Anda di halaman 1dari 22

A.

LATAR BELAKANG
Membahas mengenai pendidikan selalu terkait dengan cara
penyampaian dan penyajiannya. Pendidikan merupakan suatu hal yang wajib
diberikan kepada para peserta didik, baik itu berupa pendidikan formal, non
formal maupun informal. Di Indonesia itu sendiri sistem dan kebijakan
pendidikan di dasarkan pada undang-undang dasar yang berlaku dalam negara
tersebut. Isi undang-undang No. 20 tahun 2003 dalam sistem pendidikan
nasional yang ada di Indonesia yaitu “Berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab”,1 dalam tujuan
tersebut di atas jelas bahwa dalam sebuah wadah pendidikan siswa tidak
hanya di berikan berupa materi saja tetapi peserta didik juga di dorong untuk
dapat memunculkan ide-ide kreatif, pembentukan ahlak yang baik serta dapat
bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat dan juga
sebagai dinamisator masyarakat itu sendiri. Dalam aspek ini peran pendidikan
memang sangat strategis karena menjadi tiang sanggah dari kesinambungan
masyarakat itu sendiri. Salah satu tugas dari Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS) yaitu, menjaga, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai
luhur bangsa serta aspek yang dihadapi SISDIKNAS ialah dinamika dari
kehidupan nasional itu sendiri.2
Terkait dengan manajemen, Allah berfirman dalam surat Ash-Shaff: 4 :

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya. dalam


barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.”

1
Haidar Putra Daulay, “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia”, Jakarta: Kencana, 2006
2
H. A. R. Tilaar, “Manajemen Pendidikan Nasional”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
November (2013), Cet. 11, h. 80
Maka dalam sebuah wadah pendidikan harus dikaitkan dengan adanya
manajemen yang didalamnya meliputi, perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan controling. Adapun hadits yang menerangkan tentang
pentingnya manajemen: “Sesungguhnya Allah swt mewajibkan perbuatan
yang dilakukan dengan baik dalam segala hal. Jika kamu membunuh
binatang, maka lakukanlah dengan cara yang baik, jika kamu mau
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, pertajamlah alat
potongnya, kemudian istirahatkanlah binatangnya.” (HR. Nasa’i)3
Dalam manajemen suatu pendidikan tersebut, seorang pendidik harus
memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang lebih untuk dapat
menyusun sebuah strategi dan rencana dalam menjalankan sebuah lembaga
pendidikan baik formal maupun nonformal. Hal ini didasarkan bahwa
pendidik adalah seorang yang bisa mencerminkan sikap baik dalam aspek
afektifnya.
Manajemen pendidikan sebagai suatu sistem, bahwa penerapan fungsi-
fungsi menajemen pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks meliputi
berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya. Manajemen
pendidikan dilaksanakan secara tererncana dan teratur, serta berbagai
komponen yang terlibat dalam manajemen pendidikan. Pandangan
manajemen pendidikan sebagai suatu sistem, dapat dilihat secara mikro dan
makro. Secara mikro manajemen pendidikan dapat dilihat dari hubungan
komponen peserta didik, pendidik dan interaksi keduanya dalam proses
pembelajaran. Sedangkan secara makro manajemen pendidikan harus mampu
menjangkau dan mengelola komponen-komponen yang lebih luas dalam
penerapan dan interaksi antar komponen.4
Didalam manajemen suatu pendidikan terdapat pengoordinasian dalam
sebuah lingkup pendidikan yang dibentuk dengan adanya organisasi.
Organisasi merupakan suatu sistem interaksi antar orang yang ditunjukkan

3
Syarwani, “Hadits Manajemen”, dalam http://www.slideshare.net/mamaehedy/hadits-
manajemen, (download: 20.55 wib, 15 Desember 2016).
4
Juhri, “Perspektif Manajemen Pendidikan”, Lembaga Penelitian UM Metro Press,
November (2006), h. 18-19
untuk mencapai tujuan organisasi, dimana sistem tersebut memberikan arahan
perilaku bagi anggota organisasi. 5
Secara teori manajemen orang (insan) tidak berbeda dari manajemen
sumber daya organisasi lainnya. Satu perspektif memandang bahwa manusia
berpotensi menjadi sumber perilaku seluruh kreatif dan kompleksitas yang
dipengaruhi banyak faktor beragam yang berasal baik dari individu atau
lingkungan sekitar. Sumber daya manusia berbeda dari sumber daya lain,
karena sebagian individu dibekali dengan berbagai tingkatan kemampuan
(termasuk bakat, keterampilan dan pengetahuan), dengan ciri-ciri
kepribadian, jenis kelamin, persepsi peran dan perbedaan dalam pengalaman,
dan sebagai akibat dari perbedaan motivasi dan komitmen.6
Bagi masyarakat Indonesia, termasuk pondok pesantren (Ponpes),
pengembangan Sumber Daya manusia (SDM) merupakan suatu keharusan.
Sebab untuk mencapai kemajuan masyarakat harus dipenuhi persyaratan yang
di perlukan. Dengan pengembangan SDM akan memberikan konstribusi
signifikan bagi upaya peningkatan kehidupan masa depan kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini pondok pesantren sebagai agen pengembangan
masyarakat sangat diharapkan mempersiapkan konsep pengembangan SDM,
baik untuk peningkatan kualitas pondok pesantren itu maupun untuk
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Berbicara mengenai SDM, dapat dilihat dari dua aspek yakni kuantitas
dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah SDM yang umumnya di anggap
kurang penting kontribusinya terhadap pembangunan masyarakat,
dibandingkan aspek kualitas. Sedangkan kualitas menyangkut mutu SDM
yang berkaitan dengan kemampuan, baik kualitas fisik maupun kualitas non-
fisik (kecerdasan dan mental).7
Pengembangan sumber daya manusia menyangkut berbagai lembaga,
seperti lembaga sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Demikian halnya
dalam pengembangan sumber daya manusia (PSDM) di bidang pendidikan
5
Dadang Suhardan dkk, “Manajemen Pendidikan”, Bandung: Alfabheta, Juni (2010),
Cet. 3, h. 70
6
Abdus Salam, “Manajemen Insani (Dalam Pendidikan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
April (2014), h. 36
7
A. Halim dkk, “Manajemen Pesantren”, Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara, Juli
(2005). h. 3-4
(tenaga kependidikan). Kemampuan melihat interdepedensi berbagai kegiatan
dari berbagai lembaga menjadi sangat perlu bagi seorang perencana dan
mengambil kebijakan, pembangunan SDM secara keseluruhan, serta melihat
hubungan antar berbagai komponen yang saling berpengaruh.8
Dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia, pondok pesantren
dipandang sebagai lembaga pendidikan Islam tertua. Pondok pesantren
sebagai lembaga pendidikan tetap istiqomah dan konsisten melakukan
perannya sebagai pusat pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fiddin) dan
lembaga dakwah Islamiyah serta ikut mencerdaskan bangsa telah diakui oleh
masyarakat.9 Dalam aspek sistem dan metodologis dapat disamakan dengan
model lembaga keagamaan pra Islam, tetapi dalam aspek materi dan
substansinya berbeda. Dalam perkembangannya pesantren mengalami
berbagai perubahan baik dalam berbagai aspek dalam rangka mengikuti
perkembangan zaman.10
Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan
kepribadian Muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan, berahlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada
masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, yaitu menjadi
pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad saw
(mengikuti Sunnah Nabi), maupun berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam
kepribadian, meyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat
di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka
mengembangkan kepribadian manusia.11
Hadirnya pondok pesantren Darul Arqom di Kota Metro ini menambah
sebuah lembaga pendidikan yang lebih spesifik yakni pendidikan Islam.
Pondok pesantren ini mengajarkan materi tambahan yang tidak diberikan dari
sekolah umum di luar. Dalam pendirian suatu lembaga yang berbasis Islam
tersebut, seorang pengelola di tuntut untuk dapat memiliki kemampuan yang
bisa menyeimbangkan antara kepengurusan dan pengajaran yang tercantum
8
Juhri, Op. Cit, h. 37
9
Samsul Nizar, Muhammad Syaifudi, “Isu-isu Kontemporer Tentang Pendidikan
Islam”, Jakarta: Kalam Mulia, (2010), h. 191
10
Ibid, h. 194
11
Mujamil Qomar, “Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi)”, Jakarta: Erlangga, h. 4
dalam sebuah bentuk manajemen pendidikan dan pembelajaran dalam sebuah
pondok pesantren yang ada di Kota Metro, yaitu Pondok Pesantren Darul
Arkom Metro.
Berdirinya Pondok Pesantren Darul Arqom pada dasarnya tidak
terlepas dari berdirinya Madrasah Aliyah Muhammadiyah Metro. Sejak awal
berdirinya MA Muhammadiyah Metro Pondok Darul Arqom adalah bagian
dari MA Muhammadiyah Metro, sehingga mayoritas siswa-siswi MA
Muhammadiyah Metro adalah santri di Pondok Pesantren Darul Arqom.
Letak Pondok Pesantren tersebut tidak jauh dari sekolah dan Universitas yang
ada di Kota Metro.
Pengelolaan Pondok Pesantren ini diserahkan kepada pengelola Pondok
Pesantren Darul Arqom baik putra maupun putri. Pondok Pesantren Darul
Arqom ini merupakan Pondok Pesantren dasar yang diperuntunkan untuk
santri-santri sederajat. Pondok Pesantren ini mengajarkan pelajaran tambahan
yang diberikan di luar forum sekolah, seperti pelajaran siroh nabawiyah,
tahsin, fiqih tarjih, tauhid dan muroja’ah. Dalam pengajarannya santri-santri
yang ada di Pondok Pesantren Darul Arqom ini diajarkan oleh Ustadz-ustadz
yang sudah berpengalaman yang ada di Kota Metro, namun terdapat kendala
saat pengajaran tidak berlangsung sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Menurut salah satu ustadz sekaligus pengasuh santri-santri Pondok
pesantren Darul Arqom kota Metro, dalam proses belajar mengajar mereka
disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan mereka di Pondok tersebut, hal ini
terjadi dikarenakan para santri tidak hanya terfokus belajar di Pondok saja,
melainkan mereka juga sekolah diluar Pondok yang sifatnya Formal.12 Namun
hal tersebut akan menjadi sebuah motivasi untuk mereka dalam mengejar
sebuah pendidikan.
Pembelajaran di Pondok tersebut sudah dilengkapi dengan kurikulum
yang ada dan sistem pembelajaran yang sudah dibuat untuk memudahkan
mereka (para pendidik) dalam mengalokasikan waktu serta dalam memanaj
sebuah proses belajar mengajar berlangsung. Pondok pesantren tersebut
memiliki target, yaitu agar semua para santri baik putra maupun putri yang

12
Observasi, Kamis, 10 November 2016, 13.00 (Pondok Pesantren Darul Arqom)
ada di Pondok tersebut dapat mampu mengahafal Al-Qur’an dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
Dalam hal ini penulis memilih objek pada Pondok Pesantren Darul
Arqom tersebut karena ingin mengetahui manajemen pembelajaran dalam
salah satu Pondok Pesantren yang ada di Kota Metro. Ini lah yang membuat
penulis tertarik untuk mengkaji sejauh mana Pondok tersebut berkembang
dalam pembelajarannya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih mendalam yang terkait dengan manajemen
pembelajaran pada Pondok Pesantren Darul Arqom. Sehingga penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana implementasi manajemen pembelajaran Pondok Pesantren darul
Arqom di Kota Metro ?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Implementasi Manajemen Pembelajaran Pondok
Pesantren Darul Arqom di Kota Metro

2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Penulis
Sebagai syarat untuk menyelesaikan Stara 1 Program Study
Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Metro.
b. Bagi Lembaga Objek Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi manajemenan di Pondok Pesantren
Darul Arqom Kota Metro.

c. Bagi Akademik
1. Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan di perpustakaan
terkait dengan manajemen pembelajaran di Pondok Pesantren.
2. Sebagai bahan rujukan penelitian bagi Mahasiswa selanjutnya.

D. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penguraian sebuah masalah, penulis tidak menjabarkan secara
luas mengenai permasalahan ini. Maka penulis akan membatasi permasalahan
yang akan diuraikan, pembatasan tersebut, yaitu Implementasi manajemen
pembelajaran Pondok Pesantren Darul Arqom Kota Metro.

E. KAJIAN PUSTAKA
1. Manajemen Pendidikan
Manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh seseorang untuk melakukan kegiatan baik secara perorangan
ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya
mencapai tujuan organisasi produktif, efektif dan efisien. Beberapa
pandangan manajemen menurut beberapa ahli, yaitu :
a. Stoner menjelaskan bahwa manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.13
b. Sudjana menjelaskan bahwa manajemen merupakan rangkaian
berbagai kegiatan wajar yang dilakukan seseorang berdasarkan
norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaanya
memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya.14
Dengan demikian manajemen merupakan suatu proses yang
kontinue yang bermuatan kemampuan dan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan, baik secara
perorangan ataupun bersama orang lain dalam mengkoordinasi dan

13
Dadang Suhardan dkk, Op. Cit, h. 86
14
Ibid, h. 87
menggunakan segala sumber untuk mencapai tujuan organisasi secara
produktif, efektif dan efisien.15
Manajemen pendidikan adalah suatu penataan bidang garapan
pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, penyususnan staf, pembinaan, pengoordinasian,
pengkomunikasian, pemotivasian, penganggaran, pengadilan,
pengawasan, penilaian dan pelaporan secara sistematis untuk mencapai
tujuan pendidikan secara berkualitas.16
Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam
pengembangan pendidikan. Manajemen pendidikan lebih bersifat umum
untuk semua akvitas pendidikan pada umumnya, sedangkan manajemen
pendidikan Islam lebih khusus lagi mengarah pada manajemen yang
diterapkan dalam pengembangan pendidikan Islam.17 Dalam wadah
manajemen memiliki beberapa fungsi diantaranya, yaitu :
1) Perencanaan (Planning) adalah proses penentuan tujuan atau sasaran
yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefesien dan seefektif
mungkin. Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih
dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa
yang harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya. Perencanaan
pendidikan merupakan keputusan yang diambil untuk melakukan
tindakan selama waktu tertentu (sesuai dengan jangka waktu
perencanaan) agar penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih
efektif dan efisien serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu,
dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.18 Dalam proses
perencanaan terhadap program perencanaan, Allah swt berfirman
dalam surat Al-Hasyr: 18 :

15
Engkoswara, Aan Komariah, “Administrasi Pendidikan”, Bandung: Alfabheta, Maret
(2011), Cet. 2, h. 87
16
Ibid, h. 89
17
Muhaimin dkk, “Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyususnan Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah), Jakarta: Kencana, cet. 2 April (2010), h. 5
18
Nanang Fatah, “Landasan Manajemen Pendidikan”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Desember (2006), Cet. 8, h. 49
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah,
sesngguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Menurut Banghart dan Trull mengungkapkan dimensi sebagai prinsip
perencanaan pendidikan, yaitu :
a) Signifikansi, derajat signifikansi dipengaruhi oleh kepentingan
sosial yang ada dalam tujuan pendidikan.
b) Feasibility, rencana yang dibuat harus ditetapkan petunjukkan dan
didasarkan pada situasi analisis dan prosedur yang sesuai.
c) Relevansi, peningkatan penggunaan teknologi dan teknik
perencanaan yang canggih telah memperluas konsep relevansi.
d) Kepastian, perhitungan yang tepat harus diidentifikasi dengan
memperhitungkan segala penyimpangan untuk dijadikan bahan
pertimbangan.
e) Penghematan, prinsip ini menyatakan bahwa rencana harus
dirancang dalam kerangka yang sederhana dan meningkatkan
kepekaan untuk mengidentifikasi interaksi antar komponen.
f) Adaptabilitas, rencana pendidikan hendaknya merupakan hal
yang dinamis.
g) Waktu, merupakan faktor penting, perhatikan siklus alami pada
aspek-aspek yang direncanakan.
h) Monitoring, meliputi penetapan kriteria pendidikan untuk melihat
apakah yang direncanakan sudah dilaksanakan secara efisien atau
belum.
i) Subject matter, substansi apa yang sedang direncanakan
dikembangkan oleh McClure seperti, tujuan dan sasaran, program
dan layanan, sumber daya manusia, sumber daya fisik, financial,
struktur pemerintahan sosial.19

19
Engkoswara dan Aan Komariah, Op. Cit, h. 134
2) Organisasi (Organizing), menurut Schein mengatakan baha
organisasi adalah koordinasi yang rasional dari aktifitas sejumlah
orang dalam mencapai sejumlah tujuan yang jelas melalui pembagian
kerja dan fungsi dan melaui hirarki kekuasaan dan tanggung jawab.20
Organisasi sebagai proses membagi kerja kedalam tugas-tugas yang
lebih kecil, membebaskan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai
dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan
organisasi.21 Dalam hal pengorganisasian juga Allah berfirman dalam
surat Al-Imran: 103 :

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah,


dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu
Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu
menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana.
Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar
kamu mendapat petunjuk.”
Dalam hal ini pengorganisasian memiliki beberapa fungsi
diantaranya, yaitu:
a) Merencanakan struktur organisasi
b) Mendefinisikan wewenang dan tanggung jawab
c) Struktur organisasi lingkaran (Circular)
d) Struktur organisasi tegak lurus (Vertical)22
20
Ibid, h. 142
21
Made Pidarta, “Manajemen Pendidikan Indonesia”, Jakarta: Rineka Cipta, Oktober
(2011), Edisi 3, h. 71
22
Eeng Ahman, Epi Indriani, “Membina Kompetensi Ekonomi”, Bandung: Grafindo
Media Pratama, Juni (2007), h. 95-97
3) Pengarahan (Directing), pengarahan disebut juga dengan pengaturan
yaitu proses memotivasi, membimbing dan mengarahkan karyawan
dalam rangka mencapai tujuan.23 , Allah menjelaskan dalam
firmannya surat Al-Kahf: 2 :

“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa


yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira
kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa
mereka akan mendapat balasan yang baik.”
4) Pengawasan (Controlling), menurut Mockler adalah suatu usaha
sistematis untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-
tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,
membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan
kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi. Pengawasan
merupakan proses untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan
dalam pelaksanaan rencana agar segera dilakukan upaya perbaikan,
sehingga dapat memastikan bahwa aktifitas yang dilaksanakan secara
riel merupakan aktifitas yang sesuai dengan apa yang direncanakan.24
Terkait dengan pengawasan Allah berfirman dalam surat Al-Infitar:
10-12 :

“Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang


mengawasi (pekerjaanmu). Yang mulia (di sisi Allah) dan yang
mencatat (perbuatanmu). Sesungguhnya orang-orang yang berbakti
benar-benar dalam (surga yang penuh) kenikmatan.”

23
Imamul Arifin, Giana Hadi W, “Membuka Cakrawala Ekonomi”, Bandung: Setia Purna
Inves, Juni (2007), h. 71
24
Engkoswara dan Aan Komariah, Op. Cit. h. 219
Tujuan pengawasan menurut Fattah menurut konsep sistem
adalah membantu mempertahankan hasil atau output yang sesuai
syarat-syarat sistem. Pengawasan sesungguhnya bertujuan untuk
membuat pihak yang diawasi merasa terbantu sehingga dapat
mencapai visi dan misinya secara lebih efektif dan efisien,
menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan
akuntabilitas, menimbulkan suasana saling percaya dalam dan diluar
lingkungan operasi organisasi, meningkatkan akuntabilitas
organisasi, meningkatkan kelancaran operasi organisasi, mendorong
terwujudnya good governance.25 Adapun fungsi pengawasan atau
supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol melihat
apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana
atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Kegiatan
supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat
personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi
belajar mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat
itu.26 Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengawasan, yaitu: menentukan standar atau tolak ukur prestasi
kerja, mengukur hasil kerja dengan standar yang ada,
membandingkan prestasi dengan langkah-langkah yang telah
ditetapkan, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
memperbaiki hasil kerja yang tidak sesuai dengan standar atau tolak
ukur.27
2. Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
melakukan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 28 Belajar
merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap
25
Ibid, h. 221
26
M. Ngalim Purwanto, “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Februari (2004), Cet. 13, h. 76
27
Imamul Arifin, Giana Hadi W, Op. Cit, h. 72
28
Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta: Rineka Cipta,
(2010), Edisi Revisi, Cet. 5, h. 2
dan mengokohkan kepribadian.29 Dalam konsep pembelajaran, Bruner
membedakan antara teori pembelajaran dan teori belajar. Menurut Bruner
teori pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif.30
Beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli, diantaranya yaitu :
a. Knirk dan Gustafson menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan
setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru dalam suatu proses
yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi
dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
b. Dimyati dan Mudjiono menjabarkan bahwa pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar.
c. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi secara umum pembelajaran dapat diartikan suatu proses perubahan,
yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya
dengan lingkungannya.31 Dalam belajar mengajarpun perlu adanya
sumber daya manusia yang menggerakkan terjadinya proses aktifitas
belajar mengajar. Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber
daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan,
pengetahuan, dorongan, daya dan karya (rasio, rasa dan karsa).32
3. Pondok (asrama)
Pondok atau asrama adalah tempat tinggal santri di pesantren.
Sebutan pondok sendiri berkonotasi pada bangunan yang sangat
sederhana. Asrama-asrama di pesantren biasanya dibangun dengan tanpa

29
Suyono, Hariyanto, “Belajar dan Pembelajaran (teori dan konsep dasar)”, Bandung:
Remaja Rosdakarya, Januari (2014), h. 9
30
Ibid, h. 28
31
Saifuddin, “pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis”, Yogyakarta: Depublish,
Oktober (2014), h. 3
32
Edy Sutrisno, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: Kencana, Maret (2010),
Cet. 2, h. 3
perencanaan tata ruang yang bagus, karena pembagunanya tidak
bersamaan.33
Adapun ciri-ciri dari pondok pesantren,yaitu :
a. Adanya kyai, sebagai figur yang biasanya juga sebagai pemilik
Pondok Pesantren
b. Santri, yang belajar dari kyai
c. Asrama, sebagai tempat tinggal para santri dimana Masjid itu sebagai
pusatnya
d. Adanya pendidikan dan pengajaran agama melalui sistem pengajian
(weton, sorogan, dan bondongan), yang sekarang sebagian sudah
berkembang dengan sistem klasikal atau madrasah.34

F. METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata penulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Menurut Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya dan dalam peristiwanya.35

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang di pilih oleh penulis yaitu di Pondok Pesantren
Darul Arqom Kota Metro yang terletak di Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 01
Imopuro Metro (Asrama Putri) dan Jl. Imam Bonjol No 22 Hadimulyo Metro
(Asrama Putra).

Sumber Data
33
Abdul Mughits, “Kritik Nalar Fiqh Pesantren”, Jakarta: Kencana, September (2008), h.
153
34
Sofiani, “Pondok Pesantren”, dalam http://cunseondeok.blogspot.co.id/2015/11/pondok-
pesantren.html , (download: 20.48 wib, 19 Desember 2016)
35
Margono, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, Jakarta: Rineka Cipta, Desember (2007),
Cet. 6, h. 36.
Perolehan sumber data yang ada pada penulis ini didapat dari beberapa
informan, antara lain Mudir Pondok Pesantren Darul Arqom Putra dan Putri
Ahmad Kholil, S. H.I, Waka Kurikulum Abu Hamid al-Ghazali, S. Pd.I,
Dewan Pembinaan santri putri Nur Rohman, S. Pd. I, Dewan Pembinaan
santri putra Shoby Any Cahya, para santri-santri Darul Arqom baik putra
maupun putri.

Teknik Pengumpul Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian. Maka, dalam penelitian proposal ini, penulis memperoleh
data dengan menggunakan metode sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi
langsung merupakan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap
objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi
berada berasama objek yang diselidiki. Sedangkan observasi tidak
langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki.36 Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan Pondok Pesantren
Darul Arqom, antara lain seperti letak geografis, sarana dan prasarana.
Dengan demikian penulis melakukan observasi langsung terhadap
fenomena yang terjadi dilapangan terkait dengan objek yang akan diteliti.
2. Wawancara/Interviu
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Cara mengumpulkan data melalui
kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data.
Interviu alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.37 Metode ini
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah dan
36
Ibid, h. 158
37
Ibid, h. 165
perkembangan serta pendapat pengasuh dan para stafnya terkait dengan
manajemen pendidikan pada Pondok Pesantren Darul Arqom di Kota
Metro.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang. Study dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.38 Metode ini
digunakan untuk memperoleh data-data berupa catatan, dokumen, surat-
surat serta buku-buku yang berkaitan dengan pengelolaan manajemen
pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqom Kota Metro.

Teknik Analisa Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam periode
tertentu. Menurut Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktifitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Ada
beberapa analisis data menurut Miles dan Huberman, yaitu :
1. Data Reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data,
setiap peneliti akan dipendu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama
dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Reduksi data merupakan
proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan
kedalaman wawasan yang tinggi. Melalui diskusi, wawasan peneliti akan

38
Sugiyono, “Memahamai Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabheta, Februari (2014),
Cet. 9, h. 82
berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai
temuan dan pengembangan teori yang signifikan.39
2. Data Display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dalam
mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. “Loking at displays help us to understand what is
hapening and to do some thing-further analysis or coutions on that
understanding.40
3. Conclusion Drawing/Verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.41

Langkah-langkah Penelitian
Dalam penyusunan laporan penelitian yang dilaksanakan di Pondok
Pesantren Darul Arqom, penulis merangkum semua data dari berbagai
sumber dengan cara sebagai berikut :
1. Merancang dan menyusun kerangka untuk mengumpulkan bahan-bahan
terkait dengan manajemen pendidikan Pesantren.
2. Mengumpulkan data-data yang terkait dengan manajemen di Pondok
Pesantren Darul Arqom.
3. Mengumpulkan informasi-informasi dari pengelola dan pengasuh Pondok
Pesantren Darul Arqom.

39
Ibid, h. 93
40
Ibid, h. 95
41
Ibid, h. 99
4. Mengumpulkan informasi-informasi dari para santriwan dan santriwati
terkait dengan pendidikan di pondok Pesantren Darul Arqom.
5. Memilah dan memilih serta meringkas data-data yang sudah didapat
untuk dijadikan laporan penelitian
Sistematika Penulisan

Halaman Judul

Persetujuan Pembimbing

Pengesahan Penguji

Pernyataan Penulis

Motto

Daftar Isi

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Pembatasan Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Konsep-konsep Dasar

B. Teori-teori yang Relevan

C. Hasil Penelitian Terdahulu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tinjauan Historis

B. Kondisi Geografis

C. Kondisi Sosiologis

D. Data dan Fakta di Lokasi Penelitian


BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Analisa Data

B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi dan saran


DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng, Indriani, Epi, “Membina Kompetensi Ekonomi”, Bandung:


Grafindo Media Pratama, Juni (2007)
Arifin, Imamul, Hadi, Giana W, “Membuka Cakrawala Ekonomi”, Bandung:
Setia Purna Inves, Juni (2007)
Daulay, Haidar Putra, “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia”, Jakarta: Kencana, 2006.
Engkoswara, Komariah, Aan, “Administrasi Pendidikan”, Bandung:
Alfabheta, Cet. 2, Maret (2011)
Fatah, Nanang, “Landasan Manajemen Pendidikan”, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. 8, Desember (2006)
Halim, A, dkk, “Manajemen Pesantren”, Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi
Aksara, Juli (2005).
Juhri, “Perspektif Manajemen Pendidikan”, Lembaga penelitian UM Metro
Press, November (2006).
Margono, “Metodologi Penelitian Pendidikan”, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.
6, Desember (2007)
Mughits, Abdul, “Kritik Nalar Fiqh Pesantren”, Jakarta: Kencana,
September (2008)
Muhaimin dkk, “Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyususnan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah), Jakarta: Kencana,
cet. 2, April (2010)
Purwanto, M Ngalim., “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, Cet. 13, Februari (2004)
Nizar, Samsul, Syaifudi Muhammad, “Isu-isu Kontemporer Tentang
Pendidikan Islam”, Jakarta: Kalam Mulia, (2010)
Pidarta, Made, “Manajemen Pendidikan Indonesia”, Jakarta: Rineka Cipta,
Edisi 3, Oktober (2011)
Qomar, Mujamil, “Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi)”, Jakarta: Erlangga
Saifuddin, “pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis”, Yogyakarta:
Depublish, Oktober (2014).
Salam, Abdus, “Manajemen Insani (Dalam Pendidikan), Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar, April (2014).
Slameto, “Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”, Jakarta:
Rineka Cipta, Edisi Revisi, Cet. 5, (2010)
Sofiani,“Pondok Pesantren”, dalam
http://cunseondeok.blogspot.co.id/2015/11/pondok-pesantren.html,
(download: 20.48 wib, 19 Desember 2016)
Sugiyono, “Memahamai Penelitian Kualitatif”, Bandung: Alfabheta, Cet. 9,
Februari (2014)
Sutrisno, Edy, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Jakarta: Kencana, Cet.
2, Maret (2010)
Suyono, Hariyanto, “Belajar dan Pembelajaran (teori dan konsep dasar)”,
Bandung: Remaja Rosdakarya, Januari (2014)
Syarwani,“Hadits Manajemen”, dalam
http://www.slideshare.net/mamaehedy/hadits-manajemen,
(download: 20.55 wib, 15 Desember 2016).

Anda mungkin juga menyukai