Artikel Haptun
Artikel Haptun
Analisis Yuridis Terhadap Putusan (Niet Ontvankelijke Verklaard) dalam Putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara Yogyakarta
(Kajian Terhadap Putusan Pengadilan Tata Usaha Nomor 04/G/2020/PTUN.YK.)
Dibuat dan diajukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
Oleh:
Sarwendah Putri larasati
19410341
======================================================================
A. IDENTITAS PERKARA
1. IDENTITAS PARA PIHAK
Nama : SUPRIYADI
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Perangkat Desa
Tempat Tinggal : Gaten, RT. 003/RW-, Kelurahan/ Desa
Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten
Bantul
MELAWAN
2. OBJEK GUGATAN
Objek gugatan dalam perkara ini adalah Keputusan Lurah Desa Tirtomulyo
Nomor 76 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari Jabatannya
Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, yang
diterbitkan pada tanggal 21 November 2019.
B. KASUS POSISI
Dalam putusan pengadilan tata usaha negara nomor 04/G/2020/PTUN.YK. yang
putusan tersebut dibacakan dalam sidang yang terbuka untuk umum secara elektronik,
melalui Sistem Informasi Pengadilan, pada hari RABU, tanggal 8 JULI 2020 Jam 10.00 WIB
oleh Majelis Hakim CHRISTIN ANDRIANI, S.H., M.H. dibantu oleh MUSLIM, S.H. sebagai
panitera pengganti pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta dengan dihadiri oleh Kuasa
Hukum Penggugat dan Kuasa Hukum Tergugat.
Penggugat dalam Surat Gugatannya tertanggal 11 Maret 2020 yang diterima dan
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta pada tanggal 16
Maret 2020 dengan register perkara Nomor: 04/G/2020/PTUN.YK. dan telah dilakukan
Pemeriksaan Persiapan serta diperbaiki secara formal terdaftar pada tanggal 13 April 2020.
Gugatan tersebut berisi jika penggugat mendapatkan surat dari Tergugat yang dititipkan
kepada istri Penggugat yang isinya adalah Keputusan Lurah Desa Tirtomulyo Nomor 76
Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari Jabatannya Selaku Dukuh
Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek kabupaten Bantul. Setelah menerima dan
membaca isi surat pemberhentian tersebut (Objek Gugatan) Penggugat merasa kecewa
terhadap keputusan yang diambil Tergugat tersebut, karena Penggugat merasa alasan
pemberhentian tersebut sangat subyektif dan tidak dilakukan dengan prosedur yang benar
menurut hukum serta cenderung sewenang-wenang.
Dalam gugatannya penggugat mendalilkan jika objek gugatan sangat bertentangan
dengan hukum dan dirasa sangat subjektif kepada penggugat. Yang mana dalam keputusan
yang diterbitkan oleh tergugat pada bagian menimbang huruf (a) menyatakan jika penggugat
selaku dukuh gaten telah melakukan perbuatan tercela berupa perzinahan, huruf (b) pada
Objek Gugatan yang menyatakan bahwa perbuatan Penggugat telah melanggar ketentuan
disiplin pamong desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf f Peraturan
Bupati Bantul Nomor 60 Tahun 2018 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati
Bantul Nomor 101 Tahun 2018 tentang Disiplin Aparatur Desa yang menyatakan bahwa
pamong desa wajib menjunjung tinggi harkat martabat pamong desa dan menjadi
teladan/panutan bagi masyarakat desa, huruf (c) yang menyatakan bahwa perbuatan
Penggugat telah menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat di wilayah kerjanya.
Oleh karena itu Penggugat mengajukan gugatan antara lain: Mengabulkan gugatan
Penggugat untuk seluruhnya, Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Lurah Desa
Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari
Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul
tertanggal 21 November 2019, memerintahkan kepada Tergugat untuk mencabut Keputusan
Lurah Desa Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 Tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi
Dari Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul
tertanggal 21 November 2019, Memerintahkan kepada Tergugat untuk mengembalikan
posisi jabatan Penggugat seperti semula yaitu sebagai sebagai Dukuh Gaten, Desa
Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, dan menghukum Tergugat untuk
membayar biaya perkara.
Dikarenakan gugatan yang diajukan oleh Penggugat, Tergugat secara tegas menolak
semua dalil-dalil Gugatan yang disampaikan Penggugat kecuali yang secara tegas diakui
kebenarannya oleh Tergugat. Menurut Tergugat, diterbitkannya surat pemberhentian
Penggugat awalnya karena adanya laporan dari Saudara Maryani yang merupakan “istri
penggugat” yang menyatakan bahwa Penggugat telah melakukan Tindakan asusila berupa
menghamili seorang janda bernama Sriani. Dan pada tanggal 3 November 2019 pukul 19.30
Kepala Seksi Pemerintahan, Babinsa dan Babinkamtibmas Desa Tirtomulyo menindaklanjuti
laporan tersebut di kediaman Penggugat. Kemudian pada tanggal 5 November 2019 Lurah
Desa Tirtomulyo menghadap Camat Kretek untuk berkonsultasi dalam pengambilan
keputusan terkait permasalahan tersebut.
Pada tanggal 7 November 2019 bertempat di Kantor Lurah Desa Tirtomulyo yang
dihadiri oleh Lurah Desa, Pamong desa dan Babinkamtibmas Desa Tirtomulyo, Penggugat
Bersama dengan Saudari Sriani membuat Surat Pernyataan tanpa paksaan dari pihak
manapun di atas materai bahwa mereka mengakui telah melakukan hubungan badan atas
dasar suka sama suka yang mengakibatkan kehamilan dan Penggugat mengaku siap
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pada tanggal 11 November lurah Desa Tirtomulyo
menyampaikan kepada Penggugat yang berdasarkan konsultasi yang telah dilakukan,
bahwa Tindakan Penggugat merupakan Tindakan yang melanggar hukum termasuk
pelanggaran berat dan dapat berakibat hukum diberhentikannya Penggugat dari jabatannya,
dan menyarankan akan lebih baik jika Penggugat mengundurkan diri sebagai Dukuh Gaten,
namun saat itu Penggugat meminta waktu untuk menentukan keputusannya.
Menurut Pasal 48 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi:“Pengadilan baru
berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan
telah digunakan” sehingga merujuk ketentuan tersebut jika Penggugat merasa dirugikan atas
terbitnya KTUN pada perkara A Quo. Penggugat wajib menempuh upaya administrasi
berupa keberatan dan banding terlebih dahulu sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
75 hingga Pasal 78 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan. Bahwa Penggugat mengirimkan ‘Surat Keberatan’ kepada Tergugat tanggal 6
Februari 2020 dengan mengemukakan yang pada intinya Surat Keputusan Lurah Desa
Tirtomulyo Nomor 76 Tahun 2019 tentang Pemberhentian Saudara Supriyadi Dari
Jabatannya Selaku Dukuh Gaten Desa Tirtomulyo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul,
tanggal penetapan 21 November 2019 itu sepihak dan tidak ada SOP adalah tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan karena telah lewat waktu. Pasal 77 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan: "Keputusan
dapat diajukan Keberatan dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diumumkannya
keputusan tersebut oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan. Bahwa berdasarkan uraian
di atas, ‘Surat Keberatan’ yang diajukan Penggugat kepada Tergugat bukanlah termasuk
sebagai upaya administratif sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, karena diajukan setelah melampaui
ketentuan 21 (dua puluh satu) hari, sebagaimana diatur pada Pasal 77 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Bahwa karena pada
dasarnya tidak ada upaya administratif yang ditempuh sebelum diajukannya gugatan A quo
ke Pengadilan oleh Penggugat, maka gugatan A Quo adalah gugatan yang premature.
Sehingga dalam eksepsinya Tergugat mengajukan permohonan antara lain : mengabulkan
eksepsi tergugat untuk seluruhnya, menyatakan gugatan penggugat premature dan
daluwarsa, menyatakan gugatan penggugat tidak dapat diterima,dan menguhukum
Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul. Serta dalam pokok perkara Tergugat
memohon agar majelis hakim menyatakan sah Surat keputusan yang diterbutkan oleh
tegugat.
(Replik Penggugat)
Kemudian pada tanggal 2 Mei 2020 Penggugat menyampaikan repliknya yang pada
pokoknya menolak dalil-dalil Jawaban Tergugat kecuali yang diakui secara tegas dan
Penggugat tetap pada dalil-dalil gugatannya. Untuk menguatkan dalil-dalilnya, Penggugat
mengajukan 10 (sepuluh) bukti surat berupa fotokopi surat yang telah dilegalisasi dan
bermaterai cukup serat telah dicocokan dengan asli/fotokopinya sehingga memenuhisyarat
sebagai bukti.
(DUPLIK)
2. Saksi MUKHLISON AFANDI, S.Pd.I (Carik Desa Tirtomulyo sejak tahun 2016)
3. Saksi CAHYA WIDADA, S.SOS,MH (Camat Kretek Kabupaten Bantul sejak tahun
2018;
(KESIMPULAN)
Dalam kesimpulannya tanggal 23 Juni 2020, Penggugat menyatakan tetap pada dalil-
dalilnya sedangkan tergugat juga telah menyampaikan kesimpulannya tertanggal 23 Juni
2020 yang pada pokoknya tetap pada dalil-dalil mereka dan baik dari Penggugat dan
Tergugat tidak mengajukan apa apa lagi melainkan mohon Putusan.
(PERTIMBANGAN HUKUM MAJELIS HAKIM)
AMAR PUTUSAN
MENGADILI
I. Dalam Eksepsi
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang menyebabkan gugatan dari penggugat tidak diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard)?
2. Bagaimana akibat hukum dari tidak diterimanya gugatan yang diajukan oleh
penggugat dalam putusan nomor 04/G/2020/PTUN.YK?
ANALISIS
Melalui UU PTUN, setiap orang yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
KTUN dapat mengajukan upaya untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara
orang tersebut dengan pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan KTUN tersebut
melalui melalui gugatan. Setelah orang yang merasa kepentingannya dirugikan itu
menurut peraturan dasarnya tidak tersedia suatu upaya administratif yang harus
ditempuh lebih dahulu atau upaya administratif itu sudah ditempuh tetapi hasilnya tetap
tidak memuaskan baginya, maka orang tersebut dapat mengajukan gugatan ke PTUN
dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana diatur dalam Pasal 55 dari UU
PTUN.
1. Gugatan Daluarsa
Pada dasarnya jika suatu Pihak merasa dirugikan atas Keputusan yang
dikeluarkan oleh Badan Tata Usaha Negara ketika menerbitkan KTUN kepadanya,
maka berlaku terhadap semua Sengketa TUN dalam upaya penyelesaiannya harus
terlebih dahulu menempuh upaya administratif baik berupa Upaya Keberatan dan
Banding Administratif. Jika ada pihak yang merasa dirugikan atas KTUN yang
ditujukan kepadanya dan ketika sudah melakukan upaya administratif masih saja
merasa belum mendapatkan keadilan yang diharapkan dan tidak juga terselesaikan,
maka barulah bisa KTUN tersebut digugat dan diajukan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara. Hal ini dikarenakan sudah diberi kepastian dan penjelasannya dalam Pasal
48 ayat (1) UU Nomor 5 tahun 1986 tentang PTUN dan juga Pasal 129 UU No. 5
tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Bahwasanya dalam penjelasan ayat (3) Pasal 129 UU No. 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yang menyatakan “Keberatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diajukan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang
menghukum dengan memuat alasan keberatan dan tembusannya disampaikan
kepada pejabat yang berwenang menghukum”, terjadi kekaburan makna dalam
pratiknya. Ditambah pula tidak ada penjelasan mendalam pada bagian penjelasan
ayat tersebut. Sehingga berakibat terjadinya suatu ketidakjelasan hukum yang dapat
menjelaskan secara pasti siapa Pejabat yang berwenang menghukum dan jika
dipaksakan akan muncul kesesatan hukum.
Hal ini dikarenakan apabila penggugat telah menerima surat keputusan pada
tanggal 21 November 2019, maka penggugat harus mengajukan keberatan dalam
waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak diumumkannya keputusan tersebut oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 77 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah. Oleh
sebab itu, paling lambat surat keberatan harus diajukan pada tanggal 12 Desember
2019, namun penggugat mengajukan surat keberatan pada tanggal 6 Februari 2020
yang mana hal tersebut telah melampaui waktu 21 hari kerja sejak diumumkannya
surat keputusan lurah desa tirtomulyo Nomor 76 tahun 2019.
b) Akibat hukum dari tidak diterimanya gugatan yang diajukan oleh penggugat dalam
putusan nomor 04/G/2020/PTUN.YK
Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh hukum, terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum. Akibat hukum, menurut Soeroso
mendefinisikan sebagai akibat suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu
akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan yang diatur oleh hukum. Tindakan ini
dinamakan tindakan hukum, jadi dengan kata lain akibat hukum adalah akibat dari yang
muncul dari suatu tindakan hukum.
Menurut ketentuan Pasal 110 dan Pasal 112 UU No 5 tahun 1986 tentang PTUN,
maka Supriyadi selaku Penggugat dibebankan untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara tersebut sebesar Rp 526.000 (Lima Ratus Dua Puluh Enam Ribu Rupiah). Selain
itu karena gugatan Penggugat ditolak, berakibat Eksepsi lainnya terhadap pokok perkara
tidak perlu untuk dipertimbangkan dan dilanjutkan lagi.
KESIMPULAN
a) Gugatan dari penggugat sudah daluwarsa atau sudah lewat dari tenggang
waktu, sebagaimana tercantum dalam Pasal 55 UU PTUN yang isinya
menyatakan bahwa gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu
sembilan puluh hari terhitung sejak diterimanya atau diumumkannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara. Dalam kasus in casu,
Surat Keterangan Pemberhentian dikeluarkan pada tanggal 21 November
2019 dan diterima oleh penggugat pada tanggal yang sama, namun gugatan
baru diajukan pada tanggal 16 Maret 2020 yang jika dihitung sudah lewat 25
hari dari tenggang waktu 90 hari yang sudah diatur dalam Pasal 55 UU
PTUN. Sehingga gugatan tersebut tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan karena telah lewat waktu maksimal 90 hari sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 55 UU PTUN.
b) Upaya administratif belum ditempuh. Hal ini dikarenakan Penggugat
mengirimkan Surat Keberatan kepada Tergugat tanggal 6 Februari 2020 yang
mana hal tersebut telah melampaui 21 hari sejak diumumkannya keputusan
tersebut oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan. Sehingga Surat
Keberatan yang diajukan Penggugat kepada Tergugat bukanlah termasuk
sebagai upaya administratif sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Maka, dapat
dikatakan pada dasarnya tidak terdapat upaya administratif yang digunakan
penggugat. Dengan demikian, gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard) dan menyatakan jika Pengadilan Tata Usaha Negara
Yogyakarta tidak berwenang mengadili sengketa ini.
Gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard / NO) berarti putusan
dinyatakan cacat formil, sehingga berdasarkan Pasal 110 dan Pasal 112 UU No 5 tahun
1986 tentang PTUN, maka penggugat dibebankan membayar biaya perkara sebesar Rp
526.000 (Lima Ratus Dua Puluh Enam Ribu Rupiah), dan dengan dinyatakan gugatan
tidak dapat diterima, maka pokok perkara dalam poin eksepsi tidak perlu
dipertimbangkan.
======================================================================
DAFTAR PUSTAKA
Amin Putra, Muhammad. (2020). "Keputusan Tata Usaha Negara yang Berpotensi
Menimbulkan Akibat Hukum Sebagai Objek Sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara",
Puslitbang Hukum dan Peradilan Ditjen Badan Peradilan Militer dan Tata Usaha Negara. 1
Februari 2020: