Anda di halaman 1dari 20

======================================================================

Analisis Yuridis Terhadap Putusan (Niet Ontvankelijke Verklaard) dalam Putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara Yogyakarta
(Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Tata Usaha Nomor 04/G/2020/PTUN.YK.)
Dibuat dan diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Oleh:
Sarwendah Putri larasati
19410341

PROGRAM STUDI HUKUM PROGRAM SARJANA


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA

======================================================================
A. IDENTITAS PERKARA
1. IDENTITAS PARA PIHAK

Nama : SUPRIYADI
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Perangkat Desa
Tempat Tinggal : Gaten, RT. 003/RW-, Kelurahan/ Desa
Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten
Bantul

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 4 Januari 2020 memberikan Kuasa


kepada: KENNEDY HASUDUNGAN MANIHURUK, S.H., berkewarganegaraan
Indonesia, pekerjaan Advokat/Konsultan Hukum yang berkantor pada Kantor Advokat
“KENNEDY & REKAN”, yang beralamat di Jalan Madubronto WB.III/443
Patangpuluhan, Wirobrajan, Daerah Istimewa Yogyakarta;
Untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT;

MELAWAN

Nama Jabatan : LURAH DESA TIRTOMULYO, KECAMATAN


KRETEK, KABUPATEN BANTUL
Tempat Kedudukan : Kantor Desa/Kelurahan Tirtomulyo, Dusun
Genting Desa Tirtomulyo, Kecamatan Kretek,
Kabupaten Bantul

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: 180/57, tertanggal 20 Maret 2020,


memberikan kuasa kepada:
1. SUPARMAN, S. IP. M.Hum;
2. JAROT ANGGORO JATI S.H.;
3. AMBAR SUTADI, S.H.;
4. IKE KUSTINI RAHAYU, S.H.;
5. PERDANA NUR AMBAR SETYAWAN, S.H.;
6. DENNY ARDIANSYAH PRIBADI, S. STP;

Kesemuanya Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintahan Kabupaten Bantul,


berkewarganegaraan Indonesia, yang berkantor di Bagian Hukum Sekretariat Daerah
Kabupaten Bantul, Jalan Robert Wolter Mongonsidi Nomor 1 Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta;
Untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.

IDENTITAS MAJELIS HAKIM DAN PANITERA PENGGANTI:

Hakim Ketua Majelis : AGUSTIN ANDRIANI, S.H,,


Hakim Anggota : CHRISTIN ANDRIANI, S.H., M.H., dan
MARIA FRANSISKA WALINTUKAN, S.H.,
Panitera pengganti Pengadilan : MUSLIM, S.H.
Tata Usaha Negara

2. OBJEK GUGATAN
Objek gugatan dalam perkara ini adalah Keputusan Lurah Desa Tirtomulyo
Nomor 76 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari Jabatannya
Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, yang
diterbitkan pada tanggal 21 November 2019.

B. KASUS POSISI
Dalam putusan pengadilan tata usaha negara nomor 04/G/2020/PTUN.YK. yang
putusan tersebut dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum secara elektronik,
melalui Sistem Informasi Pengadilan, pada hari RABU, tanggal 8 JULI 2020 Jam 10.00 WIB
oleh Majelis Hakim CHRISTIN ANDRIANI, S.H., M.H. dibantu oleh MUSLIM, S.H. sebagai
panitera pengganti pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta dengan dihadiri oleh Kuasa
Hukum Penggugat dan Kuasa Hukum Tergugat.
Penggugat dalam Surat Gugatannya tertanggal 11 Maret 2020 yang diterima dan
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta pada tanggal 16
Maret 2020 dengan register perkara Nomor: 04/G/2020/PTUN.YK. dan telah dilakukan
Pemeriksaan Persiapan serta diperbaiki secara formal terdaftar pada tanggal 13 April 2020.
Gugatan tersebut berisi jika penggugat mendapatkan surat dari Tergugat yang dititipkan
kepada istri Penggugat yang isinya adalah Keputusan Lurah Desa Tirtomulyo Nomor 76
Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari Jabatannya Selaku Dukuh
Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek kabupaten Bantul. Setelah menerima dan
membaca isi surat pemberhentian tersebut (Objek Gugatan) Penggugat merasa kecewa
terhadap keputusan yang diambil Tergugat tersebut, karena Penggugat merasa alasan
pemberhentian tersebut sangat subyektif dan tidak dilakukan dengan prosedur yang benar
menurut hukum serta cenderung sewenang-wenang.
Dalam gugatannya penggugat mendalilkan jika objek gugatan sangat bertentangan
dengan hukum dan dirasa sangat subjektif kepada penggugat. Yang mana dalam keputusan
yang diterbitkan oleh tergugat pada bagian menimbang huruf (a) menyatakan jika penggugat
selaku dukuh gaten telah melakukan perbuatan tercela berupa perzinahan, huruf (b) pada
Objek Gugatan yang menyatakan bahwa perbuatan Penggugat telah melanggar ketentuan
disiplin pamong desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf f Peraturan
Bupati Bantul Nomor 60 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati
Bantul Nomor 101 Tahun 2018 tentang Disiplin Aparatur Desa yang menyatakan bahwa
pamong desa wajib menjunjung tinggi harkat martabat pamong desa dan menjadi
teladan/panutan bagi masyarakat desa, huruf (c) yang menyatakan bahwa perbuatan
Penggugat telah menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat di wilayah kerjanya.

Penggugat juga menyatakan jika tergugat melanggar Pasal 16 Peraturan Bupati


Bantul Nomor 60 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Bantul
Nomor 101 Tahun 2018 tentang Disiplin Aparatur Desa dimana Tergugat tidak memberikan
teguran-teguran baik lisan maupun tertulis kepada Penggugat, Tergugat juga telah
melanggar Pasal 26 ayat (4) huruf d Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa,
dimana Pasal 26 ayat (4) huruf d Undang-Undang No.6 Tahun 2014 mewajibkan Kepala
Desa untuk menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan, dalam hal ini dengan
tidak diberikannya teguran lisan maupun tertulis kepada Penggugat maka Tergugat tidak
menaati dan tidak menegakkan peraturan perundang-undangan. terkait penetapan objek
gugatan Tergugat telah melanggar Pasal 29 huruf c Undang-Undang No.6 Tahun 2014
Tentang Desa yaitu Kepala Desa dilarang menyalahgunakan wewenang, tugas, hak,
dan/atau kewajibannya, dan pada Pasal 30 Undang-Undang No.6 Tahun 2014 menyatakan
bahwa Kepala Desa yang melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis, dan dalam hal
sanksi adminitratif tidak dilaksanakan maka dilakukan tindakan pemberhentian sementara
dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.

Penggugat menyatakan mekanisme pemberhentian pamong desa apabila melanggar


larangan pamong desa berdasarkan Pasal 18A Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor
5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 5 Tahun
2016 Tentang Pamong Desa. Jika mekanisme pemberhentian pamong desa apabila tidak
melaksanakan kewajiban sebagai pamong desa berdasarkan Pasal 16 Peraturan Bupati
Bantul Nomor 101 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bupati Bantul
Nomor 60 Tahun 2018 Tentang Disiplin Aparatur Desa, lurah desa harus memberi sanksi
administrative.
Dengan ditetapkannya objek gugatan oleh Tergugat yang bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan maka Tergugat telah melakukan
tindakan/perbuatan penyalahgunaan wewenang yang dikategorikan tindakan melampaui
wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (1) huruf C Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Dengan adanya objek gugatan yang dibuat
dan ditetapkan oleh Tergugat tersebut telah menimbulkan kerugian bagi Penggugat baik
dalam jabatannya selaku dukuh maupun sebagai individu dalam masyarakat.

Oleh karena itu Penggugat mengajukan gugatan antara lain: Mengabulkan gugatan
Penggugat untuk seluruhnya, Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Lurah Desa
Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari
Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul
tertanggal 21 November 2019, memerintahkan kepada Tergugat untuk mencabut Keputusan
Lurah Desa Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi
Dari Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul
tertanggal 21 November 2019, Memerintahkan kepada Tergugat untuk mengembalikan
posisi jabatan Penggugat seperti semula yaitu sebagai sebagai Dukuh Gaten, Desa
Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, dan menghukum Tergugat untuk
membayar biaya perkara.

JAWABAN GUGATAN (EKSEPSI)

Dikarenakan gugatan yang diajukan oleh Penggugat, Tergugat secara tegas menolak
semua dalil-dalil Gugatan yang disampaikan Penggugat kecuali yang secara tegas diakui
kebenarannya oleh Tergugat. Menurut Tergugat, diterbitkannya surat pemberhentian
Penggugat awalnya karena adanya laporan dari Saudara Maryani yang merupakan “istri
penggugat” yang menyatakan bahwa Penggugat telah melakukan Tindakan asusila berupa
menghamili seorang janda bernama Sriani. Dan pada tanggal 3 November 2019 pukul 19.30
Kepala Seksi Pemerintahan, Babinsa dan Babinkamtibmas Desa Tirtomulyo menindaklanjuti
laporan tersebut di kediaman Penggugat. Kemudian pada tanggal 5 November 2019 Lurah
Desa Tirtomulyo menghadap Camat Kretek untuk berkonsultasi dalam pengambilan
keputusan terkait permasalahan tersebut.

Pada tanggal 7 November 2019 bertempat di Kantor Lurah Desa Tirtomulyo yang
dihadiri oleh Lurah Desa, Pamong desa dan Babinkamtibmas Desa Tirtomulyo, Penggugat
Bersama dengan Saudari Sriani membuat Surat Pernyataan tanpa paksaan dari pihak
manapun di atas materai bahwa mereka mengakui telah melakukan hubungan badan atas
dasar suka sama suka yang mengakibatkan kehamilan dan Penggugat mengaku siap
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pada tanggal 11 November lurah Desa Tirtomulyo
menyampaikan kepada Penggugat yang berdasarkan konsultasi yang telah dilakukan,
bahwa Tindakan Penggugat merupakan Tindakan yang melanggar hukum termasuk
pelanggaran berat dan dapat berakibat hukum diberhentikannya Penggugat dari jabatannya,
dan menyarankan akan lebih baik jika Penggugat mengundurkan diri sebagai Dukuh Gaten,
namun saat itu Penggugat meminta waktu untuk menentukan keputusannya.

Kemudian pada tanggal 12 November 2019 Masyarakat pedukuhan gaten


mengadakan demonstrasi dengan mendatangi Kantor Desa Tirtomulyo dan meminta
Penggugat untuk mengundurkan diri sebagai Dukuh Gaten dan masyarakat menuntut Lurah
Desa Tirtomulyo/Tergugat untuk memberhentikan penggugat sebagai Dukuh gaten. Dan
pada tanggal 14 November 2019 Tergugat membuat surat kepada Camat Kretek untuk
meminta petunjuk dan rekomendasi pemberhentian Penggugat sebagai Dukuh karena
tindakan yg dilakukan oleh Penggugat. Kemudian Camat Kretek memberikan rekomendasi
pemberhentian tergugat sebagai Dukuh Gaten demi Kepentingan Bersama dengan
memperhatikan ketentuan perundang-undangan pada tanggal 15 November 2019. Akhirnya
setelah melalui proses tersebut, pada tanggal 21 November 2019 Tergugat mengeluarkan
Surat Keputusan Lurah Desa Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 tentang Pemberhentian
Saudara Supriyadi dari Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Trimulyo Kecamatan Kretek
kabupaten Bantul.

(Dalam Eksepsi Tergugat)

Gugatan Penggugat Telah Lewat Waktu (Daluwarsa):

Dalam eksepsi menyatakan bahwa Tergugat secara tegas menyatakan menolak


semua dalil-dalil Gugatan yang disampaikan Penggugat kecuali yang secara tegas oleh
Tergugat diakui kebenarannya. Menurut Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebutkan:“Gugatan
dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat
diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara”.
Bahwa objek Keputusan Tata Usaha Negara dalam perkara A Quo telah diterima oleh
Penggugat sendiri sebagaimana diakui oleh Penggugat dalam dalil posita Gugatan
Penggugat Nomor 4 yang menyatakan "....bahwa pada tanggal 21 November 2019 sepulang
dari melangsungkan pernikahan siri dengan wil, Penggugat mendapatkan surat (objek
gugatan) yang dititipkan kepada istri Penggugat yang isinya adalah Keputusan Lurah Desa
Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari
Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul".
Gugatan A Quo didaftarkan pada Kepaniteraan PTUN Yogyakarta pada tanggal 12 Maret
2020, hal ini jelas-jelas menunjukan gugatan diajukan telah melampaui waktu sebagaimana
diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara. Berdasarkan dalil-dalil eksepsi yang telah Tergugat
sampaikan di atas sudah sepatutnya mohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim Perkara A
Quo untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke
Verklaard);

Gugatan Penggugat Premature:

Menurut Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi:“Pengadilan baru
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan
telah digunakan” sehingga merujuk ketentuan tersebut jika Penggugat merasa dirugikan atas
terbitnya KTUN pada perkara A Quo. Penggugat wajib menempuh upaya administrasi
berupa keberatan dan banding terlebih dahulu sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
75 hingga Pasal 78 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan. Bahwa Penggugat mengirimkan ‘Surat Keberatan’ kepada Tergugat tanggal 6
Februari 2020 dengan mengemukakan yang pada intinya Surat Keputusan Lurah Desa
Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari
Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul,
tanggal penetapan 21 November 2019 itu sepihak dan tidak ada SOP adalah tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan karena telah lewat waktu. Pasal 77 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan: "Keputusan
dapat diajukan Keberatan dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diumumkannya
keputusan tersebut oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan. Bahwa berdasarkan uraian
di atas, ‘Surat Keberatan’ yang diajukan Penggugat kepada Tergugat bukanlah termasuk
sebagai upaya administratif sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, karena diajukan setelah melampaui
ketentuan 21 (dua puluh satu) hari, sebagaimana diatur pada Pasal 77 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Bahwa karena pada
dasarnya tidak ada upaya administratif yang ditempuh sebelum diajukannya gugatan A quo
ke Pengadilan oleh Penggugat, maka gugatan A Quo adalah gugatan yang premature.
Sehingga dalam eksepsinya Tergugat mengajukan permohonan antara lain : mengabulkan
eksepsi tergugat untuk seluruhnya, menyatakan gugatan penggugat premature dan
daluwarsa, menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima,dan menguhukum
Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul. Serta dalam pokok perkara Tergugat
memohon agar majelis hakim menyatakan sah Surat keputusan yang diterbutkan oleh
tegugat.

(Replik Penggugat)

Kemudian pada tanggal 2 Mei 2020 Penggugat menyampaikan repliknya yang pada
pokoknya menolak dalil-dalil Jawaban Tergugat kecuali yang diakui secara tegas dan
Penggugat tetap pada dalil-dalil gugatannya. Untuk menguatkan dalil-dalilnya, Penggugat
mengajukan 10 (sepuluh) bukti surat berupa fotokopi surat yang telah dilegalisasi dan
bermaterai cukup serat telah dicocokan dengan asli/fotokopinya sehingga memenuhisyarat
sebagai bukti.

(DUPLIK)

Tergugat menyampaikan dupliknya tertanggal 11 Mei 2020 yang pada pokoknya


menolak dalil-dalil gugatan dan Replik penggugat serta tetap pada dalil-dalil jawabannya.
Untuk menguatkan dalil-dalilnya, Tergugat mengajukan 43 (empat puluh tiga) bukti surat
berupa fotokopi surat yang telah dilegalisasi dan bermaterai cukup serat telah dicocokan
dengan asli/fotokopinya sehingga memenuhisyarat sebagai bukti serta Tergugat mengajukan
3 (tiga) orang saksi diantaranya :

1. Saksi SUKIRMANTA,S.PD. (warga Dusun gaten)

2. Saksi MUKHLISON AFANDI, S.Pd.I (Carik Desa Tirtomulyo sejak tahun 2016)

3. Saksi CAHYA WIDADA, S.SOS,MH (Camat Kretek Kabupaten Bantul sejak tahun
2018;

(KESIMPULAN)

Dalam kesimpulannya tanggal 23 Juni 2020, Penggugat menyatakan tetap pada dalil-
dalilnya sedangkan tergugat juga telah menyampaikan kesimpulannya tertanggal 23 Juni
2020 yang pada pokoknya tetap pada dalil-dalil mereka dan baik dari Penggugat dan
Tergugat tidak mengajukan apa apa lagi melainkan mohon Putusan.
(PERTIMBANGAN HUKUM MAJELIS HAKIM)

Terhadap eksepsi Tergugat

a) Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari masing- masing isi


eksepsi dalam Jawaban Tergugat, maka Eksepsi pada angka 1 (satu)
merupakan Eksepsi mengenai tenggang waktu mengajukan gugatan dan
Eksepsi Tergugat Angka 2 (dua) adalah Eksepsi mengenai gugatan prematur
terkait upaya administratif. Terhadap seluruh alasan Eksepsi Tergugat serta
sangkalan dari Penggugat, Majelis Hakim akan mempertimbangkan terlebih
dahulu eksepsi pada angka 2 (dua) yaitu eksepsi mengenai gugatan
premature terkait upaya administratif;
b) Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 48 ayat (1) dan (2) Undang-
Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 75 ayat (1) Undang-
Undang tentang Administrasi Pemerintahan, dan Pasal 2 ayat (1) PERMA
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pemerintahan Setelah Menempuh Upaya Administratif, maka badan atau
pejabat tata usaha negara diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk melakukan penyelesaian secara administratif
(Upaya Administratif) sehingga pihak yang merasa kepentingannya dirugikan
terhadap diterbitkannya keputusan tata usaha negara terlebih dahulu
menempuh Upaya Administratif sebelum menggugat di Pengadilan Tata
Usaha Negara;
c) Menimbang, bahwa berdasarkan bukti surat dan dikuatkan oleh dalil Para
Pihak bahwa Penggugat telah menerima Keputusan Lurah Desa Tirtomulyo
Nomor 76 Tahun 2019 tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari
Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek
Kabupaten Bantul tertanggal 21 November 2019 (objek sengketa) pada
tanggal 21 November 2019 (vide Bukti P-1 = T-1, dan T-34) dan setelah itu
Penggugat mengajukan keberatan pada tanggal 6 Februari 2020 (vide Bukti
P-2=T-30, P-3), sehingga apabila dihitung tenggang waktu antara Penggugat
menerima Objek Sengketa hingga Penggugat mengajukan keberatan, maka
ditemukan fakta bahwa Penggugat mengajukan Keberatan lebih dari jangka
waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sebagaimana ditentukan dalam Pasal 77
ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan;
d) Menimbang, bahwa meskipun Tergugat telah menjawab Keberatan
Penggugat dalam Surat Jawaban yang belum sempat disampaikan kepada
Penggugat (vide Bukti T-31 dan Berita Acara Pemeriksaan Persiapan II
tertanggal 8 April 2020), namun Majelis Hakim berpendapat bahwa Surat
Jawaban Tergugat atas Keberatan Penggugat tersebut bukanlah suatu
tindakan dalam rangka penyelesaian Keberatan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan sesuai ketentuan Pasal 77 ayat (3) dan (4) Undang- Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan karena
dilaksanakan oleh Penggugat dan Tergugat di luar jangka waktu pelaksanaan
mekanisme Keberatan sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 77 ayat (1)
dan (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan jo. Pasal 2 ayat (1) PERMA Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi Pemerintahan Setelah
Menempuh Upaya Administratif;
e) Menimbang, bahwa meskipun Eksepsi pada Angka 2 (dua) yang diajukan
oleh Tergugat adalah tentang Gugatan Penggugat Premature, namun Majelis
Hakim tidak sepakat dengan judul Eksepsi Angka 2 (dua) tersebut yaitu
“Gugatan Penggugat Premature”. Hal tersebut didasarkan pada alasan bahwa
setelah Majelis Hakim membaca Eksepsi yang didalilkan oleh Tergugat
tersebut, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Eksepsi tersebut adalah
tentang Upaya Administratif berdasarkan isi Eksepsi yang pada pokoknya
mendalilkan mengenai upaya keberatan Penggugat bukan termasuk Upaya
Administratif sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan karena telah
melampaui batas waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja dan terhadap isi
Eksepsi Tergugat Angka 2 (dua) tersebut Majelis Hakim menyepakatinya;
f) Menimbang, bahwa dari seluruh pertimbangan hukum mengenai Eksepsi
Tergugat pada Angka 2 (dua) adalah beralasan hukum, sehingga Majelis
Hakim menyatakan bahwa Eksepsi Tergugat tentang Upaya Administratif
diterima
g) Menimbang, bahwa dengan diterimanya Eksepsi Tergugat tentang Upaya
Administratif berupa Keberatan Penggugat yang telah melewati jangka waktu,
maka Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta tidak berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa ini, dengan demikian
beralasan hukum bagi Majelis Hakim untuk menyatakan Gugatan Penggugat
tidak diterima, sehingga terhadap Eksepsi lainnya dan terhadap Pokok
Perkara tidak perlu untuk dipertimbangkan lagi;
h) Menimbang, bahwa oleh karena Gugatan Penggugat tidak diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard), maka sesuai dengan ketentuan Pasal 110 dan
Pasal 112 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, maka dibebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya
yang timbul dalam sengketa ini, yang besarnya akan ditetapkan dalam amar
putusan di bawah ini;
i) Menimbang, bahwa dalam mempertimbangkan bukti yang diajukan oleh pihak
yang bersengketa, sampai menjatuhkan putusan ini, Majelis Hakim
mempedomani ketentuan Pasal 100 jo. Pasal 107A dan Pasal 53 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dengan demikian setelah
mempertimbangkan seluruh bukti yang diajukan oleh Para Pihak, hanya bukti
yang relevan dengan persoalan/masalah hukum khusus yang dijadikan dasar
putusan, sedangkan terhadap bukti yang kurang relevan tetapi tetap
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Putusan ini;

Mengingat Pasal dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan


Tata Usaha Negara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, dan Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi Pemerintahan
Setelah Menempuh Upaya Administratif, serta ketentuan lain yang terkait;

AMAR PUTUSAN

MENGADILI

I. Dalam Eksepsi

Menyatakan eksepsi Tergugat pada angka 2 (dua) diterima;


II. Dalam Pokok Perkara
1. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard);
2. Membebankan Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini sebesar Rp. 526.000 (Lima Ratus Dua Puluh Enam Ribu Rupiah);

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang menyebabkan gugatan dari penggugat tidak diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard)?
2. Bagaimana akibat hukum dari tidak diterimanya gugatan yang diajukan oleh
penggugat dalam putusan nomor 04/G/2020/PTUN.YK?

ANALISIS

a) Yang menyebabkan gugatan dari penggugat tidak diterima (Niet Ontvankelijke


Verklaard);

Lahirnya peradilan administrasi negara di Indonesia merupakan wujud nyata


perlindungan hak-hak setiap orang dari KTUN yang dikeluarkan oleh pejabat tata usaha
negara. Indonesia membentuk peradilan administrasi negara dan hukum acaranya
melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
sebagaimana diubah pertama kali dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, kemudian diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara (UU PTUN), yang menjadi lingkungan peradilan sendiri di bawah
Mahkamah Agung Republik Indonesia (Mahkamah Agung) sebagai salah satu pucuk
pimpinan pemegang kekuasaan kehakiman bersama dengan Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia (Mahkamah Konstitusi).

Melalui UU PTUN, setiap orang yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
KTUN dapat mengajukan upaya untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara
orang tersebut dengan pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan KTUN tersebut
melalui melalui gugatan. Setelah orang yang merasa kepentingannya dirugikan itu
menurut peraturan dasarnya tidak tersedia suatu upaya administratif yang harus
ditempuh lebih dahulu atau upaya administratif itu sudah ditempuh tetapi hasilnya tetap
tidak memuaskan baginya, maka orang tersebut dapat mengajukan gugatan ke PTUN
dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana diatur dalam Pasal 55 dari UU
PTUN.

Putusan NO merupakan putusan yang menyatakan bahwa gugatan tidak dapat


diterima karena gugatannya mengandung cacat formil atau tidak jelas. Ini artinya,
gugatan tersebut tidak ditindaklanjuti oleh hakim untuk diperiksa dan diadili.

Dalam putusan Nomor 04/G/2020/PTUN.YK antara SUPRIYADI Melawan LURAH


DESA TIRTOMULYO, KECAMATAN KRETEK, KABUPATEN BANTUL menerbitkan
Keputusan Kepala Desa Tirtomulyo Nomor: 76 Tahun 2019 tentang Pemberhentian
Saudara Supriyadi Dari Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan
Kretek Kabupaten Bantul. Majelis hakim menetukan bahwa gugatan dari penggugat
dinyatakan tidak diterima (diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard), yang dapat dilihat dari
analisis sebagai berikut:

1. Gugatan Daluarsa

Daluwarsa atau sering juga disebut dengan lewat waktu (verjaring)


merupakan istilah yang sudah tidak asing di dalam dunia hukum. Dalam Hukum Tata
Usaha Negara daluwarsa juga diatur di dalam Pasal 55 UU No. 51 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.

Mengenai Tenggang Waktu Gugatan bahwa sebagaimana diatur dalam Pasal


55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang PTUN sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan UU No 51/2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU
No. 51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas UU No. 5/1986 tentang PTUN
“gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari
terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara”.

Dalam putusan Nomor 04/G/2020/PTUN.YK diketahui jika Surat Keputusan


Lurah Desa Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara
Supriyadi dari Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek
Kabupaten Bantul, diterbitkan pada tanggal 21 November 2019. Serta, Penggugat
telah menerima surat keputusan tersebut pada tanggal 21 November 2019 yang
dititipkan kepada istri penggugat dan telah membaca surat keputusan tersebut
Penggugat merasa kecewa terhadap keputusan yang diambil Tergugat, karena
Penggugat merasa alasan pemberhentian tersebut sangat subyektif dan tidak
dilakukan dengan prosedur yang benar menurut hukum serta cenderung sewenang-
wenang.

Dengan adanya hal tersebut, apabila penggugat akan mengajukan gugatan


terhadap keputusan Lurah Desa Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 Tentang
Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa
Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, maka paling lambat penggugat
harus mengajukan gugatan 90 hari sejak diterimanya atau diumumkannyaa
keputusan tersebut dari 21 November 2019, yaitu paling lambat gugatan harus
diajukan pada tanggal 19 Februari 2020. Namun, Gugatan dari penggugat tertanggal
11 Maret 2020, diterima dan didaftarkan di kepaniteraan PTUN Yogyakarta pada
tanggal 16 maret 2020. Padahal gugatan yang diajukan oleh penggugat telah
melampaui dari 90 hari sejak diterimanya atau diumumkannya keputusan tersebut,
sebagaimana masa yang ditentukan dalam Pasal 55 UU PTUN.

Dikarenakan gugatan dari penggugat diajukan pada tanggal 16 Maret 2020,


maka gugatan penggugat sudah daluwarsa karena diajukan lebih dari 90 hari setelah
KTUN diumumkan oleh tergugat dan diterima oleh penggugat. Yang mana jika
dihitung maka gugatan dari penggugat sudah lewat 25 hari dari tenggang waktu 90
hari yang sudah diatur oleh Undang-Undang PTUN. Sehingga gugatan penggugat
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan karena telah lewat
waktu dan dapat dikatakan sudah daluwarsa karena diajukan setelah 90 hari setelah
KTUN diumumkan oleh tergugugat dan diterima oleh penggugat. Oleh karena,
gugatan dari penggugat sudah daluarsa, maka dapat dinyatakan gugatan dari
penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard) oleh hakim perkara a
quo.

2. Tentang Upaya Administratif

Berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan membawa perubahan dalam sistem peradilan tata usaha negara di
Indonesia. Salah satu perubahan tersebut berkaitan dengan upaya administratif.
Upaya administratif merupakan penerapan atau implementasi dari negara hukum
Pancasila. Negara hukum Pancasila menitiberatkan pada asas gotong royong, yang
mana asas gotong royong diderivasi melalui asas kerukunan dan musyawarah.

Dalam negara hukum Pancasila, prinsip utama yang dikedepankan dalam


penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan rakyat adalah prinsip penyelesaian
sengketa dengan musyawarah, diantaranya melalui sarana upaya administratif,
sehingga diharapkan dapat memulihkan kerukunan dan keserasian hubungan antara
pemerintah dan rakyat. Apabila melalui upaya administratif, rakyat tidak puas dengan
keputusan upaya administratif tersebut, maka sarana dan upaya terakhir dalam
menyelesaikan sengketa antara rakyat dengan pemerintah tersebut adalah melalui
Peradilan Tata Usaha Negara.

Pada dasarnya jika suatu Pihak merasa dirugikan atas Keputusan yang
dikeluarkan oleh Badan Tata Usaha Negara ketika menerbitkan KTUN kepadanya,
maka berlaku terhadap semua Sengketa TUN dalam upaya penyelesaiannya harus
terlebih dahulu menempuh upaya administratif baik berupa Upaya Keberatan dan
Banding Administratif. Jika ada pihak yang merasa dirugikan atas KTUN yang
ditujukan kepadanya dan ketika sudah melakukan upaya administratif masih saja
merasa belum mendapatkan keadilan yang diharapkan dan tidak juga terselesaikan,
maka barulah bisa KTUN tersebut digugat dan diajukan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara. Hal ini dikarenakan sudah diberi kepastian dan penjelasannya dalam Pasal
48 ayat (1) UU Nomor 5 tahun 1986 tentang PTUN dan juga Pasal 129 UU No. 5
tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Bahwasanya dalam penjelasan ayat (3) Pasal 129 UU No. 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yang menyatakan “Keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang
menghukum dengan memuat alasan keberatan dan tembusannya disampaikan
kepada pejabat yang berwenang menghukum”, terjadi kekaburan makna dalam
pratiknya. Ditambah pula tidak ada penjelasan mendalam pada bagian penjelasan
ayat tersebut. Sehingga berakibat terjadinya suatu ketidakjelasan hukum yang dapat
menjelaskan secara pasti siapa Pejabat yang berwenang menghukum dan jika
dipaksakan akan muncul kesesatan hukum.

Dalam putusan Nomor 04/G/2020/PTUN.YK diketahui apabila Penggugat


mengirimkan Surat Keberatan kepada Tergugat tanggal 6 Februari 2020 dengan
mengemukakan yang pada intinya Surat Keputusan Lurah Desa Tirtomulyo Nomor
76 tahun 2019 tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari Jabatannya selaku
Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, tanggal
penetapan 21 November 2019 itu sepihak dan tidak ada SOP adalah tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan karena telah lewat waktu. Karena
berdasarkan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, yang berbunyi “Keputusan dapat diajukan Keberatan
dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diumumkannya keputusan tersebut
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan”.

Hal ini dikarenakan apabila penggugat telah menerima surat keputusan pada
tanggal 21 November 2019, maka penggugat harus mengajukan keberatan dalam
waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diumumkannya keputusan tersebut oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 77 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah. Oleh
sebab itu, paling lambat surat keberatan harus diajukan pada tanggal 12 Desember
2019, namun penggugat mengajukan surat keberatan pada tanggal 6 Februari 2020
yang mana hal tersebut telah melampaui waktu 21 hari kerja sejak diumumkannya
surat keputusan lurah desa tirtomulyo Nomor 76 tahun 2019.

Dengan diajukanya Surat Keberatan pada tanggal 6 Februari 2020 oleh


Penggugat kepada Tergugat, maka surat keberatan tersebut bukanlah termasuk
sebagai upaya administratif sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, karena diajukan setelah
melampui ketentuan 21 (dua puluh satu) hari. Dengan demikian surat keberatan yang
dikirimkan oleh penggugat tanggal 6 Februari 2020 adalah tidak sesuai dengan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan karena telah lewat waktu
berdasarkan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintah bukanlah termasuk sebagai upaya administratif. Sehingga,
dapat dikatakan pada dasarnya tidak terdapat upaya administratif yang ditempuh
sebelum diajukannya gugatan ke Pengadilan oleh Penggugat. Yang memiliki akibat
gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard) dan
menyatakan jika Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta tidak berwenang
mengadili sengketa ini.

Dengan adanya hal tersebut apabila Penggugat dalam mengajukan Gugatan


kepada PTUN atas KTUN yang ia terima tanpa melakukan terlebih dahulu upaya
administrasi terutama setelah berlakunya Perma No. 6/2018, upaya administratif
yang terdiri dari dua tahapan yang pertama adalah upaya keberatan yang kedua
adalah upaya banding administratif keduanya bersifat wajib serta berlaku terhadap
semua sengketa TUN yang akan diajukan ke pengadilan TUN. Penyelesaian
sengketa tata usaha negara di pengadilan TUN hanya diperuntukkan oleh sengketa
tata usha yang telah melalui upaya administratif terlebih dahulu. Di dalam Perma No
6/2018 menjelaskan bahwa setiap sengketa tata usaha yang tidak melakukan upaya
administratif dahulu sebelum di limpahkan ke pengadilan TUN maka gugatan yang
diajukan terhadap pengadilan TUN harus dinyatakan tidak dapat diterima.

b) Akibat hukum dari tidak diterimanya gugatan yang diajukan oleh penggugat dalam
putusan nomor 04/G/2020/PTUN.YK

Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh hukum, terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum. Akibat hukum, menurut Soeroso
mendefinisikan sebagai akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu
akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan ini
dinamakan tindakan hukum, jadi dengan kata lain akibat hukum adalah akibat dari yang
muncul dari suatu tindakan hukum.

Berdasarkan hasil Putusan No. 04/G/2020/PTUN.YK, akibat hukum yang diperoleh


adalah Karena Gugatan Penggugat tidak diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard), maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 110 dan Pasal 112 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, maka dibebankan kepada penggugat untuk
membayar biaya yang timbul dalam sengketa, yang besarnya telah ditentukan di dalam
amar putusan.

Menurut ketentuan Pasal 110 dan Pasal 112 UU No 5 tahun 1986 tentang PTUN,
maka Supriyadi selaku Penggugat dibebankan untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara tersebut sebesar Rp 526.000 (Lima Ratus Dua Puluh Enam Ribu Rupiah). Selain
itu karena gugatan Penggugat ditolak, berakibat Eksepsi lainnya terhadap pokok perkara
tidak perlu untuk dipertimbangkan dan dilanjutkan lagi.

KESIMPULAN

1. Penyebab gugatan dengan perkara Nomor 04/G/2020/PTUN.YK tidak dapat diterima


(Niet Ontvankelijke Verklaard / NO)

Setelah dilakukan analisis terhadap putusan perkara No. 04/G/2020/PTUN.YK


ditemukan dua hal alasan kenapa putusan tersebut tidak dapat diterima yaitu :

a) Gugatan dari penggugat sudah daluwarsa atau sudah lewat dari tenggang
waktu, sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 UU PTUN yang isinya
menyatakan bahwa gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu
sembilan puluh hari terhitung sejak diterimanya atau diumumkannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Dalam kasus in casu,
Surat Keterangan Pemberhentian dikeluarkan pada tanggal 21 November
2019 dan diterima oleh penggugat pada tanggal yang sama, namun gugatan
baru diajukan pada tanggal 16 Maret 2020 yang jika dihitung sudah lewat 25
hari dari tenggang waktu 90 hari yang sudah diatur dalam Pasal 55 UU
PTUN. Sehingga gugatan tersebut tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan karena telah lewat waktu maksimal 90 hari sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 55 UU PTUN.
b) Upaya administratif belum ditempuh. Hal ini dikarenakan Penggugat
mengirimkan Surat Keberatan kepada Tergugat tanggal 6 Februari 2020 yang
mana hal tersebut telah melampaui 21 hari sejak diumumkannya keputusan
tersebut oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan. Sehingga Surat
Keberatan yang diajukan Penggugat kepada Tergugat bukanlah termasuk
sebagai upaya administratif sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Maka, dapat
dikatakan pada dasarnya tidak terdapat upaya administratif yang digunakan
penggugat. Dengan demikian, gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard) dan menyatakan jika Pengadilan Tata Usaha Negara
Yogyakarta tidak berwenang mengadili sengketa ini.

2. Akibat hukum tidak diterimanya gugatan yang diajukan oleh penggugat

Gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard / NO) berarti putusan
dinyatakan cacat formil, sehingga berdasarkan Pasal 110 dan Pasal 112 UU No 5 tahun
1986 tentang PTUN, maka penggugat dibebankan membayar biaya perkara sebesar Rp
526.000 (Lima Ratus Dua Puluh Enam Ribu Rupiah), dan dengan dinyatakan gugatan
tidak dapat diterima, maka pokok perkara dalam poin eksepsi tidak perlu
dipertimbangkan.

======================================================================
DAFTAR PUSTAKA

S. F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif diIndonesia,


(Yogyakarta: FH UI Press, 2011)

Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha


Negara Buku II Beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara, Cet. 8, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2003)

Rahma F, Rachman T. ANALISIS YURIDIS PUTUSAN PTUN SURABAYA NOMOR


79/G/2018/PTUN. SBY DAN 18/B/2019/PT. TUN. SBY TENTANG PENOLAKAN
PERPANJANGAN HAK GUNA BANGUNAN DIATAS TANAH HAK PENGELOALAAN MILIK
PT. MASPION OLEH WALIKOTA SURABAYA. NOVUM: JURNAL HUKUM. 2020 Sep
7;7(3).

Amin Putra, Muhammad. (2020). "Keputusan Tata Usaha Negara yang Berpotensi
Menimbulkan Akibat Hukum Sebagai Objek Sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara",
Puslitbang Hukum dan Peradilan Ditjen Badan Peradilan Militer dan Tata Usaha Negara. 1
Februari 2020:

HABIBAH, N. (2014). TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN PTUN NOMOR:


97/G/2013/PTUN. SBY TENTANG KTUN BERANTAI YANG MENJADI OBYEK SENGKETA
TUN (Studi Kasus Terhadap Keputusan Badan Permusyawaratan Desa Tentang Usulan
Pemberhentian Kepala Desa dan Penetapan Calon Kepala Desa Terpilih Desa Keper,
Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo). NOVUM: JURNAL HUKUM, 1(3), 153-163.

Anda mungkin juga menyukai