic
• Perhatikan gerakan singkat, berulang-ulang,
streotitik dan konfulsit yang tampak pada
sebagian kecil otot wajah
Spasmus
• Perhatikan adanya konstraksi tonus involunter
dari sekelompok otot-otot wajah
Tanda Chvostek

Dengan ujung jari telunjuk, tengah dan


manis, ketuklah cabang-cabang nervus
fasialis didepan telinga

Perhatikan otot-otot wajah

Interpretasi :

• Normal : Tidak tampak kontraksi m. Fasialis


• Kelainan : akan terjadi kontraksi m. Fasialis sebagai
jawaban terhadap pengetukan pangkal cabang-cabang
n. Fasialis.
Refleks Glabela

Lakukan ketokan
yang ringan dengan
mengunakan refleks
hamer pada daerah
glabela
• (+) Akan terjadi kontraksi
muskulus orbikularis
okuli kedua mata.
Pemeriksaan Viscerosensorik

Siapkan larutan :
Interpretasi :
• Asam : citric acid 1% (cuka) ● Normal : Respon pasien sesuai
• Asin : NaCl 2,5% (garam)
dengan cita rasa yang ditest
• Manis : Glukosa 5% (gula)
• Pahit : Hcl Quinine 0.075% (Kinine) ● Kelainan :

○ Ageusia : hilangnya daya pengecapan


Mintalah pasien untuk tidak berbicara dan tidak menelan saat
pemeriksaan ○ Hipogeusia : mengurangnya
pengecapan

○ Pargeusia : respon penderita berbeda


Menjawab dengan menunjukkan jarinya pada kertas yang dengan rasa yang di test
telah ditulis dengan kata-kata (asin, manis, pahit, dan asam) ○ Hemigeusia : Gangguan pengecapan
dari separuh lidah
Pasien untuk menjulurkan lidahnya, kemudian dibersihkan
dengan tissue pada setiap awal pemeriksaan 2/3 lidah bagian
depan.
Pemeriksaan Visceromotorik

● Perhatikan dan tanyakan pada pasien bagaimana


produksi air matanya (saat menangis, saat matanya
iritasi)
○ Goreskan dengan lakmus untuk mengetahui ada/tidaknya
air mata

● Perhatikan dan tanyakan pada pasien bagaimana


produksi air liurnya (saat makan atau saat tidak makan),
apakah ada keluhan mulut kering.
○ Tempelkan jari pada lidah pasien

● Interpretasi :
● Normal : Lakrimasi dan sekresi glandula submasilaris dan sublingualis baik
● Kelainan : Hiperlaksimasi adan Hiposelaresi glandula submax ilaris dan sublingualis
N. Oktavus (N.VIII)

N. Kokhlearis ( N. Akustikus)
• Suara Bisik
•- Mintalah pasien untuk berdiri pada jarak 5
meter
•- Pasien sebaiknya ditutup matanya agar
tidak melihat gerakan bibir pemeriksa
•- Pasien harus menutup telinga kanan saat
pemeriksaan teling kiri, begitu sebaliknya
•- Pemeriksa membisikkan kata-kataj seperti
buku...., lima..., kuda... tapi....dsb
• Interpretasi :
• Normal : suara dapat didengar dari jarak 5 m
• Kelainan : Suara hanya dapat didengar pada
jarak < 5 m
N. Oktavus (N.VIII)

N. Kokhlearis (
N. Akustikus)
• Uji Garpu Tala
• Rinne
• Schwabach
• Weber
• Bing
SCHWABACH BING

WEBER
Contoh: Pada Telinga Kanan

RINNE SCHWABACH WEBER BING

KONDUKSI (-) N Lat ke Ka (+)

PERSEPSI (+) Memendek Lat ke Ki (-)


N. Oktavus (N.VIII)

N. Vestibularis
• Pemeriksaan Keseimbangan
• Uji Romberg & Romberg dipertajam Romberg dan Romberg dipertajam
• Tandem gait
• Jalan di tempat dengan mata tertutup
(Fukuda Stepping test)
• Menggerak-gerakkan kedua anggota
atas ke atas dan ke bawah dengan
mata tertutup (past pointing test)
• Dix-hallpike
• Vertigo
• Subjektive
• Objektive : nistagmus, test kalori

Tandem gait Fukuda stepping


test
Past pointing test

DIX-HALLPIKE
N. Glosofaringeus (N. IX) dan N. Vagus (N. X)

Pemeriksaan Fungsi Motorik NORMAL UNILATERAL BILATERAL

• Lengkung langit-langit
• Kualitas suara : Disfoni (serak), Disartri (artikulasi)
• Fungsi menelan : Disfagi (ggn menelan)

Pemeriksaan Fungsi Viseromotorik &


Viserosensorik
• Rasa 1/3 lidah bag. Belakang
• Produksi air liur

Pemeriksaan Refleks
• Refleks muntah
N. Aksesorius (N.XI)
M. Trapezius
N. Sterno Klidomastodius •Inspeksi pada saat pasien terdiam, perhatikan
bahu penderita dan bandingkan kanan-kiri
•Mintalah penderita mengangkat bahu kedua-
Minta penderita memutar kepalanya duanya.
kearah sisi kanan
Interpretasi :
Tahanlah kepala penderita saat
diputar kekanan •Normal :
•Bahu kanan – kiri simetris
Rabalah M. Sterno – Klidomastideus •Margo vertebralis skapula kanan-kiri simetris
kiri •Penderita mampu mengangkat bahunya
dengan baik
Ulangi pemeriksaan untuk sisi kiri •Kelainan :
•Bahu kanan – kiri tidak simetris (lebih rendah
disisi yang sakit)
Interpretasi : •Margo vertebralis skapula pada sisi yang sakit
tampak lebih kesamping
• Normal : M. Sterno Klidomastoidius
menegang •Saat mengangkat bahu, pada sisi yang sakit
• Kelainan : M. Sterno Klidomastoidius tidak tidak dapat dilakukan.
menegang
N. Hipoglosus (N. XII)

Inspeksi Lidah saat Istirahat


● Mintalah pasien untuk membuka mulut
● Perhatikan posisi lidah, bentuk lidah dan gerakan invalunter pada lidah

INTERPRETASI NORMAL KELAINAN


POSISI LIDAH Ditengah-tengah Mencong ke sisi
yang sehat
ATROPI (-) (+)
FASIKULASI (-) (+)
TREMOR (-) (+)
Pemeriksaan Motorik

TENAGA TONUS

TROFIK REFLEKS

Campbell WW, 2005; Fuller G, 2008; Sidharta, 2010; Waxman SG, 2010
Derajat Kekuatan Otot
(The Medical Research Council Scale of Muscle Strength)
Pemeriksaan Kelemahan Ringan

Pronator Drift (Barre’s Sign)


• Tangan kedepan, posisi supinasi,
mata tertutup
• Observasi pergerakan tangan
selama 30 detik
• Interpretasi: Pronasi pada telapak
tangan, fleksi pada sendi siku
ARM ROLL

Pasien diinstruksikan untuk


mengepalkan kedua
tangan, dengan posisi
kepalan tumpeng tindih
satu dengan yang lainnya

Kepalan tangan dirotasikan


ke arah depan dan
belakang
Tonus: tegangan otot pada waktu Cara:
istirahat atau tahanan terhadap
gerakan pasif saat kontrol volunter • Inspeksi
tidak ada • Palpasi (konsistensi, gerakan pasif
cepat, lambat, parsial, dan total
ROM)
Syarat:
● Pasien rileks
● Gerakkan otot sambil pasien
diajak mengobrol
● Ulangi tiap gerakan dengan
kecepatan yang berbeda
INTERPRETASI

1. Normotoni
2. Atoni
3. Hipotoni
4. Hipertoni
▪ Spastik

▪ Rigid
Penilaian tropik
❑ Inspeksi
membandingkan simetrisitas otot kanan dan kiri
❑ Palpasi
◦ Menilai masa otot, konsistensi, kontur
◦ Otot normal : semi elastis dan kembali ke bentuk semula
setelah ditekan
Penilaian tropik

❑ Pengukuran
◦ Dapat digunakan pita pengukur → perbedaannya kecil
◦ Dilakukan dari 1 titik pasti dan tempat pengukurannya dicatat
◦ Ekstremitas yang diukur harus dalam psosisi yang sama
❑ Interpretasi
◦ Atropi
◦ Hipertropi
Pemeriksaan klinis neurologis 2018

Syarat
Penderita berada dalam
keadaan rileks

Tonus otot hendaknya dalam


keadaan optimal

Rangsang regang
hendaknya cukup memadai

Perkusi dulakukan dengan


menggunakan palu reflex
Refleks fisiologis

Refleks
Brachioradialis
Refleks Biseps Refleks Triseps
Knee Pees Reflex (KPR) Achilles Knee Pees Reflex (APR)
Reflek Superficial

● Reflek dinding perut (T8-T12)


○ Goresan pada dinding perut dapat diarahkan menuju, keluar,
atau sejajar dengan umbilicus

○ (+) kontraksi otot abdomen, deviasi umbilicus ke arah


stimulus
Refleks Hoffman & Tromner

Hoffman
• Ekstensi jari tengah pasien, dorsofleksi
pergelangan tangan dan jari lain fleksi parsial
• Pemeriksa menahan jari tengah pasien dengan
jempol dan telunjuk pemeriks, petik kuku jari
tengah
• (+) gerakan fleksi dan adduksi ibu jari, fleksi jari
telunjuk dan jari-jari lain

Tromner
• Pemeriksa menahan jari tengah pasien yang
diekstensikan parsial, biarkan tangan pasien
terjuntai
• Kemudian jentikkan jari tengah pasien dengan
tangan lainnya
• (+) gerakan fleksi dan adduksi ibu jari, fleksi jari
telunjuk dan jari-jari lain
Refleks Babinski dan Variannya

 Refleks Babinski
Gores dr tumit ke atas,
telusuri bag lateral.
Sampai di pangkal
kelingking, bengkok ke
medial, berakhir di
pangkal jempol kaki
(+) → dorsofleksi ibu jari dan
atau disertai pemekaran
jari lainnya
 Refleks Chaddock
Goreskan pd kulit di
bawah maleolus
eksterna

 Refleks Oppenheim
Dgn jempol & jari
telunjuk, urut tulang
betis dari atas ke bawah
 Refleks Gordon
Pijat otot betis dengan
kuat

 Refleks Schaeffer
Pijat tendon Achilles
dengan keras
KNI (Pemeriksaan klinis neurologis praktis) 2018

 Rossolimo
Perkusi telapak kaki di
daerah basis jari kaki ke-2
sampai 5

 Mendel Bechterew
Perkusi dorsum di daerah
basis jari kaki ke-2 sampai 5

(+) → plantar fleksi dari jari


ke-2 sampai 5
Klonus

● Klonus Patella
○ Pegang patella antara jempol dan telunjuk, tekan patella ke arah distal tiba-tiba

○ (+) kontraksi berulang m. quadriceps femoris

● Klonus pergelangan kaki


○ Tungkai posisi fleksi, lakukan dorsofleksi kaki tiba-tiba

○ (+) kontraksi berulang m. gastrocnemius


Reflek Primitif

● Refleks menggenggam
○ Tempatkan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien

○ Tarik tangan pemeriksa

○ (+) tanpa disadari tngan pasien menggemgam jari pemeriksa

● Reflek palmomental
○ Gores dengan ujung gagang palu reflex ke kulit telapak tangan bagian tenar

○ (+) kontraksi m. mentalis dan m. orbicularis oris ipsilateral


Reflek Statokinetik

● Reflek Meyer
○ Tekan jari tengah semaksimal mungkin mendekati telapak tangan

○ (+) → aposisi jempol


● Reflek leri
○ Lengan dalam keadaan ekstensi dengan bagian ventralnya menghadap ke atas

○ Fleksi semaksimal mungkin jari-jari dan tangan penderita

○ (+) → fleksi pada siku lengan


SENSIBILITAS
Sensibilitas (Sherrington) dibagi 3 jenis:
❑ Rangsang Ekstroseptif
• Rangsangan dari luar tubuh
❑ Rangsang Viseroseptif (Interoseptif)
• Rangsangan dari organ dalam
❑ Rangsang Proprioseptif
• Rangsangan dari otot, tendon, kapsul sendi

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Ngoerah, 2017)


PETA DERMATOM
❑ Daerah di kulit yang
dipersarafi oleh radiks
posterior suatu segmen
susunan saraf pusat
❑ Fungsi
▪ Menetapkan
tingginya lesi pada
medula spinalis
▪ Menetapkan lesi
radiks posterior

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Ngoerah, 2017)


TUJUAN PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
❑ Untuk menentukan adanya bagian tubuh yang
mengalami gangguan sensasi (hilang,
menurun, atau meningkat)

❑ Untuk menentukan tipe sensasi yang


terganggu

❑ Untuk menentukan derajat dan


distribusi abnormalitasnya

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020)


SYARAT PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
Beberapa hal yang
Penderita sadar, kooperatif,
diinformasikan:
memiliki kecerdasan cukup.
• Tujuan pemeriksaan
Sebelum melakukan
• Alat yang digunakan
pemeriksaan terangkan pada
• Bentuk stimulus yang
penderita mengenai respon
diberikan
yang diharapkan
• Demonstrasikan stimulus
terlebih dahulu sebelum
Pada saat pemeriksaan: pemeriksaan yang
sebenarnya
Mata penderita tertutup • Menutup mata selama
Jangan diprovokasi pemeriksaan
• Tidak dilakukan pada
Sesuai arah dermatom pasien yang lelah dan
Bandingkan kiri dan kanan sesak

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Ngoerah, 2017; PERDOSSI, 2018)


GEJALA UMUM GANGGUAN SENSIBILITAS

GEJALA POSITIF:
GEJALA NEGATIF:
❑ Rasa terbakar
❑ Kebas (mati rasa)
❑ Rasa tertusuk ❑ Rasa tebal
❑ Rasa seperti terikat
❑ Rasa seperti ada serangga
yang merayap
❑ Rasa seperti tertekan benda
berat

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; PERDOSSI, 2018)


FUNGSI sensibilitas
MODALITAS PRIMER MODALITAS SEKUNDER

✓ Raba
✓ Diskriminasi 2
✓ Nyeri
titik
✓ Suhu
✓ Stereognosis
✓ Tekan
✓ Grafestesia
✓ Sensasi posisi
✓ Barognosis
sendi
✓ Topognosis
✓ Getar/vibrasi

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; PERDOSSI, 2018)


i. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS PRIMER

❖ Pemeriksaan raba halus


❖ Pemeriksaan nyeri superfisial
❖ Pemeriksaan nyeri dalam
❖ Pemeriksaan suhu
❖ Pemeriksaan sensasi gerak dan sikap
❖ Pemeriksaan sensasi getar/vibrasi
PEMERIKSAAN RABA HALUS

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Pasien menutup mata


→ Normal
❑ Sentuh kulit penderita dengan → Anestesia
kapas, kertas tisu, bulu, sikat
lembut, atau sentuhan sangat → Hipestesia
halus dari ujung jari → Hiperestesia
❑ Respon yang diharapkan adalah
jawaban “Ya” bila disentuh atau
mampu menyebutkan/menunjuk
daerah yang disentuh
❑ Bandingkan rasa raba kiri dan
kanan, proksimal dan distal

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; PERDOSSI, 2018)
PEMERIKSAAN MONOFILAMEN

Teknik Pemeriksaan

❑ Lepas alas kaki dan kaus kaki


❑ Minta pasien untuk menutup
mata
❑ Sentuhkan monofilamen secara
tegak lurus pada kulit kaki
pasien hingga monofilamen
menekuk
❑ Respon pada pasien yang
diharapkan adalah apakah
pasien terasa atau tidak terasa
saat disentuh dengan
monofilamen

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Baraz S dkk, 2014)


PEMERIKSAAN NYERI SUPERFISIAL

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Pasien menutup mata → Normal


❑ Rangsang pada kulit → Analgesia
→ Hipalgesia
❑ Respon yang diharapkan
“tajam” atau “tumpul”
→ Hiperalgesia

❑ Bandingkan satu sisi dengan


sisi lainnya Alat: harus cukup tajam namun tidak
sampai melukai kulit. (tusuk gigi,
jarum pentul, spatula lidah kayu
yang dipatahkan)

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; PERDOSSI, 2018)
PEMERIKSAAN NYERI DALAM

Teknik Pemeriksaan

❑ Mencubit/meremas ❑ Respon yang diharapkan:


otot/tendon (betis, tendon ‘nyeri’ atau ‘tidak nyeri’
achilles) atau hiperfleksi
paksa pada sendi
interfalangeal.

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; PERDOSSI, 2018)
PEMERIKSAAN SUHU

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Pemeriksaan menggunakan → Normal


tabung air hangat (40-45oC)
→ Termanestesia
dan tabung air dingin (5-10
oC) → Termhipestesia
→ Termhiperestesia
❑ Sentuh kulit secara
bergantian → dengan jeda 2
detik antar manuever
❑ Respon yang diharapkan
menentukan “panas” atau
“dingin”

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; PERDOSSI, 2018)
PEMERIKSAAN RASA POSISI DAN SIKAP

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Memegang ujung jari pasien sisi


lateral (keadaan rileks) dan tidak
→ Normal
terganggu jari lainnya → Kinanestesia
❑ Kenalkan gerakan yang akan → Kinhipestesia
dilakukan
❑ Pasien diminta memejamkan
mata
❑ Jari–jari rileks dan digerakkan
secara pasif
❑ Respon yang diharapkan dapat
menentukan arah jari “atas atau
bawah”

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; PERDOSSI, 2018)
PEMERIKSAAN SENSASI GETAR/VIBRASI

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Garpu tala 128 Hz atau 256 Hz


→ Normal
❑ Garpu tala digetarkan pada
tonjolan tulang/sendi (sendi
→ Hipopallestesia/
interfalangs ibu jari kaki, palhipestesi
maleolus, tuberositas tibia, → Apallestesia/ palanestesi
SIAS, sendi distal jari tangan,
prosesus stiloideus radius dan
ulna, olekranon dan klavikula)
❑ Apakah merasakan getaran dan
bila sudah tidak terasa getaran
diminta mengatakan “ya”→ >10
detik tidak normal

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; PERDOSSI, 2018)
II. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS SEKUNDER

❖ Stereognosis
❖ Barognosis
❖ Diskriminasi 2 titik
❖ Grafestesia
❖ Topognosis
PEMERIKSAAN STEREOGNOSIS

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Penderita diminta untuk


mengidentifikasi benda → Normal
yang disodorkan ke → Astereognosis
tangannya
❑ Alat: kunci,uang logam,
kancing, pensil, cincin
(mudah dikenal)
❑ Respon : penderita mengenali
benda atau hanya mengenali
bentuk dan ukurannya tetapi tidak
tahu namanya

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; PERDOSSI, 2018)
PEMERIKSAAN BAROGNOSIS

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Penderita diminta untuk


membedakan berat benda yang → Normal
disodorkan dalam tangannya -> Abarognosis
❑ Benda yang digunakan :
sekrup, kancing, karet
penghapus, koin

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; Lumbantobing, S.M., 2016)
PEMERIKSAAN DISKRIMINASI 2 TITIK

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Kulit penderita dirangsang → Normal


dengan menusukkan 2 jarum
→ Diskriminasi spasial
❑ Bila penderita tidak sadar akan o Lidah: 1mm
dua tusukan, maka jarak pada
o Bibir: 2-3 mm
dua tempat di kulit tersebut
diperlebar o Ujung Jari : 2-7mm
o Dorsum manus: 20-30mm
❑ Jarak dapat dikenal tergantung
daerah o Plantar manus: 8-12mm
o Dada, lengan bawah, tungkai : 40mm
o Punggung, lengan atas, paha : 70-
❑ Alat : 2 jarum pentul, jangka,
75mm
klip kertas yang dibentuk huruf
V o Jari kaki : 3-8mm
PEMERIKSAAN GRAFESTESIA

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Syarat : Penderita tidak buta


huruf → Normal
❑ Mata pasien tertutup →Agrafestesia/
Grafanestesia
❑ Penderita diminta untuk
memberitahukan angka yang
ditulis si pemeriksa (jari atau
ujung pena) di atas kulit telapak
tangan.
❑ Respon : penderita mengenali
tulisan (huruf atau angka)
tersebut
PEMERIKSAAN TOPOGNOSIS

Teknik Pemeriksaan Interpretasi

❑ Penderita diminta
memberitahukan tempat pada
→ Normal
tubuhnya yang disentuh oleh → Atopognosis
pemeriksa
❑ Tempat menyentuh harus
di lokasi yang jelas,
misalnya pada pipi kiri
atau bawah telinga,
tungkai atas, tungkai
bawah

(Campbell, W.W. dan Barohn, 2020; Biller, Gruener dan Brazis, 2017; Ngoerah, 2017; Lumbantobing, S.M., 2016)
TES KOORDINASI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai