Laporan Askep Batuk Efektif
Laporan Askep Batuk Efektif
1. Melatih otot – otot pernafasan agar dapat melakukan fungsi dengan baik
2. Mengeluarkan dahak atau sputum yang ada disaluran pernafasan
3. Melatih klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik
Menurut Wilson (2006) Batuk Efektif dilakukan pada pasien seperti :
Bronkhitis kronik
Asma
Tuberculosis Paru (TBC Paru)
Pneumonia
Emfisema
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang
menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari akspirasi, yang bertujuan :
Merangsang terbukanya system kolateral, Meningkatkan distribusi ventilasi,
Meningkatkan volume paru, Memfasilitasi pembersihan saluran napas (Smeltzer
2009)
1. Pernafasan Diafragma
Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen dirumah
Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidak miring ke
kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk.
Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah,
tangan yang lain diatas dada. Akan dirasakan perut bagian atas
mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu
disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat
gerakan (ekskursi) dada minimal dinding dada dan otot bantu napas
relaksasi.
Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan
melalui mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja
dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot
perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk
memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sngkar
toraks bagian bawah.
Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut
untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat
diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.
2. Pursed lips breathing
Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung
(bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup.
Kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut
dengan posisi seperti bersiul.
PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama
ekspirasi.
Selama PLB tidak ada udara ekspirasiyang mengalir melalui hidung.
Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan
pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui
cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan
kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi.
Point penting :
Umur
Durasi batuk
Dyspnue (saat istirahat atau aktivitas)
Gejala konstitusional
Riwayat merokok
Tanda vital (denyut jantung, respirasi, temperature tubuh)
Pemeriksaan thorax
Radiologi thorax saat batuk yang tidak bisa dijelaskan terjadi lebih dari 3-6
minggu
Persiapan pasien :
1. Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2 detik
2. Keluarkan secara perlahan dari mulut
3. Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali sehari (pagi, siang,
sore)
b. Batuk efektif
1. Tarik nafas dalam lewat hidung dan tahan nafas untuk beberapa detik
2. Batuk 2 kali, pada saat batuk tekan dada dengan bantal, tamping secret
pada sputum pot
3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat
menyebabkan hipoksia
Duduk tegak
Kemudian hirup nafas dalam 2 kali secara perlahan-lahan melalui hidung
dan hembuskan melalui mulut.
Hirup napas dalam ketiga kalinya dan atahan napas sampai hitungan ke 3
batukkan dengan kuat 2 atau 3 kali secara berturut-turut tanpa menghirup
napas kembali selama melakukan batuk.
Lanjutkan latihan batuk sebanyak 2-3 kali pada saat terjaga
Ulangi sesuai dengan kebutuhan. (Bangerd, 2011)
Adapun cara latihan batuk efektif yaitu dengan : anjurkan klien menarik napas
selama 3x kemudian anjurkan klien batuk secara menghentak. Batuk secara
terkekeh-tekeh dapat menyebabkan seseorang kehilangan banyak energy dan sulit
untuk mengeluarkan dahak. Untuk mengantisipasi hal tersebut kita dapat
menggunakan teknik batuk efektif.
Adapun latihan batuk untuk anak balita yang bisa dilakukan adalah :
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang
mengalami operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranetesi. Sehingga ketika
sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa
banyak lender kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi
pasien setelah operasi untuk mengeluarkan lender atau secret tersebut.
Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
Huff Coughing adlah teknik mengontrol batuk yang dapat digunakan pada
pasien menderita penyakit paru-paru seperti COPD/PPOK, emphysema
atau cystic fibrosis.
d. Huff Coughing :
Untuk menyiapkan paru-paru dan saluran nafas dari Teknik Batuk huff,
keluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas. Mulai
dengan bernafas pelan. Ambil nafas secara perlahan, akhiri dengan
mengeluarkan nafas secara perlahan selama 3-4 detik.
Tarik nafas secara diafragma, lakukan secara pelan dan nyaman, jangan
sampai overventilasi paru-paru.
Setelah menarik nafas secara perlahan, tahan nafas selama 3 detik, ini
untuk mengotrol nafas dan mempersiapkan melakukan batuk huff secara
efektif
Angkat dagu agak keatas, dan gunakan otot perut untuk melakukan
pengeluaran nafas cepat sebanyak 3 kali dengan saluran nafas dan mulut
terbuka, keluarkan dengan bunyi Ha,ha,ha atau Huff,huff,huff,. Tindakan ini
membantu epiglottis terbuka dan mempermudah pengeluaran mucus.
Kontrol nafas, kemudian ambil napas pelan 2 kali
Ulangi teknik batuk diatas sampai mucus sampai kebelakang tenggorokan
Setelah itu batukkan dan keluarkan mucus/dahak
e. Postsurgical Deep Coughing
Step 1 :
Duduk di sudut tempat tidur atau kursi, juga dapat berbaring terlentang
dengan lutut agak ditekukkan.
Pegang/tahan bantal atau gulungan handuk terhadap luka operasi
dengan kedua tangan
Bernafaslah dengan normal
Step 2 :
Step 3 :
i. Pemeriksaan Diagnostik
1. Batuk akut
Radiologi thorax dipertimbangkan pada orang dewasa dengan batuk yang
akut yang menunjukkan tanda vital yang abnormal ataupada pemeriksaan
thorax curiga pneumonia.
2. Batuk persisten
Radiologi thorax indikasi jika telah disingkirkan kemungkinan pasien
menjalani terapi dengan ACE inhibitor dan batuk post infeksi dengan
anamnesis. Pemeriksaan terhadap infeksi pertussis dilakukan dengan
menggunakan polymerase chain reaction padaswab nasopharyngeal atau
spesiemen hidung. Saat radiologinya normal, pertimbangkan
kemungkinan postnasal drip, asma dan GERD. Terdapatnya gejala-gejala
umum tersebut sebaiknya di evaluasi lebih lanjut atau diberikan terapi
empiric. Akan tetapi, terapi empiric direkomendasikan untuk postnasal
drip, asma atau GERD selama 2-4 minggu meskipun penyakit-penyakit
tersebut yang bukan menyebabkan batuknya. Sekitar 25% kasus batuk
paersisten disebabkan berbagai macam penyebab. Spinometri dapat
membantu obstruksi saluran napaf pada pasien dengan batuk persisten
dan wheezing dan yang tidak respon terhadap pengobatan asma. Ketika
terapi empiric untuk sindrom postnasal drip, asma dan GERD tidak
membantu, evaluasi lebih lanjut diperlukan melalui pH manometri,
endoskopi, barium swallow, CT scan sinus atau thorax.
j. Terapi
1. Batuk akut
Dalam memberikan terapi batuk akut sebaiknya berdasarkan
penyebab penyakitnya, batuknya sendniri dan factor-faktor tambahan
yang membuat batuk kambuh.
Ketika diagnose influenza ditegakkan, terapi dengan amantadine,
rimantadine, oseltamivir atau zanamivir efektif (1 hari atau kurang)
ketika dimulai 30-48 jam dari onset penyakit.
Pada infeksi chlamydia atau mycoplasma, antibiotic seperti
ertiromsysin, 250 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari dioksisiklin 100
mg oral 2 kali sehari selama 7 hari.
Pada pasien dengan bronchitis akut, terapi dengan inhalasi beta 2-
agonis dpat mengurangi keparahan dan durasi batuk pada beberapa
pasien.
Bukti menunjukkan pemberian dextromethorphan bermanfaat dalam
meringankan batuk pada orang dewasa dengan infeksisaluran
respirasi akut.
Terapi postnasal drip (dengan antihistamin, dekongestan, atau
kortikosteroid nasal) atau GERD (dengan H2 blocker atau proton-
pump inhibitor) yang disertai dengan batuk akut dapat menolong.
Terdapat bukti bahwa vitamin c Echinacea tidak efektif dalam
mengurangi keparahan batuk akut tetsapi terdapat bukti juga bahwa
vitamin C (sedikitnya 1 gram sehari) bermanfaat dalam mencegah flu
pada orang dengan stress fisik (misal : setelah marathon) atau
malnutrisi.
Batuk persisten
Saat dicurigai infeksi pertussis, terapi dengan antibiotika makrolid
tepat untuk mengurangi penyebaran dan transmisi organisme.
Jika infeksi pertussis berlangsung 7-10 hari, terapi antibiotika tidak
mengurangi durasi batuk yang dapat berlangsung selama 6 bulan.
Tidak ada bukti yang merekomendasikan berapa lama terapi batuk
persisten dilanjutkan untuk postnasal drip, asma atau GERD.
Gejala yang kambuh lagi memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Pasien dengan batuk persisten tanpa sebab yang jelas
dikonsultasikan dengan otolaryngologist ; terapinya dengan lidokain
nebulasi.
1. Sarung tangan
2. Bengkok
3. Antiseptik (jika perlu)
4. Sputum pot
5. Gelas berisi air hangat
6. Tisu habis pakai
Tindakan/Prosedur :
Ucapkan basmallah
Cuci tangan
Salam terapeutik
Informed consent dan kontrak kepada klien
Dekatkan peralatan yang telah disiapkan di samping tempat tidur klien
Jaga privasi klien
Kaji pernapasan klien
Atur posisi klien dalam posisi nyaman setengah duduk diatas tempat tidur
atau kursi atau pada posisi tidur dengan stu bantal
Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
Peragakan pada klien cara nafas dalam
Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen dibawah tulang rusuk
Tarik nafas melalui hidung dengan mulut tertutup, pusatkan ke daerah
abdomen. Inhalasi/menarik napas sepanjang 3 hitungan.
Buat mulut seperti akan bersiul menyebabkan aliran udara yang
resistenkeluar dari paru-paru, meningkatkan tekanan dalam bronkus
meminimalkan kolpas pada jalan napas yang lebih kecil.
Pusatkan pada dinding abdomen dan kencangkan otot abdomen saat
mengeluarkan napas untuk meningkatkan efektifitas ekshalasi. Hitung 7
hitungan selama ekshalasi.
Ulangi sebanyak sampai 3-5 kali
Peragakan cara batuk efektif pada klien
Setelah menggunakan bronchodilator atau melakukan napas dalam, pada
napas terakhir tahan napas selama beberapa detik
Batuk dua kali batuk pertama melepaskan mucus dan batuk kedua untuk
mengeluarkan secret, batuk dengan menutup mulut dengan tangan yang
telah dibalut tissue.
Hindari episode batuk yang lama karena dapat menyebabkan kelelahan
dan hipoksia.
Buang secret yang ada pada sputum pot
Minta klien untuk mengulangi peragaan tadi
Annjurkan klien untuk melakukan tindakan ini selama 5 menit, dan latihan
ini dapat dilakukan 4-5 kali/hari (pagi bangun tidur, serta rileks, siang
sebelum makan dan sore setelah mandi)
Terminasi dan kontrak waktu selanjutnya
Cuci tangan
Lakukan pendokumentasian : karakteristik sputum (warna,jumlah)
Akhirilah dengan membaca hamdallah
1. Tahap Prainteraksi
Mengecek program terapi
Mencuci tangan
Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
Memberikan salam dan sapa nama pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
Menjaga privacy pasien
Mempersiapkan pasien
Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
Melatih pasien melakukan napas perut (menarik napas dalam melalui
idung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulu, bibir seperti meniup)
Meminta pasien merasakan mengempiskan abdomen dan kontraksi
dari otot
Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk
atau di dekat mulut bila tidur miring)
Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali, yang ke-3 :
inspirasi, tahan nafas dan batukkan dangan kuat
Menampung lender dalam sputum pot
Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Berpamitan dengan klien
Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
D . FOKUS EVALUASI
Kolaborasi dengan dokter untuk medikasi : pemberian obat batuk
Perhatikan apakah klien mengkonsumsi obat batuk, jika ya anjurkan untuk
menghindari penggunaan yang berlebihan karena dapat menyebabkan efek
samping
Jika klien menderita DM, hindari sirup obat batuk yang mengandung gula atau
alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M Matassarin, E. Medical Surgical Nursing 2006. Clinical Management for
Continuity of Care. J.B Lippincott Co.
Call SA et al.Does this patient have influenza? JAMA. 2005 feb 23;293(8):987-97.
[PMID:15728170]
Haque RA et al. Chronic idiopatihic cough: a discrete clinical entity? Checst. 2008
May;127(5):1710-3.[PMID:15888850]
Hewlett EL et al. Clinical practice. Pertussis-not just for kids. N Engl J Med. 2009
Mar 24;352(12):1215-22.[PMID:15788498]
http://ners-blog.blogspot.com/2021/10/satuan-penyuluh-batuk-efektif-dan.html
Jekins, (2008), http://e-learning-keperawatan.blogspot.com-batuk-efektif-dan-napas-
dalam.html.
Lin DA et al. Asthma or not? The value of flow volume loops in evaluating airflow
obstruction. Allergy Asthma Proc. 2003 Mar-Apr;24(2):107-10.[PMID:12776443]
Smelthzer Luckman & Sorensen. Medical Surgical Nursing. 2010. WB Saunders
Company.
Metlay JP et al. Testing strategies in the initial management of patients with
community-acquired pneumonia. Ann Intern Med. 2003 Jan 21;138(2):109-18.
[PMID:12529093]
Pratter MR at al. An empiric integrative approach to the management of cough:
ACCP evidence-based clinical practice guidelines. Chest. 2006 Jan;129(1
Suppl):222S-231S.[PMID:16428715]
Schroeder K et al. Over-the-counter medications for acute cough in children and
adults in ambulatory settings. Cochrane Database Syst Rev. 2004;
(4):CD001831.[PMID:15495019]
Wenzel RP et al. Acute bronchitis. N Engl J Med. 2006 Nov 16;355(20);2125-30.
[PMID:17108344]
Wilson, M.Lorraine, (2006), Buku Patofisiologi Keperawatan, Konsep klinis-proses-
proses penyakit, Edisi 6. Volume I. Jakarta:EGC.