Punya Khoii
Punya Khoii
Disusun oleh:
Najya Muthia Khalika 10822772
Salsa Billa Tiara 10822982
Sonia Khairunnisa Mahaputri 11822049
Vania Kalya Koswara 11822101
Universitas Gunadarma
1MA11- Ilmu Komunikasi
Artinya ; “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”.
1
Selain itu terdapat juga di Surat Al A’la ayat 14- 15 yang berisi;
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia
ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. 2
Sumber utama ajaran tasawuf adalah dari alquran dan al-Hadis. Alquran adalah kitab yang di
dalamnya ditemukan sejumlah ayat yang berbicara tentang inti ajaran tasawuf. Ajaran-ajaran
tentang khauf, raja’, taubat, zuhud, tawakal, syukur, shabar, ridha, fana, cinta, rindu, ikhlas,
ketenangan dan sebagainya secara jelas diterangkan dalam alquran.
1
Q.S. Al-Maidah:54
2
Surat Al A’la:14-15
2. Zuhud
Para ulama taswuf mengartikan zuhud ini dengan pemahaman yang berbeda-beda, namun di sini
dapat disimpulkan bahwa zuhud itu adalah tidak adanya perhatian seseorang hamba kecuali pada
Tuhannya.
3. Ridla
Ulama tasawuf memahami ridla ini merupakan buah dari zuhud, ridla dianggap berhasil bila dapat
mengosongkan jiwa dari keinginan-keinginan yang bersifat keduniaan. Sedangkan tanda dari
adanya ridla adalah: sedikit makan, iftiqar (merasa selalu butuh kapada khaliq atau sang pencipta)
dan sabar menerima segala cobaan.
4. Tawakkal
Ahli tasawuf mengartikan tawakkal bahwa kehendak seorang hamba sepenuhnya ada pada
kehendak Tuhan. Tanda-tandanya seperti memutus hubungan dengan semua makhluk dan
menyerahkan diri sepenuhnya pada Tuhan.
3
Al Basuni, Ibrahim. Nasy’atus Tasawuf Al Islami (1969)
II. TUJUAN
Tujuannya dalam tasawuf adalah suasana ideal yang ingin diwujudkan dalam tujuan
pendidikan. Suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir (ultimate aims of education) yaitu
pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang memiliki fitrah, roh di samping badan,
kemauan yang bebas dan akal. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya
adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang
diinginkan. Dari semua pendapat tersebut dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan akhlak tasawuf
adalah untuk mencapai suatu keyakinan yang didasari atas tingkah laku yang terpuji dan mulia
sesuai dengan ajaran Islam agar terwujud hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhannya
dan manusia dengan sesama makhluk. Semua itu pada dasarnya akan bermuara pada hidup di dunia
dan akhirat melalui tingkah laku yang baik dalam menghadapi problema kehidupan, serta menjalin
hubungan yang harmonis dengan Tuhan (hablum minallah) dan sesama manusia (hablum
minannas) serta makhluk lain.
III. SEJARAH
Ada perbedaan pendapat mengenai sejarah daripada ilmu tasawuf; ada yang menganggap
tasawuf telah berkembang di zaman sebelum Nabi Muhammad SAW belum menjadi Rasul, ada
pula yang berpendapat bahwa ilmu ini ada setelah beliau menjadi Rasulullah. Jika dilihat dari
zaman sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasulullah, dikatakan bahwa tasawuf awalnya
berkembang ketika orang-orang dari daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam (sekitar abad ke-
8 M). Setelah masuk Islam, hidup mereka tetap seperti dulu yakni sederhana dan bersahaja serta
mereka juga menjauhkan diri daripada kemewahan dan kesenangan dunia. Mereka senantiasa
memakai pakaian yang terbuat dari kulit domba yang masih berbulu yang mana pada masa itu
merupakan pakaian yang sangat sederhana, yang kemudian dikenal sebagai tanda mereka; yang
dianggap sebagai penganut paham bahwa dalam hidup mereka harus berenda-rendah di hadapan
Tuhan. Paham itu kemudian dikenal dengan sebutan sufi, sufisme, atau tasawuf, sedangkan orang
sufi adalah sebutan untuk penganut paham itu. Sementara pendapat lain yang menyatakan bahwa
ilmu tasawuf bermula sejak zaman Kerasulan Nabi Muhammad SAW yang berbekal dari pada
pengetahuan beliau. Dikatakan bahwa tasawuf itu berasal dari kata suffa yang artinya beranda;
sedang Al-Suffa adalah sebutan untuk penganutnya. Tasawuf pada masa setelah kerasulan Nabi
Muhammad dilihat dari perilaku dan kehidupan beliau. Dimana ketika terjadi peristiwa turunnya
wahyu dan Rasulullah pun berkhalwat di gua Hira. Juga dilihat dari kehidupan sehar-hari beliau
yang sangat sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpengaruh apalagi tergoda oleh kehidupan dan
kemewahan dunia.
Menurut Al-Junaid Al-Bagdadi (Pemadi, 2004), tasawuf adalah membersihkan hati dari
sifat yang menyamai binatang dan melepaskan akhlak yang fitri, menekan sifat basyariah
(kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi kerohanian, berpegang
pada ilmu kebenaran, mengamalkan sesuatu yang lebih utama atas dasar keabadianNya,
memberi nasihat kepada umat, benar-benar menepati janji terhadap Allah SWT, dan
mengikuti syariat Rasulullah SAW. 4
Menurut Abu Qasim Abdul Karim Al-Qusyairi (Pemadi, 2004), tasawuf adalah
menjabarkan ajaran-ajaran Al Quran dan Sunnah, berjuang mengendalikan nafsu, menjauhi
perbuatan bidah. mengendalikan syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah 5.
Menurut Abu Yazid al-Bustami (Pemadi, 2004), tasawuf mencakup tiga aspek yaitu takhalli
(melepaskan diri dari perangai yang tercela), tahalli (menghiasi diri dengan akhlak yang
terpuji), dan tajalli (mendekatkan diri kepada Tuhan).6
Prinsip-Prinsip Tasawuf
Tasawuf bertujuan membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT. Dengan tasawuf
seseorang kemudian menjadi tidak berlebihan dalam hal duniawi serta tetap fokus pada iman dan
takwa yang ia miliki.
Terdapat beberapa prinsip yang dapat dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli sufi, Profesor
Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yang bisa dilakukan adalah sebagai
berikut.
4
Al-Junaid Al-Bagdadi (Pemadi, 2004)
5
Abu Qasim Abdul Karim Al-Qusyairi (Pemadi, 2004)
6
Abu Yazid al-Bustami (Pemadi, 2004)
7
Sadegh, Angha. The Hidden Angels of Life
8
QS. Al-A’raf: 143
3. Tasawuf Syi’i
Tasawuf syi’i adalah tasawuf yang beranggapan bahwa manusia akan manunggal dengan tuhannya
karena ada kesamaan esensi antara keduanya. Hal ini sebagaimana tasawuf falsafi di mana al-
Hallaj (adalah salah satu tokoh dari tasawuf filsafat) memformulasikan teorinya dalam doktrin
‘Hulul’, yakni perpaduan insan dengan Tuhan secara rohaniyah atau makhluk dengan al-khalik.
Oleh karenanya tasawuf syi’i disebut-sebut mempunyai kesaman dengan tasawuf falsafi. Selain
itu tasawuf Syi’i atau yang di sebut juga tasawuf Syi’ah, ajarannya adalah pemulyaan kepada imam
secara berlebihan, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menuhankan imam. Hal ini merupakan
perbedaan yang cukup kontras dengan tasawuf lainnya umpamanya sunni, bahkan pada masanya
Syi’i dan Sunni adalah aliran atau tasawuf yang saling bertolak belakang dalam kecintaan kepada
Ali Bin Abi Thalib dan karena keruhaniannya yang unggul.
9
Ibnu Khaldun. Al Ma’rifat