Anda di halaman 1dari 9

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit DHF

1. Definisi

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan

nyamuk aedes aegypti (Suriadi & Yuliana, 2006).

DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan

gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk

setelah dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )

DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

( arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341; 1997 )

DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus disertai

demam akut, perdarahan, tedensi syok.( Suryanah; 191; 1996 )

2. Etiologi

Virus dengue, termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae.

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya

ditemukan di indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah

satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang

bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain

sangat kurang, sehingga tidak dapat memberi perlindungan yang memadai

terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis

dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat

8
9

serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di indonesia

(Sudoyo Aru, 2009).

3. Patoflow

Arbovirus (melalui beredar dalam aliran infeksi virus


nyamuk darah dengue (viremia)
Aedes aegypti)

PGE2 hipothalamus membentuk & mengaktifkan


Melepaskan zat C3a,C5a sistem komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorbsi permeabilitas membran


4. v dan H2O meningkat

Kurangnya
pengetahuan

Agregasi trombosit kerusakan endotel resiko syok


Pembuluh darah hipovolemik

Trombositopeni Merangsang &renjatan hipovolemik

Pembekuan Mengaktivasi faktor& hipotensi

Ansietas
Resiko DIC
pendarahan

Resiko perfusi jaringan


Tidak efektif
10

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Resiko syok Kekurangan


5. Ke extravaskuler volume cairan
(hipovolemik)

Paru-paru hepar abdomen

Efusi pleura hepatomegali ascites

Ketidakefektifan pola Penekanan intraabdomen Mual,muntah


nafas

Nyeri
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Sumber : NANDA NIC NOC 2015

4. Klasifikasi

Klasifikasi derajat DBD menurut WHO :


11

Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi


perdarahan adalah uji turniquet positif

Derajat 2 Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit dan / atau perdarahan


lain

Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi


cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (≤
20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit
dingin, lembab, dan pasien menjadi lembab,
dan pasien menjadi gelisah.

Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di ukur.

Sumber : BA infeksi dan pediatri tropis hal : 164

5. Manifestasi klinis

Menurut Khair 2013, tanda dan gejalanya adalah :

a. Demam tinggi 5-7 hari

b. Perdarahan , terutama perdarahan bawah kulit, ptekie, hematoma

c. Epistaksi, hematemesis melena, hematuria

d. Mual, muntah diare, konstipasi, tidak ada nafsu makan

e. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan ulu hati.

f. Sakit kepala

g. Pembengkakan sekitar mata

h. Pembesaran hati, limpa dan kelenjer getah bening

i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,tekanan darah

menurun, gelisah, capila reffil time lebih dari 2 detik nadi cepat dan

lemah).
12

Pada bayi dan anak-anak kecil biasanya berupa :

a. Demam disertai ruam-ruam makulopapular

b. Pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa, bisa dimulai dengan

demam ringan/ demam tinggi (> 39◦C) yang tiba- tiba dan berlangsung

selama 2-7 hari, disertai sakit kepala hebat, nyeri dibelakang mata, nyeri

sendi dan otot, mual dam muntah dan ruam-ruam.

c. Bintik-bintik perdarahan dikulit sering terjadi, kadang-kadang disertai

bintik-bintik perdarahan di farings dan konjungtiva

d. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, tidak enak di ulu hati,

nyeri ditulang rusuk kanan dan nyeri seluruh perut

e. Kadang-kadang demam mencapai 40-41◦C dan terjadi kejang demam

pada bayi.

6. Pemeriksaan penunjang

a. Darah

● Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui )

● Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % )

● Masa pembekuan normal ( 10-15 )

● Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )

b. Kimia darah :

● Hiponatremia.

● Hipoproteinemia
13

● Hipokalemia

● SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i )

● Ureum meningkat.

c. Urine

● Albuminurial ringan

d. Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal.

e. Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema glutination

inhibition tes (HI test) atau dengan uji pengikatan komplemen

(complement fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5 ml)

f. Foto thorak

Mungkin dijumpai pleural Efusion

g. USG

Hematomegali – Splenomegali

h. Darah

● Trombosit menurun.

● HT meningkat lebih 20 %

● Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3


14

● Protein darah rendah

● Ureum PH bisa meningkat

● NA dan CL rendah

i. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

● Rontgen thorax : Efusi pleura.

● Uji test tourniket (+)

7. Penatalaksanaan

a. DD atau DBD tanpa penyulit adalah:

1) Tirah baring

2) Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter

dalam 24 jam (susu, air dengan gula, atau sirop) atau air tawar ditambah

garam.

3) Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat

diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron

dan jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.

4) Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

b. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan:

1) Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan

diatasi.Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan


15

pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada jam pertama

selanjutnya tiap 24 jam.

2) Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur,

seperti NaC1, ringer laktat yang dipertahankan selama 12-48 jam setelah

renjatan teratasi. Bila tak tampak perbaikan dapat diberikan plasma atau

plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15-29

ml/kg berat badan dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan

teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht

maka diberi transfusi darah.

8. Komplikasi

Komplikasi dari penyakit DHF yaitu

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Penurunan kesadaran
16

Anda mungkin juga menyukai