Bung Tip
Bung Tip
ۡ ۡ
ِ ۙ اِنَّا َس َّخ ۡرنَا ال ِجبَا َل َم َعهٗ يُ َسب ِّۡحنَ بِال َع ِش ِّى َوااۡل ِ ۡش َر
اق
Innaa sakhkharnal jibaala ma'ahuu yusabbihna bil'ashaiyi wal
ishraaq
Sungguh, Kamilah yang menundukkan gunung-gunung untuk
bertasbih bersama dia (Dawud) pada waktu petang dan pagi,
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk
bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap
bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha
illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa
sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi
mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi
(diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.”[1]
Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan
dalam hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian.
‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha
sebagaimana disebutkan pula dalam hadits berikut,
An Nawawi mengatakan, “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil yang menunjukkan
keutamaan yang sangat besar dari shalat Dhuha dan menunjukkannya
kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at.”[4]
Asy Syaukani mengatakan, “Hadits Abu Dzar dan hadits Buraidah menunjukkan
keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini
pula yang menunjukkan semakin disyari’atkannya shalat tersebut. Dua raka’at
shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360 persendian. Jika memang
demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin dan terus
menerus.”[5]
qqqq
Yang kedua adalah melaksanakan sholat ketika terbitnya matahari hingga keluar
secara sempurna dan naik kira-kira setinggi satu tombak sesuai dengan
pandangan mata.
ي ْال َعي ِْن ْأ َّ َو) الثَّانِ ْي ال
ْ صاَل ةُ ( ِع ْن َد طُلُوْ ِعهَا) ِإ َذا طَلَ َع
ٍ ت ( َحتَّى تَتَ َكا َم َل َوتَرْ تَفِ َع قَ ْد َر ُر ْم
ِ ح) فِ ْي َر
Keutamaan shalat Dhuha lainnya disebutkan dalam hadits berikut,
َ َ يَقُو ُل « ق-صلى هللا عليه وسلم- ِ ار ْال َغطَفَانِ ِّى َأنَّهُ َس ِم َع َرسُو َل هَّللا
َال هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل يَا ا ْبنَ آ َد َم ال ٍ ع َْن نُ َعي ِْم ب ِْن هَ َّم
ِ َار َأ ْكفِك
ُآخ َره ِ َت ِم ْن َأ َّو ِل النَّه ٍ » تَ ْع ِج ْز ع َْن َأرْ بَ ِع َر َك َعا.
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa
mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya
dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat
Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan
dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.”[7]
Menurut pendapat yang paling kuat, hukum shalat Dhuha adalah sunnah secara
mutlaq dan boleh dirutinkan. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah dalil yang
menunjukkan keutamaan shalat Dhuha yang telah disebutkan. Begitu pula shalat
Dhuha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wasiatkan kepada Abu Hurairah untuk
dilaksanakan. Nasehat kepada Abu Hurairah pun berlaku bagi umat lainnya. Abu
Hurairah mengatakan,
َوَأ ْن ُأوتِ َر قَ ْب َل، َو َر ْك َعت َِى الضُّ َحى، صيَ ِام ثَالَثَ ِة َأي ٍَّام ِم ْن ُكلِّ َشه ٍْر َ َْأو
ٍ َ بِثَال- صلى هللا عليه وسلم- صانِى خَ لِيلِى
ِ ث
َأ ْن َأنَا َم
َأ َحبُّ اَأل ْع َما ِل ِإلَى هَّللا ِ تَ َعالَى َأ ْد َو ُمهَا َوِإ ْن قَ َّل
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu
walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu
berkeinginan keras untuk merutinkannya. [10]
Shalat Dhuha dimulai dari waktu matahari meninggi hingga mendekati waktu
zawal (matahari bergeser ke barat).[11] Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin
menjelaskan bahwa waktunya adalah mulai dari matahari setinggi tombak –dilihat
dengan pandangan mata- hingga mendekati waktu zawal. Lalu beliau jelaskan
bahwa waktunya dimulai kira-kira 20 menit setelah matahari terbit, hingga 10 atau
5 menit sebelum matahari bergeser ke barat.[12] Sedangkan Al Lajnah Ad Da-imah
(Komisi Fatwa di Saudi Arabia) menjelaskan bahwa waktu awal shalat Dhuha
adalah sekitar 15 menit setelah matahari terbit.[13]
Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melaksanakan shalat Dhuha, lantas ia
mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang
mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (nama lain untuk shalat Dhuha
yaitu shalat untuk orang yang taat atau kembali untuk taat[15]) adalah ketika anak
unta merasakan terik matahari.”[16]
Dalil minimal shalat Dhuha adalah dua raka’at sudah dijelaskan dalam hadits-
hadits yang telah lewat. Sedangkan dalil yang menyatakan bahwa maksimal
jumlah raka’atnya adalah tak terbatas, yaitu hadits,
Maka kami nasehatkan di sini, agar setiap pegawai lebih mendahulukan tanggung
jawabnya sebagai pegawai daripada menunaikan shalat Dhuha. Sebagai solusi,
pegawai tersebut bisa mengerjakan shalat Dhuha sebelum berangkat kantor. Lihat
penjelasan waktu shalat Dhuha yang kami terangkan di atas.
Mayoritas ulama ulama berpendapat bahwa shalat sunnah boleh dilakukan secara
berjama’ah ataupun sendirian (munfarid) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah melakukan dua cara ini, namun yang paling sering dilakukan adalah secara
sendirian (munfarid). Perlu diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah melakukan shalat bersama Hudzaifah; bersama Anas, ibunya dan seorang
anak yatim; beliau juga pernah mengimami para sahabat di rumah ‘Itban bin
Malik[21]; beliau pun pernah melaksanakan shalat bersama Ibnu ‘Abbas.[22]
Ibnu Hajar Al Asqolani ketika menjelaskan hadits Ibnu ‘Abbas yang berada di
rumah Maimunah dan melaksanakan shalat malam bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini
menunjukkan dibolehkannya melakukan shalat sunnah secara berjama’ah.”[23]
Ada sebuah pertanyaan yang pernah diajukan pada Syaikh Muhammad bin Sholih
Al Utsaimin rahimahullah mengenai hukum mengerjakan shalat nafilah (shalat
sunnah) dengan berjama’ah. Syaikh rahimahullah menjawab,
Intinya adalah:
1. Shalat sunnah yang utama adalah shalat sunnah yang dilakukan secara
munfarid (sendiri) dan lebih utama lagi dilakukan di rumah, sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
َصالَةُ ْال َمرْ ِء فِى بَ ْيتِ ِه ِإالَّ ْال َم ْكتُوبَة
َ صالَ ِة َ فَِإ َّن َأ ْف، صلُّوا َأيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوتِ ُك ْم
َّ ض َل ال َ َف
3. Shalat sunnah selain itu –seperti shalat Dhuha dan shalat tahajud- lebih utama
dilakukan secara munfarid dan boleh dilakukan secara berjama’ah namun tidak
rutin atau tidak terus menerus, akan tetapi kadang-kadang.
4. Jika memang ada maslahat untuk melakukan shalat sunnah secara berjama’ah
seperti untuk mengajarkan orang lain, maka lebih utama dilakukan secara
berjama’ah.
maneh
، صيام ثالثة أيام من كل شهر، أوصاني خليلي (ص) بثالث:عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال
أي- وروى أبو داود أنه (ص) صلى سبحة الضحى. وأن أوتر قبل أن أنام،وركعتي الضحى
(وأقلها ركعتان وأكثرها ثمان) كما في التحقيق. وسلم من كل ركعتين، ثماني ركعات- صالتها
وهي أفضلها على ما في، فتحرم الزيادة عليها بنية الضحى. وعليه االكثرون،والمجموع
ويندب أن يسلم من كل، فيجوز الزيادة عليها بنيتها إلى ثنتي عشرة: وأصلها،الروضة
واالختيار فعلها عند مضي ربع، ووقتها من ارتفاع الشمس قدر رمح إلى الزوال.ركعتين
فإن ترادفت فضيلة التأخير إلى ربع النهار وفضيلة أدائها في،النهار لحديث صحيح فيه
الن، فاالولى تأخيرها إلى ربع النهار وإن فات به فعلها في المسجد،المسجد إن لم يوءخرها
ويسن أن يقرأ سورتي.الفضيلة المتعلقة بالوقت أولى بالمراعاة من المتعلقة بالمكان
واالوجه أن ركعتي االشراق من. وورد أيضا قراءة الكافرون واالخالص.والشمس والضحى
خالفا للغزالي ومن تبعه،الضحى
Imam Abu Dawud meriwayatkan, bahwa Nabi saw. mengerjakan salat Dhuha, dan
beliau salam setiap dua rakaat.
Paling sedikitnya adalah dua rakaat, dan paling banyaknya adalah 8 rakaat,
sebagaimana yang termaktub dalam kitab At-Tahqiq dan Al-Majmu’ (kedua : nya
milik Imam An-Nawawi). Seperti itu juga sebagian besar ulama. Karena itu,
hukumnya haram menambah rakaat lebih dari yang sudah ditentukan di atas.
Delapan rakaat tersebut adalah paling utama, seperti yang tersebut dalami kitab
Ar-raudhah dan aslinya. Berarti (menurut pendapat ini), menambah bilangan dari
jumlah. rakaat tersebut dengan niat salat Dhuha sampai 12 rakaat adalah boleh
saja.
Disunahkan setiap dua rakaat salam sekali.
Waktu salat Dhuha, adalah sejak matahari naik setinggi tombak sampai
tergelincirnya ke arah barat. (Namun) memilih waktu yang baik untuk
mengerjakan salat Dhuha adalah ketika telah terlewatkan seperempat waktu
siang, berdasarkan sebuah hadis sahih.
Dalam salat Dhuha sunah membaca surah As-Syams dan Adh-Dhuha. Sementara
dalam hadis yang lain menyebutkan surah Al-Kafirun dan Al-Ikhlaash. Menurut
pendapat yang lebih beralasan: Dua rakaat salat Isyraq adalah termasuk dari salat
Dhuha. Lain halnya dengan pendapat Imam Al-Ghazali dan pengikutnya.
LAGILAGI
NIAT
Berikut untuk niat sholat dhuha:
صلِّى ُسنَّةَ الضَّحٰى َر ْك َعتَ ْي ِن ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَدَا ًء ِهللِ تَ َعالَى
َ ُا
Ushalli Sunntadh-dhuha rak'ataini lillahi ta'ala
Artinya,
2. Takbirotul Ihram
Takbiratul Ihram dilakukan setelah membaca niat dengan mengangkat kedua
tangan sejajar dengan telinga untuk laki-laki, dan sejajar dengan dada untuk
perempuan, sambil membaca:
“Allaahu akbar”
“Rabbanaa lakal hamdu mil’us samaawati wa mil ‘ulardhi wa mil ‘umaasyi’ta min
syai’in ba’du.”
12. Salam
Selesai Tahiyatul Akhir, lakukan salam dengan menengok ke kanan dan ke kiri
bergantian sambil membaca:
Artinya: "Kekasihku SAW mewasiatkan kepadaku tiga hal, yaitu puasa tiga hari setiap bulan,
dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur." (HR Bukhari dan Muslim)
Artinya: "Setiap ruas dari anggota tubuh di antara kalian pada pagi hari, harus dikeluarkan
sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah
sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, dan mencegah
kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat disepadankan dengan mengerjakan sholat
dhuha dua rakaat." (HR Muslim)
Artinya: "Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri hamba pada hari kiamat dari
amalannya adalah sholatnya. Apabila benar (sholatnya) maka ia telah lulus dan beruntung, dan
apabila rusak (sholatnya) maka ia akan kecewa dan rugi. Jika terdapat kekurangan pada sholat
wajibnya, maka Allah berfirman, 'Perhatikanlah, jikalau hamba-Ku mempunyai sholat sunnah
maka sempurnakanlah dengan sholat sunnahnya sekadar apa yang menjadi kekurangan pada
sholat wajibnya. Jika selesai urusan sholat, barulah amalan lainnya." (HR An-Nasa'i, Abu
Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
َ ِت أ ْكف
ك آخ َِره ٍ أربع ر َكعا
َ النهار
ِ ِ ابن آد َم اركعْ لي من
أول َ يا
Artinya: "Wahai anak Adam, rukuklah (sholatlah) karena Aku pada awal siang (sholat dhuha)
empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari." (HR Tirmidzi)
Artinya: "Barang siapa yang menjaga sholat dhuha, maka dosa dosanya akan diampuni walau
sebanyak buih di lautan." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Baca juga:
Doa Setelah Sholat Dhuha dan Artinya, Dilengkapi Bacaan Dzikir
5. Dibangunkan Istana di Surga
Hadits keutamaan sholat dhuha lainnya berasal dari Anas bin Malik yang mengatakan bahwa
Rasullah SAW bersabda,
َمن صلَّى الضّحى ِث ْن َتيْ عشرة ركعة َبنى هللا له َقصرا من َذهب في الج َّنة
Artinya: "Barang siapa sholat dhuha dua belas rakaat, maka Allah akan membangun baginya
istana dari emas di surga." (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)